Audrey
AudreyBalasan dalam 1 menit
Hello 👋

Discover how our expert consultants can elevate your company's performance. Contact us today to schedule a demo and explore tailored solutions for your business needs.
Industri Manufaktur Informasi Bisnis Produksi Solusi Bisnis

Berikut ini 7 Pemborosan dalam Proses Produksi Manufaktur

3 Min Read     Posted on 29 Jul 2024

Share Artikel

Ada 7 pemborosan dalam proses produksi manufaktur yang membutuhkan pengelolaan ekstra, agar perusahaan dapat mencapai efisiensi dan operasional proses manufaktur yang maksimal. Jika pemborosan-pemborosan tersebut terjadi, maka tidak hanya menguras sumber daya tetapi juga menurunkan produktivitas dan kualitas produk akhir. 

Untuk itu, mari kita pahami satu persatu dari 7 pemborosan dalam proses produksi yang bisa terjadi di perusahaan manufaktur tersebut. Dengan pemahaman ini, Anda bisa menghindari pemborosan yang bisa terjadi di perusahaan Anda dengan efektif, sehingga akan meningkatkan produktivitas dan produktivitas secara menyeluruh.

1. Waste of Overproduction

Salah satu dari 7 pemborosan dalam proses produksi adalah waste of overproduction, yang disebabkan oleh produksi berlebihan. Hal ini terjadi ketika perusahaan memproduksi lebih banyak daripada yang diperlukan pasar atau lebih cepat dari yang dibutuhkan dalam proses produksi berikutnya. 

Dampak dari pemborosan ini sangat merugikan perusahaan, seperti akan lebih banyak membutuhkan penyimpanan tambahan yang bisa meningkatkan biaya penyimpanan, dan risiko kerusakan serta penurunan kualitas produk selama penyimpanan tersebut.

Untuk itu, perusahaan manufaktur bisa menerapkan metode produksi yang tepat seperti JIT untuk memproduksi hanya barang yang diperlukan pada periode tersebut. Anda juga bisa mengontrol aliran bahan dan produksi untuk memastikan produksi hanya terjadi sesuai permintaan yang masuk. 

2. Waste of Inventory

Waste of inventory menjadi salah satu dari 7 pemborosan dalam proses produksi yang harus ditangani, terjadi karena penyimpanan yang lebih banyak daripada yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan pelanggan. Hal ini terjadi karena ketidakakuratan perencanaan produksi, ketidakpastian permintaan, maupun kebijakan pembelian yang tidak efisien.

Dampak dari pemborosan ini sangat signifikan karena persediaan yang berlebihan dapat mengikat modal yang seharusnya dapat digunakan untuk kegiatan lain yang lebih produktif. Selain itu, biaya penyimpanan, risiko kerusakan, keusangan, dan penurunan kualitas produk juga meningkat seiring dengan bertambahnya persediaan.

Untuk mengatasinya, Anda bisa membuat perencanaan produksi yang lebih optimal, dan metode produksi yang tepat seperti lean manufacturing untuk mendorong perbaikan berkelanjutan dalam proses operasional untuk mengurangi persediaan yang tidak perlu. Forecast terhadap permintaan juga penting untuk memprediksi permintaan dengan lebih akurat, sehingga mengurangi kebutuhan untuk menyimpan persediaan berlebih.

3. Waste of Defects

Selanjutnya ada waste of defects, akibat cacat produk yang terjadi ketika produk yang dihasilkan tidak memenuhi standar kualitas yang ditetapkan dan memerlukan perbaikan, pengerjaan ulang, bahkan penghapusan. Defect ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti bahan baku yang buruk, kesalahan proses produksi, maupun peralatan yang tidak dikalibrasi dengan benar.

Akibatnya sangat merugikan perusahaan manufaktur, karena dapat meningkatkan biaya produksi dan menurunkan produktivitas. Hal ini juga dapat berpengaruh pada ketidakpuasan pelanggan, dan penurunan kepercayaan terhadap merek sehingga berpengaruh jangka panjang pada profitabilitas perusahaan yang menurun. 

Penting bagi perusahaan manufaktur untuk menerapkan quality management yang handal untuk mengatasi pemborosan ini dengan maksimal. Seperti TQM dan six sigma yang fokus pada peningkatan kualitas di setiap tahapan produksi, juga di akhir produk yang telah dihasilkan sebelum lanjut ke tahap distribusi. Lakukan juga inspeksi dan pengujian kualitas berkala terhadap bahan baku dan produk jadi untuk mencegah  masuknya bahan yang tidak sesuai standar ke dalam proses produksi.  

4. Waste of Transportation

7 pemborosan dalam proses produksi selanjutnya adalah waste of transportation, yang terjadi ketika bahan atau produk jadi dipindahkan lebih sering atau lebih jauh dari yang seharusnya dilakukan. Pemborosan ini akibat dari setiap pergerakan transportasi yang tidak perlu, yang akan menambah waktu, biaya, dan risiko kerusakan tanpa memberikan nilai tambah pada produk akhir.

Penyebab umumnya terjadi karena tata letak pabrik yang tidak efisien, dan kurangnya koordinasi antar departemen di perusahaan manufaktur. Hal tersebut, tidak hanya akan menghambat aliran kerja, tetapi juga dapat meningkatkan kelelahan para pekerja, bahkan berisiko pada keselamatannya.

Anda bisa mengatasinya dengan menerapkan beberapa strategi, seperti merancang tata letak pabrik manufaktur dengan efisien berdasarkan aliran material dan informasi yang optimal. Selain itu, terapkan juga strategi perencanaan dan penjadwalan produksi optimal untuk pastikan bahan dan produk berada di tempat yang tepat pada waktu yang tepat, sehingga mengurangi kebutuhan akan transportasi yang berlebihan. 

5. Waste of Motion

Selanjutnya ada waste of motion yang menjadi salah satu dari 7 pemborosan dalam proses produksi, yang terjadi ketika karyawan melakukan gerakan yang tidak perlu seperti mencari alat, mengambil bahan dari lokasi yang jauh, atau melakukan tindakan berulang yang tidak menambah nilai pada produksi.

Pemborosan akibat pergerakan ini akan menyebabkan peningkatan waktu siklus di produksi, kelelahan pekerja, juga potensi cedera yang dapat berpengaruh pada penurunan efisiensi dan produktivitas di produksi manufaktur. Agar perusahaan bisa menghindari pemborosan ini, bisa diterapkan beberapa cara:

Perusahaan bisa merancang tata letak tempat kerja yang ergonomis dan efisien, di mana alat, bahan, dan hal hal yang dibutuhkan untuk produksi ditempatkan sedekat mungkin dengan area kerja untuk meminimalkan gerakan yang tidak perlu. Metode 5S (Sort, Set in order, Shine, Standardize, Sustain) dapat membantu dalam mengorganisasi tempat kerja secara sistematis sehingga setiap item memiliki tempat yang jelas dan mudah dijangkau.  

6. Waste of Waiting

Waste of waiting juga menjadi pemborosan selanjutnya, yang terjadi ketika waktu yang dihabiskan oleh pekerja, mesin, atau bahan baku menunggu untuk proses berikutnya. Proses tersebut dapat disebabkan adanya ketidakseimbangan di lini produksi, kerusakan mesin, juga keterlambatan pengiriman bahan baku, serta proses persetujuan yang lambat.

Hal tersebut akan mengakibatkan penurunan produktivitas, meningkatkan waktu siklus, juga menurunnya efisiensi produksi secara menyeluruh. Waktu yang dihabiskan untuk menunggu tidak akan menambah nilai pada produk akhir, sehingga sumber daya tidak bisa dioptimalkan secara optimal.

Untuk mengatasinya, Anda bisa menyelarasakan aliran produksi dengan menggunakan teknik seperti takt time dan balancing line untuk memastikan setiap bagian dari proses produksi bergerak pada kecepatan yang sama. Penerapan software ERP manufaktur juga dapat meningkatkan koordinasi dan komunikasi antara departemen, sehingga mengurangi keterlambatan dan ketidakseimbangan dalam produksi.

7. Waste of Overprocessing

Pemborosan terakhir yang menjadi bagian dari 7 pemborosan dalam proses produksi adalah waste of overprocessing, di mana hal ini terjadi akibat proses berlebihan. Pemborosan ini terjadi ketika produk atau komponen menerima langkah tambahan yang tidak perlu, atau melebihi persyaratan kualitas yang dibutuhkan pelanggan. 

Overprocessing yang mengakibatkan pemborosan terjadi karena tindakan seperti penggilingan, pengecatan, pengukuran, atau perakitan yang dilakukan lebih dari yang diperlukan untuk memenuhi spesifikasi produk. Hal tersebut bisa terjadi karena kurangnya pemahaman yang jelas tentang kebutuhan pelanggan, ketidakjelasan dalam spesifikasi produk, atau kebijakan internal yang terlalu ketat. 

Perusahaan manufaktur bisa mengatasinya dengan melakukan analisis terhadap kebutuhan dan spesifikasi pelanggan, untuk memastikan setiap langkah dalam produksi benar-benar memberikan nilai tambah yang diperlukan. Anda juga harus menerapkan SOP produksi yang harus dikaji ulang dan disederhanakan untuk menghilangkan redundansi dan aktivitas yang tidak perlu.

8. Kesimpulan

Dari penjelasan ini, kita bisa menarik kesimpulan bahwa ada 7 pemborosan dalam proses produksi yang harus diatasi dan dikelola dengan maksimal di perusahaan manufaktur. Anda bisa mengambil langkah strategis yang diperlukan untuk setiap pemborosan yang terjadi di pabrik manufaktur, sehingga pengelolaannya dapat optimal dan menghindari perusahaan dari kerugian yang signifikan. 

Dengan mengatasi berbagai pemborosan yang dapat terjadi di perusahaan manufaktur, Anda dapat memaksimalkan nilai yang diberikan kepada pelanggan sambil mengurangi biaya produksi serta meningkatkan daya saing di pasar dinamis. Mengatasi pemborosan di produksi juga akan membantu Anda mencapai operasional manufaktur yang lebih terstruktur, efisien, dan responsif terhadap perubahan yang terjadi dalam bisnis.

Dapatkan update konten terbaik kami
secara rutin di Inbox Anda!

Dapatkan
Demo Gratis

Sampaikan kebutuhan bisnis Anda dan konsultasikan dengan tim ahli kami.

REKOMENDASI

Artikel Terkait

CMMS Software: Definisi, Manfaat, dan Mekanisme Kerjanya

  Sep 19, 2024        3 Min Read

CMMS Software: Definisi, Manfaat, dan Mekanisme Kerjanya

20 Rekomendasi Software Payroll Terbaik untuk Bisnis

  Sep 18, 2024        3 Min Read

20 Rekomendasi Software Payroll Terbaik untuk Bisnis

Memahami Manajemen Distribusi dan Perannya di Bisnis

  Sep 18, 2024        3 Min Read

Memahami Manajemen Distribusi dan Perannya di Bisnis