Dalam bisnis manufaktur, mengetahui apa itu raw material dan strategi pengadaannya akan berkontribusi besar terhadap proses produksi dan keuntungan perusahaan. Seiring dengan fluktuasi ekonomi dan dinamika pasar, harga dan ketersediaan bahan baku sering mengalami perubahan dan memberi dampak signifikan terhadap kestabilan finansial dan kemampuan perusahaan dalam menjaga margin laba.
Oleh karena itu, dibutuhkan strategi pengelolaan bahan baku yang efektif dan inovatif untuk membuka peluang untuk mengurangi biaya produksi, meningkatkan efisiensi operasional, dan meningkatkan laba manufaktur.
Melalui pembahasan ini, dijelaskan bagaimana raw material disebut juga bahan baku akan mempengaruhi laba dalam bisnis manufaktur, disertai dengan beberapa skenario yang menggambarkan hubungan antara biaya bahan baku, harga jual produk, dan margin laba perusahaan.

- Raw material atau bahan baku adalah bahan dasar yang belum diolah dalam produksi untuk menghasilkan barang jadi.
- Raw material dibagi menjadi dua jenis—bahan baku langsung (direct material) dan bahan baku tidak langsung (indirect material)
- Faktor yang mempengaruhi raw material: permintaan pasar, harga bahan baku, waktu pengadaan, dan kapasitas penyimpanan.
Apa itu Raw Material dan Mengapa itu Penting?
Raw Material atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai bahan baku adalah material mentah yang digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang jadi atau produk akhir. Di industri, bahan baku menjadi komponen utama yang diperlukan untuk membuat produk yang siap dijual atau digunakan.
Bahan baku tersebut belum mengalami pemrosesan yang signifikan, dan masih memerlukan tahap lanjutan untuk diolah menjadi produk jadi. Contoh produksi ekstraktif yang menghasilkan bahan baku primer meliputi penambangan bijih besi dan pengeboran minyak mentah.
Kualitas raw material (bahan baku) mempengaruhi langsung kualitas produk yang dihasilkan, dan berperan penting dalam industri manufaktur. Pemilihan bahan baku yang tepat dapat meningkatkan efisiensi serta kelancaran produksi.
Selain itu, ketersediaan bahan baku yang cukup juga berperan penting dalam memastikan perusahaan dapat memenuhi permintaan pasar. Tanpa persediaan yang memadai, perusahaan akan kesulitan menjaga kelancaran produksi dan memenuhi target yang ditetapkan.
Dikutip dari Investopedia, untuk perusahaan manufaktur, raw materials inventory memerlukan penganggaran yang terperinci dan kerangka kerja khusus untuk akuntansi pada neraca dan laporan laba rugi. Untuk itu, diperlukan perencanaan anggaran bahan baku secara rinci.
Raw material memiliki berbagai manfaat dalam proses produksi dan bisnis, khususnya di bisnis manufaktur. Manfaat utamanya meliputi memastikan kelancaran produksi, fleksibilitas dalam menghadapi fluktuasi permintaan, mengendalikan biaya, hingga meningkatkan efisiensi produksi.
Beberapa manfaat bahan baku di industri manufaktur antara lain:
- Dasar Proses Produksi: Bahan baku menjadi komponen utama yang diolah untuk menghasilkan produk jadi.
- Memastikan Ketersediaan Produksi: Persediaan bahan baku yang memadai menjaga kelancaran alur proses produksi tanpa gangguan kekurangan bahan baku.
- Fleksibilitas Produksi: Dengan persediaan yang cukup, perusahaan dapat lebih cepat menyesuaikan diri dengan perubahan permintaan pasar.
- Menentukan Kualitas Produk: Kualitas bahan baku mempengaruhi kualitas produk akhir yang dihasilkan.
- Efisiensi Produksi: Pemilihan bahan baku yang tepat dapat meningkatkan efisiensi proses produksi, mengurangi pemborosan, dan mempercepat waktu produksi.
- Pengendalian Biaya: Manajemen bahan baku yang efektif dapat menurunkan biaya produksi dan mengoptimalkan pengeluaran.
- Memenuhi Permintaan Pasar: Ketersediaan bahan baku yang cukup memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan pasar tepat waktu.
Baca juga: 16 Contoh Kegiatan Operasional Perusahaan Manufaktur
Jenis-jenis Raw Material
Raw material atau jenis persediaan yang bisa didapatkan dari berbagai sumber alam, dibeli melalui pemasok, maupun diproduksi sendiri oleh perusahaan. Bahan baku dapat dikategorikan menjadi dua jenis utama, yaitu direct dan indirect material.
1. Direct Material
Direct raw material adalah jenis bahan baku yang secara langsung menjadi bagian utama dari produk. Bahan-bahan ini mempengaruhi karakteristik dan fungsi dari produk yang dihasilkan. Misalnya dalam industri otomotif, contoh bahan baku langsung yaitu steel, bahan yang digunakan untuk membuat bodi kendaraan.
Anda perlu melakukan identifikasi dan pengelolaan direct material untuk menjaga stabilitas kualitas dan biaya produksi. Oleh karena itu, pemilihan, pengadaan, dan pengelolaan direct raw material adalah hal langkah awal yang umumnya dilakukan selama kegiatan perencanaan produksi.
2. Indirect Material
Indirect raw material disebut juga bahan baku tidak langsung. Bahan ini digunakan dalam proses produksi namun tidak menjadi bagian dari produk akhir. Material-material ini berfungsi sebagai pendukung operasional produksi, tetapi tidak bisa diidentifikasi secara langsung dari produk.
Contohnya adalah pelumas, pembersih, dan alat tulis yang digunakan dalam operasional pabrik. Walaupun tidak terlihat pada produk akhir, indirect material juga diperlukan untuk menjaga kelancaran proses produksi dan operasional. Pengelolaan yang tepat akan menjaga efisiensi operasional dan meminimalisir kemungkinan hambatan manajemen produksi yang bisa saja muncul.
Contoh Raw Material di Industri Manufaktur
Raw material adalah material dasar yang digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan produk jadi di industri manufaktur. Kualitas bahan baku sangat memengaruhi kualitas produk akhir. Berikut adalah beberapa contoh raw material di berbagai industri manufaktur:
1. Industri Makanan dan Minuman
Perusahaan makanan dan minuman menggunakan raw material food seperti gandum, gula, susu, dan minyak nabati sebagai komponen utama produksi. Bahan-bahan ini harus melalui proses pengolahan yang ketat agar memenuhi standar keamanan dan kualitas konsumsi.
2. Industri Tekstil dan Pakaian
Di sektor tekstil, contoh raw material mencakup kapas, polyester, wol, dan serat sintetis menjadi elemen penting dalam proses produksi. Produsen biasanya menyesuaikan bahan tersebut dengan kebutuhan desain dan fungsi pakaian yang ingin dihasilkan.
3. Industri Otomotif
Selain itu, industri otomotif memanfaatkan logam seperti baja, aluminium, dan tembaga untuk membuat rangka, mesin, dan komponen kendaraan. Selain itu, plastik dan karet juga digunakan untuk bagian interior dan sistem peredam getar.
4. Industri Elektronik
Produsen elektronik mengandalkan contoh raw material seperti silikon, tembaga, emas, dan plastik untuk memproduksi sirkuit, kabel, dan casing perangkat. Kualitas material ini sangat memengaruhi performa dan daya tahan produk akhir.
5. Industri Kimia
Terakhir, untuk industri kimia memakai bahan mentah seperti gas alam, minyak bumi, asam sulfat, dan senyawa anorganik lainnya. Proses produksi di sektor ini menuntut ketelitian tinggi karena banyak bahan bersifat reaktif atau berbahaya.

Tahap Pengelolaan Raw Material
Tahap pemrosesan raw material adalah serangkaian langkah yang bertujuan untuk mengubah bahan mentah menjadi produk yang siap digunakan atau dijual. Berikut adalah tahapan umum dalam pemrosesan bahan baku:
1. Penerimaan Bahan Baku
Raw material yang diterima dari pemasok pertama kali diperiksa untuk memastikan kualitas dan jumlah yang sesuai dengan standar. Setelah itu, bahan baku disimpan dalam tempat yang sesuai agar tetap terjaga kualitasnya dan siap digunakan saat dibutuhkan dalam proses produksi.
2. Pembersihan dan Persiapan Raw Material
Sebelum digunakan, bahan baku biasanya perlu dibersihkan dari kotoran atau kontaminasi yang mungkin ada. Pada tahap ini juga dilakukan pemotongan atau penyusunan bahan agar siap untuk diproses lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan produksi.
3. Pengolahan Utama
Pada tahap ini, raw material mengalami perubahan fisik atau kimia untuk mengubahnya menjadi bentuk yang diinginkan. Misalnya, bahan mentah logam yang dicairkan atau kayu yang diproses menjadi papan. Pengolahan utama ini bisa melibatkan berbagai teknik, seperti pemanasan, pendinginan, pencetakan, pemotongan, atau penggabungan bahan.
4. Penyelesaian dan Pengepakan
Setelah mengalami pemrosesan utama, produk setengah jadi atau barang jadi perlu diproses lebih lanjut, seperti pengecekan kualitas, perakitan, atau pengepakan. Dalam tahap ini, tugas helper produksi sangat penting untuk memastikan setiap langkah berjalan dengan lancar. Produk yang sudah siap kemudian akan disiapkan untuk distribusi atau digunakan dalam tahap produksi berikutnya.
Cara Hitung Raw Material Cost
Menghitung biaya raw material adalah langkah penting dalam pengelolaan keuangan dan operasional bisnis manufaktur. Rumus dasarnya dengan menambahkan pembelian bahan baku dan inventori awal bahan baku. Kemudian kurangkan dengan inventori akhir bahan baku. Secara matematis tertulis:
Biaya raw material = (persediaan awal + pembelian) – persediaan akhir
Pembelian bahan baku mencakup semua pembelian material yang dilakukan selama periode tertentu. Sedangkan inventori awal dan akhir mencakup jumlah bahan baku yang tersedia di awal dan akhir periode tersebut. Agar lebih paham penggunaan rumus tersebut, perhatikan ilustrasi berikut ini.
Contoh Perhitungan Raw Material Cost
Misalkan sebuah bisnis manufaktur memiliki inventori bahan baku awal sebesar Rp10.000.000. Selama periode satu bulan, perusahaan tersebut membeli bahan baku tambahan sebesar Rp30.000.000. Kemudian di akhir periode, inventori bahan baku tersisa Rp5.000.000. Berdasarkan rumus di atas, biaya bahan baku yang digunakan oleh perusahaan selama periode tersebut adalah:
Biaya raw material = (Rp10.000.000 + Rp30.000.000) – Rp5.000.000 = Rp35.000.000
Berdasarkan contoh di atas, perusahaan telah menghabiskan Rp35.000.000 untuk bahan baku selama periode satu bulan. Informasi tersebut dapat digunakan untuk menganalisis efisiensi penggunaan bahan baku dan membantu merencanakan anggaran serta mengoptimalkan strategi pengadaan di masa mendatang.
Faktor yang Mempengaruhi Persediaan Raw Material
Faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku harus dikelola dengan hati-hati untuk memastikan tidak terjadi kekurangan atau kelebihan yang dapat mengganggu produksi. Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi persediaan raw material:
- Permintaan pasar: Tinggi atau rendahnya permintaan pasar untuk produk akhir dapat mempengaruhi jumlah bahan baku yang perlu disiapkan. Ketidakpastian permintaan membuat perencanaan persediaan menjadi lebih kompleks.
- Waktu pengadaan: Waktu yang diperlukan untuk mendapatkan bahan baku dari pemasok mempengaruhi tingkat persediaan yang harus disiapkan. Pengadaan yang lebih lama membutuhkan stok cadangan lebih besar untuk menghindari gangguan produksi.
- Harga bahan baku: Fluktuasi harga bahan baku dapat mempengaruhi keputusan pembelian dan jumlah persediaan yang dibutuhkan. Kenaikan harga bahan baku dapat memaksa perusahaan untuk membeli lebih sedikit atau menunggu waktu yang lebih baik.
- Kapasitas penyimpanan: Kapasitas gudang atau fasilitas penyimpanan yang terbatas dapat membatasi jumlah bahan baku yang dapat disimpan. Hal ini harus disesuaikan dengan kapasitas operasional agar persediaan tidak berlebihan atau kekurangan.
- Kualitas dan ketersediaan pemasok: Kualitas bahan baku yang konsisten dan ketersediaan pemasok yang dapat diandalkan mempengaruhi stabilitas persediaan. Gangguan pada pasokan dapat menyebabkan perusahaan terpaksa mencari alternatif atau mengurangi produksi.
- Kebijakan perusahaan: Kebijakan internal perusahaan, seperti strategi Just in Case (JIC) atau Just in Time (JIT), juga memengaruhi pengelolaan persediaan. Pendekatan JIT mengurangi persediaan bahan baku, sementara JIC mengutamakan stok cadangan yang lebih besar.
Pengaruh Raw Material pada Laba Manufaktur
Harga dan ketersediaan bahan baku bisa sangat mempengaruhi margin laba perusahaan. Jika harga bahan baku meningkat dan perusahaan tidak dapat menaikkan harga jual produknya sesuai dengan peningkatan tersebut, maka margin laba juga akan menurun.
Sebaliknya, jika perusahaan mampu mengoptimalkan pengadaan bahan baku sehingga dapat menurunkan biaya produksi, atau mendapatkan bahan baku berkualitas yang memungkinkan perusahaan menaikkan harga jual produk tanpa menambah biaya, maka margin laba juga dapat meningkat.
Sebagai contoh, misalkan sebuah perusahaan manufaktur memproduksi tas dan menggunakan bahan baku kulit. Jika terjadi kenaikan harga kulit di pasar sebesar 20%, dan perusahaan tidak dapat menaikkan harga jual tasnya karena persaingan harga di pasar, maka laba perusahaan bisa menurun.
Sebaliknya, jika perusahaan dapat menegosiasikan harga dengan pemasok atau menemukan pemasok alternatif dengan harga lebih rendah tanpa mengorbankan kualitas, maka perusahaan dapat mempertahankan atau bahkan meningkatkan margin labanya. Bahkan, jika dilakukan inovasi produk dengan menggunakan bahan baku pengganti yang lebih murah atau lebih efisien, maka laba perusahaan juga dapat meningkat.
Oleh karena itu, manajemen raw material adalah strategi penting untuk memaksimalkan laba dalam bisnis manufaktur. Perusahaan harus selalu menjaga keseimbangan antara biaya bahan baku, kualitas produk, dan harga jual produk untuk memastikan keberlanjutan dan pertumbuhan bisnisnya.
Tips Mengelola Persediaan Raw Material
Mengelola persediaan bahan baku dengan efektif sangat penting untuk menjaga kelancaran proses produksi dan mengurangi biaya operasional. Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu perusahaan dalam mengelola persediaan bahan baku:
1. Lakukan Analisis Permintaan Secara Berkala
Menganalisis tren permintaan produk secara berkala memungkinkan perusahaan untuk memprediksi kebutuhan bahan baku di masa depan. Dengan perkiraan yang lebih akurat, perusahaan dapat merencanakan pengadaan bahan baku yang lebih efisien. Hal ini mengurangi risiko kekurangan bahan baku dan meningkatkan pengelolaan persediaan.
2. Diversifikasi Pemasok Bahan Baku
Mengandalkan hanya satu pemasok dapat meningkatkan risiko gangguan pasokan. Dengan memiliki beberapa pemasok untuk bahan baku yang sama, perusahaan dapat memastikan kelancaran pasokan meskipun salah satu pemasok menghadapi masalah. Diversifikasi pemasok juga memberi fleksibilitas dalam memilih pemasok yang menawarkan harga atau kualitas terbaik.
3. Jaga Kualitas dan Standar Bahan Baku
Pastikan bahan baku yang diterima memenuhi standar kualitas yang ditetapkan oleh perusahaan. Bahan baku dengan kualitas buruk dapat merusak proses produksi dan mengganggu hasil akhir produk. Selain itu, bahan baku yang tidak sesuai standar dapat menambah biaya, baik dalam pengolahan ulang maupun dalam pemborosan.
4. Lakukan Penghitungan Persediaan Secara Berkala
Audit persediaan secara rutin membantu mendeteksi masalah, seperti bahan baku yang kadaluarsa atau tidak digunakan. Pemeriksaan berkala juga memastikan bahwa catatan persediaan tetap akurat dan sesuai dengan jumlah fisik yang ada di gudang. Hal ini mengurangi risiko kesalahan pengelolaan dan meningkatkan keakuratan perencanaan pengadaan bahan baku.
5. Gunakan Sistem Manajemen Persediaan yang Efisien
Menggunakan software manajemen persediaan yang canggih memungkinkan perusahaan untuk memonitor stok bahan baku secara real-time. Sistem ini dapat memberikan peringatan otomatis ketika stok mencapai level minimum. Dengan begitu, perusahaan dapat memesan bahan baku secara tepat waktu dan menghindari kekurangan atau kelebihan stok.
Baca juga: 22 Software Manufaktur Terbaik untuk Efisiensi Pabrik
Kesimpulan
Raw material atau bahan baku adalah bahan mentah yang menjadi komponen penting untuk menghasilkan barang jadi dalam bisnis manufaktur. Bahkan ketersediaan, harga, dan pengelolaan efisien terhadap bahan baku dapat secara signifikan mempengaruhi keberlanjutan operasional. Jadi, penting bagi perusahaan untuk memahami apa itu raw material dan strategi manajemen yang tepat agar menguntungkan bisnis.
Seperti ketika harga bahan baku mengalami kenaikan, perusahaan harus bisa menyesuaikan harga jual produknya agar tidak menghadapi penurunan margin laba. Tidak hanya itu, strategi pengadaan yang efektif, negosiasi harga dengan pemasok, pencarian pemasok alternatif, atau inovasi dalam menggunakan bahan baku substitusi yang lebih murah atau lebih efisien dapat menjadi cara bagi perusahaan untuk mengoptimalkan biaya produksi.
FAQ:
1. Apa yang dimaksud dengan raw material?
Raw material atau bahan baku merupakan komponen utama dalam industri manufaktur yang digunakan untuk menghasilkan produk. Proses manufaktur sendiri mengacu pada pengolahan bahan baku menjadi barang jadi yang siap untuk digunakan atau dikonsumsi.
2. Apa saja contoh raw material?
Contoh bahan baku meliputi baja, minyak, jagung, biji-bijian, gas alam, batu bara, dan plastik. Bahan baku ini dapat berupa bahan baku langsung, seperti kayu yang digunakan untuk pembuatan kursi, yang secara langsung terlibat dalam proses produksi barang jadi.
3. Apa sebutan lain dari bahan mentah?
Selain bahan mentah, istilah lain yang digunakan untuk menyebutnya adalah bahan baku, bahan yang belum diolah, atau komoditas primer.