Apa Itu FIFO dan LIFO dalam Akuntansi Barang?
3 Min Read Posted on 17 Apr 2023
Daftar Isi
Kelancaran bisnis bergantung pada pengelolaan persediaan barang. Hal ini yang mendasari metode manajemen gudang perlu diperhatikan. Efisiensi dalam pengelolaan barang dapat membantu Anda mengurangi biaya, meningkatkan laba, serta menjaga kepuasan pelanggan. Terdapat metode FIFO (First-In, First-Out) dan LIFO (Last-In, First-Out) dalam akuntansi untuk mempermudah proses ini.
Kedua metode tersebut memiliki karakteristik, kelebihan, dan kekurangan yang berbeda, serta mempengaruhi laporan keuangan perusahaan secara signifikan. Artikel ini akan membahas pengertian, penerapannya dalam praktik bisnis, serta perbandingan dampak keduanya terhadap laporan keuangan.
1. Pengertian Metode FIFO
FIFO (First-In, First-Out) adalah suatu metode penilaian persediaan yang menggunakan konsep bahwa barang yang pertama kali masuk ke dalam persediaan akan dijual dulu. Metode ini menggambarkan aliran barang secara alami, seperti yang biasa terjadi dalam praktik bisnis. Contoh industri yang umumnya menggunakan metode FIFO adalah industri F&B dan farmasi, di mana produk memiliki masa simpan terbatas dan harus mengutamakan barang yang masuk pertama untuk segera dijual.
Kelebihan metode FIFO terdapat pada kemudahan pemahaman dan implementasinya. Metode ini sesuai dengan aliran barang yang umum dalam bisnis, sehingga produk yang masuk lebih awal dijual lebih dulu. Selain itu, cara ini dalam akuntansi juga menghasilkan nilai persediaan yang realistis, karena barang yang lebih lama dalam persediaan akan diberi harga sesuai dengan harga pembelian awal, yang mencerminkan nilai sebenarnya dari barang tersebut pada saat itu.
Kekurangannya terkait dengan sensitivitas terhadap fluktuasi harga. Jika harga barang meningkat, akan menghasilkan laba kotor yang lebih tinggi dalam akuntansi. Hal ini karena barang yang dijual mendapat harga yang lebih rendah. Sementara persediaan yang tersisa dikenakan harga lebih tinggi. Hal ini menyebabkan beban pajak yang lebih tinggi. Selain itu, saat inflasi tidak menggambarkan biaya persediaan yang sebenarnya. Ini karena harga barang yang dijual mungkin sudah tidak relevan dengan harga pasar saat ini.
Baca juga: Penerapan Sistem FIFO dalam Bisnis Ritel
2. Pengertian Metode LIFO
LIFO atau Last-In, First-Out adalah sistem penilaian persediaan yang menganggap bahwa barang yang terakhir masuk ke dalam persediaan akan dijual terlebih dahulu. Berkebalikan dengan FIFO, metode ini tidak mencerminkan aliran barang yang umum dalam praktik bisnis. Sering digunakan dalam industri yang menghadapi kenaikan harga barang secara konsisten, seperti perusahaan konstruksi dan komoditas.
Kelebihan metode LIFO berkaitan dengan pengurangan dampak inflasi pada laba kotor. Ketika harga barang terus meningkat, metode ini akan menghasilkan laba kotor yang lebih rendah dalam perhitungan akuntansi karena barang yang dijual diberi harga yang lebih tinggi. Sementara persediaan yang tersisa dikenai harga yang lebih rendah. Hal ini juga berarti beban pajak yang lebih rendah, karena laba kotor yang lebih rendah yang akan dikenakan pajak.
Sedangkan kekurangannya terdapat pada tingkat kesulitan yang lebih tinggi pada implementasi. Selain itu, metode ini tidak mencerminkan aliran barang yang umum dalam bisnis, yang bisa menyebabkan ketidaksesuaian antara nilai persediaan yang dilaporkan dalam akuntansi dengan realitas persediaan yang ada. Cara ini juga menghasilkan nilai persediaan yang lebih rendah daripada nilai sebenarnya. Terutama jika harga barang telah mengalami penurunan sejak waktu pembelian.
3. Implementasi FIFO & LIFO di Akuntansi Barang
Supaya mudah untuk memahami kedua metode dalam praktiknya, berikut akan diberikan contoh implementasinya secara langsung untuk FIFO dan LIFO. Dengan demikian, diharapkan Anda dapat membedakan biaya yang terjual dan yang tersisa.
a. Metode FIFO
Misalkan sebuah toko buah menerima 100 kg apel pada batch 1 dengan harga Rp20.000 per kg. Kemudian menerima 250 kg apel pada batch 2 dengan harga Rp25.000 per kg. Jika toko tersebut mendapatkan pesanan untuk 180 kg apel, sebaiknya pengelolaan persediaan menerapkan metode FIFO.
Dalam kasus ini, toko akan menjual 100 kg apel dari batch 1 terlebih dahulu. Kemudian menjual 80 kg apel dari batch 2.
- Biaya persediaan yang terjual adalah (100 kg x Rp20.000) + (80 kg x Rp25.000) = Rp2.000.000 + Rp2.000.000 = Rp4.000.000.
- Sementara itu, nilai persediaan yang tersisa adalah 170 kg apel dari batch 2 dengan total nilai (170 kg x Rp25.000) = Rp4.250.000.
b. Metode LIFO
Misalkan suatu perusahaan bergerak dalam industri baja. Perusahaan tersebut menerima 100 ton baja pada batch 1 dengan harga Rp10.000.000 per ton. Selanjutnya menerima 250 ton baja pada batch 2 dengan harga Rp12.000.000 per ton.
Jika perusahaan tersebut menerima pesanan untuk 180 ton baja dan menerapkan metode LIFO, mereka akan menjual 180 ton baja dari batch 2 terlebih dahulu.
Biaya persediaan yang terjual adalah (180 ton x Rp12.000.000) = Rp2.160.000.000.
Sementara itu, nilai persediaan yang tersisa adalah 100 ton baja dari batch 1 dan 70 ton baja dari batch 2. Didapatkan total nilai (100 ton x Rp10.000.000) + (70 ton x Rp12.000.000) = Rp1.000.000.000 + Rp840.000.000 = Rp1.840.000.000.
4. Perbandingan FIFO & LIFO
Dalam konteks laporan keuangan dalam akuntansi, manajemen gudang FIFO dan LIFO memiliki dampak yang berbeda pada laba kotor, nilai persediaan, dan arus kas. Ketika harga barang meningkat, metode FIFO akan menghasilkan laba kotor yang lebih tinggi karena barang yang dijual dikenai harga pembelian yang lebih rendah. Sebaliknya, metode LIFO akan menghasilkan laba kotor yang lebih rendah karena barang yang dijual diberi harga dengan harga pembelian yang lebih tinggi.
Nilai persediaan yang dilaporkan dalam laporan keuangan atau akuntansi juga dipengaruhi oleh metode kelola gudang yang digunakan. Metode FIFO mencerminkan nilai persediaan yang lebih realistis karena mengikuti aliran barang yang alami dalam bisnis. Sementara itu, metode LIFO bisa menghasilkan nilai persediaan yang lebih rendah. Terutama jika harga barang telah mengalami penurunan sejak waktu pembelian.
Dari segi aspek arus kas, metode LIFO dapat menghasilkan arus kas yang lebih baik saat harga naik. Hal ini disebabkan oleh beban pajak yang lebih rendah karena laba kotor yang lebih rendah yang akan dikenakan pajak. Dalam situasi ini, perusahaan yang menggunakan metode LIFO akan memiliki lebih banyak sumber daya keuangan untuk digunakan dalam kegiatan operasional, biaya proyek, investasi, atau pembiayaan.
5. Kesimpulan
Dalam akuntansi, metode FIFO dan LIFO merupakan dua cara yang umum digunakan untuk penilaian persediaan. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, serta dampak yang berbeda pada laporan keuangan. Pemilihan metode yang tepat dibutuhkan dalam mengelola persediaan dan melaporkan data keuangan yang akurat. Sangat direkomendasikan agar Anda mempertimbangkan berbagai faktor, seperti keadaan ekonomi, kebijakan perusahaan, dan regulasi, sebelum memutuskan metode yang paling sesuai.
Dapatkan update konten terbaik kami
secara rutin di Inbox Anda!
REKOMENDASI
Artikel Terkait
Nov 05, 2024 3 Min Read
Mengenal Shipping Mark: Arti, Jenis, dan Contohnya
Nov 01, 2024 3 Min Read
Tutup Buku: Proses dan Contohnya di Akhir Periode Perusahaan
Nov 04, 2024 3 Min Read
7 Aplikasi Sales Order Terbaik di Indonesia Tahun 2024
Nov 01, 2024 3 Min Read
Panduan Job Costing: Arti, Tujuan, Rumus, dan Contoh Hitung
REKOMENDASI