Pengertian Produksi Ekstraktif, Ciri, serta Contohnya

ScaleOcean Team
Posted on
Share artikel ini

Kegiatan ekstraktif sering dilakukan oleh perusahaan manufaktur. Ini melibatkan proses pengambilan bahan mentah dari alam untuk mencapai efisiensi produksi. Namun, produksi ekstraktif juga memiliki berbagai tantangan yang harus Anda hadapi.

Mulai dari dampak lingkungan hingga ketidakstabilan ekonomi yang diakibatkan oleh fluktuasi harga komoditas. Oleh karena itu, penting untuk mempelajarinya secara mendalam agar Anda bisa merencanakan berbagai strategi mitigasi risiko.

Nah, artikel ini akan menyediakan informasi lengkap terkait aktivitas ekstraktif yang perlu Anda ketahui. Mulai dari definisi, ciri-ciri, contoh produksi ekstraktif, hingga beberapa tantangan yang harus siap Anda hadapi. Dengan pemahaman ini, Anda bisa mempertimbangkan upaya yang lebih berkelanjutan untuk meminimalkan risikonya.

starsKey Takeaways
  • Produksi ekstraktif merupakan kegiatan industri yang memperoleh bahan baku secara langsung dari alam, seperti aktivitas penambangan, pengeboran minyak, atau perikanan.
  • Contoh produksi ekstraktif adalah pertambangan minyak gas dan bumi, penangkapan ikan, dan produksi garam.
  • Ciri-ciri produksi ekstraktif adalah pengambilan sumber daya alam secara langsung, proses produksi yang sederhana, dan dilakukan di daerah yang kaya sumber daya alam.

Coba Demo Gratis!

requestDemo

1. Apa itu Produksi Ekstraktif?

Produksi ekstraktif merujuk pada aktivitas pengambilan bahan baku langsung dari sumber daya alam untuk diolah menjadi produk jadi. Beberapa contoh kegiatan ini antara lain pertambangan, perikanan, penebangan hutan, dan penangkapan ikan, yang berfokus pada pemanfaatan sumber daya alam.

Ekstraksi ini bisa dilakukan pada berbagai sumber daya seperti mineral, minyak bumi, gas alam, dan batu bara. Sebagai contoh, ekstraksi minyak dan gas alam akan dimanfaatkan untuk pembuatan bahan kimia dan plastik.

Contoh lainnya yaitu penggalian mineral diperlukan dalam pembuatan elektronik dan bahan bangunan. Dalam konteks produksi ekstraktif, penting juga memahami perbedaan upstream dan downstream agar strategi distribusi dan nilai tambah bisa direncanakan secara efisien.

Dalam perusahaan manufaktur, produksi ini memegang peranan strategis karena menyuplai bahan baku yang diperlukan dan berintegrasi dengan struktur organisasi perusahaan manufaktur yang mendukung kelangsungan proses produksi.

Proses ini juga mendukung adanya inovasi produk karena menyediakan material yang dibutuhkan untuk penelitian dan pengembangan, serta dapat dikaitkan dengan konsep produksi marginal dalam efisiensi penggunaan sumber daya.

Jadi bisa disimpulkan, produksi ekstraktif adalah aktivitas dalam perusahaan manufaktur yang diperlukan demi keberlangsungan dan kemajuan bisnis. Selain sebagai sumber daya utama, banyak hasil produksi ekstraktif juga berperan sebagai faktor produksi turunan yang penting dalam industri hilir, terutama pada sektor manufaktur dan energi.

2. Contoh Produksi Ekstraktif

Contoh Produksi Ekstraktif

Contoh produksi ekstraktif bisa Anda temukan di berbagai aspek. Output dari proses ini tentunya juga berbeda-beda. Berikut ini adalah beberapa contoh produksi ekstraktif yang konkrit menggambarkan lingkup dan keragaman dalam sektor ini.

a. Penambangan Minyak Bumi & Gas

Penambangan minyak bumi dan gas melibatkan ekstraksi hidrokarbon yang digunakan sebagai sumber energi dan bahan baku industri kimia. Proses ini biasanya dilakukan dengan pengeboran sumur di darat atau lepas pantai, diikuti ekstraksi minyak atau gas dari perangkap geologi tempat sumber daya terkumpul. Proses ini diperlukan untuk memasok energi transportasi, pemanasan, dan pembangkit listrik, serta bahan dasar untuk plastik, pupuk, dan banyak produk lainnya.

b. Penambangan Mineral

Pertambangan adalah proses ekstraksi mineral, logam, batu bara, dan sumber daya geologi lainnya dari bumi. Proses ini menghasilkan bahan baku untuk konstruksi, manufaktur, dan teknologi.

Pertambangan bisa dilakukan melalui berbagai metode, termasuk tambang terbuka, penambangan bawah tanah, dan penambangan placer, tergantung pada jenis dan lokasinya.

Untuk melakukan ekstraksi ini, Anda perlu teknologi canggih dan perencanaan yang teliti supaya proses berjalan maksimal, serta memahami indikator seperti mean time between failure (MTBF) untuk menjaga efisiensi alat berat yang digunakan.

c. Penangkapan Ikan

Penangkapan ikan merupakan contoh utama produksi ekstraktif, dilakukan di laut, sungai, dan danau. Nelayan menggunakan berbagai alat seperti jaring, pancing, dan perangkap untuk menangkap ikan secara langsung dari habitat alaminya. Proses ini sangat bergantung pada keberadaan populasi ikan di alam dan kondisi lingkungan perairan.

Hasil tangkapan ikan kemudian dijual sebagai sumber protein hewani, baik untuk konsumsi langsung maupun diolah lebih lanjut menjadi produk perikanan. Keberlanjutan praktik penangkapan ikan menjadi perhatian penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem laut dan sumber daya perikanan.

d. Produksi Garam

Produksi garam secara tradisional adalah proses ekstraktif yang memanfaatkan air laut atau sumber air asin lainnya. Petani garam mengalirkan air laut ke lahan tambak dangkal dan membiarkannya menguap secara alami dengan bantuan sinar matahari.

Proses penguapan ini meningkatkan konsentrasi garam hingga mengkristal dan dapat dipanen. Produksi garam sangat bergantung pada kondisi cuaca yang mendukung penguapan dan kualitas air laut yang bersih. Garam yang dihasilkan digunakan untuk kebutuhan konsumsi, industri, dan pengawetan makanan.

e. Penebangan Hutan

Contoh produksi ekstraktif lainnya berupa penebangan. Penebangan dapat dilakukan secara berkelanjutan dengan mengelola hutan secara bijak agar penebangan tidak melebihi pertumbuhan baru.

Praktik penebangan yang berkelanjutan dibutuhkan supaya nantinya bisa menjaga keseimbangan ekologi dan memastikan sumber daya kayu tetap tersedia untuk generasi mendatang.

Hal ini sejalan dengan pendekatan kualitas total yang tidak hanya berfokus pada hasil ekstraksi (kayu) tetapi juga pada kualitas proses dan dampak jangka panjang terhadap lingkungan dan masyarakat.

f. Penambangan Emas

Penambangan emas adalah kegiatan ekstraktif yang berfokus pada penggalian dan pengolahan bijih emas dari dalam bumi. Proses ini melibatkan eksplorasi untuk menemukan deposit emas, penggalian tanah dan batuan yang mengandung emas, serta pemisahan emas dari material lain melalui proses kimia dan fisik.

Penambangan emas dapat dilakukan dalam skala kecil oleh penambang tradisional atau skala besar oleh perusahaan pertambangan. Emas yang dihasilkan memiliki nilai ekonomi tinggi dan digunakan sebagai perhiasan, investasi, dan bahan baku industri elektronik. Aktivitas ekstraktif yang menghasilkan bahan mentah seperti emas atau minyak bumi nantinya akan dicatat secara akuntansi saat proses distribusi dan pengolahan dalam sektor hilir. Anda bisa melihat contoh transaksi perusahaan manufaktur untuk memahami bagaimana aktivitas produksi dicatat secara keuangan.

g. Penggalian Pasir dan Kerikil

Contoh produksi ekstraktif lainnya adalah penggalian pasir dan kerikil. Pasir dan kerikil digunakan dalam pembuatan beton, jalan, dan aplikasi konstruksi lainnya. Penggalian ini biasanya dilakukan di sungai, danau, atau tambang terbuka. Meskipun tampak lebih sederhana dibandingkan dengan ekstraksi mineral atau hidrokarbon, penggalian pasir dan kerikil juga perlu perencanaan produksi yang cermat untuk menghindari degradasi lingkungan.

h. Pengambilan Air Tanah

Pengambilan air tanah adalah proses mengekstraksi air dari akuifer bawah tanah untuk penggunaan pertanian, industri, atau konsumsi rumah tangga. Metode ini menjadi sangat penting di daerah dengan ketersediaan air permukaan yang terbatas. Pengelolaan sumber daya air tanah harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak terjadi penurunan muka air tanah yang berlebihan, yang justru dapat menyebabkan masalah lingkungan seperti pengurangan aliran sungai dan mata air.

3. Ciri-ciri Produksi Ekstraktif

Produksi ekstraktif merupakan sektor ekonomi dengan karakteristik khas yang membedakannya dari jenis produksi lainnya, dan pemahaman tentang pengertian produksi secara umum menjadi penting sebagai dasar analisis. Memahami ciri-ciri ini penting untuk menganalisis peran dan dampak produksi ekstraktif dalam perekonomian.

Berikut penjelasan detail untuk masing-masing ciri produksi ekstraktif:

a. Pengambilan Sumber Daya Alam Secara Langsung

Karakteristik utama produksi ekstraktif adalah alur produksi yang dimulai dengan pengambilan langsung sumber daya alam dari lingkungan. Berbeda dengan sektor manufaktur yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi, produksi ekstraktif berfokus pada ekstraksi atau penambangan bahan baku yang sudah tersedia di alam. Kegiatan ini mencakup berbagai jenis sumber daya, mulai dari mineral dan batubara, minyak dan gas bumi, hingga hasil hutan dan perikanan.

Contoh:

  • Pertambangan Batubara: Alur produksi batubara dimulai dengan eksplorasi untuk menemukan deposit batubara, dilanjutkan dengan penggalian batubara dari perut bumi melalui metode tambang terbuka atau tambang bawah tanah. Batubara mentah kemudian dibersihkan dan diangkut.
  • Perikanan Tangkap: Alur produksi perikanan tangkap dimulai dengan kegiatan melaut untuk mencari dan menangkap ikan di laut, sungai, atau danau. Hasil tangkapan ikan kemudian disortir dan diawetkan untuk dijual.

b. Proses Produksi yang Sederhana

Dibandingkan dengan sektor manufaktur yang kompleks, proses produksi dalam sektor ekstraktif cenderung lebih sederhana. Fokus utama adalah pada kegiatan ekstraksi dan pengumpulan sumber daya, bukan pada transformasi bahan baku melalui mesin manufaktur yang rumit.

Meskipun beberapa proses pengolahan awal mungkin dilakukan di lokasi ekstraksi (misalnya, pembersihan batubara atau pemisahan minyak mentah dari air), tahapan ini umumnya masih bersifat dasar dan belum melibatkan proses manufaktur yang mengubah bentuk atau komposisi material secara signifikan.

Contoh:

  • Penebangan Hutan: Proses produksi kayu gelondongan relatif sederhana, melibatkan penebangan pohon di hutan, pemotongan menjadi ukuran yang lebih kecil, dan pengangkutan kayu gelondongan ke tempat pengolahan. Meskipun ada mesin penebang pohon dan alat berat untuk pengangkutan, prosesnya tidak serumit manufaktur furnitur atau kertas.
  • Pengeboran Minyak Bumi: Proses produksi minyak bumi melibatkan pengeboran sumur minyak untuk mencapai reservoir minyak di bawah permukaan bumi. Minyak mentah yang keluar kemudian dipisahkan dari air dan gas alam. Mesin bor dan peralatan pemisahan digunakan, namun prosesnya lebih fokus pada ekstraksi daripada manufaktur produk petrokimia.

c. Dilakukan di Daerah yang Kaya Sumber Daya Alam

Produksi ekstraktif secara inheren dilakukan di daerah yang kaya sumber daya alam. Lokasi geografis sangat menentukan keberlangsungan dan efisiensi sektor ini. Ketersediaan sumber daya alam di suatu daerah menjadi daya tarik utama investasi dan pengembangan industri ekstraktif. Namun, lokasi yang terpencil atau sulit dijangkau juga dapat mempengaruhi biaya produksi dan logistik, yang pada akhirnya berdampak pada harga pokok penjualan perusahaan manufaktur ekstraktif.

Untuk mengurangi risiko fluktuasi biaya akibat faktor geografis atau ketidakpastian harga komoditas, perusahaan disarankan menyusun anggaran produksi yang fleksibel dan mencakup skenario kondisi ekstraktif.

Contoh:

  • Pertambangan Emas di Papua: Papua dikenal kaya akan deposit emas. Aktivitas pertambangan emas di Papua dilakukan di wilayah pegunungan yang sulit diakses. Biaya operasional yang tinggi akibat lokasi terpencil dan infrastruktur yang terbatas dapat mempengaruhi harga jual produk emas dari Papua.
  • Perkebunan Kelapa Sawit di Kalimantan: Kalimantan memiliki lahan yang luas dan iklim yang cocok untuk perkebunan kelapa sawit. Lokasi perkebunan yang strategis di Kalimantan, dengan akses ke pelabuhan untuk ekspor, dapat menekan biaya logistik dan meningkatkan daya saing harga jual produk minyak kelapa sawit.

Untuk memastikan operasional berjalan optimal, implementasi sistem produksi manufaktur juga perlu dipertimbangkan, terutama dalam mendukung efisiensi, pemantauan, dan pengendalian proses produksi ekstraktif. Dengan sistem ini, perusahaan dapat memantau penggunaan sumber daya secara real-time dan mengidentifikasi potensi pemborosan.

Manufaktur

4. Tantangan dalam Produksi Ekstraktif

Meski memiliki peran strategis bagi perusahaan manufaktur, proses ekstraksi ini juga dihadapkan pada beberapa tantangan. Pertama, ekstraksi sumber daya alam seringkali menyebabkan degradasi lingkungan yang parah, termasuk kerusakan habitat, kehilangan biodiversitas, polusi air dan udara, serta perubahan bentang alam. Misalnya, pertambangan terbuka mengakibatkan erosi tanah dan kontaminasi sumber air dengan bahan beracun. Penambangan minyak dan gas bisa menyebabkan tumpahan minyak yang merusak ekosistem maritim dan pantai.

Kedua, fluktuasi harga komoditas global dapat menyebabkan ketidakstabilan ekonomi di negara yang ekonominya sangat bergantung pada ekspor sumber daya alam, sehingga analisis dengan rumus TR dan TC dapat membantu memproyeksikan kelayakan produksi dalam kondisi tidak stabil

Alhasil, mengakibatkan biaya produksi yang tinggi. Selain itu, konflik terkait akses dan kontrol terhadap sumber daya alam juga dapat memicu ketegangan sosial, khususnya di wilayah dengan tata kelola yang lemah. Ketergantungan berlebihan pada ekspor sumber daya alam juga menghambat diversifikasi ekonomi.

Tak kalah penting, mengatasi tantangan dalam produksi ini perlu upaya kolaboratif antara pemerintah, industri, dan masyarakat. Pengelolaan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan, penerapan aktivitas manufaktur ramah lingkungan, praktik rehabilitasi lahan, serta pengelolaan sumber daya yang efisien perlu diperhatikan oleh seluruh pihak yang terlibat.

Regulasi yang kuat dan standar industri yang tinggi juga harus ditegakkan untuk meminimalisir dampak negatifnya. Tidak hanya itu, transparansi, pemberdayaan masyarakat lokal, dan pembagian manfaat yang adil juga penting agar produksi ini memberikan kontribusi positif bagi pembangunan yang berkelanjutan.

5. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa produksi ekstraktif adalah aktivitas dalam perusahaan manufaktur yang melibatkan ekstraksi bahan mentah langsung dari alam, termasuk mineral, minyak bumi, gas alam, dan batu bara, yang kemudian diolah menjadi produk atau komponen yang digunakan dalam berbagai sektor industri.

Namun, perlu diingat kalau proses ini dihadapkan pada sejumlah tantangan. Mulai dari dampak lingkungan hingga fluktuasi harga komoditas global yang dapat menyebabkan ketidakstabilan ekonomi. Untuk mengatasi tantangan tersebut, praktik berkelanjutan dan teknologi ramah lingkungan seperti smart manufacturing menjadi sangat diperlukan untuk mengurangi dampak negatif dari produksi ekstraktif.

FAQ:

Apa saja contoh usaha ekstraktif?

Usaha ekstraktif merupakan kegiatan ekonomi yang mengambil sumber daya langsung dari alam tanpa proses pengolahan lebih lanjut di tempat pengambilan. Contohnya meliputi pertambangan minyak bumi, gas alam, batu bara, emas, serta kegiatan perikanan laut dan penebangan kayu di hutan.

Apa dampak industri ekstraktif?

Industri ekstraktif dapat memberikan kontribusi signifikan bagi pendapatan negara dan menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar lokasi operasi. Namun, kegiatan ini juga seringkali menimbulkan dampak negatif seperti kerusakan lingkungan, pencemaran, dan potensi konflik sosial terkait lahan.

Apa bedanya ekstraktif dan agraris?

Perbedaan mendasar antara usaha ekstraktif dan agraris terletak pada cara memperoleh produknya. Usaha ekstraktif mengambil sumber daya yang sudah ada di alam secara langsung, sementara usaha agraris melibatkan proses budidaya atau pengolahan lahan untuk menghasilkan sumber daya tersebut.

Jadwalkan Demo Gratis

Error message
Error message
Error message
Error message
Error message
Error message

Rekomendasi Artikel Terkait

Temukan Artikel Serupa untuk Solusi Bisnis Lebih Lengkap