Anda mungkin sering menghadapi situasi di mana biaya produksi sulit diprediksi tanpa kendali yang jelas. Tanpa perhitungan yang akurat, rencana keuangan perusahaan bisa terancam.
Menurut Motor Finance Online, produsen manufaktur harus melakukan pendekatan baru untuk mengelola dana dan arus kas, terutama ketika proyek yang ditangani memiliki kebutuhan material dan tenaga kerja yang berbeda-beda.
Tidak perlu khawatir, job costing bisa menjadi solusi tepat bagi Anda untuk menghitung biaya proyek secara spesifik. Dengan metode akuntansi ini, setiap biaya akan terlacak dengan mudah sesuai kategori yang tepat, membantu Anda mengoptimalkan biaya manufaktur secara keseluruhan.
Artikel ini akan membahas secara lengkap pengertian job costing, tujuan, rumus, serta contoh penerapannya yang efektif agar Anda bisa meningkatkan profit bisnis manufaktur Anda.

- Job costing adalah metode akuntansi untuk melacak dan menghitung biaya spesifik setiap proyek atau pesanan unik, ideal untuk bisnis manufaktur berbasis pesanan kustom.
- Penerapan job costing di manufaktur membantu pengendalian biaya yang efektif, pengambilan keputusan strategis lebih baik, dan peningkatan efisiensi operasional secara menyeluruh.
- Penerapan job costing meliputi identifikasi pekerjaan, penghitungan biaya langsung dan tidak langsung, serta pencatatan semua pengeluaran untuk analisis profitabilitas proyek.
- Software manufaktur ScaleOcean dapat melacak dan mengotomatiskan seluruh proses job costing secara real-time, menghindari kesalahan data serta mengoptimalkan keuntungan.
1. Apa itu Job Costing?
Job costing merupakan metode akuntansi biaya yang dirancang khusus untuk melacak dan menghitung biaya kumulatif yang dikeluarkan untuk setiap proyek atau pesanan tertentu secara terpisah. Metode ini sangat ideal diterapkan pada bisnis yang menghasilkan produk atau jasa yang unik atau dibuat berdasarkan pesanan khusus pelanggan.
Tujuannya adalah memungkinkan kalkulasi biaya yang rinci dan penetapan harga jual yang akurat untuk setiap unit atau pesanan individual.
Berdasarkan penjelasan Efinance Management, dalam implementasinya, job costing mengharuskan biaya produksi dipisahkan dengan jelas untuk setiap proyek, sehingga dapat dilacak dan ditelusuri dengan mudah.
Biaya-biaya ini biasanya dikategorikan ke dalam tiga komponen utama, yaitu biaya bahan baku langsung yang digunakan spesifik untuk proyek tersebut, biaya tenaga kerja langsung yang dialokasikan untuk proyek, dan sebagian biaya overhead pabrik yang relevan dialokasikan ke proyek terkait.
Pendekatan ini, di mana semua biaya produksi (langsung dan tidak langsung) diperhitungkan, dikenal juga sebagai metode full costing. Kategori ini membantu manajemen memahami alur pengeluaran pada proses produksi dan memastikan apakah biaya tersebut sesuai dengan kebutuhan unik dari suatu proyek.
Meskipun memberikan akurasi tinggi, penerapan job costing dalam kegiatan produksi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor penyebab gangguan produksi.
Kendala seperti keterlambatan pasokan bahan baku, kerusakan mesin yang tak terduga, atau kesalahan dalam pencatatan alokasi waktu tenaga kerja dapat memengaruhi ketepatan perhitungan biaya akhir per pekerjaan.
Meski begitu, metode ini tetap krusial untuk menentukan harga pokok produksi atau COGM dari setiap pekerjaan, sehingga perusahaan dapat menetapkan harga jual per unit yang sesuai dan mengontrol biaya produksi secara efektif per proyek.
Penerapan job costing paling cocok untuk perusahaan yang memiliki model bisnis berbasis pesanan khusus dengan karakteristik unik per pekerjaan.
Contoh industri yang umum menggunakan metode ini antara lain percetakan yang menangani pesanan cetak spesifik, perusahaan konstruksi dengan proyek bangunan unik, serta perusahaan manufaktur yang memproduksi barang-barang dengan desain khusus, kustom, atau dalam jumlah kecil sesuai keinginan pelanggan.
Baca juga: Berikut ini 7 Pemborosan dalam Proses Produksi Manufaktur
2. Apa Manfaat Job Costing dalam Proses Manufaktur?
Menerapkan job costing dalam akuntansi manufaktur membawa berbagai manfaat signifikan bagi bisnis manufaktur yang berorientasi pada pesanan khusus atau menghasilkan produk unik. Sistem ini bukan hanya sekadar metode pencatatan biaya, tetapi juga alat strategis dan operasional yang penting untuk meningkatkan kinerja.
Manfaat-manfaat ini secara langsung berkontribusi pada pengendalian operasional, pengambilan keputusan yang lebih baik, hingga peningkatan profitabilitas perusahaan.
Berikut adalah beberapa manfaat utama yang diperoleh bisnis manufaktur dari penerapan job costing:
a. Pengendalian Biaya Efektif
Job costing memungkinkan perusahaan untuk melacak dan mengendalikan biaya produksi secara rinci pada setiap pekerjaan atau pesanan individual, bukan hanya total biaya pabrik. Ini memberikan visibilitas yang tinggi terhadap pengeluaran dan juga mempermudah analisis elemen penting seperti biaya marginal.
Sistem ini memfasilitasi perbandingan yang akurat antara biaya aktual yang dikeluarkan dengan anggaran atau estimasi awal untuk setiap pekerjaan. Penyimpangan atau pembengkakan biaya pada tahap atau komponen tertentu dapat segera terdeteksi.
Kemampuan ini memungkinkan manajemen untuk mengambil tindakan korektif dengan cepat. Perusahaan dapat melakukan penyesuaian pada penggunaan bahan baku, efisiensi tenaga kerja, atau proses operasional lainnya untuk menekan pemborosan dan memastikan pengeluaran tetap terkendali sesuai rencana.
b. Pengambilan Keputusan Strategis yang Lebih Baik
Data biaya yang terperinci dan akurat yang dihasilkan oleh job costing menjadi dasar informasi yang sangat kuat bagi manajemen dalam membuat keputusan penting. Informasi ini krusial untuk menentukan harga jual yang kompetitif sekaligus memastikan pencapaian profit margin yang diinginkan pada setiap pesanan.
Manajemen dapat menggunakan data biaya aktual per proyek untuk menilai kelayakan setiap pesanan baru yang masuk.
Perusahaan bisa dengan yakin memutuskan apakah pesanan tersebut memberikan keuntungan yang sesuai atau perlu negosiasi ulang harga, bahkan menolaknya jika tidak layak secara finansial berdasarkan perhitungan biaya yang nyata.
Data job costing juga membantu dalam alokasi sumber daya, seperti penentuan prioritas proyek yang paling menguntungkan atau pengoptimalan penggunaan kapasitas produksi. Manajemen dapat membuat keputusan berbasis data untuk fokus pada jenis pekerjaan atau pelanggan yang memberikan kontribusi laba terbesar bagi perusahaan.
Dengan dukungan software akuntansi untuk perusahaan manufaktur, seluruh data job costing dapat dicatat otomatis, terintegrasi, dan disajikan dalam laporan real-time sehingga pengambilan keputusan menjadi lebih cepat dan akurat.
c. Peningkatan Efisiensi Operasional
Job costing membantu perusahaan menganalisis biaya produksi pada setiap langkah atau stasiun kerja dalam alur proses produksi, bahkan hingga ke level aktivitas spesifik per pekerjaan. Ini memungkinkan identifikasi area yang kurang efisien, adanya bottleneck, atau memiliki biaya yang tidak proporsional.
Informasi biaya per tahap atau per aktivitas memfasilitasi upaya pengembangan produksi dan optimalisasi metode kerja. Penyesuaian dapat dilakukan pada proses produksi untuk mengurangi waktu non-produktif, menekan penggunaan material yang berlebihan, atau memperbaiki aliran kerja yang kurang efektif.
Data yang akurat dari job costing juga mendukung perencanaan beban kerja dan alokasi sumber daya yang lebih baik di seluruh proyek.
Manajemen dapat mengoptimalkan pemanfaatan kapasitas produksi dan tenaga kerja yang tersedia secara lebih efektif, yang pada akhirnya meningkatkan throughput dan mengurangi biaya operasional per unit produk atau jasa yang dihasilkan.
3. Apa Perbedaan Job Costing dan Process Costing?
Memahami perbedaan job costing dan process costing sangat penting dalam memilih metode akuntansi biaya yang paling tepat bagi bisnis manufaktur Anda. Kedua sistem ini dirancang untuk menghitung biaya produksi, namun penerapannya bergantung pada sifat alur proses produksi dan karakteristik produk yang dihasilkan.
Perbedaan mendasar terletak pada bagaimana biaya diakumulasikan dan dialokasikan ke unit produk.
Job costing, seperti yang telah dibahas, mengakumulasikan dan melacak biaya secara spesifik untuk setiap pekerjaan atau pesanan individu yang unik. Sementara itu, process costing digunakan untuk menghitung biaya produksi massal atau produk yang diproduksi secara terus menerus melalui serangkaian proses standar yang sama.
Dalam process costing, biaya produksi dikumpulkan per departemen atau pusat biaya, lalu dialokasikan ke produk berdasarkan unit ekuivalen yang dihasilkan dalam periode waktu tertentu.
Singkatnya, jika setiap unit atau batch produksi memiliki keunikan signifikan dan memerlukan pencatatan biaya terpisah, job costing adalah pilihan yang relevan.
Namun, jika produk yang dihasilkan relatif identik dan mengalir melalui langkah-langkah produksi yang seragam secara berkelanjutan, process costing lebih sesuai untuk menghitung biaya produksi rata-rata.
3. Apa Saja Jenis Biaya Job Costing?
Setiap jenis biaya, mulai dari tenaga kerja, material, hingga overhead, memiliki karakteristik dan peran unik dalam menentukan total biaya proyek. Penting untuk diingat bahwa ketiga jenis biaya ini, terutama biaya material dan tenaga kerja langsung, merupakan komponen utama dari total variable cost yang berfluktuasi berdasarkan volume produksi.
Untuk membantu Anda mengelola anggaran dengan lebih tepat, mari kita bahas lebih lanjut ciri khas masing-masing jenis biaya di bawah ini.
a. Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja adalah komponen utama dalam job costing karena tenaga kerja langsung terlibat dalam proses produksi. Anggaran ini dihitung berdasarkan upah per jam atau gaji per hari yang dibayarkan kepada pekerja.
Dalam sektor manufaktur, biaya tenaga kerja sangat bervariasi tergantung kompleksitas produk dan keterampilan pekerja yang dibutuhkan.
Menghitung biaya tenaga kerja dengan akurat membantu Anda memahami kontribusi biaya ini terhadap total produksi. Data mengenai waktu kerja yang dicatat secara rinci, kemudian diinput dalam sistem agar perusahaan dapat melihat beban biaya untuk setiap pesanan.
Dengan data ini, Anda bisa menentukan apakah tenaga kerja yang digunakan sudah optimal atau perlu disesuaikan untuk kedepannya.
b. Biaya Material
Biaya material mencakup semua bahan baku dan komponen yang digunakan dalam proses produksi, dan penghitungan biaya ini sangat penting untuk memastikan anggaran tetap terkendali.
Material yang digunakan dalam produksi harus diakumulasi dengan cermat karena harganya sering kali fluktuatif dan jumlah yang dibutuhkan bisa berubah tergantung pesanan.
Di perusahaan manufaktur, material seperti baja, plastik, atau bahan kimia sering kali dihitung secara rinci berdasarkan kebutuhan spesifik setiap proyek, sehingga setiap biaya material yang dikeluarkan sesuai dengan persediaan yang dibutuhkan.
Data mengenai material ini akan diproses dalam sistem inventaris yang mencatat jumlah penggunaan bahan dan biaya per unit. Dengan begitu, Anda bisa mengontrol biaya cost of goods sold (COGS) dan mengurangi pemborosan.
c. Biaya Overhead
Biaya overhead merupakan pengeluaran yang tidak langsung terkait dengan produksi, tetapi tetap penting untuk diperhitungkan dalam job costing karena memiliki dampak besar pada biaya keseluruhan.
Anggaran overhead mencakup elemen seperti biaya listrik, sewa bangunan, serta biaya administrasi yang dibutuhkan untuk menjaga operasional pabrik berjalan lancar.
Misalnya, data penggunaan listrik dicatat dan diakumulasikan dalam sistem, lalu dialokasikan ke setiap proyek berdasarkan intensitas penggunaan. Dengan alokasi biaya overhead yang akurat, perusahaan dapat mengelola keuangan dengan lebih baik dan mengurangi risiko pembengkakan biaya yang tidak terkontrol.
4. Bagaimana Rumus Job Costing dan Contoh Perhitungannya?
Anda mungkin merasa bingung tentang bagaimana mengumpulkan data biaya yang diperlukan dan bagaimana merumuskan setiap biaya secara tepat. Untuk membantu Anda mengatasi permasalahan ini, berikut rumus dan contoh penerapan untuk masing-masing jenis biaya job costing :
a. Rumus Biaya Tenaga Kerja
Menghitung biaya tenaga kerja tidak boleh terlewat dalam proses job costing, karena tenaga kerja adalah salah satu komponen biaya terbesar dalam produksi. Cara menghitung komponen ini adalah dengan mengalikan upah per waktu dengan total jam kerja. Supaya lebih jelas, inilah rumus untuk menghitung biaya tenaga kerja:
Biaya Tenaga Kerja = Upah per Jam x Total Jam Kerja
Sebagai contoh, dalam sebuah pabrik yang memproduksi komponen otomotif, katakanlah Anda memiliki seorang teknisi yang dibayar Rp50.000,00 per jam dan dia bekerja selama 160 jam dalam satu bulan untuk menyelesaikan proyek tertentu.
Dengan menggunakan rumus di atas, Anda dapat menghitung biaya tenaga kerja sebagai Rp50.000,00 x 160 = Rp8.000.000,00. Dengan perhitungan ini, Anda bisa memastikan bahwa biaya tenaga kerja sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan, sekaligus mengevaluasi efisiensi proses produksi.
b. Rumus Biaya Material
Biaya material adalah aspek penting lainnya dalam job costing yang menentukan seberapa efisien sumber daya digunakan dalam produksi. Memahami harga dan jumlah bahan yang dibutuhkan memungkinkan Anda mengontrol pengeluaran dan mengelola sumber daya secara efektif. Rumus untuk menghitung biaya material adalah:
Biaya Material = Harga per Unit Bahan x Jumlah Bahan
Sebagai ilustrasi, jika perusahaan Anda memproduksi peralatan rumah tangga dan membeli plastik seharga Rp100.000,00 per kg, dan membutuhkan 50 kg untuk satu proyek, Anda dapat menghitung biaya material menggunakan rumus di atas.
Dalam hal ini, biaya material untuk proyek tersebut adalah Rp100.000 x 50 = Rp5.000.000. Dengan melakukan penghitungan yang teliti ini, Anda bisa memastikan bahwa biaya material tetap dalam batas anggaran yang telah ditetapkan.
c. Rumus Biaya Overhead
Biaya overhead sering kali menjadi elemen yang sulit untuk diukur tetapi sangat penting dalam perhitungan total biaya proyek. Biaya ini mencakup pengeluaran yang tidak langsung terkait dengan produksi, seperti biaya listrik, sewa pabrik, dan gaji staf administrasi. Untuk menghitung biaya overhead, Anda dapat menggunakan rumus berikut:
Biaya Overhead = (Overhead Bulanan / Total Jam Produksi) x Jam Produksi Proyek
Misalnya, jika total biaya overhead bulanan perusahaan Anda mencapai Rp20.000.000,00 dan total jam produksi selama bulan tersebut adalah 1.000 jam, Anda dapat menghitung biaya overhead per jam sebagai Rp20.000.000,00 / 1.000 = Rp20.000,00.
Jika proyek membutuhkan 100 jam produksi, maka biaya overhead yang harus dialokasikan adalah Rp20.000,00 x 100 = Rp2.000.000,00.
Dengan memperhitungkan biaya overhead ini, Anda bisa mendapatkan gambaran lebih jelas mengenai total biaya yang terkait dengan setiap proyek, sehingga memudahkan dalam pengambilan keputusan dan perencanaan keuangan.
5. Contoh Penerapan Job Costing
Proses implementasi job costing dalam perusahaan manufaktur terdiri dari beberapa tahap. Untuk memberikan Anda gambaran, berikut contoh penerapan job costing secara efektif untuk meningkatkan efisiensi dan keuntungan proyek.
Langkah pertama dalam menerapkan job costing adalah mengidentifikasi pekerjaan yang akan menjadi objek perhitungan biaya. Klasifikasikan setiap pekerjaan berdasarkan biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja.
Selanjutnya, hitung semua biaya produksi yang terlibat. Ini termasuk biaya langsung serta biaya tidak langsung yang mungkin sulit dialokasikan, seperti biaya overhead.
Setelah semua biaya diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah menghitung tarif per unit dari biaya yang tidak langsung. Dengan cara ini, Anda bisa mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang total biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap pesanan.
Terakhir, pastikan untuk mencatat semua biaya di setiap proyek untuk analisis lebih lanjut. Ini akan memberikan gambaran persentase keuntungan yang didapatkan perusahaan.
Untuk mempermudah proses penghitungan, Anda dapat manfaatkan teknologi seperti software manajemen yang praktis. Melalui teknologi ini, Anda dapat meningkatkan akurasi perhitungan sehingga mendukung pengembangan strategi produksi yang lebih stabil.
Baca juga: 22 Software Manufaktur Terbaik untuk Bisnis Indonesia 2025
6. Bagaimana Tips Mengelola Job Order Costing yang Efisien?
Anda kini paham bahwa penerapan job costing cukup menantang, apalagi di tengah banyaknya biaya yang kompleks. Untuk menjawab kekhawatiran Anda,
berikut adalah beberapa tips praktis yang dapat membantu Anda mengelola job costing dengan lebih terstruktur :
a. Identifikasi Pekerjaan sebagai Objek Biaya
Tips awal untuk memaksimalkan job costing adalah dengan mengidentifikasi pekerjaan yang akan menjadi objek biaya. Setiap proyek atau pesanan harus memiliki alokasi biaya yang jelas agar Anda dapat melacak pengeluaran secara rinci.
Pada perusahaan manufaktur, ini berarti mengidentifikasi setiap produk atau pesanan yang memerlukan biaya tertentu, baik itu bahan, tenaga kerja, maupun overhead. Dengan demikian, Anda dapat memisahkan setiap pekerjaan dan mengelola anggaran dengan lebih mudah.
Misalnya, dalam pembuatan mesin khusus untuk klien, pengeluaran untuk setiap unit harus dicatat sebagai objek biaya yang terpisah. Ini memungkinkan Anda untuk menghitung total biaya dengan lebih tepat dan mengetahui margin keuntungan yang diperoleh dari setiap proyek.
Melalui identifikasi ini, Anda juga bisa melihat apakah suatu proyek menguntungkan atau perlu evaluasi lebih lanjut.
b. Tentukan Biaya Langsung dan Tidak Langsung
Anda perlu menetapkan biaya langsung, seperti bahan baku dan tenaga kerja. Biaya bahan baku langsung mencakup seluruh bahan yang digunakan dalam pembuatan produk, sementara biaya tenaga kerja langsung meliputi upah pekerja yang terlibat langsung dalam produksi.
Pengidentifikasian biaya langsung ini menjadi fondasi utama dalam metode variable costing, yang hanya membebankan biaya-biaya variabel ke produk. Dengan memisahkan biaya ini, Anda dapat menghitung biaya produksi per unit secara lebih akurat.
Sebagai contoh, dalam pembuatan furnitur, kayu dan bahan perekat dihitung sebagai biaya bahan baku langsung, sedangkan upah tukang kayu dihitung sebagai biaya tenaga kerja langsung. Dengan memisahkan biaya ini, Anda dapat menghitung variable cost per unit secara lebih akurat untuk setiap produk.
Pemisahan ini tidak hanya membantu dalam perhitungan biaya, tetapi juga dalam menentukan harga jual yang kompetitif, sehingga Anda dapat mengoptimalkan laba perusahaan.
c. Hitung Tarif Biaya Overhead per Unit
Biaya overhead merupakan biaya tidak langsung yang perlu dialokasikan ke setiap proyek agar perhitungan biaya lebih akurat. Tarif overhead dapat dihitung per unit atau per jam kerja berdasarkan keseluruhan biaya overhead bulanan.
Dengan tarif ini, Anda dapat mengalokasikan overhead sesuai durasi produksi untuk setiap proyek, sehingga anggaran lebih akurat dan mencegah terjadinya pengeluaran berlebih. Jika ada komponen yang terlewat, maka rencana keuangan Anda akan tidak akurat dan berpotensi fatal akibat pemborosan biaya.
d. Pilih Dasar Alokasi yang Tepat
Pemilihan dasar alokasi yang tepat untuk biaya tidak langsung sangat penting untuk memastikan bahwa setiap proyek menanggung biaya overhead secara proporsional.
Dasar alokasi ini bisa berupa jam kerja, jumlah unit produksi, atau jam mesin, tergantung pada kebutuhan spesifik proyek. Dengan menentukan dasar yang sesuai, Anda dapat mengalokasikan biaya tidak langsung secara lebih realistis.
Sebagai contoh, jika Anda memilih jam mesin sebagai dasar alokasi, maka biaya overhead akan dibebankan berdasarkan jumlah jam mesin yang digunakan untuk setiap proyek. Dasar alokasi yang tepat membantu Anda menghindari kesalahan dalam pembebanan biaya dan mendukung akurasi dalam perhitungan biaya total setiap proyek.
e. Libatkan Tim dalam Perencanaan
Melibatkan tim produksi dalam perencanaan job costing adalah langkah penting untuk keefektifan sumber daya. Dengan keterlibatan ini, tim produksi dapat memberikan masukan terkait kebutuhan material, waktu, dan tenaga kerja yang sebenarnya di lapangan, sehingga perkiraan biaya menjadi lebih realistis.
Ini juga membantu mengidentifikasi potensi penghematan atau kendala yang mungkin dihadapi sesuai alur proses produksi.
Selain itu, komunikasi yang baik antara manajemen dan tim produksi memastikan bahwa semua pihak memiliki pemahaman yang sama terkait anggaran dan target biaya.
Misalnya, jika ada perubahan harga bahan baku atau kebutuhan waktu yang lebih lama dari perkiraan, tim produksi dapat segera melaporkannya, sehingga manajemen dapat melakukan penyesuaian anggaran tanpa mengganggu proses produksi.
f. Pantau Penggunaan Bahan Baku
Penggunaan bahan baku harus dipantau dengan cermat untuk memastikan bahwa tidak ada pemborosan yang mengakibatkan peningkatan biaya.
Dalam job costing, Anda perlu mencatat jumlah bahan yang digunakan untuk setiap pesanan agar anggaran tetap terkendali. Dengan mencatat penggunaan bahan baku secara rinci, Anda bisa mengoptimalkan stok dan memastikan bahan hanya digunakan sesuai kebutuhan.
Sebagai contoh, dalam pembuatan produk elektronik, pencatatan jumlah komponen yang digunakan sangat penting agar tidak terjadi kekurangan atau kelebihan stok. Pemantauan ini membantu Anda menjaga efisiensi biaya material, meningkatkan produktivitas, dan menghindari risiko kerugian akibat pemborosan.
g. Pelacakan Biaya yang Terpusat
Menggunakan sistem pelacakan biaya terpusat dapat mempercepat proses pencatatan dan memastikan semua biaya tercatat dengan akurat. Sistem ini memungkinkan Anda memantau pengeluaran untuk setiap proyek dalam satu platform, sehingga data lebih mudah diakses dan dianalisis.
Dengan pelacakan terpusat, Anda dapat memastikan bahwa setiap biaya yang dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan proyek.
Sebagai contoh, perusahaan yang menggunakan sistem terpusat dapat dengan mudah melacak biaya bahan baku, tenaga kerja, dan overhead tanpa harus melakukan pencatatan manual yang rentan terhadap kesalahan.
Sistem ini juga memudahkan pelaporan biaya, sehingga Anda memiliki kontrol yang lebih baik atas anggaran perusahaan.
h. Lakukan Analisis Varians Biaya
Melakukan analisis varians antara biaya aktual dan estimasi membantu Anda mengetahui penyimpangan yang mungkin terjadi.
Varians ini menunjukkan perbedaan antara biaya yang direncanakan dan biaya yang terealisasi, sehingga Anda bisa mengevaluasi apakah ada pengeluaran yang perlu dikendalikan. Dengan analisis varians, Anda dapat mencegah pembengkakan biaya yang tidak diinginkan.
Jika biaya tenaga kerja untuk proyek tertentu ternyata lebih tinggi dari yang dianggarkan, Anda dapat mengevaluasi apakah ini disebabkan oleh tambahan jam kerja atau kenaikan upah. Analisis varians ini memberikan gambaran yang jelas tentang efektivitas anggaran dan memungkinkan perbaikan strategi biaya di masa depan.
i. Manfaatkan Rekam Jejak Data
Menggunakan rekam jejak data dari proyek sebelumnya sangat membantu dalam mengelola job costing secara efisien. Dengan merekonsiliasi catatan inventaris secara teratur, Anda dapat memastikan bahwa setiap biaya material yang tercatat sesuai dengan penggunaan sebenarnya.
Pendekatan ini memungkinkan Anda untuk memantau sisa bahan, mengurangi pemborosan, dan memastikan bahwa bahan baku tersedia tepat saat dibutuhkan untuk proyek selanjutnya.
Pertimbangkan juga untuk menggunakan pemindaian kode batang untuk meningkatkan akurasi pencatatan inventaris dan mengurangi kesalahan manual. Data historis yang akurat memudahkan Anda dalam menganalisis pola biaya, sehingga estimasi untuk proyek mendatang lebih baik.
j. Lakukan Optimasi Job Costing
Memanfaatkan teknologi dalam job costing sangat penting untuk meningkatkan efisiensi dan akurasi perhitungan biaya. Dengan perangkat lunak manajemen yang tepat, Anda dapat mengotomatisasi pencatatan dan analisis biaya, yang memungkinkan Anda mengakses data real-time dan mengurangi kesalahan manual.
Jika Anda kesulitan dalam mengolah data keuangan, perangkat lunak khusus akan secara otomatis melacak biaya material, tenaga kerja, dan overhead proyek.
Dengan sistem yang terintegrasi, Anda tidak hanya menghemat waktu tetapi juga memastikan bahwa setiap aspek job costing diatur dengan efisien, serta meningkatkan keuntungan perusahaan manufaktur.
7. Kesimpulan
Job costing sangat penting dalam bisnis manufaktur untuk memastikan setiap pekerjaan memiliki biaya yang tepat sasaran. Perusahaan pun bisa menetapkan harga jual dengan margin yang menguntungkan.
Dalam praktiknya, pengelolaan job costing yang efektif dapat membantu perusahaan manufaktur mengoptimalkan anggaran. Meski begitu, Anda perlu memastikan akurasi pada setiap detail biaya, mulai dari tenaga kerja hingga overhead. Beberapa poin ini sering kali membutuhkan waktu dan ketelitian ekstra.
Untuk menghindari potensi kerugian dan kesalahan data di kemudian hari, Anda dapat menerapkan sistem perangkat lunak manajemen yang terintegrasi, contohnya yaitu software manufaktur ScaleOcean. Tidak perlu khawatir, karena Anda dapat melacak dan mengotomatiskan seluruh proses job costing secara real-time.
Jika penasaran dengan cara kerja software ini dalam Job costing, Cobalah demo gratis dan konsultasi untuk memahami lebih jauh untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan biaya di bisnis manufaktur Anda.
FAQ:
1. Apa yang dimaksud dengan Job Costing (Biaya Pesanan)?
Job costing, atau metode biaya pesanan, adalah sistem akuntansi biaya yang digunakan untuk mengakumulasi dan menelusuri biaya produksi untuk setiap pesanan, proyek, atau pekerjaan yang unik dan dapat dibedakan secara individual. Metode ini cocok untuk perusahaan yang memproduksi barang atau jasa sesuai pesanan pelanggan.
2. Perusahaan seperti apa yang cocok menggunakan metode Job Costing?
Metode job costing cocok digunakan oleh perusahaan yang beroperasi berdasarkan pesanan atau proyek spesifik, di mana setiap pesanan memiliki karakteristik dan biaya yang berbeda. Contohnya meliputi perusahaan percetakan, konstruksi, pembuatan kapal, bengkel reparasi, firma hukum, kantor akuntan publik, dan konsultan.
3. Apa perbedaan utama antara Job Costing dan Process Costing?
Perbedaan utamanya terletak pada objek biaya dan jenis produksinya. Job costing mengumpulkan biaya per pesanan atau proyek yang unik, digunakan untuk produksi yang heterogen atau sesuai pesanan. Process costing mengumpulkan biaya per departemen atau proses produksi, digunakan untuk produksi massal unit-unit yang identik atau homogen.
4. Biaya apa saja yang dibebankan ke dalam Job Costing?
Setiap pesanan dalam metode job costing dibebankan tiga elemen biaya produksi utama:
1. Biaya Bahan Baku Langsung (Direct Materials)
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor)
3. Biaya Overhead Pabrik (Manufacturing Overhead) yang dibebankan menggunakan tarif yang telah ditentukan sebelumnya.
5. Bagaimana alur atau langkah-langkah dalam metode Job Costing?
Alur umum dalam job costing meliputi:
1. Menerima pesanan dari pelanggan.
2. Membuka Kartu Biaya Pesanan (Job Cost Sheet) untuk pesanan tersebut.
3. Mencatat dan membebankan biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung ke Kartu Biaya Pesanan saat biaya tersebut timbul.
4. Membebankan biaya overhead pabrik ke Kartu Biaya Pesanan berdasarkan dasar alokasi (misalnya jam kerja langsung atau jam mesin) dan tarif overhead yang ditentukan sebelumnya.
5. Menjumlahkan total biaya yang tercatat di Kartu Biaya Pesanan setelah pesanan selesai untuk menentukan total biaya pesanan dan biaya per unit.