Perbedaan Retur Penjualan dan Retur Pembelian di Bisnis
3 Min Read Posted on 07 Feb 2024
Daftar Isi
Retur memiliki makna kembali, mengirim kembali, serta mengembalikan. Mengapa dapat terjadi pengembalian dalam proses pembelian bisnis? Karena barang atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan permintaan, spesifikasi, atau perjanjian yang sudah dibuat. Bagi perusahaan, retur terdiri dari dua jenis, yaitu retur penjualan dan retur pembelian.
Meskipun penyebutannya hampir terlihat sama, keduanya dapat mempengaruhi operasional bisnis dari segi yang berbeda. Pengembalian penjualan, berdampak pada distribusi dan pendapatan. Sementara pengembalian pembelian menghambat produktivitas perusahaan. Jadi, untuk memahami lebih lanjut simak artikel berikut mengenai perbedaan retur penjualan dan retur pembelian.
1. Apa itu Retur Penjualan?
Retur penjualan adalah ketika pembeli mengembalikan produk yang dibeli kepada penjual karena barang yang diterima tidak sesuai. Pengembalian sendiri terjadi karena berbagai alasan, seperti produk cacat, tidak memenuhi harapan pelanggan, adanya kerusakan, dan masih banyak sebab lainnya.
Ketika pengembalian terjadi, penjual akan memberikan kompensasi berupa dana sesuai harga dari produk awal yang sudah dibeli. Pengembalian produk penjualan menyebabkan tagihan pada pembeli dari penjual berkurang. Sehingga saat melakukan catatan pada jurnal keuangan, akun retur penjualan terdapat pada kolom debit, sementara posisi utang usaha terdapat di kolom kredit.
Retur dapat juga disebabkan karena keterlambatan pengiriman barang dan spesifikasi yang berbeda dari pesanan. Maka dari itu, perusahaan menetapkan pengembalian dengan prosedur tertentu. Misalnya, pembeli dapat mengembalikan barang maksimal 3 hari pengembalian, dengan ketentuan seperti, pergantian barang, uang kembali, atau retur diterima jika memiliki bukti garansi yang disediakan sejak awal.
Dalam transaksi jual dan beli, pemilik bisnis menetapkan retur penjualan dibagi menjadi 3 bagian diantaranya, mengembalikan pada kas pembeli, mengurangi piutang pembeli, dan menggantikan barang yang rusak dengan barang baru. Untuk menghindari pengembalian yang berlebih, perusahaan perlu menjaga keamanan, kualitas, dan permintaan pembeli.
2. Retur Pembelian Adalah
Saat proses pembelian berlangsung, tugas tim purchasing adalah mengawasi jalannya pengadaan hingga barang sampai pada perusahaan. Ketika bahan sampai, langkah pertama yang dilakukan adalah checking. Tugas ini dilakukan untuk memastikan bahwa produk yang dipesan telah sesuai dengan jurnal pembelian.
Apabila terdapat kerusakan, cacat produk, perbedaan kualifikasi, dan jumlah yang diterima berbeda dengan catatan inventaris, perusahaan dapat melakukan pengembalian kepada pemasok. Jadi, retur pembelian adalah mengembalikan barang yang dipesan dari pebisnis pada supplier.
Dengan melakukan retur, utang perusahaan pada pemasok akan berkurang, posisi utang berada di kolom debit, sedangkan akun retur pembelian dicatat pada kredit. Perhitungan hutang akibat retur tergantung pada cara pelunasan pembelian. Contohnya, ketika perusahaan melakukan transaksi cash maka pengembalian dapat berupa penggantian uang atau produk.
Namun, apabila perusahaan melakukan pembayaran kredit, cara pengembalian akan dihitung berdasarkan piutang yang belum lunas. Apabila piutang dilakukan selama waktu 4 bulan, pemasok dapat mengurangi catatan hutang sesuai dengan nilai retur pembelian. Jadi, laporan arus kas bisnis akan berubah karena hutang sudah berkurang atau lunas.
3. Beda Retur Penjualan dan Retur Pembelian
Dari pembahasan di atas, kita dapat mengetahui secara singkat perbedaan retur penjualan dan retur pembelian terletak dari cara pengembalian dan laporan pembukuan di perusahaan. Dengan retur, perusahaan dapat menyusun strategi agar dapat mengurangi pengembalian yang menyebabkan penurunan profitabilitas bisnis. Untuk penjelasan lebih lanjut, Anda dapat memahami perbedaan retur penjualan dan retur pembelian di bawah ini.
a. Berdasarkan Alasannya
Alasan pertama dari pengembalian penjualan karena produk yang dipesan tidak sesuai dengan harapan. Bisa terjadi karena penjual memberikan solusi dari masalah yang sedang dihadapi pelanggan saat ini. Bisa terjadi, saat memberikan catatan terhadap permintaan tetapi produk yang datang justru berbeda. Maka dari itu, sebagai penjual perlu memahami kebutuhan market yang lebih mendalam dan luas lagi.
Alasan kedua karena keterlambatan pengiriman. Anggap saja Anda sedang membutuhkan produk untuk dijual kembali dengan batas waktu seminggu. Akan tetapi, penjual mengirimkan barang sampai pada hari ke sepuluh. Hal tersebut dapat menjadi alasan retur penjualan karena pembeli sudah mendapatkan ganti terlebih dahulu. Selanjutnya alasan kelebihan atau kekurangan jumlah. Jumlah yang tidak sesuai menyebabkan komplain karena mereka menerima produk yang terlalu berlebihan atau tidak sama dengan jumlah yang diajukan.
Sementara itu, alasan retur pembelian yang dilakukan perusahaan pada supplier diantaranya, kelebihan dan kekurangan jumlah asli, kuantitas dalam bisnis akan mempengaruhi persediaan stok gudang dan anggaran yang dikeluarkan atau didapatkan. Yang kedua, tidak sesuai dengan kualifikasi dan standar bahan baku perusahaan, perbedaan pengajuan dalam dokumen purchase order dan barang yang diterima tentu akan dikembalikan. Perusahaan perlu memastikan kualitas barang yang sudah ditetapkan karena dapat mempengaruhi penjualan.
Terakhir adalah kerusakan dan cacat barang. Kerusakan yang terjadi dalam pengiriman saat proses pembelian berlangsung dapat dikembalikan, sebab produk yang rusak belum sampai pada gudang. Apabila dalam waktu yang ditentukan, misalnya selama masa garansi produk mengalami kerusakan akibat faktor eksternal seperti cuaca atau memang memasuki tanggal kadaluarsa, supplier dapat menerima retur pembelian.
b. Pihak yang Melakukan Retur
Kemudian ada perbedaan pihak yang terlibat. Pada retur penjualan pengembalian terjadi antara penjual dan pembeli, dimana pembeli mengembalikan produk yang sudah dilakukan pembayaran. Di sisi lain, retur pembelian melibatkan penjual dan pemasok. Dimana perusahaan mengembalikan produk yang tidak sesuai selama proses pengecekan, dalam artian barang sudah dibayar atau masih dalam tahap cicilan.
c. Perbedaan Model Transaksi
Perbedaan retur penjualan dan retur pembelian yang ketiga yakni, dalam metode pengadaan atau transaksinya. Perhitungan cara retur penjualan dilakukan dengan mengembalikan dana atau uang yang sama seperti harga pembelian awal atau mengganti dengan barang baru. Dalam jurnal keuangan, di sini penjual mengurangi piutang pembeli.
Biasanya dalam penukaran, pembeli diberikan nota kredit sebagai alat tukar atau transaksi retur. Nota kredit merupakan bukti telah terjadi pengembalian dan dokumen atas berkurangnya tagihan dari pembeli. Kemudian nota akan dibagi menjadi dua rangkap, nota asli akan disimpan penjual sebagai laporan penyusunan retur penjualan, sedangkan salinan diberikan pada pembeli untuk transaksi dan arsip.
Model transaksi berikutnya pada retur pembelian. Terdapat dua cara, yaitu kredit dan tunai. Pengembalian barang kredit akan dihitung selama angsuran masih berlangsung. Jadi nilai retur akan dihitung menggunakan potongan kredit yang seharusnya dibayarkan. Jika perhitungan seluruh pembelian dikembalikan, maka cicilan akan dianggap lunas sampai jatuh tempo kredit. Sementara, apabila mengambil pembayaran langsung atau tunai, perusahaan akan menerima pengembalian dengan pergantian uang cash atau barang yang rusak.
d. Dampaknya pada Bisnis
Beberapa dampak retur dapat mempengaruhi operasional bisnis dan proses pembelian berlangsung. Saat proses pembelian perusahaan maupun pembeli memerlukan efektivitas untuk memenuhi target dan pelanggan mereka, pengembalian dapat mengubah anggaran, ketersediaan barang, profitabilitas, dan sebagainya.
Pada retur penjualan, distributor atau pemilik toko akan mendapatkan stigma atau penilaian yang buruk terhadap produk mereka. Pembeli dan calon pembeli akan mempertimbangkan untuk membeli dan dampak terburuknya penjualan turun akibat kurangnya rasa puas dan kepercayaan pelanggan.
Pada perusahaan, retur pembelian dapat mempengaruhi hubungan baik dengan pemasok. Selain itu, operasional bisnis juga ikut terganggu, seperti saat produksi berlangsung, laporan keuangan, proses pengadaan barang, dan jadwal distribusi. Apabila perusahaan melakukan banyak retur, pemasok dapat berhenti bekerjasama lagi.
4. Kesimpulan
Dari perbedaan retur penjualan dan retur pembelian kesimpulannya adalah, retur penjualan merupakan pengembalian barang dari pembeli kepada penjual. Transaksi dilakukannya pengembalian pada proses pembelian tersebut, pelanggan akan menerima nota kredit sebagai arsip penjual sudah mengurangi piutang pembeli. Retur dilakukan karena berbagai alasan diantaranya, barang tidak sesuai keinginan dan adanya kerusakan atau cacat produk.
Pada retur pembelian sendiri, pihak yang terlibat adalah penjual atau perusahaan dengan pemasok. Perusahaan akan mengembalikan barang dengan yang tidak sesuai atau mengalami keterlambatan pengiriman. Pengembalian dapat berupa menggantikan barang baru atau uang, tergantung pada transaksi. Transaksi ini meliputi cash dan cicilan. Pembelian cash dapat diganti langsung. Sementara cicilan dilakukan sampai kredit lunas memenuhi jatuh tempo.
Dapatkan update konten terbaik kami
secara rutin di Inbox Anda!
REKOMENDASI
Artikel Terkait
Nov 01, 2024 3 Min Read
Tutup Buku: Proses dan Contohnya di Akhir Periode Perusahaan
Nov 04, 2024 3 Min Read
7 Aplikasi Sales Order Terbaik di Indonesia Tahun 2024
Nov 01, 2024 3 Min Read
Panduan Job Costing: Arti, Tujuan, Rumus, dan Contoh Hitung
Nov 05, 2024 3 Min Read
12 Software Akuntansi Perusahaan Dagang Terbaik di Indonesia
REKOMENDASI