Onboarding Karyawan: Pengertian, Manfaat, dan Strateginya

ScaleOcean Team
Posted on
Share artikel ini

Tanpa proses onboarding yang terstruktur, banyak perusahaan menghadapi masalah produktivitas yang lambat dan turnover tinggi. Karyawan baru sering merasa bingung, tidak terhubung dengan tim, dan kesulitan dalam menyesuaikan diri.

Hal ini dapat berdampak negatif pada kinerja tim secara keseluruhan. Onboarding yang tepat dapat mencegah masalah ini dengan mempercepat adaptasi, memberikan kejelasan peran, dan menciptakan rasa memiliki sejak awal.

Onboarding bukan hanya tentang orientasi di hari pertama, melainkan proses menyeluruh yang mencakup kepatuhan, kejelasan peran, penguatan budaya, dan koneksi interpersonal. Artikel ini akan membahas mengapa onboarding sangat penting untuk menghindari kesalahan umum dalam proses adaptasi karyawan baru dan bagaimana cara mengimplementasikannya dengan efektif di perusahaan Anda.

starsKey Takeaways
  • Onboarding adalah proses strategis yang membantu karyawan baru beradaptasi secara menyeluruh.
  • Manfaat onboarding adalah mempercepat produktivitas, meningkatkan retensi, dan mendorong engagement.
  • Proses dalam onboarding adalah tanggung jawab bersama antara HR, manajer, dan rekan kerja, dimana koordinasi antar peran ini menciptakan pengalaman onboarding yang konsisten.
  • HRIS ScaleOcean adalah software HR yang mampu untuk mempermudah pelaksanaan onboarding yang konsisten dan terukur.

Coba Demo Gratis!

requestDemo

Apa itu Onboarding?

Onboarding adalah proses memperkenalkan, membimbing, serta mengintegrasikan karyawan baru dalam operasional perusahaan. Cakupannya melampaui orientasi sehari, mencakup administrasi dan kepatuhan, pemberian akses sistem, pembelajaran peran, pemahaman budaya, serta pembangunan jejaring kerja.

Berbeda dengan orientasi hari pertama yang bersifat pengenalan singkat, onboarding berlangsung beberapa minggu hingga bulan. Tujuan strategisnya jelas yaitu untuk mempercepat time-to-productivity, menurunkan turnover, dan memperkuat budaya kolaboratif melalui ekspektasi, target, dan umpan balik terjadwal.

Oleh karena itu, onboarding yang sukses secara langsung berdampak pada penurunan attrition rate perusahaan.

Sebagai kerangka ramp-up, banyak organisasi menggunakan rencana 30–60–90 hari untuk memetakan prioritas belajar, proyek awal, dan indikator kemajuan. Pada tim hybrid atau remote, keberhasilan sangat ditopang ritme komunikasi yang konsisten, akses digital yang siap sejak pra-onboarding, dan dukungan alat kolaborasi.

Manfaat Onboarding Karyawan

Proses onboarding yang efektif lebih dari sekadar memperkenalkan karyawan baru kepada lingkungan perusahaan. Proses yang terstruktur dengan baik memiliki dampak signifikan bagi produktivitas, retensi, dan kepuasan karyawan, serta memperkuat budaya perusahaan. Berikut adalah beberapa manfaat utama dari program onboarding yang efektif:

1. Mempercepat Integrasi Karyawan Baru ke dalam Tim

Onboarding yang baik membantu karyawan baru merasa diterima dengan cepat di dalam tim, yang meningkatkan hubungan antar anggota tim. Proses orientasi yang terorganisir memperkenalkan mereka dengan budaya perusahaan dan cara kerja tim, sehingga mempercepat adaptasi mereka dalam peran baru.

Hal ini juga meningkatkan kolaborasi tim, karena karyawan merasa lebih percaya diri dan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang tugas dan tanggung jawab mereka. Integrasi yang lebih cepat ini memastikan bahwa tim dapat bekerja dengan lebih efisien dan produktif.

2. Meningkatkan Retensi Karyawan

Data menunjukkan bahwa onboarding yang optimal meningkatkan retensi karyawan hingga 82%. Ketika karyawan merasa diterima dan didukung sejak awal, mereka cenderung lebih puas dengan pekerjaan mereka dan lebih berkomitmen pada perusahaan.

Onboarding yang memberikan pemahaman yang jelas tentang harapan dan peran karyawan akan menciptakan rasa aman dan dihargai. Hal ini tidak hanya meningkatkan keterlibatan karyawan, tetapi juga mengurangi tingkat turnover serta biaya yang terkait dengan rekrutmen dan pelatihan ulang karyawan baru.

3. Meningkatkan Kepuasan dan Keterlibatan Karyawan

Onboarding bukan hanya tentang mengenalkan karyawan pada prosedur kerja, tetapi juga memberikan gambaran mengenai budaya dan nilai perusahaan. Karyawan yang merasa diperlakukan dengan baik sejak hari pertama lebih cenderung merasa terlibat dalam pekerjaan mereka.

Dengan pengalaman onboarding yang positif, karyawan merasa lebih dihargai dan bersemangat untuk berkontribusi pada tujuan perusahaan. Hal ini meningkatkan motivasi, kepuasan, dan keterlibatan mereka, yang pada gilirannya mendukung produktivitas jangka panjang.

4. Memperkuat Employer Branding Perusahaan

Onboarding yang efektif dapat meningkatkan citra perusahaan sebagai tempat kerja yang baik, yang sangat penting dalam membangun employer branding yang positif. Karyawan baru yang merasakan pengalaman onboarding yang menyenangkan dan mendukung akan lebih cenderung membagikan pengalaman mereka kepada rekan-rekan mereka.

Pengalaman positif ini membuat karyawan baru lebih cenderung berbagi pengalaman dengan rekan. Forum group discussion adalah cara menampung masukan sekaligus memperkuat daya tarik perusahaan dan retensi talenta.

5. Menurunkan Biaya Turnover dan Re-hire

Onboarding yang baik berkontribusi pada pengurangan biaya turnover dan rekrutmen ulang. Karyawan yang merasa diberdayakan dan diberi pemahaman yang jelas mengenai tujuan serta peran mereka lebih mungkin untuk bertahan dalam jangka panjang.

Investasi dalam program onboarding yang efektif jauh lebih efisien dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk menggantikan karyawan yang meninggalkan perusahaan. Selain itu, perusahaan juga menghemat waktu yang seharusnya digunakan untuk mencari dan melatih karyawan baru.

6. Penyelarasan Tujuan dan Harapan Sejak Awal

Onboarding yang efektif memberikan kesempatan kepada manajer untuk menetapkan tujuan yang jelas dan terukur bagi karyawan baru. Menyusun rencana kerja yang terstruktur dan mengidentifikasi ekspektasi perusahaan dari awal memberikan panduan yang jelas kepada karyawan.

Hal ini membantu karyawan memahami prioritas utama perusahaan sejak awal. Dengan begitu, tujuan karyawan dan perusahaan saling terkait dan sejalan sejak hari pertama bekerja.

7. Penguatan Budaya Perusahaan yang Positif

Onboarding adalah kesempatan terbaik untuk menanamkan budaya perusahaan kepada karyawan baru. Pengenalan terhadap misi, visi, dan nilai-nilai perusahaan memperkuat keterikatan karyawan pada budaya yang dijunjung oleh organisasi.

Karyawan yang memahami dan menghayati budaya perusahaan cenderung bekerja lebih efisien dan bersemangat, karena mereka merasa memiliki peran penting dalam mewujudkan visi perusahaan. Budaya yang kuat ini juga membantu menciptakan lingkungan kerja yang lebih kolaboratif dan harmonis.

8. Mempercepat Produktivitas dan Performa Karyawan

Karyawan yang menjalani proses onboarding dengan baik dapat mulai berkontribusi lebih cepat dalam pekerjaan mereka. Dengan pemahaman yang jelas mengenai proses, struktur, dan harapan perusahaan, mereka dapat lebih mudah menyesuaikan diri dengan tugas-tugas yang diberikan.

Percepatan ini mempersingkat waktu adaptasi karyawan secara signifikan. Selain itu, hal ini juga meningkatkan kualitas pekerjaan dan mempercepat pencapaian target tim maupun perusahaan.

Perbedaan Onboarding, Offboarding, dan Crossboarding

Dalam siklus hidup karyawan, terdapat tiga proses transisi kunci yaitu, onboarding, offboarding, dan crossboarding. Meskipun ketiganya melibatkan manajemen perubahan, fokus dan tujuannya sangat berbeda. Memahami perbedaan ini penting untuk merancang strategi manajemen talenta yang komprehensif dan mulus.

Onboarding adalah proses yang paling dikenal, yaitu integrasi karyawan baru ke dalam perusahaan. Tujuannya adalah membuat mereka produktif, terlibat, dan selaras dengan budaya secepat mungkin. Proses ini mencakup segala hal mulai dari administrasi, pelatihan peran, hingga perkenalan dengan tim dan nilai-nilai perusahaan.

Sementara itu, offboarding adalah kebalikannya, yaitu proses pemutusan hubungan kerja yang terstruktur dan profesional. Tujuannya adalah memastikan transisi yang lancar, transfer pengetahuan yang lengkap, pengembalian aset perusahaan, dan penutupan akses sistem. Offboarding yang baik dapat menjaga hubungan baik dengan mantan karyawan (alumni) dan melindungi keamanan data perusahaan.

Terakhir, crossboarding terjadi ketika seorang karyawan berpindah peran secara internal, baik melalui promosi maupun rotasi ke departemen lain. Proses ini sering diabaikan, padahal sangat penting untuk memastikan karyawan tersebut berhasil di peran barunya. Crossboarding biasanya melibatkan kurikulum pelatihan yang lebih singkat, penyesuaian tujuan, dan perkenalan dengan tim serta pemangku kepentingan yang baru.

Peran HR, Manajer, dan Rekan Kerja dalam Onboarding

Keberhasilan program onboarding tidak bergantung pada satu pihak saja, melainkan hasil kolaborasi sinergis antara tim HR, manajer langsung, dan rekan kerja. Setiap pihak memiliki peran unik yang saling melengkapi untuk menciptakan pengalaman yang holistik dan mendukung bagi karyawan baru.

Ketika koordinasi antar peran ini berjalan lancar, proses adaptasi karyawan baru akan menjadi jauh lebih cepat dan efektif. Berikut adalah rincian peran masing-masing pihak:

1. Peran Tim HR

Tim HR bertindak sebagai arsitek dan fasilitator utama dari keseluruhan program onboarding. Mereka bertanggung jawab merancang kerangka kerja, memastikan semua aspek kepatuhan (compliance) terpenuhi, dan mengelola logistik pra-kedatangan seperti penandatanganan kontrak dan persiapan dokumen.

Selain itu, HR juga yang mengenalkan budaya dan nilai-nilai perusahaan secara umum serta menjadi titik kontak untuk pertanyaan seputar kebijakan dan benefit. Memahami peran human resource (HR) secara mendalam sangat penting untuk kesuksesan program ini.

2. Peran Manajer atau User

Manajer atau atasan langsung memegang peran paling krusial dalam keberhasilan onboarding di tingkat individu. Mereka bertanggung jawab untuk mengklarifikasi ekspektasi peran, menetapkan tujuan 30-60-90 hari, dan memberikan umpan balik secara teratur.

Manajer adalah jembatan antara karyawan baru dan pekerjaan sehari-hari. Adanya manajer memastikan mereka memiliki sumber daya yang dibutuhkan dan merasa menjadi bagian penting dari tim.

3. Peran Rekan Kerja (Buddy System)

Menugaskan seorang ‘buddy’ atau rekan pendamping adalah praktik terbaik yang sangat efektif. Seorang buddy system membantu karyawan baru dalam aspek sosial dan informal yang tidak tercakup oleh HR atau manajer.

Mereka adalah tempat bertanya tentang hal-hal praktis, seperti di mana tempat makan siang terbaik atau bagaimana cara menggunakan mesin kopi, serta membantu membangun koneksi sosial pertama di dalam tim. Peran ini membantu karyawan baru merasa lebih diterima, mengurangi kecanggungan sosial, dan mempercepat adaptasi mereka ke lingkungan kerja yang baru.

Strategi Onboarding Efektif dengan Metode 4C

Strategi untuk menjalankan onboarding

Untuk memastikan tidak ada aspek penting yang terlewat, banyak perusahaan mengadopsi kerangka kerja 4C yang dikembangkan oleh Dr. Talya Bauer dari SHRM Foundation. Metode ini membagi proses onboarding menjadi empat pilar utama yang harus dipenuhi untuk menciptakan pengalaman yang komprehensif dan berdampak.

Dengan menggunakan 4C sebagai panduan, perusahaan dapat merancang program yang terstruktur dan seimbang. Berikut penjelasan dari setiap komponen dalam metode 4C:

1. Compliance

Compliance adalah tahap awal onboarding yang mencakup semua aspek administratif dan hukum yang perlu dipahami karyawan baru. Pada tahap ini, karyawan akan diminta untuk mengisi formulir, menandatangani dokumen legal, dan memahami kebijakan dasar perusahaan, seperti jam kerja, kode etik, serta aturan keselamatan.

Selain itu, compliance juga memastikan bahwa karyawan memahami prosedur yang berlaku, seperti prosedur keselamatan kerja dan perlindungan data pribadi. Dengan melaksanakan tahap ini dengan baik, perusahaan dapat mengurangi risiko hukum dan pelanggaran yang dapat merugikan, serta memastikan karyawan dapat bekerja dengan keyakinan bahwa mereka mematuhi semua aturan yang ada.

2. Clarification

Clarification bertujuan untuk memberikan kejelasan mengenai peran dan ekspektasi yang diharapkan dari karyawan baru. Karyawan perlu memahami apa yang menjadi tanggung jawab mereka, bagaimana kinerja mereka akan diukur, dan standar apa yang harus dipenuhi.

Melalui klarifikasi ini, karyawan juga dapat mengajukan pertanyaan dan mengatasi kebingungannya tentang peran dan ekspektasi yang diberikan. Proses ini memastikan bahwa tidak ada ambiguitas dalam pekerjaan mereka, sehingga karyawan dapat bekerja dengan fokus dan percaya diri, serta dapat lebih cepat beradaptasi dengan lingkungan kerja baru.

3. Culture

Pilar Culture berfokus pada pengenalan nilai-nilai dan budaya perusahaan. Karyawan baru diajak untuk memahami cara perusahaan beroperasi dan nilai-nilai apa yang dijunjung tinggi di dalam tim. Ini termasuk pengenalan terhadap visi dan misi perusahaan, serta norma dan tradisi yang berlaku.

Selain pengenalan formal terhadap budaya perusahaan, karyawan juga diberi kesempatan untuk berinteraksi secara informal dengan tim. Melalui kegiatan sosial atau pertemuan dengan rekan kerja, karyawan baru dapat merasakan secara langsung bagaimana budaya perusahaan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Connection

Pilar terakhir ini berfokus pada pembangunan hubungan interpersonal dan jaringan di dalam perusahaan. Connection memastikan karyawan baru merasa diterima dan menjadi bagian dari komunitas.

Program buddy system, acara perkenalan tim, dan pertemuan lintas fungsi adalah cara efektif untuk membangun koneksi yang kuat. Tingkat employee engagement yang tinggi seringkali berawal dari koneksi yang baik di masa onboarding.

Tahapan dan Timeline Onboarding Karyawan

Onboarding yang efektif bukanlah acara satu hari, melainkan sebuah proses yang terbagi dalam beberapa fase dengan tujuan yang berbeda di setiap tahapnya. Memetakan perjalanan ini dalam sebuah timeline yang jelas membantu semua pihak, baik karyawan baru, HR, maupun manajer, untuk mengetahui apa yang diharapkan.

Struktur bertahap ini memastikan transisi berjalan mulus dari kandidat menjadi kontributor yang produktif dan terintegrasi penuh. Melansir dari Skill Academy, berikut adalah tahapan umum dalam timeline onboarding:

1. Fase Pra-Onboarding

Fase pra-onboarding dimulai begitu kandidat menerima tawaran kerja dan berakhir pada hari pertama mereka. Tujuannya adalah menjaga semangat kandidat dan menyelesaikan urusan administratif lebih awal. Aktivitasnya meliputi pengiriman welcome kit, penandatanganan kontrak digital, dan pemberian akses awal ke informasi perusahaan seperti kebijakan dan kode etik.

Tahap ini juga memberi kesempatan untuk mengenalkan nilai dan budaya perusahaan kepada kandidat, sehingga mereka merasa lebih siap dan terhubung dengan organisasi sebelum hari pertama. Proses ini mengurangi beban administratif di hari pertama dan memastikan karyawan baru lebih siap menjalani peran mereka.

2. Hari Pertama

Hari pertama onboarding fokus pada menciptakan pengalaman yang positif dan membuat karyawan baru merasa diterima. Agenda utama mencakup penyiapan perangkat kerja, seperti komputer dan akses email, serta tur kantor untuk mengenalkan fasilitas.

Perkenalan dengan tim inti dan sesi selamat datang dari manajer membantu karyawan baru merasa lebih terhubung dan memahami peran serta ekspektasi mereka. Hal ini memastikan mereka merasa nyaman dan siap untuk berkontribusi sejak awal.

3. Minggu Pertama

Tujuan minggu pertama adalah orientasi mendalam terhadap peran, tim, dan alat kerja. Karyawan baru mulai memahami ritme kerja dan tugas-tugas awal mereka.

Aktivitas kunci termasuk sesi pelatihan produk/layanan, pertemuan dengan pemangku kepentingan utama, dan penetapan tujuan jangka pendek pertama. Ini adalah bagian penting dari setiap program HRD yang komprehensif.

4. Bulan Pertama Hingga Ketiga

Bulan pertama hingga ketiga adalah periode yang sangat penting untuk pembelajaran dan kontribusi awal, sesuai dengan kerangka 30-60-90 hari. Pada tahap ini, karyawan baru diharapkan mulai menangani tugas yang lebih kompleks dan menunjukkan pemahaman yang lebih mendalam tentang bisnis dan cara perusahaan berjalan.

Sesi check-in mingguan dengan manajer dan umpan balik rutin sangat penting untuk memastikan karyawan berada di jalur yang benar. Umpan balik yang konstruktif membantu mereka menyesuaikan diri dan mengatasi tantangan awal, memastikan mereka dapat beradaptasi dan berkembang sesuai dengan harapan perusahaan.

5. Bulan Keenam Hingga Tahun Pertama

Pada tahap ini, onboarding bertransisi menjadi fokus pada pengembangan karier dan integrasi penuh. Karyawan yang sudah produktif dan mandiri dalam peran mereka mulai diberi tanggung jawab yang lebih besar dan lebih strategis. Diskusi mengenai jalur karier, peluang pelatihan lanjutan, dan keterlibatan dalam proyek-proyek penting menjadi fokus utama.

Fase ini penting untuk mendorong pertumbuhan jangka panjang karyawan, memastikan mereka tidak hanya berfungsi di peran saat ini, tetapi juga berkembang menuju posisi yang lebih tinggi. Ini saat yang tepat untuk memperkenalkan proyek strategis yang mengembangkan keterampilan dan kontribusi mereka.

Alat Bantu Onboarding

Untuk menjalankan proses onboarding yang konsisten dan terukur, diperlukan serangkaian alat bantu yang praktis. Alat-alat ini berfungsi sebagai panduan bagi HR dan manajer, serta memberikan kejelasan bagi karyawan baru.

Dengan menggunakan template dan checklist, perusahaan dapat menstandardisasi pengalaman dan memastikan tidak ada langkah penting yang terlewatkan. Berikut adalah beberapa alat bantu yang sangat penting bagi HR dan manager:

1. Checklist Persiapan Wajib (HR dan Manajer)

Sebuah checklist terpisah untuk HR dan manajer adalah alat yang sangat fundamental. Checklist HR akan mencakup tugas-tugas seperti persiapan kontrak, pendaftaran BPJS, dan pembuatan akun email.

Sementara itu, checklist manajer akan berisi poin-poin seperti menyiapkan perangkat, menyusun agenda minggu pertama, dan menjadwalkan pertemuan perkenalan. Banyak aplikasi rekrutmen karyawan modern juga sudah mulai mengintegrasikan fitur pre-onboarding checklist. Berikut ini adalah contoh tabel pre-onboarding checklist:
Contoh format tabel checklist onboarding

2. Contoh Agenda Onboarding

Menyediakan agenda yang jelas untuk hari dan minggu pertama sangat membantu mengurangi kecemasan karyawan baru. Agenda ini harus mencakup jadwal pertemuan, nama-nama orang yang akan ditemui, dan tujuan dari setiap sesi.

Struktur yang jelas memberikan rasa aman dan menunjukkan bahwa perusahaan telah mempersiapkan kedatangan mereka dengan baik. Berikut ini adalah contoh Agenda Onboarding:
Contoh format tabel agenda onboarding

3. Contoh Pertanyaan untuk Sesi Check-In

Sesi check-in atau 1-on-1 antara manajer dan karyawan baru sangat penting untuk memantau kemajuan dan mengatasi masalah. Manajer dapat memberikan dukungan dengan mendengarkan tantangan yang dihadapi karyawan dan memberikan solusi yang dibutuhkan.

Manajer bisa menggunakan pertanyaan terstruktur seperti, “Apa tantangan terbesarmu minggu ini?”, atau “Apa informasi atau sumber daya yang kamu butuhkan untuk berhasil?” untuk memandu percakapan dan memastikan karyawan tetap pada jalur yang benar.

Tantangan Umum dalam Proses Onboarding

Meskipun niatnya baik, banyak program onboarding yang gagal mencapai tujuannya karena beberapa tantangan umum yang sering muncul. Mengidentifikasi dan mengantisipasi masalah ini adalah langkah pertama untuk merancang proses yang lebih efektif dan bebas hambatan.

Dengan memahami potensi jebakan, perusahaan dapat secara proaktif membangun solusi untuk menghindarinya. Berikut adalah tantangan yang paling sering dihadapi dalam onboarding:

1. Informasi Berlebihan tanpa Prioritas

Karyawan baru sering kali dibanjiri dengan terlalu banyak informasi dalam waktu singkat, mulai dari sejarah perusahaan hingga detail teknis produk. Tanpa arahan yang jelas tentang apa yang paling penting, mereka bisa merasa kewalahan dan bingung. Hal ini dapat mengurangi efektivitas onboarding dan memperlambat proses adaptasi mereka.

Solusinya adalah dengan menyusun konten secara bertahap dan memberikan prioritas pada informasi yang relevan untuk 30 hari pertama. Menyaring informasi yang perlu diketahui segera dan yang bisa dipelajari belakangan membantu karyawan fokus pada tugas utama mereka tanpa merasa terbebani.

2. Akses Sistem atau Perangkat Terlambat

Tidak ada yang lebih membuat frustrasi daripada siap bekerja tetapi tidak memiliki alat yang dibutuhkan. Keterlambatan dalam penyediaan laptop, login ke sistem, atau akses ke software penting bisa menghambat produktivitas sejak hari pertama. Hal ini mengarah pada ketidaknyamanan karyawan baru yang dapat menurunkan motivasi mereka.

Untuk menghindari hal ini, otomatisasi proses provisioning akses sebelum hari pertama sangat efektif. Menyiapkan perangkat dan akun akses jauh sebelum kedatangan karyawan memastikan mereka dapat langsung bekerja tanpa hambatan teknis.

3. Tujuan Peran dan Metrik yang Kabur

Karyawan baru mungkin memahami deskripsi pekerjaan mereka secara umum, namun mereka mungkin tidak tahu bagaimana kesuksesan diukur. Tanpa tujuan yang jelas dan metrik yang terukur, mereka akan kesulitan untuk fokus dan memprioritaskan pekerjaan. Hal ini bisa menyebabkan kebingungannya dalam menjalankan tugas sehari-hari.

Penetapan OKR (Objectives and Key Results) atau KPI yang transparan oleh manajer adalah kunci untuk memberikan kejelasan. Dengan tujuan yang jelas dan terukur, karyawan baru tahu apa yang harus dicapai dan bagaimana mengukur kemajuan mereka dalam mencapai sasaran perusahaan.

4. Minimnya Umpan Balik dan 1:1 terjadwal

Di masa-masa awal, karyawan baru sangat membutuhkan umpan balik untuk mengetahui apakah mereka sudah berada di jalur yang benar. Jika manajer terlalu sibuk dan tidak menjadwalkan sesi 1-on-1 secara rutin, karyawan baru bisa merasa tersesat dan tidak didukung.

Ritme komunikasi yang konsisten dan terjadwal sangat penting untuk membangun kepercayaan. Data dari laporan HRD sering kali menunjukkan korelasi antara kurangnya check-in dengan turnover awal.

Optimalkan Onboarding Karyawan dengan Software HRIS ScaleOcean

Membuat Program Onboarding bersama ScaleOcean HRIS

Onboarding secara manual seringkali menjadi tantangan, terutama di perusahaan yang berkembang pesat atau kompleks. Proses seperti distribusi dokumen, pelatihan, dan pelacakan progres rawan miskomunikasi dan human error, sehingga menyulitkan karyawan baru dan membebani tim HR. Platform ini juga bisa sekaligus menjadi software onboarding-offboarding.

HRIS ScaleOcean adalah solusi yang menyederhanakan dan mengotomatiskan proses onboarding secara menyeluruh. Dengan biaya flat tanpa batasan user, dukungan langsung dari tim internal, serta integrasi lintas platform, software ini menjadi pilihan ideal bagi perusahaan yang butuh sistem HR yang fleksibel, efisien, dan berkelanjutan.

ScaleOcean menghadirkan fitur lengkap untuk onboarding seperti checklist digital, e-signature, LMS, serta target 30-60-90 hari yang dapat dipantau melalui ESS Portal. Vendor ini menawarkan demo gratis serta konsultasi gratis bagi anda yang tertarik untuk mempelajarinya lebih lanjut. Berikut ini adalah macam-macam fitur dari software ini:

  • Automated Access and Pre-Boarding Workflow: Software ini mengotomatisasi pengiriman dan penandatanganan dokumen digital (e-signature) serta menyediakan Single Sign-On dan provisioning akun untuk akses sistem. Dengan workflow pra-kedatangan otomatis, persiapan karyawan selesai tepat waktu tanpa intervensi manual.
  • Role-Based Learning and Progress Tracking: Dilengkapi dengan Learning Management System (LMS), software ini memungkinkan pembuatan kurikulum onboarding yang disesuaikan per peran. HR dan manajer dapat melacak kemajuan pelatihan dan memberikan sertifikasi digital setelah kursus selesai.
  • Digital Checklist and 30-60-90 Day Goals: Software ini memfasilitasi checklist digital onboarding dengan pengingat otomatis (30-60-90 hari), serta mendukung penetapan dan pelacakan target melalui fitur task delegation dan evaluasi kinerja yang dapat dikustomisasi sesuai kebutuhan.
  • Self-Service Access and Support Routing: Software ini menyediakan ESS Portal untuk akses mandiri ke SOP, kebijakan, dan materi onboarding, serta unggah dokumen dan pantau progres. Dukungan onboarding ditangani melalui alur tugas otomatis ke tim terkait, dan dapat diintegrasikan dengan sistem helpdesk eksternal bila diperlukan.
  • Onboarding Dashboard and New Hire Metrics: Software ini dapat dengan mudah memantau KPI seperti time-to-productivity, tingkat retensi 90 hari, tingkat penyelesaian pelatihan, dan skor eNPS untuk membuat keputusan berbasis data. Ini adalah inti dari pendekatan human experience management yang modern.

Kesimpulan

Onboarding adalah fondasi strategis untuk menciptakan pengalaman kerja yang positif sejak hari pertama. Dengan pendekatan terstruktur, perusahaan dapat mempercepat adaptasi, meningkatkan retensi, dan membangun budaya kerja yang sehat.

ScaleOcean adalah solusi HRIS komprehensif yang membantu perusahaan menjalankan onboarding secara konsisten dan terukur. Dengan fitur seperti checklist digital, LMS, e-signature, dan dashboard onboarding, Anda akan terbantu dalam menciptakan pengalaman onboarding yang modern dan efektif. Vendor ini menawarkan demo gratis serta konsultasi gratis untuk Anda rasakan kemampuannya.

FAQ:

1. Apa perbedaan antara onboarding dan orientasi?

Orientasi biasanya hanya berlangsung satu hari dan berfokus pada pengenalan dasar perusahaan. Sementara onboarding adalah proses strategis yang berlangsung beberapa minggu hingga bulan, mencakup pembelajaran peran, pemahaman budaya, kepatuhan administratif, dan pembangunan koneksi kerja. Tujuannya adalah mempercepat time-to-productivity, memperkuat retensi, dan menyelaraskan ekspektasi sejak awal.

2. Mengapa onboarding karyawan itu penting bagi perusahaan?

Onboarding yang baik bukan sekadar formalitas, melainkan investasi strategis. Proses ini membantu mempercepat produktivitas karyawan baru, menurunkan turnover, meningkatkan engagement dan eNPS, memperkuat employer branding, serta memastikan kepatuhan hukum. Onboarding yang terstruktur juga menghasilkan pengalaman karyawan yang konsisten dan terukur di seluruh organisasi.

3. Siapa saja yang terlibat dalam proses onboarding?

Onboarding adalah kolaborasi antara tim HR, manajer langsung, dan rekan kerja. HR bertanggung jawab atas desain program dan aspek administratif. Manajer memastikan kejelasan peran dan memberi arahan langsung. Rekan kerja, melalui buddy system, membantu adaptasi sosial dan membangun koneksi informal yang mendukung integrasi karyawan baru.

4. Siapa saja yang berperan dalam onboarding karyawan baru?

Onboarding adalah tanggung jawab bersama. HR mengelola kerangka program dan memastikan kepatuhan administratif. Manajer langsung menetapkan ekspektasi, memberi arahan, dan melakukan evaluasi berkala. Rekan kerja, terutama melalui sistem buddy, membantu dari sisi sosial dan adaptasi informal yang tidak tercakup oleh HR atau atasan.

Jadwalkan Demo Gratis

Error message
Error message
Error message
Error message
Error message
Error message

Rekomendasi Artikel Terkait

Temukan Artikel Serupa untuk Solusi Bisnis Lebih Lengkap