Cara Menghitung Persediaan dengan Metode FIFO

ScaleOcean Team
Posted on
Share artikel ini

Mengelola stok memang bukan hal yang mudah, tetapi jika dilakukan dengan strategi yang tepat, dampaknya bisa sangat besar pada profitabilitas bisnis. Tanpa pendekatan yang efektif, Anda bisa terjebak dengan stok usang, pemborosan, dan keuntungan yang terus menurun.

Metode FIFO (First In, First Out) memastikan barang yang pertama masuk keluar terlebih dahulu, mengurangi kerugian akibat stok kedaluwarsa dan menjaga arus kas. Penghitungan yang tepat membantu memperoleh nilai persediaan akurat untuk pengambilan keputusan yang tepat.

Dengan perhitungan yang akurat, metode ini dapat mengurangi risiko kehilangan barang kedaluwarsa dengan prinsip sederhana bahwa barang yang pertama kali masuk akan menjadi yang pertama kali digunakan.

Untuk itu, perusahaan harus memahami cara menghitung FIFO dan bagaimana pengelolannya secara optimal, sehingga dapatmemberikan manfaat nyata bagi bisnis Anda. Pada artikel ini, kita akan membahas secara menyeluruh tentang metode FIFO, mulai dari rumus FIFO, cara hitung, hingga contoh first in first out untuk mendukung kebutuhan operasional perusahaan.

starsKey Takeaways

Coba Demo Gratis!

requestDemo

Apa itu Perhitungan FIFO?

Perhitungan FIFO (First-In, First-Out) adalah metode penilaian persediaan yang berasumsi bahwa barang yang pertama kali dibeli atau masuk akan menjadi barang yang pertama kali dijual atau dikeluarkan. Dengan demikian, biaya persediaan yang lebih lama akan menjadi harga pokok penjualan (HPP), sementara persediaan yang tersisa dinilai berdasarkan harga pembelian terbaru.

Penerapan metode FIFO memastikan bahwa barang yang sudah lama disimpan akan dijual terlebih dahulu. Dengan demikian, barang yang masih baru akan tetap ada dalam persediaan untuk periode berikutnya. Hal ini sangat relevan untuk produk yang mudah rusak atau memiliki masa simpan terbatas.

Metode FIFO memberikan manfaat dengan mencerminkan nilai persediaan terkini, yang lebih mendekati harga pasar saat ini. Selain itu, metode ini ideal untuk barang dengan masa kedaluwarsa, karena memastikan produk yang mudah rusak dijual terlebih dahulu.

Penting untuk menghitung FIFO bagi perusahaan untuk membantu perusahaan mencatat penilaian persediaan secara akurat, terutama saat harga bahan baku yang terus berubah. Dengan ini, laporan keuangan juga dapat mencerminkan biaya yang lebih realistis sesuai kondisi pasar, sehingga memudahkan pengambilan keputusan bisnis yang lebih tepat.

Permasalahan Umum dalam Implementasi FIFO

Permasalahan Umum dalam Implementasi FIFO

Implementasi metode FIFO sering kali menghadapi berbagai tantangan yang dapat memengaruhi efektivitasnya. Faktor seperti pengelolaan stok yang tidak optimal hingga kesalahan pencatatan sering menjadi kendala utama yang perlu diatasi agar FIFO dapat diterapkan secara maksimal.

1. Pengelolaan Stok yang Tidak Teratur

Tantangan utama dalam penerapan FIFO adalah pengelolaan stok yang tidak teratur, seperti penempatan barang yang salah. Hal ini dapat menyebabkan barang lama tertinggal dan tidak terpakai. Solusi efektif adalah menerapkan sistem rotasi stok yang ketat dan menggunakan perangkat lunak untuk memantau pergerakan barang secara real-time.

Anda juga bisa mengoptimalkan penggunaan ruang gudang dengan memanfaatkan cara menghitung kapasitas gudang untuk memastikan bahwa penyimpanan barang dilakukan dengan cara yang efisien dan mengurangi risiko penumpukan stok yang tidak terpakai.

2. Kesalahan Pencatatan Data Persediaan

Kesalahan pencatatan sering terjadi karena proses manual yang rentan terhadap human error. Akibatnya, nilai persediaan menjadi tidak akurat. Perusahaan dapat mengatasi masalah ini dengan menerapkan otomatisasi dalam pencatatan data, menggunakan sistem inventory yang dirancang untuk mendukung metode FIFO.

3. Kurangnya Pelatihan Karyawan

Ketidakpahaman karyawan terhadap prosedur FIFO dapat menyebabkan penerapan yang kurang tepat. Untuk mengatasi hal ini, perusahaan perlu menyediakan pelatihan rutin dan panduan kerja yang jelas, agar semua staf bisa memahami pentingnya FIFO serta cara menerapkannya secara efektif dalam operasional sehari-hari.

4. Kendala Infrastruktur dan Teknologi

Beberapa perusahaan menghadapi kendala infrastruktur yang kurang memadai, seperti ruang penyimpanan yang tidak sesuai atau tidak adanya teknologi pendukung. Solusi terbaik adalah meningkatkan kapasitas gudang dan menginvestasikan teknologi seperti barcode atau RFID untuk memantau stok dengan lebih efisien.

Rumus FIFO (First-In, First-Out)

Rumus metode FIFO pada dasarnya melibatkan penjumlahan biaya persediaan yang pertama kali dibeli, sesuai dengan jumlah unit yang terjual atau digunakan, untuk menghitung Harga Pokok Penjualan (HPP) atau nilai persediaan akhir.

Anda mengalikan jumlah unit yang terjual dengan biaya unit yang paling awal, dan jika unit yang terjual melebihi jumlah unit pertama, Anda akan melanjutkan ke unit berikutnya. Berikut adalah rumus FIFO:

Biaya Barang yang Dijual = (Jumlah Barang yang Dijual) x (Harga Barang Pertama Kali Masuk)

Nilai Persediaan Akhir = (Jumlah Barang yang Tersisa) x (Harga Barang Terakhir Kali Masuk)

Perusahaan perlu memperhatikan berbagai faktor yang dapat memengaruhi perhitungan FIFO, seperti diskon, penukaran barang, dan kenaikan harga. Dalam situasi tersebut, pencatatan yang tepat dan pengawasan harga barang menjadi hal penting untuk memastikan perhitungan akuntansi persediaan yang akurat.

Pada kasus diskon, biaya barang yang dijual harus dihitung dengan mempertimbangkan potongan harga. Untuk penukaran barang, nilai barang pengganti perlu dimasukkan dalam perhitungan rumus FIFO. Sementara itu, dalam kasus kenaikan harga, penting untuk menggunakan nilai barang terbaru dan memastikan pencatatan persediaan sesuai dengan harga terkini.

Dengan memperhatikan faktor-faktor ini dan menerapkan rumus FIFO yang tepat, perusahaan dapat mengoptimalkan pengelolaan persediaan sekaligus meningkatkan efisiensi operasional dan keuntungan.

Cara Menghitung Metode FIFO

Untuk menghitung metode FIFO (First-In, First-Out), Anda harus menghitung Harga Pokok Penjualan (HPP) dengan mengalikan jumlah barang yang terjual dengan biaya per unit dari persediaan yang pertama kali masuk (pembelian paling awal), kemudian menjumlahkannya.

Selanjutnya, nilai persediaan akhir dihitung berdasarkan unit yang terakhir kali masuk ke dalam persediaan. Untuk lebih detail, berikut adalah langkah-langkah cara menghitung FIFO:

1. Identifikasi Barang yang Masuk Pertama

Langkah pertama dalam perhitungan FIFO adalah mencatat setiap barang yang masuk ke dalam persediaan secara rinci. Pencatatan ini harus mencakup jumlah, tanggal penerimaan, dan harga per unit.

Urutkan seluruh data berdasarkan tanggal masuk agar memudahkan identifikasi mana barang yang lebih dulu diterima. Data ini menjadi dasar utama saat menghitung harga pokok penjualan dan sisa persediaan.

Untuk memudahkan proses pencatatan dan perhitungan yang akurat, Anda bisa mempelajari cara hitung stok barang masuk dan keluar yang dapat membantu mempercepat pengelolaan persediaan.

2. Tentukan Biaya Barang yang Terjual

Setelah semua barang diurutkan berdasarkan tanggal masuk, tentukan biaya barang yang dijual dengan mengambil harga dari stok yang pertama masuk. Prinsip FIFO menekankan penggunaan barang paling awal, sehingga biaya yang dihitung pun mengikuti urutan tersebut.

Langkah perhitungan FIFO ini sangat penting untuk menentukan nilai harga pokok penjualan (HPP) secara akurat sesuai urutan pembelian barang.

3. Hitung Persediaan Akhir

Langkah terakhir adalah menghitung jumlah persediaan yang masih tersisa setelah penjualan dilakukan. Kurangi jumlah barang yang terjual dari total stok yang tersedia. Untuk penilaian nilai persediaan akhir, gunakan harga pembelian barang yang paling akhir masuk.

Selain itu, untuk mengantisipasi kekurangan stok yang dapat mengganggu operasional, perusahaan juga perlu mengetahui cara menghitung safety stock untuk menjaga kestabilan pasokan barang dan mencegah stockout.

Dengan begitu, pencatatan persediaan akan mencerminkan kondisi aktual stok dan biaya terbaru, sesuai prinsip FIFO. Dengan begitu, pencatatan persediaan akan mencerminkan kondisi aktual stok dan biaya terbaru, sesuai prinsip FIFO.

Melalui software inventaris ScaleOcean, Anda dapat memantau persediaan secara real-time, mengurangi human error, dan memastikan stok cukup untuk memenuhi permintaan. Fitur FIFO memastikan penggunaan harga pembelian barang terbaru, sementara perhitungan safety stock membantu menghindari kekurangan stok dan menjaga kelancaran operasional.

Warehouse

Contoh Perhitungan FIFO

Setelah memahami rumus FIFO, berikut contoh kasus perhitungan detail untuk membantu menghitung biaya barang terjual dan nilai persediaan akhir. Contoh perhitungan FIFO ini mencakup penerapan pada situasi seperti diskon, penukaran barang, dan kenaikan harga, sehingga Anda lebih memahami penerapan rumusnya dalam berbagai kondisi.

1. Barang yang Dijual dan Persediaan Akhir

Untuk menghitung biaya barang yang dijual dan nilai persediaan akhir dengan rumus FIFO, kita akan mengikuti urutan penerimaan barang. Mari kita lihat contoh perhitungan FIFO kasus berikut.

Pengiriman pertama terdiri dari 100 unit barang dengan harga Rp10.000 per unit, lalu yang kedua terdiri dari 200 unit barang dengan harga Rp12.000 per unit, dan pengiriman ketiga berisi 150 unit dengan harga masing-masingnya Rp13.000. Dalam bulan Januari, perusahaan menjual total 280 unit barang.

Maka, biaya barang yang dijual dapat dihitung sebagai berikut:

  • Pertama, kita akan mengambil semua 100 unit dari pengiriman pada tanggal 1 Januari, biaya barang yang dijual dari pengiriman pertama adalah:
    100 unit x Rp10.000 = Rp1.000.000
  • Sisa unit yang perlu diambil dari pengiriman 10 Januari, biaya penjualannya adalah:
    280 unit – 100 unit = 180 unit
    180 unit x Rp12.000 = Rp2.160.000
  • Jadi, total biaya persediaan yang dijual:
    Rp1.000.000 (pengiriman pertama) + Rp2.160.000 (pengiriman kedua) = Rp3.160.000
  • Lalu, bagaimana cara menghitung persediaan akhir? Caranya adalah dengan menghitung total harga dari barang yang terakhir kali dikirimkan, yaitu pengiriman pada tanggal 20 Januari. Berikut perhitungannya:
    150 unit x Rp13.000 = Rp1.950.000

Untuk memudahkan penerapan metode FIFO di gudang dan mengurangi risiko human error, Anda dapat mempelajari cara menghitung persediaan awal dan akhir yang akan membantu memastikan perhitungan yang lebih akurat.

Selain itu, penting juga untuk perusahaan mempertimbangkan penggunaan software inventory yang dirancang khusus untuk manajemen gudang. Solusi ini tidak hanya meningkatkan efisiensi operasional, tetapi juga memastikan akurasi data persediaan, sehingga Anda dapat fokus pada pengelolaan strategi bisnis yang lebih efektif.

2. Kasus Persediaan yang Berubah-Rubah

Contoh perhitungan rumus FIFO yang telah dijelaskan di atas cukup sederhana karena hanya melibatkan tiga pengiriman barang yang berbeda. Namun, dalam kenyataannya, persediaan barang di dalam perusahaan dapat berubah-rubah dalam jumlah dan harga.

Berikut adalah contoh perhitungan FIFO dalam kasus persediaan yang mengalami perubahan:

Kasusnya adalah Anda melakukan pengadaan sebanyak 100 unit barang di tanggal 1 Januari dengan harga Rp10.000 per unit. Ternyata pada tanggal 10 Januari, Anda membeli lagi sebanyak 200 unit dengan masing-masing harganya Rp12.000.

Adanya lonjakan permintaan mengharuskan Anda melakukan purchasing pada 20 Januari sebesar 15 unit dengan harga Rp13.000 per barang. Pada bulan Februari Anda melakukan procurement sebanyak 3 kali yaitu, tanggal 1 sebanyak 50 unit @ Rp14.000 per unit, tanggal 10 sebesar 100 unit @ Rp12.500 per unit, dan tanggal 20 sebanyak 200 unit @ Rp13.500 per unit.

Dalam bulan Januari dan Februari, perusahaan menjual total 500 unit barang. Jadi bagaimana cara perhitungannya?

  • Pertama, kita akan mengambil semua 100 unit dari pengiriman 1 Januari, biaya barang yang dijual dari pengiriman pertama:
    100 unit x Rp10.000 = Rp1.000.000
  • Kedua, kita akan mengambil semua 200 unit dari pengiriman kedua, sisa unit yang perlu diambil adalah:
    500 unit – 100 unit = 400 unit
    200 unit x Rp12.000 = Rp2.400.000
  • Ketiga, kita akan mengambil 50 unit dari pengiriman 20 Januari dengan harga Rp13.000 dan 150 unit dari pengiriman keempat dengan harga Rp14.000:
    50 unit x Rp13.000 = Rp650.000
    150 unit x Rp14.000 = Rp2.100.000
  • Total biaya persediaan yang dijual:
    Rp1.000.000 + Rp2.400.000 + Rp650.000 + Rp2.100.000 = Rp6.150.000
  • Terakhir, nilai persediaan akhir dihitung dengan harga barang terakhir kali masuk, jadi:
    50 unit x Rp13.500 = Rp675.000 (dari pengiriman kelima)
    50 unit x Rp14.000 = Rp700.000 (dari pengiriman keempat)
    Total persediaan akhir: Rp675.000 + Rp700.000 = Rp1.375.000

3. Barang Diskon

Misalkan Anda beli 100 unit barang pada tanggal 15 Januari dengan harga Rp10.000 per unit. Pada tanggal 25 Januari, pemasok memberikan diskon 10% pada 50 unit barang. Kemudian, pada tanggal 30 Januari, perusahaan membeli 150 unit barang dengan harga Rp12.000 per unit. Pada bulan Januari, perusahaan menjual total 200 unit barang.

  • Pertama, kita akan mengambil 50 unit barang dengan harga diskon dari pengiriman pertama:
    50 unit x Rp9.000 (diskon 10%) = Rp450.000
  • Sisa unit yang perlu diambil dari pengiriman pertama:
    100 unit – 50 unit = 50 unit
  • Kedua, kita akan mengambil semua 150 unit dari pengiriman ketiga:
    150 unit x Rp12.000 = Rp1.800.000
  • Total biaya barang yang dijual:
    Rp450.000 + Rp1.800.000 = Rp2.250.000
  • Ketiga, kita akan menghitung nilai persediaan akhir dengan harga barang terakhir kali masuk:
    50 unit x Rp12.000 = Rp600.000 (dari pengiriman ketiga)
    100 unit x Rp12.000 = Rp1.200.000 (dari pengiriman ketiga)
    Total nilai persediaan akhir: Rp600.000 + Rp1.200.000 = Rp1.800.000

4. Kasus Barang yang Ditukar

Contohnya, perusahaan membeli 100 unit barang pada tanggal 1 Januari dengan harga Rp10.000 per unit. Pada tanggal 15 Januari, perusahaan menukar 50 unit barang dengan harga Rp12.000 per unit. Kemudian, pada tanggal 25 Januari, bisnis Anda membeli 150 unit barang dengan harga Rp13.000 per unit. Pada bulan Januari, perusahaan menjual total 200 unit barang.

  • Kita akan mengambil semua 100 unit dari pengiriman pertama:
    100 unit x Rp10.000 = Rp1.000.000
  • Sisa unit yang perlu diambil dari pengiriman kedua:
    200 unit – 100 unit = 100 unit
    100 unit – 50 unit = 50 unit
    50 unit x Rp12.000 = Rp600.000
  • Ketiga, kita akan mengambil semua 100 unit dari pengiriman ketiga:
    100 unit x Rp13.000 = Rp1.300.000
  • Total biaya barang yang dijual:
    Rp1.000.000 + Rp600.000 + Rp1.300.000 = Rp2.900.000
  • Nilai persediaan akhir:
    50 unit x Rp13.000 = Rp650.000 (dari pengiriman ketiga)

5. Kenaikan Harga

Misalkan perusahaan membeli 100 unit barang pada tanggal 10 Januari dengan harga Rp10.000 per unit. Pada tanggal 20 Januari, perusahaan membeli 200 unit barang dengan harga Rp12.000 per unit. Harga barang naik menjadi Rp15.000 per unit pada tanggal 25 Januari, dan perusahaan membeli tambahan 150 unit barang. Pada bulan Januari, perusahaan menjual total 250 unit barang.

  • Cara pertama, Anda harus mengambil 100 unit dari pengiriman pertama, jadi biaya barang yang dijual Adalah:
    100 unit x Rp10.000 = Rp1.000.000
  • Lalu, Anda perlu tambahan 200 unit dari pengiriman berikutnya:
    250 unit – 100 unit = 150 unit
    200 unit x Rp12.000 = Rp2.400.000
  • Terakhir, Anda akan mengambil 50 unit dari pengiriman ketiga dengan harga lama dan 100 unit dari pengiriman keempat dengan harga baru:
    50 unit x Rp12.000 = Rp600.000
    100 unit x Rp15.000 = Rp1.500.000
  • Total biaya barang yang dijual:
    Rp1.000.000 + Rp2.400.000 + Rp600.000 + Rp1.500.000 = Rp5.500.000
  • Lalu, hitung nilai persediaan akhir dengan harga barang terakhir kali masuk:
    50 unit x Rp15.000 = Rp750.000 (dari pengiriman keempat)
    100 unit x Rp15.000 = Rp1.500.000 (dari pengiriman keempat)
    Total nilai persediaan akhir: Rp750.000 + Rp1.500.000 = Rp2.250.000

Studi Kasus Perhitungan FIFO dalam Bisnis

Penerapan Cara Menghitung FIFO dalam Bisnis

Contoh first in first out banyak ditemukan dalam industri dengan produk berumur simpan pendek, seperti makanan, minuman, dan farmasi. Dalam industri makanan dan minuman, metode ini digunakan agar produk yang pertama kali diproduksi atau diterima dijual terlebih dahulu, sehingga mengurangi adanya produk kedaluwarsa dan menjaga kualitas produk.

Demikian pula, di sektor farmasi, FIFO membantu memastikan obat-obatan yang lebih lama disimpan digunakan atau dijual sebelum yang lebih baru, untuk menjaga efektivitas dan keamanan produk.

Salah satu perusahaan di Indonesia yang berhasil menerapkan metode First In, First Out (FIFO) adalah PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Perusahaan ini, yang bergerak dalam bidang konstruksi, telah mengimplementasikan sistem FIFO dalam pengelolaan persediaan bahan bangunan.

Dengan menggunakan metode ini dengan perhitungan yang tepat, PT Wijaya Karya dapat memastikan bahwa bahan bangunan yang lebih dulu diterima akan digunakan terlebih dahulu, sehingga mengurangi risiko kerusakan dan pemborosan.

Penerapan FIFO di perusahaan ini juga didukung oleh sistem manajemen berbasis web yang memudahkan pengelolaan stok secara real-time dan akurat. Seperti dijelaskan dalam laporan resmi mereka, di mana software inventory dapat membantu perusahaan untuk memantau stok dan mencegah penumpukan barang yang tidak diperlukan.

Otomatisasi Perhitungan FIFO dengan ScaleOcean Inventory Software

Optimalkan Penerapan FIFO dengan ScaleOcean Inventory Software

FIFO (First In, First Out) adalah salah satu metode pencatatan persediaan yang paling populer dalam akuntansi persediaan, namun penerapannya secara manual dapat menjadi tantangan. Kesulitan ini terutama dirasakan saat mengelola volume stok yang besar atau kompleksitas data yang tinggi, sehingga berisiko mengurangi efisiensi dan akurasi.

Untuk mengatasinya, ScaleOcean menawarkan software manajemen inventaris yang dirancang untuk mengotomatiskan perhitungan FIFO, serta menyederhanakan penerapan metode FIFO dan meningkatkan pengelolaan stok Anda. Untuk mengoptimalkan penerapannya, Anda bisa melakukan demo gratis dan konsultasikan seluruh kebutuhan bisnis dengan tim profesional ScaleOcean.

Software inventory ScaleOcean juga menghadirkan fitur unggulan seperti:

  • Stock Forecasting: Prediksi kebutuhan stok berdasarkan data historis dan tren.
  • Run Rate Reordering Rules: Pengaturan waktu optimal untuk pemesanan ulang.
  • Quality Control Management: Memastikan kualitas barang yang masuk sesuai standar.
  • Racking Capacity Management: Optimalisasi ruang penyimpanan dengan strategi penempatan.

Dengan solusi ini, bisnis Anda dapat mengelola stok lebih efisien, mencegah terjadinya overstock atau kekurangan barang, serta meningkatkan akurasi pencatatan. Fleksibilitas kustomisasi, integrasi modul yang seamless, dan kompatibilitas luas menjadikan ScaleOcean pilihan yang tepat untuk mendukung kebutuhan bisnis Anda.

Selain itu, software inventory ScaleOcean juga bisa diintegrasikan ke software akuntansi agar proses penghitungan FIFO lebih akurat. Perangkat lunak ini dapat mengoptimalkan manajemen gudang secara menyeluruh, yang mencakup pengaturan penyimpanan, pemrosesan pesanan, hingga pelacakan distribusi barang.

Dengan kemampuan mengelola seluruh proses bisnis end-to-end, solusi ini memastikan efisiensi operasional sekaligus memberikan visibilitas penuh terhadap inventory perusahaan Anda.

Kesimpulan

Metode FIFO (First-In, First-Out) adalah salah satu pendekatan pengelolaan stok di mana barang yang pertama datang akan menjadi barang yang pertama keluar. Sebaliknya, produk yang terakhir masuk akan dijual atau dikeluarkan paling akhir.

Dalam penerapannya, penting untuk memastikan perputaran barang yang optimal dan mencatat persediaan secara akurat untuk mendukung operasional bisnis. Dengan pemahaman yang baik dan penerapan metode ini secara efektif, perusahaan dapat mengelola persediaan secara lebih efisien, mengurangi potensi kerugian, serta meningkatkan profitabilitas.

Implementasi software inventory ScaleOcean dapat menyediakan solusi untuk memantau perputaran stok secara real-time untuk mendukung keputusan bisnis yang lebih akurat. Untuk kemudahan pengelolaan persediaan yang lebih praktis, lakukan demo gratis untuk dapatkan solusi terbaik dan sesuai kebutuhan bisnis spesifik Anda.

FAQ:

1. Kapan menggunakan metode FIFO?

Metode FIFO sering digunakan perusahaan untuk mengeluarkan barang yang pertama kali masuk inventaris terlebih dahulu. Ini ideal untuk produk mudah rusak atau kadaluarsa serta saat harga bahan baku naik.

2. Apa contoh dari metode FIFO?

Contoh metode FIFO dapat dilihat pada toko kelontong atau minimarket yang menjual makanan dan minuman, di mana stok lama dijual lebih dulu untuk mencegah kedaluwarsa, serta pada perusahaan pakaian yang menempatkan barang terbaru di depan agar cepat terjual.

3. Apa kelebihan dari metode FIFO?

Metode FIFO memastikan barang yang pertama masuk digunakan atau dijual terlebih dahulu, mengurangi risiko kerusakan atau kedaluwarsa. FIFO juga menurunkan HPP sehingga meningkatkan laba kotor.

4. Metode FIFO cocok untuk barang apa?

Metode FIFO cocok untuk barang yang tidak dipengaruhi tren pasar dan selalu dibutuhkan konsumen, seperti bahan pangan pokok, makanan, minuman, obat-obatan, kosmetik, dan produk kimia.

5. Bagaimana cara menghitung metode FIFO?

Untuk menghitung Harga Pokok Penjualan (HPP), Anda perlu mengambil biaya dari unit-unit terlama hingga jumlah unit yang terjual terpenuhi. Sederhananya, Anda mengalikan unit yang terjual dengan harga beli paling awal.

Jadwalkan Demo Gratis

Error message
Error message
Error message
Error message
Error message
Error message

Rekomendasi Artikel Terkait

Temukan Artikel Serupa untuk Solusi Bisnis Lebih Lengkap