Perbedaan Job Costing dan Process Costing di Manufaktur

ScaleOcean Team
Posted on
Share artikel ini

Job costing dan process costing adalah dua metode akuntansi biaya yang digunakan untuk menghitung biaya produksi. Perbedaan utama keduanya terletak pada jenis produk yang dihasilkan dan cara pengumpulan biayanya. Namun, masih banyak perusahaan menghadapi tantangan dalam menentukan metode yang tepat untuk mengalokasikan biaya.

Memahami perbedaan antara job costing dan process costing sangat penting bagi perusahaan untuk menghitung biaya produksi secara tepat. Dengan pemahaman ini, perusahaan dapat memilih metode yang sesuai dengan jenis produk yang dihasilkan dan memastikan estimasi biaya yang lebih akurat.

Dalam artikel ini, pembaca dapat menggunakan informasi mengenai perbedaan job costing dan process costing. Informasi ini dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk memilih metode yang tepat guna mengoptimalkan perhitungan biaya dan meningkatkan efisiensi proses manufaktur.

starsKey Takeaways

Coba Demo Gratis!

requestDemo

1. Perbedaan Job Costing dan Process Costing

Perbedaan utama job costing dan process costing terletak pada objek biayanya: job costing atau job order costing, melacak biaya untuk pesanan produk yang bersifat unik atau khusus, sementara process costing mengumpulkan biaya berdasarkan setiap tahap produksi untuk produk yang diproduksi secara massal dan homogen.

Job costing cocok digunakan oleh perusahaan seperti kontraktor atau pembuat furnitur kustom, sedangkan process costing lebih tepat untuk perusahaan seperti produsen makanan dan minuman kemasan, sabun, atau cat. Untuk lebih detail, berikut perbedaan keduanya:

a. Fokus Produksi

Perbedaan job order costing dan process costing yang pertama dilihat dari fokusnya dalam proses produksi di perusahaan manufaktur. Job order costing digunakan dalam proses bisnis manufaktur yang produknya disesuaikan atau diproduksi sesuai dengan pesanan spesifik dari pelanggan.

Sedangkan process costing, digunakan di pabrik manufaktur dengan produksi yang seragam dan berkelanjutan, di mana produk melewati beberapa proses atau tahapan yang masing-masing memiliki biaya yang diakumulasikan dan diatribusikan dalam jumlah besar produk yang homogen.

b. Karakteristik Biaya

Karakteristik biaya menjadi perbedaan job order costing dan process costing yang selanjutnya, di mana dalam job order costing biaya dikumpulkan per job yang mengakomodasikan keunikan dan variabilitas produk. Biaya produksi metode ini ditentukan berdasarkan spesifikasi job tersebut, dan biaya bisa sangat berbeda antar job.

Di sisi lain, process costing mengumpulkan biaya untuk setiap proses atau tahapan, di mana biaya tersebut akan diatribusikan secara merata ke semua unit yang dihasilkan, sehingga dapat menunjukkan biaya rata rata per unit yang konstan. Maka dari itu, process costing ini cocok untuk proses produksi massal tanpa adanya perbedaan besar antar unit, serta membantu perusahaan dalam menyusun anggaran biaya produksi dengan lebih akurat.

c. Perhitungan Biaya

Job order costing membutuhkan pencatatan yang rinci dengan setiap pelacakan job secara terpisah, sehingga akan mengakumulasikan biaya yang terkait secara langsung dengan job tersebut. Proses tersebut melibatkan perhitungan yang teliti dari setiap biaya produksi untuk setiap pesanan.

Sedangkan perhitungan process costing, memudahkan pengalokasian biaya dengan menggunakan metode average. Di mana total biaya untuk suatu proses dibagi dengan jumlah unit yang dihasilkan, dan menghasilkan biaya per unit yang menunjukkan pengeluaran rata rata untuk produksi tersebut.

d. Penggunaan di Proses Bisnis Manufaktur

Perbedaan job order costing dan process costing juga dilihat dari bagaimana penggunaannya di proses bisnis manufaktur. Job order costing ini biasanya digunakan di industri dengan produk yang disesuaikan secara signifikan. Contohnya seperti pabrik manufaktur pembuat pesawat, konstruksi, atau perusahaan pembuat alat khusus dengan setiap item dapat sangat berbeda satu sama lain.

Masalah produksi di pabrik sering kali terjadi dalam proses berkelanjutan, di mana biaya produksi bisa terpengaruh oleh gangguan atau kesalahan dalam alur produksi. Berbeda dengan process costing, di mana penggunaannya lebih diaplikasikan dalam industri manufaktur dengan produksi berkelanjutan dan output yang sama.

Contohnya seperti produksi tekstil, kimia, atau F&B yang penerapannya akan memudahkan pengelolaan biaya dalam skala besar. Untuk memastikan penghitungan biaya tetap akurat di tengah variasi produksi tersebut, penting untuk perusahaan menerapkan product cost management sehingga dapat memudahkan analisis biaya setiap proyek secara rinci dan konsisten.

e. Kemudahan Pelaporan

Laporan keuangan yang dihasilkan dalam siklus akuntansi juga menjadi perbedaan job costing dan process costing. Job order costing ini cenderung lebih kompleks karena masing-masing job memerlukan pemantauan dan dokumentasi yang detail, serta harus adanya penerapan software akuntansi manufaktur yang mampu menangani berbagai informasi biaya secara terpisah untuk setiap pekerjaan.

Sedangkan pelaporan process costing ini lebih sederhana dan terstandarisasi, karena biaya per unit dihitung berdasarkan proses, dan tidak per job. Proses penulisan laporan biaya dalam metode ini juga akan memudahkan agregasi data, dan analisis tren dalam skala yang lebih besar serta lebih seragam.

2. Proses Alokasi Job Costing dan Process Costing

Job costing dan process costing memiliki pendekatan yang berbeda dalam alokasi biaya. Pada job costing, biaya dialokasikan berdasarkan setiap pekerjaan atau pesanan tertentu. Setiap pesanan produk dianggap unik, sehingga alokasi biaya dilakukan per proyek untuk memudahkan perhitungan biaya spesifik, termasuk COGM (Cost of Goods Manufactured) yang dihitung untuk setiap pekerjaan.

Sementara itu, process costing lebih cocok untuk produk massal dan homogen. Biaya dialokasikan berdasarkan tahapan produksi, dengan tujuan untuk menentukan biaya per unit produk. Dalam sistem ini, biaya total dibagi dengan jumlah produk yang dihasilkan selama periode tertentu.

Penting bagi perusahaan untuk memilih metode yang sesuai dengan jenis produknya. Misalnya, untuk produk kustom, job costing akan memberikan alokasi biaya yang lebih tepat, sementara produk massal lebih efisien dengan menggunakan process costing. Kedua sistem ini dapat mempengaruhi keputusan harga dan perencanaan keuangan.

Selain job costing dan process costing, full costing memberikan gambaran lengkap tentang semua biaya yang dikeluarkan dalam produksi. Sistem ini menggabungkan biaya tetap dan variabel, memberikan pemahaman menyeluruh untuk perencanaan keuangan dan pengambilan keputusan harga yang lebih akurat.

Untuk mengelola job costing dan process costing, Software Manufaktur ScaleOcean hadir sebagai solusi terbaik yang memberikan visibilitas dan kontrol penuh atas setiap aspek biaya produksi. Dengan fitur-fitur canggih yang terintegrasi, Anda dapat memantau dan menganalisis biaya bahan baku, tenaga kerja, dan overhead secara real-time.

Sistem ini mengotomatiskan perhitungan biaya produksi yang akurat, membantu Anda menghindari pemborosan dan meningkatkan efisiensi produksi perusahaan. ScaleOcean juga memungkinkan manajemen untuk mendapatkan laporan yang jelas dan mudah dipahami mengenai biaya setiap proyek atau proses produksi.

Sebagai vendor ERP manufacturing terpercaya di Indonesia, ScaleOcean juga menyediakan konsultasi dengan tim expert dan uji coba gratis yang akan memberikan Anda gambaran bagaimana sistem ini bekerja untuk memberikan transparansi penuh dan memaksimalkan profitabilitas bisnis Anda.

Manufaktur

3. Manfaat Penerapan Job Costing dan Process Costing

Penerapan job costing dan process costing memberikan manfaat seperti peningkatan akurasi dalam penentuan biaya produksi, pengendalian biaya yang lebih efektif, serta keputusan yang lebih tepat dalam pengelolaan biaya.

Manfaat penerapan Job Costing dan Process Costing antara lain:

  • Akuntabilitas Biaya: Kedua metode ini membantu perusahaan untuk memantau dan mengontrol biaya produksi secara lebih rinci, memastikan setiap tahap produksi terhitung dengan tepat.
  • Penetapan Harga yang Lebih Akurat: Dengan mengetahui biaya yang tepat untuk setiap pekerjaan atau proses, perusahaan dapat menentukan harga jual produk dengan lebih akurat, sesuai dengan harga pokok produksi.
  • Efisiensi Pengelolaan Sumber Daya: Baik Job Costing maupun Process Costing memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi pemborosan dan meningkatkan efisiensi dalam penggunaan sumber daya. Ini sangat ideal untuk bisnis yang berfokus pada efisiensi dan produksi bervolume tinggi.
  • Membantu Menagih Klien dan Memahami Profitabilitas: Dengan informasi biaya yang lebih jelas, perusahaan dapat menagih klien dengan lebih akurat dan mengukur profitabilitas proyek atau produk secara lebih efektif.
  • Meningkatkan Pengambilan Keputusan: Informasi biaya yang lebih jelas memungkinkan manajemen untuk membuat keputusan yang lebih baik terkait alokasi anggaran, investasi, dan perencanaan produksi.
  • Pencatatan yang Lebih Terstruktur: Kedua metode ini memberikan struktur yang jelas dalam pencatatan biaya, membantu perusahaan dalam memantau perkembangan dan kinerja produksi secara lebih efektif.

Sistem keuangan manufaktur sangat terasa dalam hal ini, karena mampu mengotomatisasi pencatatan dan pelaporan biaya secara real-time dengan tingkat akurasi tinggi. Sistem ini memudahkan pengelolaan data keuangan yang kompleks, mempercepat proses audit, serta memberikan insight yang mendalam.

4. Kesimpulan

Perbedaan utama antara job costing dan process costing terletak pada jenis produk dan cara akumulasi biayanya. Job costing melacak biaya untuk setiap pesanan atau proyek unik, sementara process costing mengalokasikan biaya secara massal dan seragam, di mana setiap unit produk memiliki biaya yang hampir sama.

Dalam memilih antara job costing dan process costing, perusahaan harus mempertimbangkan jenis produk yang mereka hasilkan. Setiap sistem memiliki keunggulannya, dan pemahaman yang baik akan membantu menentukan metode yang paling efisien dalam pengalokasian biaya produksi.

Untuk perusahaan manufaktur, menggunakan Software Manufacturing ScaleOcean dapat mempermudah proses alokasi biaya. Dengan fitur canggih yang mendukung job costing dan process costing, perusahaan dapat mengelola biaya produksi secara lebih efektif dan efisien, mendukung kelancaran operasional.

FAQ:

1. Apa perbedaan mendasar antara Job Order Costing dan Process Costing?

Perbedaan utama antara job order costing dan process costing terletak pada jenis produk dan metode pengumpulan biayanya. Job order costing diterapkan untuk produk unik yang diproduksi berdasarkan pesanan, dengan biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan (job). Sementara itu, process costing lebih cocok untuk produksi massal barang homogen, di mana biaya dikumpulkan berdasarkan departemen atau proses produksi.

2. Apa yang dimaksud dengan Job Order Costing?

Job Order Costing adalah sistem akuntansi biaya yang mengalokasikan biaya produksi (bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik) ke setiap pesanan atau pekerjaan secara individual. Sistem ini cocok untuk perusahaan yang memproduksi barang atau jasa yang bervariasi dan dibuat berdasarkan pesanan pelanggan.

3. Apa yang dimaksud dengan Process Costing?

Process Costing adalah sistem akuntansi biaya yang digunakan untuk mengukur biaya produksi untuk unit-unit yang diproduksi secara massal dan melalui tahapan atau departemen produksi yang berurutan. Biaya produksi diakumulasikan per departemen atau pusat biaya selama periode waktu tertentu, kemudian dirata-ratakan ke semua unit yang melewati departemen tersebut.

Jadwalkan Demo Gratis

Error message
Error message
Error message
Error message
Error message
Error message

Rekomendasi Artikel Terkait

Temukan Artikel Serupa untuk Solusi Bisnis Lebih Lengkap