Panduan Job Costing: Arti, Tujuan, Rumus, dan Contoh Hitung
3 Min Read Posted on 01 Nov 2024
Daftar Isi
Anda mungkin sering menghadapi situasi di mana biaya produksi sulit diprediksi tanpa kendali yang jelas. Tanpa perhitungan yang akurat, rencana keuangan perusahaan bisa terancam. Menurut Motor Finance Online, produsen manufaktur harus melakukan pendekatan baru untuk mengelola dana dan arus kas, terutama ketika proyek yang ditangani memiliki kebutuhan material dan tenaga kerja yang berbeda-beda.
Tidak perlu khawatir, job costing bisa menjadi solusi tepat bagi Anda untuk menghitung biaya proyek secara spesifik. Dengan metode akuntansi ini, setiap biaya akan terlacak dengan mudah sesuai kategori yang tepat. Mari simak pengertian job costing, tujuan, rumus, dan contohnya untuk meningkatkan profit bisnis manufaktur Anda!
1. Apa itu Job Costing?
Job costing atau job order costing adalah metode akuntansi yang membantu perusahaan melacak biaya kumulatif proyek pada suatu unit produksi. Metode ini sangat berguna ketika Anda memproduksi barang sesuai pesanan khusus dari pelanggan. Misalnya, dalam pembuatan produk custom atau edisi terbatas, job costing memungkinkan Anda untuk menghitung dan mengalokasikan biaya secara detail pada setiap unit produksi yang berbeda.
Dalam konteks ini, penting juga untuk memahami perbedaan antara job costing dan process costing. Job costing digunakan ketika produk yang dihasilkan unik dan dipesan secara spesifik, seperti dalam pembuatan peralatan kustom, sementara process costing lebih cocok untuk produksi massal di mana produk serupa dibuat secara berkesinambungan, seperti pada pabrik makanan atau kimia.
Berdasarkan Efinance Management, biaya produksi dalam job order costing akan dipisahkan dengan jelas untuk setiap proyek, sehingga dapat dilacak dan ditelusuri dengan mudah. Biasanya, biaya ini dikategorikan ke dalam tiga komponen, yaitu; tenaga kerja, bahan baku, dan overhead. Kategori ini membantu Anda memahami alur pengeluaran pada proses produksi, sekaligus memastikan apakah biaya tersebut sesuai dengan kebutuhan unik dari suatu proyek.
2. Tujuan dan Kegunaan Job Costing
Tidak hanya efisiensi biaya, job order costing memiliki segudang manfaat untuk memaksimalkan laba dan meningkatkan kualitas produk. Supaya Anda paham, berikut adalah beberapa tujuan dan kegunaan dari job costing!
a. Akurasi Biaya Produksi
Job order costing memungkinkan Anda untuk menetapkan biaya setiap pekerjaan atau produk sehingga dapat memperhitungkan harga pokok produksi yang sesuai. Anda pun bisa menentukan harga jual yang lebih kompetitif dan transparan. Pendekatan ini membantu memastikan bahwa setiap unit produk yang dihasilkan membawa nilai profit yang seimbang dengan biaya yang dikeluarkan.
Keakuratan ini juga bermanfaat untuk menyusun laporan keuangan yang lebih informatif. Data biaya produksi yang tersusun rapi dan rinci memudahkan perusahaan dalam mengontrol akuntansi manufaktur dan menghindari biaya tersembunyi. Dengan begitu, Anda bisa memastikan bahwa harga jual yang ditawarkan mencerminkan seluruh biaya yang dikeluarkan, sekaligus menjaga margin keuntungan yang diharapkan tanpa merugikan pihak manapun dalam proses produksi.
b. Pengambilan Keputusan Strategis
Melalui metode penghitungan ini, perusahaan dapat memperoleh informasi biaya yang terperinci untuk setiap proyek atau pesanan. Informasi ini akan membantu manajemen dalam membuat keputusan yang lebih tepat, terutama dalam mengalokasikan sumber daya, menentukan prioritas proyek, atau menyesuaikan proses produksi sesuai kebutuhan bisnis.
Sebagai contoh, dengan data job costing, manajemen dapat mengidentifikasi proyek mana yang menguntungkan dan mana yang kurang produktif. Keputusan strategis seperti ini tidak hanya mengoptimalkan penggunaan sumber daya, tetapi juga mendukung perusahaan untuk bertindak lebih responsif dalam menghadapi perubahan pasar. Anda bisa mengalokasikan dana atau tenaga kerja pada proyek yang menghasilkan profit terbaik, sehingga menciptakan efisiensi operasional yang lebih tinggi.
c. Kontrol Pengeluaran Produksi
Mengendalikan pengeluaran adalah tantangan utama bagi perusahaan manufaktur. Tetapi Anda dapat bernapas lega, karena dengan penghitungan ini, kontrol pengeluaran akan lebih lebih ketat pada setiap tahap produksi. Dengan memisahkan biaya setiap pekerjaan, perusahaan bisa mengidentifikasi area mana saja yang mengalami pembengkakan biaya, lalu melakukan penyesuaian yang diperlukan untuk tetap menjaga anggaran.
Ketika ada perbedaan signifikan antara anggaran yang direncanakan dengan biaya aktual, job costing memudahkan Anda dalam melakukan analisis mendalam. Ini memungkinkan Anda untuk segera mengambil tindakan, seperti menyesuaikan pemakaian material atau mengurangi waktu kerja yang tidak produktif. Dengan pengendalian biaya yang lebih baik, perusahaan dapat memaksimalkan profit sekaligus mengurangi pemborosan dalam proses produksi.
d. Menilai Kelayakan Pesanan
Anda dapat menghitung biaya yang diperlukan untuk setiap pesanan, sehingga perusahaan bisa menilai apakah pesanan tersebut memberikan keuntungan yang sesuai atau justru merugikan. Jika biaya yang diperlukan lebih tinggi daripada yang dianggarkan, Anda memiliki dasar untuk menolak pesanan atau menyesuaikan harga sesuai dengan biaya yang sebenarnya.
Misalnya, jika sebuah pesanan membutuhkan bahan baku dan tenaga kerja yang jauh di atas rata-rata, Anda bisa mengkalkulasi apakah proyek tersebut layak diterima atau tidak. Dengan begitu, keputusan untuk menerima atau menolak pesanan didasarkan pada pertimbangan biaya yang nyata, bukan sekadar perkiraan, sehingga perusahaan terhindar dari risiko kerugian akibat penetapan harga yang kurang tepat.
e. Menghitung Laba Setiap Proyek
Mengetahui laba dari setiap proyek atau pesanan membantu perusahaan dalam mengukur performa secara keseluruhan. Anda dapat memantau laba dari setiap pekerjaan secara spesifik, yang menjadi dasar untuk evaluasi profitabilitas. Setiap proyek atau pesanan memiliki karakteristik unik, sehingga penting bagi perusahaan untuk memahami apakah setiap unit pekerjaan memberikan nilai tambah atau hanya membebani anggaran.
Sebagai contoh, jika proyek A menghasilkan laba lebih besar daripada proyek B, maka perusahaan bisa fokus pada pengembangan proyek serupa di masa mendatang. Evaluasi seperti ini memungkinkan Anda untuk membuat keputusan berdasarkan data aktual, serta meningkatkan efisiensi operasional. Dengan memonitor laba setiap proyek, perusahaan dapat menjaga performa finansial dan meningkatkan produktivitas secara menyeluruh.
f. Menilai Efisiensi Proses Produksi
Metode ini dapat memberikan informasi biaya untuk setiap langkah produksi, sehingga Anda bisa menilai efisiensi dari setiap proses kerja. Dengan mengetahui biaya yang diperlukan pada setiap tahap, perusahaan dapat mengidentifikasi area mana yang membutuhkan perbaikan atau penyesuaian agar lebih efektif.
Sebagai contoh, jika terdapat langkah produksi yang menyita waktu dan biaya lebih banyak dari yang diharapkan, Anda bisa segera melakukan analisis untuk menemukan solusi terbaik. Mungkin perlu ada perubahan pada metode kerja atau penggunaan bahan baku alternatif yang lebih hemat biaya. Evaluasi ini membantu perusahaan dalam mengoptimalkan proses produksi dan memastikan setiap tahap berjalan sesuai anggaran.
g. Membandingkan Biaya Aktual dan Estimasi
Kemampuan untuk membandingkan biaya aktual dengan estimasi awal adalah salah satu kegunaan utama dari job costing. Dengan membandingkan dua data ini, perusahaan dapat mengetahui seberapa akurat estimasi yang telah dibuat dan melakukan penyesuaian jika diperlukan. Jika terdapat perbedaan besar antara biaya aktual dan estimasi, Anda dapat melakukan evaluasi untuk mencegah terjadinya kesalahan yang sama di proyek mendatang.
Jika estimasi awal terlalu rendah dibandingkan dengan biaya aktual, perusahaan dapat meningkatkan akurasi estimasi di masa depan. Manfaat perencanaan produksi yang baik juga dapat terlihat dari kemampuan job order costing dalam menyesuaikan sumber daya berdasarkan data biaya. Hal ini memberikan kendali lebih baik atas biaya, terutama dalam proyek yang memiliki kompleksitas tinggi.
h. Menentukan Beban Produksi
Mengetahui beban produksi setiap pesanan atau proyek membantu perusahaan dalam menyusun jadwal dan mengalokasikan sumber daya yang diperlukan. Anda bisa memprediksi tantangan atau hambatan dalam menerima pesanan baru, sehingga perusahaan dapat merencanakan proses produksi secara lebih matang.
Jika sebuah pesanan membutuhkan penggunaan mesin tertentu selama beberapa jam, Anda bisa memperkirakan waktu dan tenaga kerja yang akan digunakan untuk pesanan tersebut. Dengan begitu, job costing membantu Anda untuk mengoptimalkan beban kerja dan kapasitas produksi yang variatif.
i. Menganalisis Tren Biaya Produksi
Dengan menyusun data biaya dari berbagai proyek sebelumnya, perusahaan dapat memprediksi biaya yang akan terjadi di masa mendatang. Informasi ini penting untuk menetapkan anggaran yang lebih akurat dan realistis, serta membantu dalam pengambilan keputusan strategis terkait harga jual dan biaya produksi.
Sebagai contoh, jika data menunjukkan peningkatan biaya material tertentu secara bertahap, perusahaan dapat melakukan langkah antisipatif, seperti mencari alternatif bahan baku atau melakukan pembelian dalam jumlah besar. Analisis tren ini memungkinkan perusahaan manufaktur untuk membuat keputusan berdasarkan data historis, yang pada akhirnya membantu dalam menjaga stabilitas biaya produksi.
j. Menjaga Kualitas dengan Efektif
Perusahaan dapat memastikan bahwa biaya yang dikeluarkan sebanding dengan kualitas yang dihasilkan. Anda bisa mengalokasikan biaya yang cukup untuk pengendalian kualitas tanpa mengeluarkan dana berlebihan. Dengan memahami komponen biaya pada setiap produk, Anda bisa menjaga standar kualitas yang diinginkan dan menghindari biaya tambahan yang tidak perlu.
Misalnya, biaya untuk bahan baku berkualitas tinggi mungkin lebih besar, namun akan sebanding dengan nilai produk di pasar. Job costing membantu Anda menentukan titik keseimbangan antara biaya dan kualitas, sehingga produk yang dihasilkan sesuai ekspektasi konsumen tanpa merusak anggaran.
3. Jenis-Jenis Biaya Job Costing
Setiap jenis biaya, mulai dari tenaga kerja, material, hingga overhead, memiliki karakteristik dan peran unik dalam menentukan total biaya proyek. Untuk membantu Anda mengelola anggaran dengan lebih tepat, mari kita bahas lebih lanjut ciri khas masing-masing jenis biaya di bawah ini.
a. Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja adalah komponen utama dalam job costing karena tenaga kerja langsung terlibat dalam proses produksi. Biaya ini dihitung berdasarkan upah per jam atau gaji per hari yang dibayarkan kepada pekerja. Dalam sektor manufaktur, biaya tenaga kerja sangat bervariasi tergantung kompleksitas produk dan keterampilan pekerja yang dibutuhkan.
Menghitung biaya tenaga kerja dengan akurat membantu Anda memahami kontribusi biaya ini terhadap total produksi. Data mengenai waktu kerja yang dicatat secara rinci, kemudian diinput dalam sistem agar perusahaan dapat melihat beban biaya untuk setiap pesanan. Dengan data ini, Anda bisa menentukan apakah tenaga kerja yang digunakan sudah optimal atau perlu disesuaikan untuk kedepannya.
b. Biaya Material
Biaya material mencakup semua bahan baku dan komponen yang digunakan dalam proses produksi, dan penghitungan biaya ini sangat penting untuk memastikan anggaran tetap terkendali. Material yang digunakan dalam produksi harus diakumulasi dengan cermat karena harganya sering kali fluktuatif dan jumlah yang dibutuhkan bisa berubah tergantung pesanan.
Di perusahaan manufaktur, material seperti baja, plastik, atau bahan kimia sering kali dihitung secara rinci berdasarkan kebutuhan spesifik setiap proyek, sehingga setiap biaya material yang dikeluarkan sesuai dengan persediaan yang dibutuhkan. Data mengenai material ini akan diproses dalam sistem inventaris yang mencatat jumlah penggunaan bahan dan biaya per unit. Dengan begitu, Anda bisa mengontrol biaya material dan mengurangi pemborosan.
c. Biaya Overhead
Biaya overhead merupakan pengeluaran yang tidak langsung terkait dengan produksi, tetapi tetap penting untuk diperhitungkan dalam job costing karena memiliki dampak besar pada biaya keseluruhan. Biaya overhead mencakup elemen seperti biaya listrik, sewa bangunan, serta biaya administrasi yang dibutuhkan untuk menjaga operasional pabrik berjalan lancar.
Misalnya, data penggunaan listrik dicatat dan diakumulasikan dalam sistem, lalu dialokasikan ke setiap proyek berdasarkan intensitas penggunaan. Dengan alokasi biaya overhead yang akurat, perusahaan dapat mengelola keuangan dengan lebih baik dan mengurangi risiko pembengkakan biaya yang tidak terkontrol.
4. Rumus dan Contoh Penerapan Job Costing
Anda mungkin merasa bingung tentang bagaimana mengumpulkan data biaya yang diperlukan dan bagaimana merumuskan setiap biaya secara tepat.
Untuk membantu Anda mengatasi permasalahan ini, berikut
rumus dan contoh penerapan untuk masing-masing jenis biaya
job costing :
a. Rumus Biaya Tenaga Kerja
Menghitung biaya tenaga kerja tidak boleh terlewat dalam proses job costing, karena tenaga kerja adalah salah satu komponen biaya terbesar dalam produksi. Cara menghitung komponen ini adalah dengan mengalikan upah per waktu dengan total jam kerja. Supaya lebih jelas, inilah rumus untuk menghitung biaya tenaga kerja:
Sebagai contoh, dalam sebuah pabrik yang memproduksi komponen otomotif, katakanlah Anda memiliki seorang teknisi yang dibayar Rp50.000 per jam dan dia bekerja selama 160 jam dalam satu bulan untuk menyelesaikan proyek tertentu. Dengan menggunakan rumus di atas, Anda dapat menghitung biaya tenaga kerja sebagai Rp50.000 x 160 = Rp8.000.000. Dengan perhitungan ini, Anda bisa memastikan bahwa biaya tenaga kerja sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan, sekaligus mengevaluasi efisiensi proses produksi.
b. Rumus Biaya Material
Biaya material adalah aspek penting lainnya dalam job costing yang menentukan seberapa efisien sumber daya digunakan dalam produksi. Memahami harga dan jumlah bahan yang dibutuhkan memungkinkan Anda mengontrol pengeluaran dan mengelola sumber daya secara efektif. Rumus untuk menghitung biaya material adalah:
Sebagai ilustrasi, jika perusahaan Anda memproduksi peralatan rumah tangga dan membeli plastik seharga Rp100.000 per kg, dan membutuhkan 50 kg untuk satu proyek, Anda dapat menghitung biaya material menggunakan rumus di atas. Dalam hal ini, biaya material untuk proyek tersebut adalah Rp100.000 x 50 = Rp5.000.000. Dengan melakukan penghitungan yang teliti ini, Anda bisa memastikan bahwa biaya material tetap dalam batas anggaran yang telah ditetapkan.
c. Rumus Biaya Overhead
Biaya overhead sering kali menjadi elemen yang sulit untuk diukur tetapi sangat penting dalam perhitungan total biaya proyek. Biaya ini mencakup pengeluaran yang tidak langsung terkait dengan produksi, seperti biaya listrik, sewa pabrik, dan gaji staf administrasi. Untuk menghitung biaya overhead, Anda dapat menggunakan rumus berikut:
Misalnya, jika total biaya overhead bulanan perusahaan Anda mencapai Rp20.000.000 dan total jam produksi selama bulan tersebut adalah 1.000 jam, Anda dapat menghitung biaya overhead per jam sebagai Rp20.000.000 / 1.000 = Rp20.000. Jika proyek tertentu membutuhkan 100 jam produksi, maka biaya overhead yang harus dialokasikan untuk proyek tersebut adalah Rp20.000 x 100 = Rp2.000.000. Dengan memperhitungkan biaya overhead ini, Anda bisa mendapatkan gambaran lebih jelas mengenai total biaya yang terkait dengan setiap proyek, sehingga memudahkan dalam pengambilan keputusan dan perencanaan keuangan.
5. Contoh Penerapan Job Costing
Proses implementasi job costing dalam perusahaan manufaktur terdiri dari beberapa tahap. Untuk memberikan Anda gambaran, berikut contoh penerapan job costing secara efektif untuk meningkatkan efisiensi dan keuntungan proyek.
Langkah pertama dalam menerapkan job costing adalah mengidentifikasi pekerjaan yang akan menjadi objek perhitungan biaya. Klasifikasikan setiap pekerjaan berdasarkan biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja. Selanjutnya, hitung semua biaya produksi yang terlibat. Ini termasuk biaya langsung serta biaya tidak langsung yang mungkin sulit dialokasikan, seperti biaya overhead.
Setelah semua biaya diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah menghitung tarif per unit dari biaya yang tidak langsung. Dengan cara ini, Anda bisa mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang total biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap pesanan.
Terakhir, pastikan untuk mencatat semua biaya di setiap proyek untuk analisis lebih lanjut. Ini akan memberikan gambaran persentase keuntungan yang didapatkan perusahaan. Untuk mempermudah proses penghitungan, Anda dapat manfaatkan teknologi seperti software manajemen yang praktis. Melalui teknologi ini, Anda dapat meningkatkan akurasi perhitungan sehingga mendukung pengembangan strategi produksi yang lebih stabil.
6. Tips Kelola Job Order Costing yang Efisien
Anda kini paham bahwa penerapan job costing cukup menantang, apalagi di tengah banyaknya biaya yang kompleks. Untuk menjawab kekhawatiran Anda, berikut adalah beberapa tips praktis yang dapat membantu Anda mengelola job costing dengan lebih terstruktur :
a. Identifikasi Pekerjaan sebagai Objek Biaya
Tips awal untuk memaksimalkan job costing adalah dengan mengidentifikasi pekerjaan yang akan menjadi objek biaya. Setiap proyek atau pesanan harus memiliki alokasi biaya yang jelas agar Anda dapat melacak pengeluaran secara rinci. Pada perusahaan manufaktur, ini berarti mengidentifikasi setiap produk atau pesanan yang memerlukan biaya tertentu, baik itu bahan, tenaga kerja, maupun overhead. Dengan demikian, Anda dapat memisahkan setiap pekerjaan dan mengelola anggaran dengan lebih mudah.
Misalnya, dalam pembuatan mesin khusus untuk klien, pengeluaran untuk setiap unit harus dicatat sebagai objek biaya yang terpisah. Ini memungkinkan Anda untuk menghitung total biaya dengan lebih tepat dan mengetahui margin keuntungan yang diperoleh dari setiap proyek. Melalui identifikasi ini, Anda juga bisa melihat apakah suatu proyek menguntungkan atau perlu evaluasi lebih lanjut.
b. Tentukan Biaya Langsung dan Tidak Langsung
Anda perlu menetapkan biaya langsung, seperti bahan baku dan tenaga kerja. Biaya bahan baku langsung mencakup seluruh bahan yang digunakan dalam pembuatan produk, sementara biaya tenaga kerja langsung meliputi upah pekerja yang terlibat langsung dalam produksi. Dengan memisahkan biaya ini, Anda dapat menghitung biaya produksi per unit secara lebih akurat.
Sebagai contoh, dalam pembuatan furnitur, kayu dan bahan perekat dihitung sebagai biaya bahan baku langsung, sedangkan upah tukang kayu dihitung sebagai biaya tenaga kerja langsung. Pemisahan ini tidak hanya membantu dalam perhitungan biaya, tetapi juga dalam menentukan harga jual yang kompetitif, sehingga Anda dapat mengoptimalkan laba perusahaan.
c. Hitung Tarif Biaya Overhead per Unit
Biaya overhead merupakan biaya tidak langsung yang perlu dialokasikan ke setiap proyek agar perhitungan biaya lebih akurat. Tarif overhead dapat dihitung per unit atau per jam kerja berdasarkan keseluruhan biaya overhead bulanan.
Dengan tarif ini, Anda dapat mengalokasikan overhead sesuai durasi produksi untuk setiap proyek, sehingga anggaran lebih akurat dan mencegah terjadinya pengeluaran berlebih. Jika ada komponen yang terlewat, maka rencana keuangan Anda akan tidak akurat dan berpotensi fatal akibat pemborosan biaya.
d. Pilih Dasar Alokasi yang Tepat
Pemilihan dasar alokasi yang tepat untuk biaya tidak langsung sangat penting untuk memastikan bahwa setiap proyek menanggung biaya overhead secara proporsional. Dasar alokasi ini bisa berupa jam kerja, jumlah unit produksi, atau jam mesin, tergantung pada kebutuhan spesifik proyek. Dengan menentukan dasar yang sesuai, Anda dapat mengalokasikan biaya tidak langsung secara lebih realistis.
Sebagai contoh, jika Anda memilih jam mesin sebagai dasar alokasi, maka biaya overhead akan dibebankan berdasarkan jumlah jam mesin yang digunakan untuk setiap proyek. Dasar alokasi yang tepat membantu Anda menghindari kesalahan dalam pembebanan biaya dan mendukung akurasi dalam perhitungan biaya total setiap proyek.
e. Libatkan Tim dalam Perencanaan
Melibatkan tim produksi dalam perencanaan job costing adalah langkah penting untuk keefektifan sumber daya. Dengan keterlibatan ini, tim produksi dapat memberikan masukan terkait kebutuhan material, waktu, dan tenaga kerja yang sebenarnya di lapangan, sehingga perkiraan biaya menjadi lebih realistis. Ini juga membantu mengidentifikasi potensi penghematan atau kendala yang mungkin dihadapi sesuai alur proses produksi.
Selain itu, komunikasi yang baik antara manajemen dan tim produksi memastikan bahwa semua pihak memiliki pemahaman yang sama terkait anggaran dan target biaya. Misalnya, jika ada perubahan harga bahan baku atau kebutuhan waktu yang lebih lama dari perkiraan, tim produksi dapat segera melaporkannya, sehingga manajemen dapat melakukan penyesuaian anggaran tanpa mengganggu proses produksi.
f. Pantau Penggunaan Bahan Baku
Penggunaan bahan baku harus dipantau dengan cermat untuk memastikan bahwa tidak ada pemborosan yang mengakibatkan peningkatan biaya. Dalam job costing, Anda perlu mencatat jumlah bahan yang digunakan untuk setiap pesanan agar anggaran tetap terkendali. Dengan mencatat penggunaan bahan baku secara rinci, Anda bisa mengoptimalkan stok dan memastikan bahan hanya digunakan sesuai kebutuhan.
Sebagai contoh, dalam pembuatan produk elektronik, pencatatan jumlah komponen yang digunakan sangat penting agar tidak terjadi kekurangan atau kelebihan stok. Pemantauan ini membantu Anda menjaga efisiensi biaya material, meningkatkan produktivitas, dan menghindari risiko kerugian akibat pemborosan.
g. Pelacakan Biaya yang Terpusat
Menggunakan sistem pelacakan biaya terpusat dapat mempercepat proses pencatatan dan memastikan semua biaya tercatat dengan akurat. Sistem ini memungkinkan Anda memantau pengeluaran untuk setiap proyek dalam satu platform, sehingga data lebih mudah diakses dan dianalisis. Dengan pelacakan terpusat, Anda dapat memastikan bahwa setiap biaya yang dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan proyek.
Sebagai contoh, perusahaan yang menggunakan sistem terpusat dapat dengan mudah melacak biaya bahan baku, tenaga kerja, dan overhead tanpa harus melakukan pencatatan manual yang rentan terhadap kesalahan. Sistem ini juga memudahkan pelaporan biaya, sehingga Anda memiliki kontrol yang lebih baik atas anggaran perusahaan.
h. Lakukan Analisis Varians Biaya
Melakukan analisis varians antara biaya aktual dan estimasi membantu Anda mengetahui penyimpangan yang mungkin terjadi. Varians ini menunjukkan perbedaan antara biaya yang direncanakan dan biaya yang terealisasi, sehingga Anda bisa mengevaluasi apakah ada pengeluaran yang perlu dikendalikan. Dengan analisis varians, Anda dapat mencegah pembengkakan biaya yang tidak diinginkan.
Jika biaya tenaga kerja untuk proyek tertentu ternyata lebih tinggi dari yang dianggarkan, Anda dapat mengevaluasi apakah ini disebabkan oleh tambahan jam kerja atau kenaikan upah. Analisis varians ini memberikan gambaran yang jelas tentang efektivitas anggaran dan memungkinkan perbaikan strategi biaya di masa depan.
i. Manfaatkan Rekam Jejak Data
Menggunakan rekam jejak data dari proyek sebelumnya sangat membantu dalam mengelola job costing secara efisien. Dengan merekonsiliasi catatan inventaris secara teratur, Anda dapat memastikan bahwa setiap biaya material yang tercatat sesuai dengan penggunaan sebenarnya. Pendekatan ini memungkinkan Anda untuk memantau sisa bahan, mengurangi pemborosan, dan memastikan bahwa bahan baku tersedia tepat saat dibutuhkan untuk proyek selanjutnya.
Pertimbangkan juga untuk menggunakan pemindaian kode batang untuk meningkatkan akurasi pencatatan inventaris dan mengurangi kesalahan manual. Data historis yang akurat memudahkan Anda dalam menganalisis pola biaya, sehingga estimasi untuk proyek mendatang lebih baik.
j. Lakukan Optimasi Job Costing
Memanfaatkan teknologi dalam job costing sangat penting untuk meningkatkan efisiensi dan akurasi perhitungan biaya. Dengan perangkat lunak manajemen yang tepat, Anda dapat mengotomatisasi pencatatan dan analisis biaya, yang memungkinkan Anda mengakses data real-time dan mengurangi kesalahan manual.
Jika Anda kesulitan dalam mengolah data keuangan, perangkat lunak khusus akan secara otomatis melacak biaya material, tenaga kerja, dan overhead proyek. Dengan sistem yang terintegrasi, Anda tidak hanya menghemat waktu tetapi juga memastikan bahwa setiap aspek job costing diatur dengan efisien, serta meningkatkan keuntungan perusahaan manufaktur.
Anda bisa hitung biaya job costing
secara otomatis dengan Software Manufaktur ScaleOcean!
COBA SEKARANG!
7. Kesimpulan
Job costing sangat penting dalam bisnis manufaktur untuk memastikan setiap pekerjaan memiliki biaya yang tepat sasaran. Perusahaan pun bisa menetapkan harga jual dengan margin yang menguntungkan. Dalam praktiknya, pengelolaan job costing yang efektif dapat membantu perusahaan manufaktur mengoptimalkan anggaran. Meski begitu, Anda perlu memastikan akurasi pada setiap detail biaya, mulai dari tenaga kerja hingga overhead. Beberapa poin ini sering kali membutuhkan waktu dan ketelitian ekstra.
Untuk menghindari potensi kerugian dan kesalahan data di kemudian hari, Anda dapat menerapkan sistem perangkat lunak manajemen yang terintegrasi. Tidak perlu khawatir, karena Anda dapat melacak dan mengotomatiskan seluruh proses job costing secara real-time. Jika penasaran dengan cara kerja software ini dalam Job costing, Cobalah demo gratis dan konsultasi untuk memahami lebih jauh untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan biaya di bisnis manufaktur Anda.
Dapatkan update konten terbaik kami
secara rutin di Inbox Anda!
REKOMENDASI
Artikel Terkait
Nov 01, 2024 3 Min Read
Tutup Buku: Proses dan Contohnya di Akhir Periode Perusahaan
Nov 01, 2024 3 Min Read
Panduan Job Costing: Arti, Tujuan, Rumus, dan Contoh Hitung
Nov 01, 2024 3 Min Read
Apa itu ERP Workflow, Manfaat, dan Contoh Penerapannya
Oct 30, 2024 3 Min Read
12 Rekomendasi Software Terbaik untuk Pabrik Makanan
REKOMENDASI