Pengertian Software ERP yang Open Source dan Perbandingannya
3 Min Read Posted on 15 Feb 2023
Daftar Isi
Seiring berkembangnya zaman, hampir semua proses bisnis di perusahaan besar maupun UMKM berjalan secara digital dan otomatis menggunakan software ERP. Sistem ini digunakan untuk mengelola sumber daya manusia dalam melakukan pekerjaan secara cepat dan efisien. Tak hanya itu, aplikasi ERP juga bisa menghadirkan informasi secara real-time.
Saat ini, ada banyak jenis ERP yang diminati perusahaan, salah satunya adalah software ERP yang open source. Sistem ini sering digunakan oleh berbagai bisnis, karena dapat diperoleh dengan mudah. Namun, apa sebenarnya pengertian dari perangkat ERP open source dan perbedaannya dengan ERP closed source? Simak ulasan selengkapnya di artikel ini.
Baca juga: Sejarah Sistem ERP Beserta Perkembangannya
1. Pengertian Software ERP yang Open Source
Pengertian sistem ERP open source adalah sebuah perangkat ERP (Enterprise Resource Planning) yang diluncurkan oleh perusahaan dengan lisensi publik. Jadi, Anda bisa mengunduh dan menggunakan sistem secara bebas. Tak hanya itu, aplikasi ERP ini juga memiliki fitur yang dapat dikembangkan dengan bebas dan bahkan bisa dimodifikasi sendiri agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Selain itu ada juga aplikasi ERP closed source atau proprietary, yang merupakan kebalikan dari open source. Dimana sistem ini tidak bisa digunakan oleh semua orang karena memiliki hak hukum eksklusif. Dengan begitu, Anda tidak bisa mengunduh dan menggunakan aplikasi ERP untuk perusahaan ini secara bebas karena perkembangan dan modifikasinya dibatasi.
2. Peran Penting Lisensi Open Source dalam ERP
Lisensi open source memegang peran penting dalam software ERP karena memberikan akses transparan ke kode sumber. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk menyesuaikan dan mengintegrasikan sistem sesuai kebutuhan spesifik mereka. Berikut ini beberapa manfaat utamanya:
a. Mendorong Inovasi dan Kolaborasi
Lisensi software ERP open source mendorong inovasi dan kolaborasi dengan memberi akses penuh kepada pengembang di seluruh dunia. Dengan terbukanya kode sumber, pengembang dapat memodifikasi dan memperbaiki perangkat lunak tanpa batasan. Kolaborasi lintas batas juga memungkinkan ide baru berkembang lebih cepat.
b. Transparansi dan Keamanan
Salah satu manfaat utama lisensi open source adalah peningkatan transparansi dan keamanan software. Akses publik terhadap kode sumber memungkinkan pengguna dan pengembang untuk mengaudit dan memverifikasi keamanannya. Dengan lebih banyak pihak yang memeriksa kode, potensi kerentanan dapat ditemukan lebih cepat.
c. Fleksibilitas dan Kustomisasi
Lisensi open source menawarkan fleksibilitas tinggi bagi pengguna untuk memodifikasi sistem sesuai dengan kebutuhan operasional. Akses penuh ke kode sumber memungkinkan perusahaan untuk menyesuaikan fitur dan fungsi ERP, sehingga perangkat lunak tersebut lebih sesuai dengan proses bisnis yang ada. Integrasi dengan sistem lain juga lebih mudah dilakukan.
d. Menghemat Biaya
Lisensi open source juga memberikan manfaat penghematan biaya karena tidak memerlukan pembayaran lisensi. Perusahaan dapat memanfaatkan komunitas open source untuk mendapatkan dukungan teknis dan pembaruan secara gratis. Hal ini membantu menekan biaya pemeliharaan dan operasional.
3. ERP Open Source vs Closed Source
Sebelumnya, kita sudah mengetahui pengertian software ERP yang open source dan closed source. Jadi, Anda pun sudah memiliki gambaran umum dari perbedaan kedua aplikasi tersebut. Untuk lebih lanjutnya, mari kita bahas perbedaan dari kedua sistem ini.
a. Harga
Harga menjadi salah satu perbedaan yang paling mencolok antara aplikasi ERP open source dengan closed source. Keunggulan software ERP terbuka adalah memiliki harga jauh lebih murah dan bisa dijangkau oleh semua bisnis, baik yang besar ataupun yang masih dalam tahap berkembang sekaligus. Bahkan, beberapa perangkat tersebut bisa diperoleh secara gratis karena dapat digunakan dengan bebas tanpa ada batasan tertentu.
Berbeda dengan ERP proprietary, biasanya biaya yang dikeluarkan akan lebih mahal. Biaya ini tergantung dari tipe aplikasi dan jenis modul ERP yang akan digunakan, sehingga kisaran harganya pun berbeda-beda. Namun jangan khawatir, karena biaya investasi yang dikeluarkan akan berbanding lurus dengan fitur atau kelebihan yang diperoleh dari aplikasi tersebut.
b. Keamanan
Perbedaan kedua adalah di bidang keamanan. Meskipun harganya lebih terjangkau, namun sayangnya ERP open source memiliki keamanan data yang lebih rentan. Hal ini disebabkan oleh bebasnya orang-orang untuk mengakses dan memodifikasi serta menggunakan kode perangkat tersebut. Jadi, kemungkinan penyalahgunaan akses pun semakin besar.
Hal berbeda akan Anda rasakan ketika menerapkan software ERP closed source, karena keamanannya lebih terjamin. Hal itu disebabkan oleh tidak sembarang orang bisa mendapatkan akses. Bahkan, hanya pihak perusahaan yang mempunyai akseslah yang bisa melakukan perubahan sistem ERP. Dengan begitu, keamanan data pada perangkat ERP tersebut dapat lebih terjamin.
c. User Friendly
Selanjutnya, sistem ERP open source cenderung lebih sulit untuk digunakan. Hal ini disebabkan oleh panduan penggunaan biasanya hanya ditujukan kepada pihak pengembang saja. Dengan demikian, panduan ini agak sulit dipahami oleh para pengguna, terutama jika masih pemula.
Di sisi lain, sistem closed source lebih user-friendly. Alasannya adalah adanya panduan penggunaan yang mudah dipahami sekalipun oleh orang awam. Hal inilah yang menjadi salah satu kelebihan utama pada aplikasi proprietary dan kerap dipilih perusahaan yang beru beralih ke sistem ERP.
d. Dukungan Layanan
Dukungan layanan juga menjadi pembeda antara kedua sistem ini dimana support yang diberikan oleh provider ERP open source cenderung lebih minim daripada closed source. Dengan begitu, berbagai langkah evaluasi dan pemeliharaan sistem akan bergantung pada pengguna, terutama ketika ada masalah-masalah lain yang berkaitan dengan ERP.
Sedangkan sistem ERP proprietary didukung 100% oleh sumber daya yang mumpuni dari pihak provider. Dukungan ini meliputi modifikasi fitur, perbaikan kerusakan atau bug, pembaruan, dan lain-lain. Jadi, pengguna akan lebih diuntungkan jika muncul masalah yang berkaitan dengan sistem dan lebih terbantu dalam mengoperasikan software.
e. Masalah Lebih Cepat Selesai
Meskipun software ERP yang terbuka memiliki dukungan yang minimal, bukan berarti hanya membawa dampak negatif saja. Hal ini bisa membawa dampak positif terutama bagi pengguna yang sudah lebih mahir akan ERP, karena bisa menyelesaikan masalah sendiri tanpa perlu menunggu respon dari pihak provider. Dengan demikian, masalah lebih cepat teratasi.
Namun hal ini justru menjadi kelemahan aplikasi ERP closed source, dimana pengguna harus menunggu pihak perusahaan peyedia untuk memperbaiki masalah. Memang banyak provider yang akan secepat mungkin melayani dan memperbaiki berbagai masalah yang ada. Namun, bukan berarti pengguna tidak akan menunggu dalam kurun waktu tertentu. Sehingga, hal ini bisa berdampak pada tertundanya berbagai pekerjaan yang berkaitan dengan ERP.
f. Pengembangan Sistem
Sebelumnya sudah disinggung bahwa perangkat lunak ERP open source dapat dimodifikasi dan dikembangkan sendiri lebih mudah sesuai dengan kebutuhan bisnis. Dimana nantinya akan menghasilkan ERP versi sendiri yang dibuat khusus untuk bisnis Anda. Hal tersebut tentu bisa menguntungkan bagi perusahaan yang ingin mengembangkan sistem ERP secara cepat dan mudah, terlebih lagi bila mereka sudah mempunyai ahli di bidang ERP.
Hal ini tidak bisa dilakukan pada sistem ERP closed source secara mudah karena pihak perusahaan harus menghubungi pihak pengembang dahulu jika ingin memodifikasinya. Nah, hal tersebut bisa jadi tidak sesuai dengan keinginan perusahaan. Tak hanya itu, pembatasan ini juga berdampak bagi kebebasan bisnis untuk membuat perangkat versi khusus.
4. Contoh Software ERP yang Open Source
Setiap lisensi memiliki ketentuan serta manfaat unik yang mempengaruhi cara perusahaan mengelola dan mengembangkan ERP. Memahami perbedaan lisensi ini membantu perusahaan memilih solusi yang paling tepat. Berikut ini contohnya:
a. GNU General Public License (GPL)
GNU General Public License (GPL) adalah salah satu lisensi open source paling dikenal dan banyak digunakan. Diciptakan oleh Free Software Foundation, GPL menjamin bahwa perangkat lunak yang dilisensikan tetap bebas untuk didistribusikan dan dimodifikasi. Karya turunan juga harus dirilis dengan lisensi yang sama, menjaga kebebasan perangkat lunak.
b. MIT License
MIT License dikenal sebagai salah satu lisensi open source yang paling permisif. Lisensi ini memungkinkan pengguna untuk menyalin, memodifikasi, dan mendistribusikan perangkat lunak dengan sangat sedikit batasan. Kesederhanaannya membuat MIT License mudah dipahami dan diimplementasikan, menjadikannya pilihan populer untuk integrasi dengan proyek proprietary.
c. Eclipse Public License (EPL)
Eclipse Public License (EPL) mengharuskan kontribusi perbaikan atau tambahan perangkat lunak tersedia untuk komunitas. Lisensi ini juga memberikan perlindungan paten yang signifikan, mengurangi risiko litigasi terkait pelanggaran paten. EPL cocok untuk proyek yang ingin menjaga penggunaan komersial sembari mendorong kontribusi komunitas.
d. Apache License 2.0
Apache License 2.0 menawarkan perlindungan paten tambahan serta mewajibkan pemberitahuan hak cipta dan disclaimer pada setiap distribusi perangkat lunak. Lisensi ini memungkinkan pengakuan kontribusi asli dan modifikasi, menjadikannya populer di kalangan perusahaan teknologi. Proyek besar seperti Apache HTTP Server menggunakan lisensi ini.
e. BSD Licenses
BSD Licenses memiliki beberapa varian, seperti Original BSD License dan Modified BSD License. Keduanya mengharuskan penyertaan hak cipta dan disclaimer, namun Original BSD License juga mencakup klausul atribusi iklan. Kesederhanaan dan fleksibilitas lisensi ini memungkinkan integrasi perangkat lunak ke dalam proyek proprietary tanpa batasan tambahan.
f. Mozilla Public License 2.0 (MPL)
Mozilla Public License 2.0 (MPL) memberikan keseimbangan antara lisensi permisif dan copyleft. MPL memungkinkan software erp open source untuk diintegrasikan dengan proyek proprietary tanpa mewajibkan seluruh proyek menjadi open source. Fleksibilitas ini menjadikannya populer untuk proyek-proyek besar seperti Mozilla Firefox.
Baca juga: 8 Langkah Untuk Memilih Vendor ERP
5. Kesimpulan
Di atas sudah dipaparkan mengenai perbedaan software ERP yang open source dan closed source. Pemilihan mana yang lebih baik antara kedua jenis tersebut bergantung pada kondisi dan kebutuhan perusahaan Anda. Aplikasi untuk umun tentu lebih baik bagi usaha yang ingin mengembangkan sistem ERP-nya sendiri dengan dana yang terbatas.
Ingin solusi ERP yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan bisnis Anda tanpa batas? Scale 360 Ocean menawarkan fitur lengkap dengan fleksibilitas open source, serta dukungan profesional untuk memaksimalkan efisiensi operasional. Hubungi kami untuk konsultasikan permasalahan bisnis Anda dan dapatkan demo gratisnya sekarang juga!
Dapatkan update konten terbaik kami
secara rutin di Inbox Anda!
REKOMENDASI
Artikel Terkait
Nov 05, 2024 3 Min Read
Mengenal Shipping Mark: Arti, Jenis, dan Contohnya
Nov 01, 2024 3 Min Read
Tutup Buku: Proses dan Contohnya di Akhir Periode Perusahaan
Nov 04, 2024 3 Min Read
7 Aplikasi Sales Order Terbaik di Indonesia Tahun 2024
Nov 01, 2024 3 Min Read
Panduan Job Costing: Arti, Tujuan, Rumus, dan Contoh Hitung
REKOMENDASI