Pahami Rumus dan Contoh Perhitungan Full Costing
3 Min Read Posted on 26 Mar 2024
Daftar Isi
Bagi perusahaan manufaktur, penting untuk mengetahui berbagai metode dalam menghitung biaya produksi agar bisa menetapkan harga jual produk yang kompetitif serta juga memberikan keuntungan maksimal. Salah satunya dengan cara full costing atau metode biaya penuh. Metode ini tidak hanya mencakup penghitungan biaya langsung yang berkaitan dengan produksi, seperti bahan baku dan tenaga kerja langsung, tetapi juga memasukkan biaya tidak langsung atau overhead ke dalam perhitungan.
Namun perlu dipahami bahwa metode ini juga punya kelebihan dan kekurangan, seperti halnya metode perhitungan biaya produksi lainnya. Nah, dalam artikel kali ini akan dijelaskan lebih lanjut rumus dan contoh perhitungan full costing yang bisa membantu Anda untuk mengetahui penerapannya dalam skenario yang sederhana. Dibahas juga beberapa kelebihan dan kekurangannya agar Anda punya bahan pertimbangan sebelum menerapkannya.
1. Hubungan Full Costing dengan HPP
Full costing yang juga dikenal sebagai metode biaya penuh dalam perusahaan manufaktur adalah metode menghitung biaya produksi dengan mengalokasikan semua biaya produksi langsung dan tidak langsung, termasuk biaya tetap dan variabel, ke unit produk yang dihasilkan. Artinya, perhitungan full costing mencakup biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead produksi seperti sewa, listrik, dan gaji manajemen. Dengan cara ini, HPP per unit produk yang dihasilkan menunjukkan total biaya yang dikeluarkan secara menyeluruh.
Dengan mengalokasikan semua biaya produksi ke barang yang dibuat, perusahaan manufaktur dapat menentukan harga pokok produksi yang tepat untuk mencapai margin laba yang diinginkan. Dalam jangka panjang, cara ini sangat membantu perusahaan mengelola sumber daya dengan lebih efisien sekaligus untuk meningkatkan profitabilitas. Namun, penting juga untuk diperhatikan bahwa full costing tidak selalu memberikan gambaran yang paling akurat terkait biaya variabel per unit karena alokasi overhead yang bersifat tetap, sehingga lebih cocok untuk kebutuhan jangka pendek.
2. Rumus Full Costing
Perhitungan rumus full costing memuat komponen biaya tenaga kerja langsung, bahan baku, dan overhead pabrik baik yang tetap maupun yang variabel. Cara hitungnya, membagi total biaya produksi dengan jumlah unit yang diproduksi. Secara bentuk matematis akan ditulis sebagai berikut.
Dalam rumus full costing di atas, ada komponen biaya tenaga kerja yang meliputi gaji dan upah yang dibayarkan ke karyawan. Selanjutnya ada biaya bahan baku, yaitu harga semua bahan yang digunakan untuk membuat produk. Sedangkan biaya overhead meliputi semua biaya lain yang diperlukan untuk menjalankan pabrik dan memproduksi barang, tetapi tidak secara langsung dapat diatribusikan ke unit produk. Contohnya, sewa pabrik, utilitas, dan amortisasi.
Menggabungkan semua elemen biaya tersebut memberikan gambaran yang komprehensif terkait biaya total yang terlibat dalam produksi. Nilai ini nantinya digunakan untuk menghitung biaya per unit melalui cara membaginya dengan jumlah unit yang diproduksi. Rumus full costing membantu proses pengambilan keputusan harga jual dan analisis profitabilitas produk.
3. Contoh Perhitungan Full Costing
Contoh full costing bisa Anda perhatikan pada skenario berikut ini. Misalkan sebuah perusahaan manufaktur memproduksi kursi kayu. Dalam satu bulan, perusahaan ini menghabiskan biaya untuk bahan baku seperti kayu, paku, lem, dan bahan lainnya sebesar Rp10.000.000. Biaya tenaga kerja langsung yang dikeluarkan adalah Rp8.000.000. Sedangkan biaya overhead pabrik termasuk sewa tempat, listrik, dan pemeliharaan mesin selama satu bulan tersebut sebesar Rp6.000.000. Total produksi kayu pada bulan tersebut adalah 500 kursi.
Untuk menghitung biaya per unit menggunakan rumus full costing, langkah pertama adalah menghitung total biaya produksi seperti berikut ini.
Dengan demikian, biaya per unit dari produksi yang dilakukan tersebut sesuai dengan perhitungan metode biaya penuh adalah:
Dari contoh perhitungan full costing di atas, ada sejumlah keputusan bisnis yang bisa dipertimbangkan oleh perusahaan manufaktur tersebut. Pertama, perusahaan bisa menetapkan harga jual per unit kursi dengan mempertimbangkan biaya produksi per unit sebesar Rp48.000. Artinya, HPP harus di atas Rp48.000 agar penjualan mendapat keuntungan. Misalnya, jika target profit margin sebesar 20%, maka harga jual minimum bisa ditetapkan dengan memperhitungkan margin tersebut.
Contoh full costing di atas juga bisa digunakan untuk mengevaluasi efisiensi penggunaan bahan baku, tenaga kerja, dan overhead. Jika biaya per unit dianggap terlalu tinggi, maka perusahaan mungkin perlu mencari cara untuk mengurangi salah satu atau lebih komponen biaya. Misalnya mencari supplier bahan baku yang harganya lebih murah, meningkatkan efisiensi tenaga kerja, atau mengurangi konsumsi energi yang ternyata sudah berlebih.
Mengetahui biaya per unit dengan metode biaya penuh juga membantu perusahaan manufaktur untuk merancang strategi pemasaran dan penjualan yang lebih efektif. Ini bisa termasuk penawaran diskon, promosi, dan penetapan harga paket. Strategi ini harus mempertimbangkan biaya produksi agar kegiatan pemasaran dan penjualan tetap menguntungkan.
4. Kelebihan & Kekurangan Full Costing
Metode ini mempertimbangkan semua biaya produksi dalam menghitung biaya per unit termasuk biaya langsung dan tidak langsung. Namun, full costing tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan yang mempengaruhi penggunaannya. Kelebihan dan kekurangan dari metode ini adalah:
a. Kelebihan Full Costing
Dengan mempertimbangkan seluruh aspek biaya dalam perhitungan, maka perusahaan manufaktur punya gambaran yang lebih menyeluruh terkait total biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk. Cara ini membantu perusahaan agar tidak menetapkan harga produk yang terlalu rendah yang akhirnya membuat bisnis mengalami kerugian karena tidak mampu menutup biaya operasional secara keseluruhan. Dengan demikian, metode full costing membantu dalam mengoptimalkan keputusan harga dan profitabilitas jangka panjang.
b. Kekurangan Full Costing
Dalam rumus full costing bisa dilihat kalau perhitungannya melibatkan biaya overhead yang mana sebenarnya sulit untuk diatribusikan secara langsung ke unit produk tertentu. Jadi, ini bisa menyulitkan manajemen dalam membuat keputusan yang berbasis biaya secara akurat. Selain itu, dalam kasus tertentu saat perusahaan perlu membuat keputusan operasional seperti pengurangan harga untuk menarik penjualan tambahan, biaya tetap yang sudah termasuk dalam perhitungan full costing mungkin tidak relevan dengan situasi tersebut. Dengan kata lain, keputusan bisa saja kurang strategis.
5. Kesimpulan
Penjelasan di atas menunjukkan ternyata perhitungan biaya penuh mempertimbangkan semua biaya produksi, baik langsung maupun tidak langsung, ke dalam biaya per unit produk yang dihasilkan. Dengan demikian, HPP yang dihasilkan dari perhitungan ini memberikan gambaran komprehensif terkait total biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi setiap unit barang. Cara ini sangat membantu dalam menentukan harga jual agar mencapai margin laba yang maksimal.
Contoh full costing yang ditunjukkan pada pembahasan di atas juga bisa menjadi referensi Anda untuk diterapkan ke bisnis Anda sendiri. Namun sebelum memilih metode ini, penting untuk diingat bahwa metode perhitungan biaya penuh juga punya kelebihan dan kekurangan. Meski mampu membantu Anda menentukan harga jual yang paling tepat, tapi ketika Anda perlu menurunkan HPP, justru metode ini kurang menguntungkan karena biaya overhead tidak bisa dialokasikan secara langsung ke unit produk tertentu.
Dapatkan update konten terbaik kami
secara rutin di Inbox Anda!
REKOMENDASI
Artikel Terkait
Nov 05, 2024 3 Min Read
Mengenal Shipping Mark: Arti, Jenis, dan Contohnya
Nov 01, 2024 3 Min Read
Tutup Buku: Proses dan Contohnya di Akhir Periode Perusahaan
Nov 04, 2024 3 Min Read
7 Aplikasi Sales Order Terbaik di Indonesia Tahun 2024
Nov 01, 2024 3 Min Read
Panduan Job Costing: Arti, Tujuan, Rumus, dan Contoh Hitung
REKOMENDASI