Mengelola cash flow perusahaan dengan benar adalah kunci untuk menjaga kelangsungan bisnis Anda tetap stabil dan berkembang. Dengan cash flow yang teratur, Anda dapat dengan mudah mengatur pengeluaran harian, memastikan arus kas tetap positif, serta membuat keputusan keuangan yang lebih matang dan tepat.
Cash flow tidak hanya penting untuk kelangsungan operasional, tetapi juga untuk menarik minat investor dan mendapatkan pendanaan yang dibutuhkan.
Namun, sayangnya, masih banyak pebisnis yang mengabaikan pembuatan dan pengelolaan laporan cash flow. Hasilnya? Pengeluaran harian menjadi kacau, arus kas negatif mulai menggerogoti keuntungan, dan keputusan finansial sering diambil dengan tergesa-gesa tanpa data yang akurat.
Jika masalah ini terus dibiarkan, bisnis Anda bisa saja menghadapi risiko likuiditas, bahkan di ambang kebangkrutan, meskipun nilai pendapatan bisnis Anda terlihat bagus di atas kertas. Oleh karena itu, pembuatan dan pengelolaan cash flow yang efektif sangatlah mendesak.
Dalam artikel ini, kami akan membahas lebih dalam mengenai apa itu cash flow, jenis-jenisnya, serta cara membuat laporan cash flow dengan benar. Kami juga akan menjelaskan bagaimana cara mengidentifikasi apakah cash flow bisnis Anda sehat, serta strategi-strategi untuk mengelola arus kas dengan lebih baik. Mari simak artikel selengkapnya!
Apa itu Cash Flow?
Cash flow adalah istilah yang mengacu pada aliran masuk dan keluar uang dalam sebuah bisnis selama periode tertentu. Dalam konteks bisnis, cash flow menggambarkan seberapa baik perusahaan dapat mengelola pendapatan dan pengeluarannya untuk menjaga kestabilan operasional.
Cash flow yang positif menunjukkan bahwa bisnis memiliki cukup uang untuk membayar pengeluaran dan tetap berjalan, sementara cash flow negatif dapat menjadi tanda bahaya, bahwa bisnis mungkin kesulitan membayar kewajiban jangka pendeknya.
Kualitas manajemen cash flow bisnis Anda sangat berdampak langsung terhadap kelangsungan bisnis Anda. Bahkan, menurut salah satu artikel Score, pengelolaan cash flow yang buruk menjadi alasan nomor 1 yang menyebabkan 82% perusahaan skala menengah ke bawah di Amerika bangkrut.
Dampaknya juga akan tetap signifikan meskipun perusahaan sudah established dan skala besar. Oleh karena itu, Anda harus memastikan pencatatannya benar-benar akurat dan pelaporannya benar.
1. Rumus Cash Flow
Untuk menghitung cash flow, digunakan rumus sederhana:
Jadi, ada dua elemen penting dalam menghitung cash flow, yaitu pendapatan dan pengeluaran. Pendapatan mencakup semua pemasukan dari penjualan produk atau layanan, sementara pengeluaran mencakup biaya operasional seperti gaji, sewa, dan pembelian bahan baku.
Jika pendapatan lebih besar dari pengeluaran, Anda memiliki arus kas positif—artinya bisnis berjalan dengan baik. Sebaliknya, jika pengeluaran lebih besar, arus kas negatif bisa membuat operasional bisnis terganggu.
2. Perbedaan Cash Flow (Arus Kas) dengan Profit (Laba)
Meskipun terdengar mirip, cash flow dan profit adalah dua hal yang berbeda. Profit (laba) adalah jumlah uang yang tersisa setelah semua biaya dikurangi dari pendapatan, tetapi profit tidak selalu mencerminkan kondisi arus kas. Sebuah bisnis bisa saja mencatatkan profit di atas kertas, namun masih mengalami cash flow negatif jika tidak ada cukup uang tunai untuk membayar kewajiban.
Menurut data LLCBuddy, sebanyak 60% perusahaan besar (enterprise) mengalami kebrangkutan karena mereka tak lagi punya dana kas, meskipun mereka terlapor menghasilkan keuntungan yang besar. Jadi, meskipun profit penting, memastikan arus kas yang sehat adalah kunci keberlangsungan bisnis.
Jenis-jenis Cash Flow
Cash flow statement adalah salah satu jenis laporan keuangan bisnis yang dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Dengan mengetahui jenis-jenis cash flow perusahaan ini, Anda bisa lebih mudah menganalisis dari mana sumber uang masuk dan untuk apa uang digunakan.
Berikut adalah tiga jenis utama laporan arus kas yang perlu dipahami:
1. Arus Kas Operasi (Operating Cash Flow)
Arus kas operasi mencerminkan uang yang dihasilkan atau digunakan dalam aktivitas bisnis sehari-hari, seperti penjualan produk, pembayaran gaji, dan pembelian bahan baku.
Fungsi utama cash flow statement ini adalah untuk menunjukkan seberapa efisien bisnis dalam menghasilkan uang dari operasi utamanya. Contohnya, jika Anda menjalankan restoran, arus kas operasi mencakup pendapatan dari penjualan makanan dan biaya operasional seperti sewa tempat dan gaji koki.
2. Arus Kas Investasi (Investing Cash Flow)
Arus kas investasi berkaitan dengan uang yang digunakan untuk membeli atau menjual aset jangka panjang, seperti properti, peralatan, atau investasi lain. Fungsinya adalah untuk melacak kegiatan bisnis dalam memperoleh atau melepas aset yang dapat berdampak pada pertumbuhan jangka panjang.
Contoh cash flow jenis ini yaitu jika perusahaan Anda membeli mesin baru untuk meningkatkan produksi, uang yang keluar tersebut dihitung sebagai arus kas investasi. Selain itu, arus kas investasi juga membantu perusahaan mengukur Return On Investment (ROI) dari aset yang dibeli, memastikan bahwa setiap investasi yang dilakukan memberikan nilai tambah bagi bisnis dalam jangka panjang.
3. Arus Kas Pembiayaan (Financing Cash Flow)
Arus kas pembiayaan menunjukkan aliran uang yang terkait dengan pendanaan perusahaan, seperti penerimaan atau pembayaran pinjaman, biaya produksi, penerbitan saham, atau pembayaran dividen kepada pemegang saham.
Fungsi laporan arus kas ini adalah untuk melacak bagaimana bisnis memperoleh modal dan membayar kewajibannya. Contoh sederhananya adalah ketika perusahaan mengambil pinjaman bank untuk ekspansi, jumlah uang tersebut akan tercatat sebagai arus kas pembiayaan.
Baca juga:
Cukup Mudah! Ini Cara Membuat Neraca Saldo
Jenis-jenis Pendapatan dan Pengeluaran dalam Cash Flow
Dalam bisnis, arus kas (cash flow) tidak hanya soal menghitung uang masuk dan keluar, tetapi juga tentang memahami asal usul pendapatan serta sifat dari pengeluaran yang terjadi. Dengan memahami jenis-jenis pendapatan dan pengeluaran ini, Anda bisa mengelola keuangan bisnis lebih efektif.
Berikut adalah beberapa jenis pendapatan dan pengeluaran yang perlu diperhatikan dalam laporan arus kas:
1. Jenis Pendapatan dalam Cash Flow
Ada tiga jenis pendapatan dalam cash flow statement, yaitu pendapatan aktif, pendapatan investasi, dan pendapatan pasif. Berikut penjelasannya lebih lanjut:
a. Pendapatan Aktif
Pendapatan aktif adalah uang yang dihasilkan langsung dari aktivitas bisnis utama, seperti penjualan produk atau layanan. Fungsi pendapatan aktif adalah untuk menopang operasional bisnis sehari-hari.
Contohnya, jika Anda menjalankan toko online, pendapatan dari penjualan produk adalah pendapatan aktif yang menjadi sumber utama arus kas bisnis Anda.
b. Pendapatan Investasi
Pendapatan investasi berasal dari hasil investasi yang dilakukan oleh perusahaan, seperti dividen saham atau hasil penjualan aset investasi. Fungsi utamanya adalah untuk menambah sumber pendapatan bisnis dari kegiatan non-operasional.
Misalnya, jika perusahaan menjual properti yang dimiliki dan menghasilkan keuntungan, itu dikategorikan sebagai pendapatan investasi.
c. Pendapatan Pasif
Pendapatan pasif adalah uang yang diterima secara berkelanjutan tanpa perlu ada aktivitas langsung dari bisnis, seperti royalti atau pendapatan dari hak kekayaan intelektual.
Fungsi pendapatan pasif adalah sebagai penunjang keuangan bisnis di luar pendapatan aktif. Contoh pendapatan pasif adalah royalti yang diterima dari produk yang hak ciptanya dimiliki perusahaan.
2. Jenis Pengeluaran dalam Cash Flow
Pengeluaran dalam laporan cash flow perusahaan terbagi menjadi empat macam, yaitu pengeluaran tetap yang wajib dibayarkan, pengeluaran yang tidak dapat dihindari, pengeluaran tambahan, serta pengeluaran untuk tabungan.
Berikut ini penjelasan lebih lengkap untuk tiap jenis pengeluaran tersebut:
a. Pengeluaran Tetap (Wajib Dibayarkan)
Pengeluaran tetap adalah biaya yang harus dibayarkan secara rutin, seperti sewa kantor, gaji karyawan, atau asuransi. Fungsi pengeluaran ini adalah untuk menjaga operasional bisnis berjalan lancar setiap bulan. Contoh cash flow untuk expense tetap yaitu ketika setiap bulan Anda harus membayar sewa tempat usaha.
b. Pengeluaran yang Tidak Terhindarkan
Jenis pengeluaran ini biasanya muncul karena kebutuhan mendesak yang harus dipenuhi, seperti biaya perbaikan mesin atau pembelian bahan baku tambahan saat stok menipis.
Fungsi pengeluaran ini adalah untuk menjaga operasional bisnis tetap berjalan tanpa hambatan. Contoh sederhananya adalah perbaikan mendadak pada mesin produksi yang mengalami kerusakan.
c. Pengeluaran Tambahan
Pengeluaran tambahan adalah biaya yang muncul di luar pengeluaran rutin, sering kali bersifat opsional atau karena adanya proyek tertentu. Fungsinya adalah untuk mendukung aktivitas bisnis yang lebih besar. Misalnya, biaya untuk pemasaran tambahan saat ada promosi besar-besaran adalah pengeluaran tambahan.
d. Tabungan
Tabungan dalam bisnis adalah pengeluaran yang dialokasikan sebagai cadangan kas untuk masa depan, baik untuk kebutuhan darurat atau rencana investasi.
Fungsi tabungan adalah untuk memastikan bisnis memiliki dana cadangan yang dapat digunakan sewaktu-waktu. Contohnya, perusahaan yang menyisihkan sebagian laba untuk diinvestasikan di masa mendatang.
Dengan memahami jenis-jenis pendapatan dan pengeluaran dalam laporan arus kas ini, Anda dapat lebih cermat dalam mengelola arus kas bisnis, sehingga mampu mengantisipasi pengeluaran mendadak dan memastikan setiap jenis pendapatan dioptimalkan dengan baik.
Metode Laporan Arus Kas (Cash Flow)
Terdapat dua metode utama yang dapat digunakan untuk menyusun laporan arus kas: metode langsung dan metode tidak langsung. Masing-masing memiliki pendekatan dan fungsi yang berbeda, tergantung pada kebutuhan pelaporan bisnis Anda.
Berikut adalah penjelasan mengenai kedua metode menyusun laporan arus kas tersebut:
1. Metode Langsung (Direct Method)
Metode langsung adalah cara melaporkan arus kas dengan mencatat semua penerimaan dan pengeluaran tunai secara langsung dari aktivitas operasi. Fungsi metode ini adalah untuk memberikan gambaran yang lebih rinci tentang sumber arus kas masuk dan keluar.
Setiap transaksi tunai yang terjadi selama periode pelaporan dicatat secara spesifik, seperti penerimaan kas dari penjualan atau pembayaran kas kepada pemasok.
Contoh: Dalam laporan cash flow perusahaan metode langsung, Anda bisa melihat detail penerimaan tunai dari pelanggan sebesar Rp500 juta dan pembayaran kas untuk gaji karyawan sebesar Rp200 juta. Metode ini memberikan transparansi yang jelas bagi pemilik bisnis dalam melacak arus kas operasional.
2. Metode Tidak Langsung (Indirect Method)
Metode tidak langsung melaporkan arus kas dengan memulai dari laba bersih, lalu menyesuaikannya dengan perubahan dalam aset dan liabilitas, serta item-item non-kas seperti depresiasi. Fungsi metode ini adalah untuk menyoroti perbedaan antara laba bersih di laporan laba rugi dan kas sebenarnya yang dihasilkan dari aktivitas operasi.
Contoh: Dalam metode tidak langsung, laporan cash flow dimulai dari laba bersih sebesar Rp300 juta. Kemudian, dilakukan penyesuaian seperti menambahkan depresiasi sebesar Rp50 juta dan mengurangi peningkatan piutang sebesar Rp100 juta. Hasil akhirnya adalah arus kas bersih yang sebenarnya dihasilkan oleh operasi bisnis.
Cara Membuat Laporan Cash Flow untuk Bisnis
Dengan laporan cash flow yang tepat, Anda dapat melihat bagaimana uang masuk dan keluar dari bisnis, sehingga membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih baik. Sebagai tambahan, contoh pembukuan uang masuk dan keluar yang lengkap dapat membantu memberikan gambaran yang lebih jelas tentang arus kas bisnis Anda.
Berikut ini adalah enam langkah yang dapat Anda lakukan dalam cara membuat cash flow statement, beserta potensi masalah yang mungkin terjadi di tiap langkah dan solusinya.
1. Kumpulkan Semua Data Keuangan
Langkah pertama adalah mengumpulkan semua data yang diperlukan, seperti laporan penjualan, pengeluaran, dan data investasi. Ini termasuk catatan transaksi tunai yang meliputi pendapatan dan pengeluaran. Untuk mencapai hal ini, kita perlu memastikan bahwa semua transaksi, baik yang menggunakan metode kas maupun yang mengikuti prinsip akuntansi accrual basis, tercatat dengan baik.
Tantangan yang sering terjadi di sini adalah jika data keuangan tidak lengkap atau tersebar di berbagai tempat, hal ini bisa menyebabkan kesalahan perhitungan. Solusinya, pastikan setiap transaksi tercatat dengan baik, dan pertimbangkan untuk menggunakan software akuntansi yang dapat membantu menyimpan serta mengorganisir data secara rapi.
Untuk mengetahui pilihan solusi software keuangan apa saja yang bisa Anda pilih, cek artikel lainnya tentang rekomendasi software akuntansi terbaik di Indonesia yang telah kami rangkum dengan lengkap untuk kemudahan Anda.
2. Pisahkan Pendapatan dan Pengeluaran Operasional
Setelah semua data terkumpul, Anda perlu memisahkan pendapatan dan pengeluaran yang terkait dengan aktivitas operasional bisnis, seperti penjualan produk atau pembayaran gaji.
Seringkali, pendapatan dari sumber lain bisa tercampur dengan pendapatan operasional, sehingga mempersulit pelaporan. Untuk menghindari ini, buatlah kategori yang jelas antara pendapatan operasional dan non-operasional agar laporan lebih terstruktur dan mudah dipahami.
3. Catat Arus Kas dari Investasi
Langkah ini melibatkan pencatatan semua transaksi investasi, seperti pembelian atau penjualan aset. Namun, sering kali transaksi investasi diabaikan atau salah dikategorikan, yang bisa mempengaruhi laporan cash flow perusahaan secara keseluruhan.
Untuk mencegah hal ini, pastikan Anda selalu me-review transaksi investasi dengan teliti dan pisahkan dari pengeluaran rutin bisnis lainnya.
4. Hitung Arus Kas dari Pembiayaan
Dalam langkah ini, Anda perlu mencatat semua arus kas yang terkait dengan pendanaan, seperti penerimaan pinjaman, pembayaran utang, atau penerbitan saham. Terkadang, perusahaan kesulitan melacak pinjaman jangka panjang atau pendanaan eksternal.
Solusinya adalah dengan membuat jadwal pembayaran pinjaman secara teratur dan mencatat setiap transaksi pembelian atau pembiayaan secara disiplin untuk memastikan semuanya tercatat dengan benar.
5. Sesuaikan dengan Laba Bersih
Setelah mencatat semua arus kas, Anda perlu menyesuaikannya dengan laba bersih dari laporan laba rugi. Tantangan yang sering muncul adalah ketika laba bersih berbeda dengan arus kas aktual, yang bisa membingungkan dalam pelaporan.
Untuk mengatasinya, perhatikan perubahan aset dan liabilitas seperti piutang atau persediaan, yang dapat mempengaruhi jumlah arus kas aktual dibandingkan dengan laba di atas kertas.
6. Review dan Analisis Hasil Akhir
Langkah terakhir adalah meninjau kembali laporan cash flow untuk memastikan semua arus kas tercatat dengan benar, dan kemudian melakukan analisis apakah arus kas bersifat positif atau negatif. Jika tidak dilakukan dengan teliti, kesalahan pencatatan bisa terjadi, atau laporan tidak dianalisis dengan baik.
Anda dapat menggunakan Aplikasi Pembukuan Terbaik untuk membantu otomatisasi pelaporan dan lakukan pengecekan secara berkala untuk memastikan akurasi, sehingga hasil akhirnya dapat menjadi panduan yang jelas bagi pengambilan keputusan. Tanpa software ini, pengelolaan cash flow bisnis Anda akan sangat memakan waktu dan rawan terjadi kesalahan data. Hal ini dapat mengakibatkan pengambilan keputusan yang salah dan mengganggu stabilitas finansial bisnis.
Cara Menganalisis Laporan Cash Flow
Menganalisis laporan cash flow tidak hanya tentang melihat arus kas masuk dan keluar, tetapi juga tentang bagaimana rasio-rasio keuangan terkait dapat membantu Anda menilai kesehatan finansial bisnis secara keseluruhan. Rasio-rasio ini memberikan wawasan mendalam mengenai efisiensi, likuiditas, dan profitabilitas bisnis dari perspektif arus kas.
Berikut adalah beberapa rasio keuangan cash flow penting yang perlu Anda pahami untuk menganalisis cash flow statement secara lebih komprehensif:
1. Free Cash Flow (FCF)
Free Cash Flow (FCF) adalah arus kas bebas yang dimiliki perusahaan setelah dikurangi pengeluaran untuk investasi, seperti pembelian peralatan atau properti. FCF mengukur seberapa banyak uang tunai yang tersedia bagi perusahaan untuk membayar utang, dividen, atau mengembangkan bisnis tanpa bantuan pendanaan eksternal.
Indikator: FCF yang positif menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kas yang cukup untuk diinvestasikan kembali atau membayar utang. Jika FCF negatif, perusahaan mungkin mengalami kesulitan memenuhi kewajiban keuangannya tanpa bantuan eksternal.
2. Unlevered Free Cash Flow (UFCF)
Unlevered Free Cash Flow (UFCF) adalah FCF sebelum dikurangi biaya bunga utang. UFCF memberikan gambaran tentang kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas tanpa memperhitungkan struktur utang.
Indikator: UFCF yang positif menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kinerja operasional yang baik. Sebaliknya, UFCF yang negatif dapat menjadi tanda bahwa perusahaan kesulitan menghasilkan kas dari aktivitas operasionalnya, bahkan tanpa beban utang.
3. Cash Flow to Net Income Ratio
Rasio ini membandingkan arus kas operasional dengan laba bersih perusahaan. Ini menunjukkan seberapa besar laba bersih yang benar-benar tercermin dalam arus kas tunai. Jika laba bersih tinggi, tetapi arus kas rendah, itu bisa menjadi indikasi masalah dalam likuiditas atau pengelolaan modal kerja.
Indikator: Rasio yang mendekati atau melebihi 1 dianggap baik, karena menunjukkan bahwa laba bersih didukung oleh arus kas yang kuat. Rasio di bawah 1 dapat mengindikasikan bahwa perusahaan mungkin mengalami masalah dalam mengonversi laba akuntansi menjadi kas nyata.
4. Current Liability Coverage Ratio
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya dengan arus kas operasional. Ini adalah indikator penting untuk menilai likuiditas jangka pendek perusahaan, terutama dalam menghadapi kewajiban seperti pembayaran utang jangka pendek atau gaji karyawan.
Indikator: Rasio yang lebih tinggi dari 1 menunjukkan bahwa perusahaan memiliki arus kas yang cukup untuk menutupi kewajiban jangka pendek. Jika rasio ini di bawah 1, perusahaan mungkin kesulitan membayar utang jangka pendeknya.
5. Price to Cash Flow Ratio (P/CF)
Rasio Price to Cash Flow (P/CF) membandingkan harga saham perusahaan dengan arus kas operasional per saham. Ini digunakan oleh investor untuk menilai apakah saham perusahaan dinilai wajar berdasarkan kemampuan perusahaan menghasilkan kas, terutama ketika laba bersih mungkin terdistorsi oleh biaya non-kas seperti depresiasi.
Indikator: P/CF yang rendah biasanya menunjukkan bahwa saham tersebut undervalued, sedangkan P/CF yang tinggi bisa menjadi tanda bahwa saham mungkin overvalued, tergantung pada industri dan konteks perusahaan.
Strategi Mengelola Cash Flow Perusahaan yang Efektif
Mengelola cash flow dengan efektif adalah kunci keberlanjutan bisnis. Arus kas yang lancar memungkinkan Anda membayar tagihan tepat waktu, berinvestasi dalam pertumbuhan, dan menghadapi ketidakpastian keuangan dengan lebih siap.
Untuk mencapai itu, diperlukan strategi yang tepat dalam mengatur cash flow. Berikut adalah lima strategi yang bisa Anda terapkan untuk mengefektifkan pengelolaan cash flow bisnis Anda:
1. Pantau dan Evaluasi Arus Kas Secara Berkala
Langkah pertama untuk menjaga arus kas yang sehat adalah dengan melakukan pemantauan secara rutin. Jangan tunggu hingga akhir bulan untuk mengevaluasi laporan keuangan Anda. Dengan melakukan pengecekan mingguan, Anda bisa langsung menangani masalah yang muncul, seperti pembayaran yang terlambat atau pengeluaran yang terlalu besar. Ini membantu Anda lebih cepat mengambil tindakan preventif daripada mengatasi krisis di kemudian hari.
2. Optimalkan Penagihan dan Persingkat Siklus Penagihan
Salah satu penyebab terhambatnya arus kas adalah siklus penagihan yang terlalu panjang. Untuk mengefektifkan pengelolaan cash flow, usahakan untuk mempercepat proses penagihan dengan memberikan insentif pembayaran lebih awal atau menerapkan denda untuk keterlambatan pembayaran. Dengan ini, Anda bisa mendapatkan uang lebih cepat dan menjaga arus kas tetap stabil. Selain itu, Anda dapat memperbaiki sistem manajemen piutang agar pembayaran dari pelanggan dapat diproses lebih cepat.
3. Kelola Persediaan dengan Efisien
Menyimpan terlalu banyak persediaan atau stok produk bisa mengunci modal yang seharusnya bisa dialokasikan untuk hal lain. Evaluasilah persediaan secara berkala dan sesuaikan dengan permintaan pasar. Dengan mengelola stok secara efisien, Anda bisa memastikan bahwa uang tunai tidak terjebak dalam stok yang tidak terpakai dan memaksimalkan likuiditas bisnis.
4. Gunakan Software Akuntansi untuk Automasi dan Pelaporan Keuangan tanpa Human Error
Di era digital ini, solusi terbaik untuk mengefektifkan pengelolaan cash flow adalah dengan memanfaatkan software akuntansi keuangan. Software ini memungkinkan Anda untuk melacak pengeluaran, pendapatan, dan arus kas secara otomatis, meminimalkan kesalahan manual, dan memberikan laporan keuangan real-time.
Dengan bantuan software, Anda juga bisa membuat proyeksi arus kas di masa depan, membantu Anda merencanakan lebih baik dan menghindari masalah likuiditas.
Jika Anda membutuhkan bantuan untuk mengetahui fitur apa saja yang diperlukan untuk pelaporan cash flow menggunakan software akuntansi, Anda bisa konsultasi langsung dengan tim ahli kami atau mengakses demo gratis. Tim kami akan membantu menganalisis kebutuhan bisnis dan memberikan solusi terbaik untuk mengatasi masalah manajemen cash flow Anda.
5. Negosiasikan Syarat Pembayaran dengan Pemasok
Mengelola pengeluaran dengan lebih bijak bisa dilakukan dengan menegosiasikan syarat pembayaran dengan pemasok. Cobalah untuk mendapatkan tenggat waktu yang lebih panjang untuk pembayaran utang dagang, sehingga Anda memiliki lebih banyak waktu untuk mengumpulkan uang dari pelanggan sebelum harus membayar pemasok. Dengan demikian, arus kas bisnis Anda tetap stabil tanpa menambah tekanan keuangan.
Rasio Keuangan Lain untuk Cek Kesehatan Finansial Bisnis
Selain arus kas, ada beberapa rasio keuangan lain yang sering digunakan untuk menilai kesehatan finansial bisnis secara keseluruhan. Rasio-rasio ini memberikan gambaran tentang likuiditas, tabungan, serta kemampuan bisnis dalam mengelola utang atau pinjaman.
Berikut adalah beberapa rasio keuangan penting yang bisa membantu Anda memahami kondisi keuangan bisnis lebih baik:
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aset lancar, seperti kas, piutang, atau persediaan. Rasio yang umum digunakan adalah current ratio (rasio lancar), yang diperoleh dengan membagi aset lancar dengan kewajiban lancar.
Indikator: Rasio likuiditas yang ideal biasanya berada di atas 1. Jika rasio di bawah 1, ini berarti perusahaan mungkin mengalami kesulitan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Sebaliknya, rasio yang terlalu tinggi (misalnya di atas 3) bisa mengindikasikan bahwa perusahaan tidak mengoptimalkan aset lancarnya untuk pertumbuhan.
2. Rasio Tabungan
Rasio tabungan menunjukkan seberapa banyak dana yang disimpan atau diinvestasikan oleh perusahaan sebagai cadangan untuk menghadapi situasi darurat atau peluang investasi di masa depan. Rasio ini biasanya dihitung dengan membandingkan jumlah dana cadangan dengan total pendapatan.
Indikator: Rasio tabungan yang baik bervariasi tergantung pada industri, namun secara umum, perusahaan yang memiliki rasio tabungan sekitar 10-20% dari pendapatan dianggap sehat. Jika rasio ini terlalu rendah, perusahaan mungkin tidak siap menghadapi keadaan darurat keuangan. Di sisi lain, tabungan yang terlalu tinggi bisa menunjukkan bahwa dana yang seharusnya digunakan untuk pengembangan justru menganggur.
3. Rasio Utang/Pinjaman
Rasio utang atau pinjaman mengukur sejauh mana bisnis bergantung pada pinjaman atau utang untuk mendanai operasinya. Rasio ini biasanya diukur dengan debt-to-equity ratio, yang membandingkan total utang dengan ekuitas pemegang saham.
Indikator: Rasio yang tinggi (misalnya di atas 2) menunjukkan bahwa bisnis bergantung terlalu banyak pada utang, yang bisa berisiko tinggi terutama dalam kondisi ekonomi yang tidak stabil. Rasio yang terlalu rendah, di sisi lain, bisa berarti perusahaan terlalu hati-hati dan tidak memanfaatkan utang secara strategis untuk mempercepat pertumbuhan.
Kesimpulan
Sebagai inti dari kesehatan finansial bisnis, cash flow berperan penting dalam memastikan operasional bisnis berjalan lancar dan mendukung pertumbuhan jangka panjang. Memahami arus kas dan cara mengelolanya secara efektif bisa membantu Anda membuat keputusan yang lebih baik, menghindari masalah likuiditas, dan menjaga kestabilan keuangan perusahaan.
Namun, pengelolaan cash flow yang manual sering kali memakan waktu dan rawan kesalahan. Di sinilah penggunaan software akuntansi seperti ScaleOcean menjadi solusi yang tepat. Dengan fitur otomatisasi dan pelaporan real-time, ScaleOcean membantu Anda mengelola cash flow secara lebih cepat, akurat, dan efisien.
Tertarik untuk mengelola arus kas bisnis Anda dengan lebih baik? Konsultasikan kebutuhan Anda dengan tim ahli kami dan dapatkan demo gratis sekarang untuk melihat bagaimana ScaleOcean bisa membantu bisnis Anda berkembang!