Definisi, Fungsi, serta Contoh Make to Stock di Manufaktur

ScaleOcean Team
Posted on
Share artikel ini

Dalam dinamika bisnis manufaktur yang terus berkembang, perusahaan perlu memilih strategi produksi yang sesuai untuk memastikan kelancaran operasional dan kepuasan pelanggan. Salah satu jenis strategi produksi yang paling umum digunakan adalah make to stock atau biasa disingkat MTS.

Perusahaan yang menggunakan sistem ini secara proaktif memilih untuk memproduksi barang dalam jumlah besar sebelum ada permintaan langsung dari pelanggan. Penerapan sistem ini dapat membawa sejumlah keuntungan, mulai dari efisiensi produksi hingga kemampuan untuk merespons cepat terhadap perubahan dalam permintaan pasar.

Di artikel ini, kita akan membahas mengenai bagaimana cara kerja strategi produksi ini, tantangan dalam implementasinya, dan apa saja contoh make to stock di berbagai jenis bisnis manufaktur.

starsKey Takeaways
  • Make to Stock (MTS) adalah strategi produksi dengan membuat barang terlebih dahulu berdasarkan proyeksi permintaan, lalu menyimpannya sebagai persediaan.
  • Keuntungan utama MTS—pengiriman lebih cepat, biaya lebih hemat berkat produksi massal, serta peluang peningkatan efisiensi proses produksi.
  • Tantangan Make to Stockketidakakuratan prediksi permintaan, tingginya biaya penyimpanan inventaris, dan kesulitan dalam merespons perubahan permintaan mendadak.
  • Software Manufaktur ScaleOcean, mengoptimalkan implementasi strategi produksi make to stock sehingga mengurangi resiko kelebihan atau kekurangan produksi.

Coba Demo Gratis!

requestDemo

1. Apa itu Make to Stock (MTS)?

Make-to-stock (MTS) adalah strategi manufaktur yang mendasarkan produksi pada perkiraan permintaan pasar, bukan pada pesanan pelanggan individu. Produk yang dihasilkan kemudian disimpan dalam inventaris atau stok, menunggu untuk dibeli.

Artinya, perusahaan manufaktur memproduksi barang dalam jumlah yang diproyeksikan akan laku, dan menyediakannya sebelum ada permintaan aktual.

Keuntungan utama yang diperoleh perusahaan yang menggunakan sistem make to stock adalah efisiensi produksi yang tinggi. Dengan memproduksi dalam jumlah besar, perusahaan dapat memanfaatkan skala ekonomi, mengurangi biaya produksi per-unit, dan meningkatkan profitabilitas.

Proses dan sistem produksi ready stock yang stabil dan terorganisir juga membantu menciptakan lingkungan kerja yang efisien dan dapat diandalkan.

Dengan memiliki stok yang siap di gudang, perusahaan dapat memenuhi pesanan pelanggan tanpa adanya lead-time produksi, dengan begitu perusahaan dapat dengan cepat merespon perubahan dalam permintaan.

Tidak hanya itu, perusahaan juga bisa memastikan kepuasan pelanggan yang lebih tinggi dan memungkinkan perusahaan untuk tetap bersaing dalam lingkungan bisnis yang dinamis.

Produksi ini tidak dibuat semata-mata hanya untuk memenuhi gudang. Ada metrik yang harus Anda perhatikan, agar bisa terhindar dari overstock berlebihan, dimana bisa memicu biaya penyimpanan yang besar.

Hal-hal yang harus diperhitungkan ada forecasting permintaan, sisa stok gudang, dan analisis penjualan di bulan-bulan sebelumnya. Dengan begitu, akan dihasilkan jumlah produksi yang akurat.

2. Apa Manfaat dari Strategi Produksi Make to Stock?

Strategi produksi make to stock, atau sering disingkat MTS, menawarkan sejumlah keuntungan signifikan bagi operasional bisnis manufaktur. Dengan memproduksi barang berdasarkan perkiraan permintaan, perusahaan dapat meraih berbagai manfaat yang berdampak positif pada efisiensi dan kepuasan pelanggan.

Berikut adalah beberapa keuntungan utama dari penerapan strategi MTS:

a. Ketersediaan Produk yang Cepat

Keuntungan utama dari strategi make to stock adalah kemampuannya untuk menyediakan produk secara instan kepada pelanggan. Bayangkan sebuah toko ritel yang selalu memiliki stok barang yang dicari konsumen; inilah esensi dari MTS.

Perusahaan manufaktur memproduksi barang berdasarkan prediksi permintaan pasar dan menyimpan produk jadi di gudang. Ketika pesanan datang, produk sudah siap untuk segera dikirim tanpa perlu menunggu proses produksi.

Kecepatan ini sangat krusial dalam industri yang kompetitif, di mana pelanggan mengharapkan pemenuhan pesanan yang cepat. Ketersediaan produk yang cepat juga membantu perusahaan menangkap peluang penjualan impulsif dan memenuhi kebutuhan mendesak pelanggan.

Selain manfaat langsung bagi pelanggan, ketersediaan produk yang cepat hasil dari MTS juga mempermudah perusahaan dalam aspek logistik dan penjualan melalui pihak ketiga.

Kondisi ini menjadikan perusahaan lebih menarik di mata calon distributor, mempermudah upaya mencari distributor handal yang dapat membantu distribusi produk secara efisien ke berbagai segmen pasar.

b. Waktu Tunggu yang Lebih Singkat

Dalam strategi MTS, waktu tunggu (lead time) yang dialami pelanggan secara signifikan lebih pendek dibandingkan dengan tahapan sistem produksi berdasarkan pesanan.

Pelanggan tidak perlu menunggu proses produksi dimulai, bahan baku dipesan, dan produk dirakit. Mereka hanya perlu menunggu waktu pengiriman, yang biasanya jauh lebih singkat.

Waktu tunggu yang singkat ini merupakan nilai tambah yang besar bagi pelanggan, terutama untuk produk-produk yang mereka butuhkan dengan segera, seperti barang produksi manufaktur konsumsi sehari-hari atau suku cadang pengganti yang mendesak.

Dengan waktu tunggu yang pendek, perusahaan MTS dapat meningkatkan kepuasan pelanggan dan membangun reputasi sebagai pemasok yang andal dan responsif.

c. Peningkatan Pelayanan Pelanggan

Kombinasi antara ketersediaan produk yang cepat dan waktu tunggu yang singkat secara langsung berkontribusi pada peningkatan kualitas pelayanan pelanggan. Pelanggan merasa dihargai dan puas ketika kebutuhan mereka dapat dipenuhi dengan cepat dan efisien.

Strategi MTS memungkinkan perusahaan untuk merespons permintaan pasar dengan lebih fleksibel dan meminimalkan risiko kehilangan penjualan karena ketidakmampuan memenuhi pesanan dengan segera.

Pelayanan pelanggan yang unggul ini tidak hanya mempertahankan pelanggan yang sudah ada, tetapi juga menarik pelanggan baru melalui rekomendasi dan reputasi positif. Dalam konteks ini, perbedaan barang dan jasa menjadi penting.

d. Efisiensi Produksi yang Lebih Tinggi

Strategi make to stock memungkinkan perusahaan untuk mengoptimalkan efisiensi produksi melalui produksi massal dan berkelanjutan. Dengan memproduksi barang dalam jumlah besar berdasarkan perkiraan permintaan, perusahaan dapat memanfaatkan skala ekonomi, yang berarti biaya produksi per unit cenderung lebih rendah.

Proses produksi yang terstandardisasi dan berulang juga memungkinkan perusahaan untuk menyempurnakan alur kerja, mengurangi pemborosan, dan meningkatkan produktivitas.

Selain itu, perusahaan MTS dapat menginvestasikan lebih banyak pada otomatisasi dan standarisasi proses karena mereka memproduksi produk yang relatif homogen dalam volume besar.

e. Perencanaan Produksi yang Lebih Sederhana

Meskipun perkiraan permintaan yang akurat itu penting, perencanaan produksi dalam MTS umumnya lebih sederhana dibandingkan dengan strategi produksi berdasarkan pesanan. Perusahaan tidak perlu berurusan dengan konfigurasi produk yang unik untuk setiap pesanan atau perubahan spesifikasi yang kerap terjadi pada produksi berdasarkan pesanan.

Sebagai contoh produk jadi, perusahaan bisa memproduksi sejumlah produk yang sudah terstandarisasi dan siap untuk dikirim tanpa perlu menunggu pesanan khusus, yang mendukung efisiensi dalam perencanaan dan pengelolaan stok. Namun, penting untuk dicatat bahwa akurasi perkiraan permintaan menjadi kunci keberhasilan strategi MTS.

f. Pemanfaatan Kapasitas Produksi yang Lebih Baik

Strategi make to stock memungkinkan perusahaan untuk menjaga tingkat produksi yang relatif stabil dan memanfaatkan kapasitas produksi mereka secara lebih efektif. Dengan produksi yang berkelanjutan, perusahaan dapat menghindari periode sibuk dan sepi yang ekstrem, yang sering terjadi pada model produksi berdasarkan pesanan.

Pemanfaatan kapasitas produksi yang konsisten berarti bahwa mesin dan tenaga kerja dapat digunakan secara optimal sepanjang waktu, mengurangi biaya per unit dan meningkatkan profitabilitas.

Mengelola biaya tenaga produksi dengan efisien menjadi aspek krusial di sini, karena sangat penting untuk mengoptimalkan keuntungan dari produksi massal yang dilakukan dan pada akhirnya, profitabilitas secara keseluruhan.

Perusahaan MTS dapat merencanakan jadwal perawatan mesin dan pelatihan karyawan dengan lebih baik karena mereka memiliki visibilitas yang lebih baik terhadap tingkat produksi yang stabil.

3. Contoh Make to Stock

Dalam pengelolaan bisnis manufaktur, implementasi MTS telah menjadi kunci untuk memastikan ketersediaan produk, efisiensi produksi, dan respon yang cepat terhadap permintaan pasar. Banyak perusahaan yang menggunakan sistem make to stock untuk efisiensikan operasional produksi dan bisnis. Berikut penjelasannya:

a. Industri Elektronik

Industri elektronik seringkali memproduksi komponen dalam jumlah besar, menyimpannya dalam inventaris, dan menunggu pesanan pelanggan.

Sebagai contoh, perusahaan pembuat smartphone dapat memproduksi sejumlah besar layar, baterai, dan komponen lainnya yang kemudian tersedia untuk dipasang sesuai dengan permintaan pasar.

Perusahaan seringkali memulai dengan contoh prototype produk untuk memastikan komponen yang akan diproduksi massal berfungsi sesuai harapan. Setelah itu, produksi dalam jumlah besar dapat dimulai untuk memenuhi permintaan pasar yang dinamis.

b. Tekstil dan Pakaian

Industri tekstil dan pakaian juga sering menerapkan MTS, terutama untuk produk-produk yang memiliki tingkat permintaan yang stabil. Sebagai contoh, perusahaan pakaian dapat memproduksi sejumlah besar pakaian standar yang dapat disimpan dalam gudang dan siap untuk dikirim ke pengecer atau pelanggan langsung setelah ada pesanan.

Akan tetapi dalam industri tekstil dan pakaian ini, perlu diperhatikan dengan lebih baik
strategi pemasaran dan penjualan dengan memahami tren mode dan selera pelanggan, menganalisis data penjualan, dan berkolaborasi dengan pengecer untuk mengidentifikasi kebutuhan pasar yang berkembang.

c. Food and Beverages

Industri F&B juga sering kali mengadopsi MTS untuk produk dengan umur simpan yang relatif lama.Misalnya, perusahaan minuman dapat memproduksi dalam jumlah besar dan menyimpan produk dalam gudang sebelum dikirim ke distributor dan ritel sebagai contoh diversifikasi produk yang mendukung ketersediaan barang di pasar.

Dalam pengelolaannya, perusahaan perlu memantau secara ketat manajemen inventaris dengan menggunakan sistem informasi terintegrasi yang akan membantu pemantauan terkait tanggal kadaluarsa dan memastikan kualitas produk tetap dalam keadaaan baik.

d. Industri Otomotif

Industri otomotif juga sering menerapkan MTS, terutama untuk suku cadang dan komponen mobil yang memiliki permintaan yang stabil.

Sebagai contoh, produsen mobil dapat memproduksi dan menyimpan sejumlah besar suku cadang umum dalam gudang, dan memungkinkan untuk segera memenuhi kebutuhan pelanggan atau bengkel servis.

Selain itu,contoh bahan penolong seperti pelumas atau pelapis komponen sering digunakan dalam produksi suku cadang untuk memastikan kualitas dan ketahanan produk yang lebih baik, yang pada gilirannya mendukung pengiriman tepat waktu.

4. Apa Saja Faktor Penting dalam Penerapan Strategi MTS?

Penerapan MTS dalam bisnis manufaktur memerlukan perhatian khusus terhadap faktor-faktor penting yang dapat memengaruhi keberhasilan dan efektivitas operasional. Dalam mengoptimalkannya, perusahaan yang menggunakan sistem make to stock perlu memahami beberapa faktor penting yang harus diperhatikan dalam penerapan metode ini.

Setelah penjelasan mengenai contoh make to stock, pembahasan kali ini akan dibahas apa saja faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penerapan MTS.

a. Prediksi Permintaan yang Akurat

Faktor pertama yang krusial dalam penerapan MTS adalah kemampuan untuk memprediksi permintaan pasar secara akurat. Hal ini didukung oleh demand management yang efektif, sebuah proses yang membantu perusahaan dalam membuat perkiraan yang tepat guna memastikan ketersediaan stok yang optimal dalam sistem make to stock.

Perusahaan perlu mengandalkan metode demand forecasting untuk mengakses data historis, analisis tren pasar, dan pemodelan statistik agar dapat mengidentifikasi pola dan fluktuasi dalam permintaan.

Prediksi yang tepat dapat membantu perusahaan menghindari kekurangan atau kelebihan stok, meningkatkan efisiensi produksi, dan memastikan respons yang cepat terhadap dinamika pasar.

Dengan menggunakan metode forecasting tersebut, perusahaan dapat menghindari berbagai tantangan dalam prediksi, seperti perubahan tren pasar, peristiwa tak terduga, atau perubahan kebijakan industri dapat mempengaruhi permintaan.

Oleh karena itu, perusahaan perlu membangun strategi yang adaptif dengan selalu memperbarui model prediksi, dan tetap terhubung dengan pelanggan untuk mendapatkan wawasan langsung.

b. Manajemen Inventaris yang Efektif

Manajemen inventaris yang efektif menjadi faktor penting dalam menjalankan sistem MTS. Perusahaan perlu menentukan tingkat persediaan yang optimal, mengelola aliran stok, dan meminimalkan biaya penyimpanan.

Keberhasilan MTS sangat bergantung pada kemampuan perusahaan untuk menyediakan stok yang cukup tanpa terbuang sia-sia atau kekurangan stok yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan.

c. Kualitas Produk yang Konsisten

Kualitas produk yang konsisten menjadi faktor kunci dalam mempertahankan dan meningkatkan kepuasan pelanggan. Produk yang berkualitas dapat membangun reputasi perusahaan dan meningkatkan kepercayaan pelanggan.

Dalam konteks MTS, memastikan kualitas produk secara konsisten menjadi langkah yang krusial untuk menghindari risiko pengiriman produk rusak atau tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan.

Kontrol kualitas produksimenjadi bagian integral dari seluruh proses produksi, sehingga perusahaan dapat menetapkan standar kualitas yang jelas dan mengintegrasikan inspeksi kualitas dalam setiap tahap produksi. Dengan demikian, perusahaan dapat meminimalkan kemungkinan terjadinya defective product, yang dapat merusak reputasi dan mengurangi kepercayaan pelanggan.

Pemantauan ini dapat membantu mengidentifikasi potensi cacat atau masalah produksi yang dapat diatasi sebelum produk mencapai pelanggan. Ini juga menjadi langkah tepat untuk meminimalisir jumlah barang reject dalam suatu produksi.

d. Fleksibilitas dalam Proses Produksi

Fleksibilitas dalam proses produksi menjadi salah satu faktor kunci dalam menjalankan sistem MTS. Perusahaan perlu memiliki kemampuan untuk mengubah garis produksi dengan cepat sesuai dengan perubahan permintaan atau tren pasar.

Hal ini termasuk kemampuan untuk menyesuaikan spesifikasi produk, volume produksi, dan waktu siklus produksi sesuai dengan kebutuhan pasar yang berubah.

Untuk meningkatkan fleksibilitas, strategi diversifikasi produk dapat diadopsi dengan memiliki beragam produk yang sesuai dengan model dan metode MTS.

Dengan fleksibilitas ini, oerusahaan dapat lebih responsif terhadap perubahan kebutuhan pelanggan dan memungkinkan perusahaan untuk mengoptimalkan garis produksi, meningkatkan efisiensi, dan tetap kompetitif di pasar yang dinamis.

e. Strategi dan Penentuan Harga Kompetitif

Strategi dan penentuan harga yang kompetitif menjadi faktor terakhir dalam menjalankan sistem MTS. Penetapan harga yang tepat dalam penerapan metode make to stock ini dapat memengaruhi daya saing perusahaan dan meningkatkan daya tarik pelanggan yang memungkinkan perusahaan menjaga atau meningkatkan pangsa pasar.

Perusahaan perlu melakukan analisis biaya produksi yang cermat untuk menentukan harga yang dapat memberikan keuntungan yang sesuai.

Pemahaman mendalam tentang biaya produksi membantu perusahaan untuk menetapkan harga dan menghasilkan keuntungan yang memadai. Analisis ini juga memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi area di mana efisiensi operasional dapat ditingkatkan.

Keakuratan dalam menghitung total variable cost menjadi krusial di sini, sebab angka ini sangat berpengaruh pada penetapan harga pokok produksi dan pada akhirnya, profitabilitas perusahaan secara keseluruhan.

5. Apa Tantangan dalam Menerapkan Strategi Make to Stock?

Meskipun strategi produksi make to stock atau MTS menawarkan banyak keuntungan, implementasinya juga tidak terlepas dari berbagai tantangan yang perlu diatasi oleh perusahaan manufaktur. Keberhasilan MTS sangat bergantung pada kemampuan perusahaan dalam mengelola risiko dan merespons dinamika pasar dengan efektif.

Berikut adalah beberapa tantangan utama dalam menerapkan strategi make to stock:

a. Akurasi Perkiraan Permintaan

Tantangan utama dalam strategi make to stock terletak pada kemampuan perusahaan untuk secara akurat memprediksi apa dan berapa banyak produk yang akan dibutuhkan oleh pasar di masa depan.

Perkiraan permintaan menjadi fondasi dari seluruh perencanaan produksi MTS. Jika perkiraan meleset secara signifikan, perusahaan akan menghadapi konsekuensi yang merugikan.

Misalnya, jika permintaan ternyata jauh lebih rendah dari perkiraan, perusahaan akan berakhir dengan kelebihan persediaan yang menumpuk di gudang. Sebaliknya, jika permintaan melebihi perkiraan, perusahaan akan kehilangan potensi penjualan karena tidak mampu memenuhi permintaan pelanggan dengan segera.

Membuat perkiraan yang akurat memerlukan analisis data historis yang cermat, pemahaman tren pasar, dan pertimbangan faktor-faktor eksternal lainnya yang dapat mempengaruhi permintaan.

b. Risiko Kelebihan atau Kekurangan Stok

Sebagai konsekuensi langsung dari akurasi perkiraan permintaan, perusahaan yang menerapkan strategi MTS selalu berhadapan dengan risiko kelebihan atau kekurangan stok. Kelebihan stok terjadi ketika perusahaan memproduksi lebih banyak barang daripada yang dapat dijual.

Hal ini tidak hanya mengikat modal dalam bentuk inventaris yang tidak bergerak, tetapi juga menimbulkan biaya penyimpanan tambahan, risiko kerusakan, dan bahkan potensi barang menjadi usang.

Di sisi lain, kekurangan stok terjadi ketika permintaan pelanggan melebihi jumlah produk yang tersedia. Ini dapat menyebabkan hilangnya penjualan, ketidakpuasan pelanggan, dan bahkan beralihnya pelanggan ke pesaing.

Menemukan keseimbangan yang tepat antara tingkat persediaan yang mencukupi untuk memenuhi permintaan dan menghindari penumpukan stok yang berlebihan adalah perjuangan konstan dalam MTS.

c. Biaya Penyimpanan Inventaris

Strategi make to stock secara inheren membutuhkan perusahaan untuk menyimpan sejumlah besar produk jadi di gudang agar siap memenuhi permintaan. Biaya yang terkait dengan penyimpanan inventaris ini bisa sangat signifikan.

Ini mencakup biaya sewa atau kepemilikan gudang, biaya utilitas (seperti listrik untuk penerangan dan pendingin), biaya asuransi untuk melindungi inventaris dari kerusakan atau kehilangan, biaya penanganan dan pemindahan barang di dalam gudang, serta biaya modal yang terikat dalam inventaris tersebut.

Semakin lama produk disimpan, semakin tinggi pula biaya penyimpanannya. Oleh karena itu, perusahaan MTS perlu memiliki sistem manajemen inventaris yang efisien untuk meminimalkan biaya penyimpanan sambil tetap memastikan ketersediaan produk.

Dalam konteks ini, gudang manufaktur punya peran yang penting. Tidak hanya memastikan stok produk siap dikirimkan segera setelah pesanan datang, tetapi juga berkontribusi signifikan dalam menekan biaya penyimpanan inventaris yang telah disebutkan.

d. Respons Terhadap Perubahan Permintaan

Pasar sangat dinamis, dan preferensi konsumen dapat berubah dengan cepat. Salah satu tantangan dalam strategi MTS adalah kurangnya fleksibilitas untuk merespons perubahan permintaan yang tiba-tiba atau pergeseran tren pasar.

Karena produksi didasarkan pada perkiraan di masa lalu, perusahaan mungkin kesulitan untuk dengan cepat mengubah volume produksi atau jenis produk yang diproduksi ketika terjadi perubahan signifikan dalam permintaan.

Misalnya, jika ada tren baru yang muncul dan produk yang sudah diproduksi tidak lagi diminati, perusahaan mungkin terpaksa menjualnya dengan diskon besar atau bahkan menghapuskannya.

Kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan permintaan adalah kunci untuk tetap kompetitif, dan ini bisa menjadi tantangan bagi perusahaan yang mengandalkan strategi MTS.

Dalam menghadapi perubahan ini, perusahaan dapat mempertimbangkan penggunaan barang substitusi sebagai alternatif produk yang lebih sesuai dengan tren pasar yang baru. Dengan begitu, mereka bisa tetap memenuhi kebutuhan pelanggan tanpa harus membuang produk yang sudah diproduksi.

e. Risiko Produk Usang

Risiko produk menjadi usang merupakan perhatian khusus bagi perusahaan MTS, terutama yang bergerak di industri dengan siklus hidup produk yang pendek, seperti elektronik atau fashion.

Jika perusahaan memproduksi terlalu banyak barang dan permintaan pasar tidak sesuai dengan perkiraan, produk tersebut dapat menumpuk di gudang dan kehilangan nilainya seiring berjalannya waktu karena munculnya model baru atau perubahan tren.

Kerugian akibat produk usang dapat sangat signifikan dan secara langsung mempengaruhi profitabilitas perusahaan.

Oleh karena itu, perusahaan yang menggunakan strategi MTS perlu memiliki sistem yang efektif untuk mengelola risiko keusangan produk, termasuk strategi penetapan harga yang dinamis dan perencanaan siklus hidup produk yang cermat.

f. Kurangnya Fleksibilitas Kustomisasi

Strategi make to stock pada dasarnya adalah tentang produksi massal produk standar untuk memenuhi permintaan umum. Akibatnya, perusahaan MTS seringkali memiliki keterbatasan dalam menawarkan kustomisasi atau personalisasi produk sesuai dengan preferensi individual pelanggan.

Di pasar yang semakin menuntut produk yang dipesan lebih dahulu atau disesuaikan dengan kebutuhan spesifik, kurangnya fleksibilitas ini dapat menjadi kelemahan kompetitif. Pelanggan yang mencari produk dengan fitur atau spesifikasi unik mungkin akan beralih ke pesaing yang menawarkan opsi produksi berdasarkan pesanan.

Perusahaan MTS perlu mempertimbangkan apakah kurangnya fleksibilitas kustomisasi ini sesuai dengan target pasar dan strategi bisnis mereka secara keseluruhan.

6. Kesimpulan

Dari artikel yang telah dibahas sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan yang menggunakan sistem make to stock melibatkan pembuatan produk dalam jumlah besar sebelum adanya pesanan. Sehingga, jika ada permintaan masuk, perusahaan hanya perlu mengambil produk di penyimpanan tanpa menunggu waktu produksi.

Ada beberapa contoh make to stock di beberapa industri manufaktur yang memerlukan strategi dan pengelolaan berbeda-beda, akan tetapi membutuhkan faktor penting yang tidak boleh dilewatkan dalam penerapan MTS ini.

Dengan memahami dan mengelola faktor-faktor penting dalam implementasi strategi make to stock tersebut, perusahaan dapat membangun fondasi yang kokoh untuk proses produksi yang responsif dan produktif.

FAQ:

1. Apa yang dimaksud dengan Make to Stock (MTS) dalam produksi?

Make to Stock (MTS) adalah strategi produksi di mana perusahaan memproduksi barang jadi berdasarkan perkiraan atau peramalan permintaan pasar, bukan berdasarkan pesanan aktual dari pelanggan. Produk yang sudah selesai diproduksi kemudian disimpan sebagai persediaan (stock) di gudang dan siap untuk segera dikirim saat ada pesanan dari pelanggan. Tujuan utama dari strategi ini adalah untuk memastikan ketersediaan produk yang tinggi sehingga permintaan pelanggan dapat dipenuhi dengan cepat.

2. Apa contoh make to stock?

Strategi make-to-stock cocok bagi perusahaan yang memproduksi barang yang biasanya sangat populer saat musim liburan. Contohnya, pabrikan mainan memperkirakan permintaan terlebih dulu dan mengatur produksi berdasarkan proyeksi tersebut.

3. Industri atau jenis produk apa yang cocok menggunakan strategi Make to Stock?

Strategi Make to Stock paling cocok diterapkan pada industri atau jenis produk dengan karakteristik permintaan yang cenderung stabil, volume penjualan tinggi, dan variasi produk yang terbatas atau standar. Contohnya meliputi:
1. Produk Konsumen Bergerak Cepat (Fast-Moving Consumer Goods/FMCG)
2. Barang Elektronik Standar
3. Pakaian Dasar
4. Suku Cadang Standar

4. Bagaimana cara meminimalkan risiko dalam penerapan strategi Make to Stock?

Untuk meminimalkan risiko yang terkait dengan Make to Stock, perusahaan perlu melakukan beberapa hal:
1. Tingkatkan Akurasi Peramalan Permintaan
2. Kelola Tingkat Persediaan Optimal
3. Implementasikan Sistem Manajemen Inventaris yang Efisien
4. Tingkatkan Komunikasi dalam Rantai Pasok
5. Lakukan Analisis Kinerja Berkala

Jadwalkan Demo Gratis

Error message
Error message
Error message
Error message
Error message
Error message

Rekomendasi Artikel Terkait

Temukan Artikel Serupa untuk Solusi Bisnis Lebih Lengkap