Apakah mempertahankan karyawan terbaik masih menjadi tantangan di perusahaan Anda? Di tengah persaingan bisnis yang semakin kompetitif, menjaga talenta berkualitas agar tetap bertahan bukan hanya sekadar harapan, tetapi sebuah keharusan. Retensi karyawan menjadi strategi penting agar SDM unggulan tidak berpindah ke kompetitor dan tetap berkontribusi secara maksimal dalam jangka panjang.
Stabilitas dan produktivitas bisnis sangat bergantung pada keberhasilan Anda dalam mempertahankan sumber daya manusia terbaik. Artikel ini akan membahas secara lengkap apa itu retensi karyawan, faktor-faktor yang memengaruhinya, serta strategi efektif yang bisa diterapkan untuk meningkatkan loyalitas karyawan di perusahaan Anda.

- Retensi karyawan adalah upaya strategis untuk mempertahankan talenta terbaik demi menekan angka turnover, membangun tim yang solid, dan menciptakan lingkungan kerja yang stabil.
- Faktor utama yang memengaruhi retensi mencakup kompensasi, budaya kerja, kepemimpinan, serta peluang pengembangan karir dan komunikasi yang terbuka.
- ScaleOcean HRIS menyediakan solusi teknologi terintegrasi yang memungkinkan perusahaan mengelola retensi secara efisien melalui otomatisasi proses dan analisis data karyawan.

1. Apa Itu Retensi Karyawan?
Retensi karyawan adalah kemampuan perusahaan untuk mempertahankan karyawan berkualitas dalam jangka panjang. Hal ini tidak hanya tentang menjaga mereka tetap bekerja, tetapi juga tentang menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan dan kesejahteraan mereka.
Strategi retensi yang tepat berfokus pada pemberian kompensasi yang adil, kesempatan pengembangan karir, serta menciptakan budaya kerja yang positif. Retensi yang efektif dapat mengurangi biaya perekrutan dan pelatihan, meningkatkan loyalitas, serta memastikan bahwa karyawan terbaik tetap berkontribusi pada kemajuan perusahaan.
Tingkat retensi yang tinggi menjadi indikator positif bahwa perusahaan berhasil menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan memuaskan. Sebaliknya, attrition rate adalah kebalikannya, di mana tingginya angka turnover karyawan sering kali menandakan adanya masalah mendasar dalam budaya, manajemen, atau sistem kompensasi.
Tingginya angka turnover karyawan sering kali menandakan adanya masalah mendasar dalam budaya, manajemen, atau sistem kompensasi. Oleh karena itu, memahami dinamika retensi menjadi langkah awal yang fundamental bagi setiap pemimpin bisnis.
Baca juga: Perencanaan SDM: Definisi, Fungsi dan Faktor Pertimbangannya
2. Tujuan Retensi Karyawan
Dalam bisnis yang kompetitif, retensi karyawan bukan sekadar menjaga jumlah tenaga kerja, tapi juga mempertahankan aset strategis perusahaan. Culture fit test membantu perusahaan memprioritaskan retensi dengan fokus pada karyawan yang berkontribusi secara signifikan.
Merancang perencanaan tenaga kerja yang baik membantu perusahaan memprioritaskan retensi dengan fokus pada karyawan yang berkontribusi secara signifikan. Karyawan yang sudah lama bekerja memiliki pemahaman mendalam tentang ritme organisasi dan dinamika yang ada. Mereka juga memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap hasil kerjanya, yang berkontribusi pada stabilitas dan produktivitas perusahaan.
Tingkat retensi yang tinggi menciptakan stabilitas operasional dan meningkatkan produktivitas. Loyalitas mereka mendorong kolaborasi yang solid dan sinergi tim yang sulit ditiru oleh perusahaan dengan tingkat turnover tinggi.
a. Meningkatkan Produktivitas
Karyawan yang merasa nyaman dan dihargai cenderung bertahan lebih lama dan bekerja dengan lebih semangat. Mereka memahami alur kerja, budaya perusahaan, serta mampu berkolaborasi secara efektif, sehingga produktivitas meningkat secara alami tanpa perlu pengawasan ketat.
b. Mengurangi Biaya Rekrutmen
Mempertahankan karyawan berarti mengurangi kebutuhan akan proses rekrutmen dan pelatihan yang memakan biaya besar. Anggaran tersebut bisa dialihkan ke pengembangan strategi bisnis atau peningkatan kualitas kerja tim yang sudah ada.
c. Meningkatkan Reputasi Perusahaan
Perusahaan dengan retensi tinggi dipandang sebagai tempat kerja yang stabil dan profesional. Hal ini tidak hanya menarik talenta baru, tetapi juga membangun kepercayaan dari pelanggan dan mitra bisnis.
d. Menjaga Pengetahuan dan Keterampilan
Karyawan berpengalaman menyimpan pengetahuan mendalam tentang proses kerja, pelanggan, dan tantangan industri. Dengan mempertahankan mereka, perusahaan melindungi aset intelektual yang penting untuk kelangsungan dan pertumbuhan jangka panjang.
e. Mempertahankan Talenta Terbaik
Menghindari kehilangan karyawan berkualitas tinggi adalah salah satu tujuan utama dalam retensi. Menjaga talenta terbaik memastikan perusahaan tetap memiliki tenaga kerja yang berkompeten dan dapat bersaing di pasar yang dinamis. Hal ini juga mengurangi risiko kehilangan keterampilan yang berharga.
f. Membangun Budaya Kerja Positif
Retensi karyawan yang tinggi juga berkontribusi pada terciptanya budaya kerja yang positif. Ketika karyawan merasa dihargai, mereka cenderung lebih termotivasi untuk bekerja dan berkolaborasi secara efektif. Budaya kerja yang baik mendorong rasa saling percaya, mengurangi konflik, dan menciptakan suasana yang menyenangkan.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Retensi Karyawan
Memahami faktor-faktor yang mendorong loyalitas karyawan adalah kunci untuk merancang strategi retensi yang efektif. Berbagai elemen, mulai dari yang bersifat personal hingga organisasional, saling berinteraksi untuk membentuk keputusan seorang karyawan untuk bertahan atau pergi. Berikut adalah beberapa faktor utama yang memengaruhi retensi karyawan di sebuah perusahaan:
a. Kepuasan Kerja
Karyawan yang merasa puas dengan pekerjaan mereka dan merasakan arti penting dari kontribusi mereka cenderung memiliki loyalitas yang lebih tinggi. Kepuasan kerja tidak hanya berhubungan dengan tugas yang dikerjakan, tetapi juga dengan perasaan karyawan tentang dampak pekerjaan mereka terhadap perusahaan.
b. Kompensasi dan Manfaat
Kompensasi yang kompetitif dan manfaat yang memadai, seperti tunjangan kesehatan, bonus, atau program kesejahteraan lainnya, memainkan peran penting dalam retensi karyawan. Paket gaji yang adil serta fasilitas yang mendukung bisa menjadi daya tarik besar bagi karyawan untuk bertahan di perusahaan.
c. Pengembangan Karir
Kesempatan untuk berkembang, seperti jalur karir yang jelas, pelatihan keterampilan, dan peluang promosi, merupakan faktor penting dalam mempertahankan karyawan. Karyawan yang melihat adanya kesempatan untuk berkembang di dalam perusahaan cenderung lebih loyal dan termotivasi untuk memberikan kinerja terbaik mereka.
d. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja yang positif, inklusif, dan mendukung sangat mempengaruhi kenyamanan karyawan. Hubungan yang baik dengan rekan kerja dan atasan, serta budaya perusahaan yang sehat, menciptakan tempat kerja yang menyenangkan dan meningkatkan retensi karyawan.
e. Manajemen yang Efektif
Gaya kepemimpinan yang adil, transparan, dan memberdayakan diperlukan untuk memotivasi dan komitmen karyawan. Manajemen yang mendengarkan kebutuhan dan aspirasi karyawan serta menciptakan suasana kerja yang mendukung, dapat meningkatkan keinginan karyawan untuk bertahan di perusahaan.
f. Keseimbangan Kerja dan Kehidupan
Perusahaan yang mendukung keseimbangan antara kehidupan profesional dan pribadi karyawan akan lebih mudah menjaga retensi. Karyawan yang merasa bahwa mereka dapat mengatur waktu untuk keluarga dan pribadi tanpa mengorbankan pekerjaan cenderung lebih puas dan loyal.
g. Fleksibilitas Kerja
Kebijakan fleksibilitas kerja seperti kerja jarak jauh atau jam kerja yang fleksibel dapat meningkatkan kepuasan karyawan. Dengan memberikan ruang bagi karyawan untuk menyeimbangkan kehidupan pribadi dan pekerjaan, perusahaan dapat meningkatkan loyalitas dan mengurangi tingkat turnover.
h. Pengakuan dan Penghargaan
Memberikan apresiasi yang sesuai terhadap kinerja dan kontribusi karyawan akan meningkatkan rasa dihargai dan loyalitas mereka. Pengakuan bisa berupa ucapan terima kasih, penghargaan formal, atau bonus, yang menunjukkan bahwa perusahaan menghargai upaya mereka.
i. Hubungan yang Baik dengan Manajer
Karyawan yang memiliki hubungan positif dan komunikasi yang baik dengan manajer mereka cenderung lebih puas dan merasa dihargai. Manajer yang mendengarkan dan memberikan dukungan akan menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan meningkatkan motivasi serta retensi karyawan.
Setiap faktor ini perlu dikelola dengan baik dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan relevansinya dengan kebutuhan karyawan. Mengabaikan salah satu dari elemen ini dapat menjadi pemicu utama penurunan tingkat retensi. Analisis mendalam terhadap faktor-faktor ini sering kali menjadi bagian dari penetapan KPI dari HRD yang berfokus pada peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Baca juga: Apa Itu Human Capital Management (HCM), Fungsi, dan Tugasnya
4. Masalah dalam Retensi Karyawan
Dalam setiap perusahaan, retensi karyawan sering kali menghadapi sejumlah tantangan. Masalah yang paling sering muncul terkait dengan kurangnya kepuasan karyawan terhadap kondisi kerja atau perusahaan secara keseluruhan. Berikut adalah beberapa masalah utama yang dapat mempengaruhi retensi karyawan:
a. Lingkungan Kerja yang Toxic
Lingkungan kerja yang tidak sehat atau toxic dapat menyebabkan stres, ketidaknyamanan, dan ketidakpuasan di kalangan karyawan. Ketegangan antara karyawan atau konflik dengan atasan dapat mempengaruhi produktivitas dan meningkatkan tingkat turnover, sehingga memengaruhi stabilitas perusahaan.
b. Pengelolaan Manajemen Buruk
Manajemen yang buruk dapat menurunkan semangat kerja dan merusak hubungan antara atasan dan bawahan. Kurangnya komunikasi yang jelas, kebijakan yang tidak adil, atau pengambilan keputusan yang tidak transparan dapat memicu ketidakpuasan dan menyebabkan karyawan mencari peluang di tempat lain.
c. Merasa Kurang Dihargai
Karyawan yang merasa kontribusinya tidak dihargai atau diabaikan oleh perusahaan cenderung merasa kecewa dan tidak termotivasi. Penghargaan yang kurang, baik dalam bentuk finansial maupun pengakuan, dapat membuat karyawan merasa tidak dihargai dan berpotensi meninggalkan perusahaan.
d. Gaji Tidak Sesuai Harapan
Gaji yang tidak sebanding dengan harapan atau dengan kontribusi yang diberikan bisa menjadi faktor utama terjadinya turnover. Karyawan yang merasa bahwa imbalan yang diterima tidak adil cenderung mencari pekerjaan lain yang menawarkan kompensasi lebih baik.
e. Merasa Burnout
Burnout adalah kondisi kelelahan fisik dan mental akibat beban kerja yang berlebihan atau stres yang tidak terkelola dengan baik. Karyawan yang merasa burnout cenderung kehilangan semangat dan produktivitas, yang akhirnya meningkatkan kemungkinan mereka untuk mencari pekerjaan yang lebih seimbang.
f. Tidak Memiliki Opsi Kerja Fleksibel
Di era modern, banyak karyawan yang menginginkan fleksibilitas dalam bekerja, seperti bekerja dari rumah atau pengaturan waktu yang lebih fleksibel. Ketidakmampuan perusahaan untuk menawarkan opsi ini dapat menyebabkan karyawan mencari peluang di tempat lain yang lebih mendukung keseimbangan kehidupan kerja.
g. Kecilnya Peluang Pengembangan Karier
Karyawan yang merasa tidak memiliki kesempatan untuk berkembang atau naik jabatan di perusahaan akan merasa terjebak dan kurang termotivasi. Kurangnya peluang pelatihan, promosi, atau pengembangan keterampilan dapat menyebabkan karyawan mencari tempat kerja yang menawarkan jalan karier lebih baik.
h. Adanya Perasaan Negatif terhadap Perusahaan
Perasaan negatif terhadap perusahaan, seperti ketidakpercayaan terhadap kebijakan atau budaya perusahaan, dapat merusak hubungan antara karyawan dan perusahaan. Perasaan ini, jika tidak ditangani dengan baik, dapat menyebabkan karyawan memilih untuk meninggalkan perusahaan.
i. Tidak Merasa Adanya Peningkatan Jenjang Karier
Karyawan yang tidak melihat adanya jalur karier yang jelas atau kesempatan untuk naik pangkat akan merasa stagnan dalam pekerjaan mereka. Kurangnya panduan pengembangan karier ini dapat berujung pada keinginan untuk mencari pekerjaan lain dengan prospek yang lebih cerah.
j. Fasilitas yang Diberikan Tidak Memadai
Fasilitas yang tidak memadai atau tidak memenuhi kebutuhan dasar karyawan, seperti ruang kerja yang nyaman, alat kerja yang memadai, atau fasilitas kesehatan, dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan menurunkan kepuasan kerja, yang akhirnya berpengaruh pada tingkat retensi.
k. Merasa Bekerja Sendiri
Karyawan yang merasa terisolasi atau tidak terhubung dengan tim atau rekan kerja lainnya cenderung merasa kurang puas dan terpinggirkan. Kurangnya dukungan sosial atau kerjasama tim dapat meningkatkan rasa kesepian, yang memengaruhi motivasi dan loyalitas terhadap perusahaan.
l. Bosan dengan Pekerjaan yang Diberikan
Bosan dengan rutinitas pekerjaan yang tidak bervariasi atau tidak menantang dapat menyebabkan karyawan merasa jenuh dan tidak termotivasi. Tanpa tantangan atau kesempatan untuk belajar hal baru, karyawan akan kehilangan minat dan mencari pekerjaan yang menawarkan pengalaman yang lebih menarik.
5. Cara Menghitung Tingkat Retensi Karyawan
Mengetahui retensi dan turnover karyawan adalah langkah penting dalam mengelola sumber daya manusia. Dua metrik ini membantu perusahaan memahami seberapa baik mereka mempertahankan karyawan dan seberapa sering terjadi pergantian tenaga kerja.
a. Menghitung Retensi Karyawan
Tingkat retensi menunjukkan persentase karyawan yang tetap bekerja di perusahaan selama periode tertentu. Rumusnya adalah:
Tingkat Retensi = (Jumlah Karyawan Bertahan ÷ Jumlah Karyawan Awal) × 100%
Contoh:
Awal tahun, ada 500 karyawan. Di akhir tahun, 465 masih bertahan.
Maka:
(465 ÷ 500) × 100% = 93%
b. Menghitung Turnover Karyawan
Sementara itu, turnover menunjukkan berapa persen karyawan yang keluar dari perusahaan. Rumus turnover:
Tingkat Turnover = (Jumlah Karyawan Keluar ÷ Rata-rata Karyawan) × 100%
Contoh:
Jumlah karyawan keluar selama tahun tersebut: 35
Rata-rata karyawan (500 awal + 465 akhir) ÷ 2 = 482.5
Maka:
(35 ÷ 482.5) × 100% = 7.25%
Data ini sangat berharga dan sering kali dimasukkan ke dalam contoh laporan HR untuk dievaluasi oleh manajemen puncak. Angka ini tidak hanya menjadi tolok ukur internal, tetapi juga dapat dibandingkan dengan standar industri untuk melihat posisi kompetitif perusahaan. Analisis tren tingkat retensi dari waktu ke waktu juga dapat membantu mengidentifikasi dampak dari inisiatif HR yang telah dijalankan.
6. Strategi Efektif untuk Meningkatkan Retensi Karyawan
Meningkatkan retensi karyawan bukanlah tugas yang bisa diselesaikan dalam semalam, melainkan memerlukan pendekatan strategis dan berkelanjutan. Implementasi berbagai program yang terencana dengan baik dapat secara signifikan meningkatkan loyalitas dan keterikatan karyawan. Berikut adalah beberapa strategi efektif yang telah terbukti berhasil di berbagai industri.
a. Onboarding yang Efektif
Proses onboarding atau orientasi adalah kesan pertama yang diterima karyawan baru tentang perusahaan. Oleh karena itu, pengalaman onboarding yang terstruktur, informatif, dan ramah sangat penting untuk membuat karyawan merasa diterima dan dihargai sejak hari pertama.
Selain itu, program orientasi yang efektif harus mencakup pengenalan budaya perusahaan, penjelasan tugas dan ekspektasi yang jelas, serta perkenalan dengan tim. Sebaliknya, jika proses onboarding tidak dirancang dengan baik, hal ini dapat menimbulkan kebingungan, kecemasan, bahkan penyesalan pada karyawan baru.
Akibatnya, risiko mereka untuk keluar dalam beberapa bulan pertama pun meningkat. Oleh karena itu, investasi pada pengalaman onboarding yang positif merupakan langkah awal yang krusial untuk membangun fondasi hubungan jangka panjang antara karyawan dan perusahaan.
b. Pengembangan Karir
Karyawan, terutama generasi muda, sangat mendambakan kesempatan untuk bertumbuh dan berkembang secara profesional. Oleh karena itu, menyediakan jalur karir yang jelas dan transparan akan membantu mereka melihat masa depan mereka di dalam perusahaan. Lebih dari sekadar arahan, hal ini juga menunjukkan bahwa perusahaan benar-benar berinvestasi pada potensi mereka dan peduli terhadap kemajuan karir mereka.
Selain jalur karir yang terstruktur, perusahaan juga perlu secara aktif menyediakan program pelatihan, workshop, dan sertifikasi yang relevan. Dengan demikian, kesempatan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan tidak hanya bermanfaat bagi individu, tetapi juga berdampak positif pada kapabilitas organisasi.
c. Komunikasi Terbuka
Perusahaan perlu membangun budaya komunikasi yang terbuka dan transparan sebagai pilar utama dalam menjaga kepercayaan karyawan. Saat manajemen secara jujur menyampaikan informasi terkait kondisi perusahaan baik kabar baik maupun buruk mereka mampu meningkatkan employee engagement karena mereka merasa dihargai dan dilibatkan.
Untuk mewujudkan hal ini, perusahaan harus menyiapkan berbagai saluran komunikasi yang efektif, seperti rapat rutin, sesi town hall, dan platform komunikasi internal. Manajemen juga perlu bersikap konsisten dan aktif mendengarkan. Dengan menerapkan pola komunikasi yang transparan, perusahaan dapat mengurangi munculnya rumor, mengatasi ketidakpastian, dan memperkuat rasa memiliki karyawan terhadap organisasi.
d. Pengakuan dan Penghargaan
Setiap orang ingin merasa kinerjanya diakui dan kontribusinya dihargai. Program pengakuan dan penghargaan yang efektif tidak harus selalu berupa bonus finansial yang besar. Apresiasi yang tulus dan tepat waktu, seperti pujian dari atasan, penghargaan ‘karyawan bulan ini’, atau pengakuan dalam rapat tim, dapat meningkatkan motivasi secara signifikan.
Pengakuan ini harus terkait langsung dengan kinerja dan perilaku yang sejalan dengan nilai-nilai perusahaan. Mengintegrasikan sistem penghargaan dengan proses penilaian kinerja karyawan dapat membuatnya lebih objektif dan adil. Sistem penghargaan yang terstruktur memastikan bahwa semua karyawan memiliki kesempatan yang sama untuk diakui, sehingga meningkatkan semangat kerja secara menyeluruh.
e. Fleksibilitas Kerja
Di era modern, keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi menjadi prioritas utama bagi banyak karyawan. Menawarkan fleksibilitas kerja, seperti opsi kerja jarak jauh (remote), jam kerja fleksibel, atau model kerja hibrida, menunjukkan bahwa perusahaan memercayai karyawannya.
Fleksibilitas ini memungkinkan karyawan untuk menyeimbangkan tanggung jawab profesional dengan kebutuhan pribadi mereka, seperti mengurus keluarga atau mengejar hobi. Perusahaan yang mampu beradaptasi dan menyediakan opsi kerja yang berpusat pada karyawan akan memiliki keunggulan kompetitif yang kuat dalam menarik dan mempertahankan talenta terbaik.
f. Program Kesejahteraan Karyawan
Kesehatan karyawan, baik fisik maupun mental, memiliki dampak langsung terhadap produktivitas dan kehadiran mereka. Oleh karena itu, program kesejahteraan (wellness program) yang komprehensif menjadi bukti nyata bahwa perusahaan peduli terhadap karyawannya secara menyeluruh.
Selain itu, inisiatif tambahan seperti seminar manajemen stres, kelas yoga di kantor, atau kampanye gaya hidup sehat juga memberikan kontribusi positif. Lebih jauh lagi, dengan mendukung kesejahteraan holistik karyawan, perusahaan tidak hanya menurunkan tingkat absensi akibat sakit, tetapi juga menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat, suportif, dan produktif secara keseluruhan.
g. Umpan Balik dan Evaluasi
Karyawan membutuhkan umpan balik yang teratur untuk mengetahui sejauh mana kinerja mereka dan di area mana mereka perlu berkembang. Mengandalkan evaluasi tahunan saja sudah tidak lagi efektif. Proses umpan balik yang berkelanjutan (continuous feedback), melalui sesi one-on-one rutin antara manajer dan anggota tim, jauh lebih berdampak.
Umpan balik harus bersifat konstruktif, spesifik, dan berorientasi pada pengembangan, bukan hanya kritik. Tujuannya adalah untuk membantu karyawan mencapai potensi penuh mereka. Budaya umpan balik yang sehat akan mendorong pertumbuhan, meningkatkan kinerja, dan memperkuat hubungan antara manajer dan karyawan.
h. Membangun Kepercayaan
Kepercayaan adalah fondasi dari semua hubungan yang kuat, termasuk hubungan antara karyawan dan perusahaan. Penerapan buddy system juga dapat memperkuat rasa saling percaya karena memberikan dukungan nyata sejak hari pertama karyawan bergabung. Tindakan manajemen yang adil dan transparan, seperti dalam proses promosi atau penanganan konflik, semakin memperkuat kepercayaan tersebut.
Manajemen yang menunjukkan empati, mendengarkan keluhan karyawan dengan serius, dan menepati janji akan mendapatkan rasa hormat dan loyalitas. Ketika karyawan percaya bahwa perusahaan benar-benar peduli pada kepentingan mereka, mereka akan lebih terikat secara emosional dan termotivasi untuk memberikan yang terbaik.
i. Implementasi HRIS untuk Tingkatkan Retensi Karyawan
Di era digital, teknologi memainkan peran krusial dalam menyederhanakan dan mengoptimalkan strategi retensi karyawan. Implementasi berbagai HR tools modern, terutama Human Resource Information System (HRIS), dapat mengotomatisasi tugas-tugas administratif yang memakan waktu.
Hal ini memungkinkan tim HR untuk lebih fokus pada inisiatif strategis yang berdampak langsung pada kesejahteraan dan keterlibatan karyawan. Platform HRIS seperti yang ditawarkan oleh ScaleOcean menjadi solusi terpusat untuk tantangan retensi yang dibahas dalam artikel ini.
Dengan HRIS ScaleOcean, perusahaan dapat mengelola data karyawan secara efisien, mengotomatisasi proses penggajian dan absensi, serta memfasilitasi komunikasi internal yang lebih baik. Fitur analitiknya memungkinkan manajemen untuk memantau tren retensi secara real-time dan mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan.
Anda bahkan dapat mencoba demo gratis untuk merasakan langsung kemudahan dan efektivitasnya. Lebih dari sekadar alat administratif, HRIS ScaleOcean dirancang untuk mendukung pengembangan karyawan dan meningkatkan keterlibatan.
Platform ini memfasilitasi manajemen kinerja, pelacakan tujuan, dan penyampaian umpan balik secara terstruktur. Dengan demikian, ScaleOcean menjadi mitra teknologi strategis yang membantu perusahaan membangun lingkungan kerja yang positif dan berbasis data untuk mempertahankan talenta terbaik mereka.
7. Kesimpulan
Retensi karyawan adalah investasi jangka panjang, bukan sekadar biaya operasional. Oleh karena itu, mempertahankan talenta terbaik penting untuk menjaga stabilitas, mendorong inovasi, dan memastikan pertumbuhan bisnis. Untuk itu, strategi retensi harus mencakup kompensasi yang adil, pengembangan karir, budaya positif, dan kepemimpinan suportif.
Sebaliknya, mengabaikan retensi dapat meningkatkan biaya rekrutmen dan menurunkan moral tim. Namun, perusahaan yang proaktif membangun loyalitas karyawan akan menciptakan fondasi kuat. Dengan dukungan teknologi seperti HRIS ScaleOcean, retensi dapat dikelola lebih efisien. Pada akhirnya, sumber daya manusia adalah aset paling berharga.
FAQ:
Apa itu retensi dalam pekerjaan?
Retensi adalah bagian dari termin (progress billing) yang pembayarannya ditunda hingga persyaratan tertentu dalam kontrak terpenuhi.
Apa yang dimaksud dengan tingkat retensi karyawan?
Tingkat retensi adalah persentase karyawan yang bertahan di perusahaan dalam jangka waktu tertentu.
Apa yang dimaksud dengan employee retention?
Employee retention adalah sejauh mana perusahaan mampu mempertahankan karyawan yang kompeten, berkinerja tinggi, dan bernilai, yang umumnya diukur dalam periode tahunan atau waktu tertentu.