Contoh Joint Product dan Cara Alokasi Biayanya yang Tepat
3 Min Read Posted on 07 Aug 2024
Daftar Isi
Untuk meningkatkan efisiensi dan optimalisasi produksi di proses bisnis manufaktur, ada satu aspek penting yang dapat mempengaruhi pencapaian tersebut, yaitu joint product. Biasa sering disebut produk gabungan, joint product adalah barang produksi yang penting untuk dikelola dan dipahami prosesnya.
Di artikel kali ini, kita akan membahas semuanya secara mendalam. Mulai dari konsep dan contoh joint product, hingga bagaimana prosesnya di perusahaan manufaktur. Pemahaman ini penting untuk Anda memaksimalkan nilai ekonomi dari setiap bahan baku yang digunakan, mengurangi pemborosan, dan meningkatkan margin keuntungan.
1. Joint Product Adalah
Produk gabungan atau joint product adalah adalah barang produksi yang menggabungkan dua atau lebih produk yang dihasilkan secara bersamaan dari satu proses produksi tunggal. Proses produksi ini menggunakan bahan baku yang sama untuk menghasilkan berbagai produk yang memiliki nilai ekonomis.
Pengelolaan joint product di proses bisnis manufaktur penting untuk dilakukan karena dapat menentukan bagaimana biaya produksi dialokasikan ke setiap produk yang dihasilkan. Dengan pengelolaan yang tepat, Anda dapat mengoptimalkan penggunaan bahan baku, meminimalkan limbah, dan memastikan setiap produk mendapatkan alokasi biaya yang tepat.
Pemahaman joint product yang jelas akan membuat Anda dapat melihat bagaimana produk-produk tersebut dihasilkan dan berapa biaya yang harus dialokasikan. Anda dapat membuat keputusan yang lebih baik terkait dengan perencanaan produksi, pengadaan bahan baku, dan strategi penjualan dalam proses bisnis manufaktur.
2. Metode Alokasi Biaya Joint Product
Untuk mengelola joint product, Anda juga perlu pahami bagaimana metode alokasi biaya produksi yang tepat untuk memastikan setiap produk yang dihasilkan dari proses produksi yang sama mendapatkan bagian biaya yang proporsional. Ini beberapa metode yang umum digunakan untuk mengalokasikan biaya produksi ke joint product adalah sebagai berikut:
a. Metode Nilai Jual Relatif
Metode yang pertama ada nilai jual relatif, yang mengalokasikan biaya berdasarkan nilai jual relatif dari setiap produk. Dalam metode ini, total biaya produksi dibagi proporsional sesuai dengan nilai jual masing-masing produk yang dihasilkan.
Misalnya, jika produk A dan produk B dihasilkan dengan nilai jual masing-masing 60% dan 40% dari total penjualan, maka biaya produksi juga dialokasikan dengan proporsi yang sama. Metode ini dianggap adil karena biaya dialokasikan sesuai dengan kontribusi pendapatan dari setiap produk, sehingga memastikan tidak ada produk yang dibebani biaya secara berlebihan atau terlalu sedikit.
b. Metode Unit Produksi
Berikutnya ada metode unit produksi yang mengalokasikan biaya produksi berdasarkan jumlah unit yang dihasilkan dari setiap produk. Dalam metode ini, biaya produksi total dibagi secara proporsional berdasarkan kuantitas unit yang dihasilkan dari setiap produk.
Sebagai contoh, jika perusahaan dalam proses bisnis manufaktur menghasilkan 1000 unit produk A dan 500 unit produk B, biaya produksi akan dialokasikan sesuai dengan jumlah unit tersebut. Metode ini sederhana dan mudah diterapkan, tetapi tidak mempertimbangkan perbedaan nilai ekonomi antara produk yang dihasilkan, sehingga mungkin kurang akurat untuk produk dengan perbedaan nilai jual yang signifikan.
c. Metode Biaya Tetap dan Variabel
Ada juga metode biaya tetap dan variabel, yang memisahkan biaya produksi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Di metode ini, biaya tetap dialokasikan berdasarkan jumlah produk yang dihasilkan, sedangkan biaya variabel dialokasikan berdasarkan penggunaan bahan baku atau waktu produksi yang diperlukan untuk setiap produk.
Contohnya, biaya tetap seperti sewa pabrik dibagi rata per unit produk, sementara biaya variabel seperti bahan baku dialokasikan berdasarkan proporsi penggunaan bahan baku. Metode ini lebih kompleks, tetapi memberikan alokasi biaya yang lebih akurat, karena mempertimbangkan kedua jenis biaya secara terpisah dan alokasi yang lebih sesuai dengan konsumsi sumber daya.
d. Metode Nilai Jual Setelah Proses Pemisahan
Metode terakhir untuk alokasi biaya joint product adalah Metode nilai jual setelah proses pemisahan, yang mengalokasikan biaya berdasarkan nilai jual produk setelah melalui proses pemisahan. Biaya produksi dalam metode ini dibagi berdasarkan nilai jual produk setelah mereka dipisahkan dan siap dijual.
Misalkan, jika produk A dan produk B memiliki nilai jual masing-masing setelah pemisahan sebesar 70% dan 30% dari total penjualan, maka biaya produksi dialokasikan dengan proporsi tersebut. Metode ini memastikan bahwa biaya dialokasikan sesuai dengan nilai jual akhir produk, memberikan gambaran yang lebih realistis tentang kontribusi masing-masing produk terhadap pendapatan perusahaan.
3. Contoh Joint Product di Perusahaan Manufaktur
Agar Anda bisa memahami lebih dalam mengenai joint product di proses bisnis manufaktur, di sini kita akan menguraikan contoh joint product di sebuah perusahaan manufaktur industri produksi kelapa sawit, yang bisa kita sebut PT Perkebunan Nusantara (PTPN).
PTPN yang mengolah tandan buah segar (TBS) menjadi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan palm kernel oil (PKO) ini melibatkan beberapa tahapan. Dimulai dengan pemanenan TBS di perkebunan, kemudian diangkut ke pabrik manufaktur pengolahan untuk melalui tahap perebusan. Tahap tersebut dilakukan bertujuan untuk memudahkan proses pemisahan buah dari tandannya serta mengurangi kadar air dalam buah.
Setelah dilakukan perebusan, buah sawit dipisahkan dari tandannya melalui proses perontokan, kemudian dihancurkan dan di press untuk mengekstraksi minyak sawit mentah (CPO). Dari proses ini, selain CPO yang merupakan produk utama, juga menghasilkan kernel atau inti sawit yang diproses lebih lanjut untuk mendapatkan palm kernel oil (PKO). Proses ini menghasilkan dua produk bernilai ekonomis dari bahan baku yang sama, yaitu TBS.
Produk-produk yang dihasilkan tersebut dapat disebut dengan joint product, di mana produk memiliki nilai jual yang signifikan dan dipasarkan untuk berbagai keperluan industri, seperti bahan baku minyak goreng, bahan bakar biodiesel, dan bahan kosmetik.
Maka dari itu, dari contoh joint product di PTPN ini, Anda bisa memahami bahwa penting untuk mengelola produk manufaktur ini dengan baik dan maksimal. Dengan begitu, Anda dapat mengoptimalkan penggunaan bahan baku, mengurangi limbah, dan meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Alokasi biaya produksi untuk joint product juga harus akurat antara masing-masing produk yang diproduksi, sehingga akan mudah bagi Anda untuk menetapkan harga jual yang kompetitif dan memastikan keberlanjutan bisnisnya.
4. Kesimpulan
Dari artikel ini, kita bisa menarik kesimpulan bahwa joint product adalah hal penting yang harus dikelola dengan baik di proses bisnis manufaktur. Dengan diterapkannya pengelolaan yang optimal dan sesuai, Anda dapat mengoptimalkan penggunaan bahan baku, meminimalkan limbah, dan menetapkan harga jual yang sesuai untuk setiap produk.
Alokasi biaya produksi yang sesuai untuk setiap joint product juga penting untuk diperhatikan dengan baik. Karena tidak hanya dapat meningkatkan margin keuntungan, tetapi juga memastikan keberlanjutan dan daya saing di pasar. Dengan demikian, pemahaman dan implementasi pengelolaan joint product yang baik adalah kunci bagi keberhasilan proses bisnis manufaktur jangka panjang.
Dapatkan update konten terbaik kami
secara rutin di Inbox Anda!
REKOMENDASI
Artikel Terkait
Nov 01, 2024 3 Min Read
Tutup Buku: Proses dan Contohnya di Akhir Periode Perusahaan
Nov 01, 2024 3 Min Read
Panduan Job Costing: Arti, Tujuan, Rumus, dan Contoh Hitung
Nov 01, 2024 3 Min Read
Apa itu ERP Workflow, Manfaat, dan Contoh Penerapannya
Oct 30, 2024 3 Min Read
12 Rekomendasi Software Terbaik untuk Pabrik Makanan
REKOMENDASI