Banyak laporan keberlanjutan perusahaan belum efektif membantu investor memahami dampak finansial dari isu Environmental, Social, and Governance (ESG). Meskipun pelaporan ESG kini semakin umum, banyak laporan disusun tanpa standar yang jelas dan cenderung terlalu fokus pada narasi umum.
Akibatnya, data yang ditampilkan sulit dibandingkan dan kurang relevan untuk mendukung pengambilan keputusan strategis. Sustainability Accounting Standards Board (SASB) hadir untuk menjawab kekurangan tersebut.
SASB menyediakan standar pelaporan yang lebih spesifik dan relevan secara finansial, dengan fokus pada isu-isu keberlanjutan yang berdampak langsung terhadap kinerja perusahaan. Dengan mengikuti panduan ini, perusahaan dapat menyusun laporan ESG yang lebih terarah, akurat, dan bermakna bagi investor.
Melalui artikel ini, kita akan membahas secara lengkap apa itu SASB, bagaimana pendekatannya bekerja, serta mengapa standar ini menjadi penting bagi bisnis yang ingin menyusun pelaporan keberlanjutan yang strategis dan terpercaya. Pahami selengkapnya di sini!

- SASB (Sustainability Accouting Standard Board) adalah lembaga nirlaba yang menyusun standar industri untuk informasi lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) yang relevan dan berfokus pada kebutuhan investor di perusahaan publik AS.
- Aspek utama SASB meliputi: fokus khusus pada industri, materialitas, berpusat pada investor, integrasi dengan hukum sekuritas, dan pelengkap kerangkan kerja lainnya.
- Implementasi SASB di Indonesia biasanya perusahaan menggabungkan standar SASB, GRI, TCFD, dan ISSB untuk menyusun laporan yang komprehensif dan memenuhi ekspektasi berbagai pemangku kepentingan.
- Software Akuntansi ScaleOcean dapat menjadi solusi tepat yang mampu mengelola data ESG, memudahkan pelaporan yang sesuai dengan standar SASB, serta membantu perusahaan tetap memenuhi regulasi keberlanjutan secara optimal.
Apa Itu Sustainability Accounting Standards Board (SASB)?
Sustainability Accounting Standards Board (SASB) adalah lembaga nirlaba yang menyusun standar industri untuk mengungkapkan informasi terkait lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) yang relevan dan berfokus pada kebutuhan investor di perusahaan publik AS.
Tujuan utamanya untuk membantu perusahaan publik menyampaikan informasi yang berguna bagi investor dalam pengambilan keputusan. SABB didirikan pada tahun 2011 di Amerika Serikat, SASB mulai dikenal luas karena pendekatannya yang spesifik dan praktis.
Pada tahun 2022, SASB bersama dengan Kerangka Pelaporan Terpadu diintegrasikan ke dalam Yayasan IFRS, sehingga membentuk ISSB. ISSB berkomitmen untuk memelihara dan meningkatkan Standar SASB, yang kini menjadi bagian inti dari Standar Pengungkapan Keberlanjutan IFRS ISSB.
Perusahaan tetap dapat menggunakan Standar SASB untuk mengidentifikasi dan mengungkapkan informasi ESG yang relevan. Hal tersebut juga menjadikan SASB tetap menjadi referensi utama bagi perusahaan dalam mengidentifikasi dan mengungkapkan risiko serta peluang terkait keberlanjutan.
Dengan standar yang telah ditetapkan, perusahaan dapat mudah dalam menyampaikan informasi keberlanjutan yang secara material berdampak pada keuangan perusahaan dan relevan bagi investor.
Baca juga: Contoh Budgeting Perusahaan, Strategi, serta Templatenya
Aspek Utama Standar SASB
Aspek Utama Standar SASB mencakup elemen-elemen kunci yang dirancang untuk membantu perusahaan dalam mengungkapkan informasi terkait keberlanjutan yang relevan dan material bagi investor. Berikut beberapa aspek utama sustainability accounting standards board yang harus dipahami:
1. Fokus Khusus Industri
SASB menjadi standar yang mengembangkan standar untuk 77 industri berbeda, memfokuskan pada topik-topik ESG yang relevan dengan karakteristik masing-masing sektor.
Hal ini memungkinkan perusahaan untuk menyampaikan informasi yang lebih spesifik dan terfokus, serta memberikan gambaran yang lebih akurat tentang bagaimana faktor ESG mempengaruhi kinerja dan prospek mereka.
2. Materialitas
Standar SASB berfokus pada informasi ESG yang dianggap material, yaitu yang dapat memengaruhi kondisi keuangan atau hasil operasional perusahaan.
Dengan kata lain, SASB memastikan bahwa perusahaan mengungkapkan informasi yang benar-benar relevan bagi investor, dan tidak hanya sekadar informasi umum yang mungkin tidak berdampak pada keputusan investasi.
3. Berpusat pada Investor
Tujuan utama SASB adalah untuk menyediakan informasi yang berguna bagi investor dalam membuat keputusan. Dengan menyediakan data yang relevan tentang kinerja ESG perusahaan, SASB membantu investor menilai potensi risiko dan peluang yang dapat memengaruhi kinerja keuangan dan prospek jangka panjang perusahaan.
4. Integrasi dengan Hukum Sekuritas
Standar SASB dirancang berdasarkan International Financial Reporting Standards IFRS untuk mendukung perusahaan dalam memenuhi persyaratan dari Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC), termasuk dalam hal Diskusi dan Analisis Manajemen (MD&A).
SABB Sustainability Accounting Standards Board juga memungkinkan perusahaan untuk mengungkapkan risiko ESG yang material dalam laporan tahunan mereka, yang sesuai dengan regulasi yang berlaku di pasar sekuritas.
5. Pelengkap Kerangka Kerja Lainnya
Standar SASB dapat digunakan bersamaan dengan berbagai kerangka kerja ESG lainnya, seperti TCFD (Task Force on Climate-related Financial Disclosures) dan GRI (Global Reporting Initiative).
Penereapan SABB dalam perusahaan juga memungkinkan perusahaan untuk menyelaraskan pengungkapan ESG mereka dengan berbagai inisiatif pelaporan internasional, memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang kinerja dan dampak keberlanjutan mereka.
Manfaat SASB bagi Perusahaan dan Investor
Sustainability Accounting Standards Board SABB dirancang untuk memberikan manfaat praktis bagi perusahaan dan investor dalam memahami serta mengelola isu keberlanjutan yang berdampak finansial.
Dengan fokus pada transparansi dan relevansi industri, SASB mendorong pelaporan yang tidak hanya informatif tetapi juga strategis.
Bagi perusahaan, ini berarti peningkatan efisiensi dan daya saing. Sementara bagi investor, SASB menjadi sumber informasi yang kredibel untuk pengambilan keputusan investasi yang cermat dan berkelanjutan. Berikut beberapa manfaatnya baik bagi perusahaan maupun investor, dianataranya:
1. Bagi perusahaan
- Meningkatkan akuntabilitas: Laporan yang disusun berdasarkan SASB mencerminkan transparansi kinerja keberlanjutan perusahaan secara lebih terstruktur.
- Memperkuat reputasi dan kepercayaan publik: Pengungkapan yang akurat memberi kesan profesionalisme dan tanggung jawab perusahaan.
- Mengelola risiko keberlanjutan: SASB membantu mengidentifikasi risiko ESG yang relevan dan menyusun langkah mitigasi yang tepat.
- Mendukung pengambilan keputusan internal: Data berbasis SASB menjadi referensi dalam menyusun kebijakan dan strategi jangka panjang.
2. Bagi investor
- Mendapatkan informasi yang relevan dan dapat dibandingkan: SASB menyajikan data yang memungkinkan investor membandingkan perusahaan secara adil dalam satu industri.
- Memahami dampak finansial dari isu keberlanjutan: Investor dapat mengevaluasi apakah risiko dan peluang ESG telah dikelola dengan baik oleh perusahaan.
- Meningkatkan kualitas pengambilan keputusan investasi: Laporan SASB memberi gambaran yang lebih akurat atas prospek jangka panjang perusahaan.
- Menilai komitmen perusahaan terhadap ESG: Penggunaan standar SASB menunjukkan keseriusan perusahaan dalam mengintegrasikan keberlanjutan ke dalam model bisnis.
Dengan adopsi SASB Sustainability Accounting Standards Board, baik perusahaan maupun investor dapat membangun ekosistem bisnis yang lebih transparan, strategis, dan berorientasi pada keberlanjutan jangka panjang. Hal ini mendukung pertumbuhan yang lebih stabil sekaligus menjawab tantangan global yang semakin kompleks.
Mengapa Materialitas Penting dalam SASB?
Pendekatan SASB yang menitikberatkan pada materialitas finansial memberikan kejelasan dan fokus dalam pelaporan keberlanjutan. Dengan mengidentifikasi isu yang paling berdampak terhadap kinerja keuangan, perusahaan dapat menyusun laporan yang relevan, terarah, dan bernilai strategis.
Ini menjadikan Sustainability Accounting Standards Board SASB bukan hanya sebagai alat pelaporan, tetapi juga sebagai panduan dalam merancang strategi bisnis yang berkelanjutan dan responsif terhadap ekspektasi investor. Ini beberapa alasan pentingnya materialitas dalam SASB, diantaranya:
1. Fokus pada Isu yang Material Secara Finansial
SASB membantu perusahaan mengidentifikasi isu keberlanjutan yang berdampak langsung terhadap profitabilitas, biaya, risiko operasional, atau prospek jangka panjang. Dengan fokus ini, perusahaan dapat memprioritaskan pelaporan pada topik yang paling penting bagi pemegang saham dan investor, bukan sekadar memenuhi ekspektasi publik.
2. Pengungkapan yang Relevan untuk Investor
SASB menyediakan informasi yang memudahkan investor menilai risiko dan peluang yang berkaitan dengan keberlanjutan. Investor dapat membandingkan data antar perusahaan dalam sektor yang sama secara lebih efisien, sehingga meningkatkan kepercayaan dan transparansi di pasar modal.
3. Berbeda dari GRI
Jika GRI membahas dampak sosial dan lingkungan secara luas, SASB secara spesifik menyasar dampak yang langsung memengaruhi kondisi keuangan. Perusahaan dapat menggabungkan keduanya untuk menyusun pelaporan yang lebih menyeluruh.
Namun, SASB menawarkan keunggulan kompetitif karena menggunakan logika dan bahasa yang dipahami oleh investor. Dengan menempatkan materialitas finansial sebagai fokus utama, perusahaan dapat menggunakan SASB untuk menyampaikan informasi keberlanjutan yang strategis dan berdampak langsung pada nilai bisnis.
Pendekatan ini membuat laporan lebih relevan bagi investor sekaligus membantu manajemen mengambil keputusan internal yang lebih tajam dan berbasis risiko. Perusahaan yang ingin tumbuh secara berkelanjutan dan membangun kepercayaan pasar perlu memahami dan menerapkan prinsip materialitas SASB.
Struktur Standar SASB (Sustainability Accounting Standards Board)
Dalam proses pelaporan keberlanjutan, perusahaan perlu memastikan seluruh informasi tercatat rapi melalui sistem pencatatan yang baik, seperti jenis jurnal akuntansi. Penerapan SASB berjalan beriringan dengan praktik akuntansi dasar untuk mencatat transaksi ESG yang berdampak pada laporan keuangan.
SASB merancang standar agar perusahaan dapat menyusun laporan keberlanjutan sesuai konteks industrinya. Terdapat 77 standar untuk 11 sektor industri dan 93 sub-industri yang mencerminkan isu material secara spesifik.
Pendekatan ini membuat pelaporan lebih akurat, relevan, dan mudah dibandingkan antar perusahaan dalam sektor yang sama. Setiap standar terdiri dari empat komponen utama yang membentuk kerangka pelaporan yang praktis dan terukur, serta mendukung integrasi antara kinerja ESG dan nilai keuangan.
- Topik pengungkapan: Tema utama keberlanjutan yang wajib dilaporkan perusahaan sesuai dengan risiko dan karakteristik industrinya.
- Metrik akuntansi: Ukuran kuantitatif untuk menilai dampak dari topik yang diungkap, seperti emisi karbon atau tingkat kecelakaan kerja.
- Protokol teknis: Petunjuk rinci mengenai bagaimana perusahaan harus mengukur dan melaporkan metrik agar data konsisten dan valid.
- Metrik aktivitas: Informasi pendukung yang memberi konteks terhadap metrik utama, seperti jumlah fasilitas atau volume produksi.
Kelima dimensi keberlanjutan yang dicakup oleh SASB meliputi lingkungan, modal sosial, modal manusia, model bisnis dan inovasi, serta kepemimpinan dan tata kelola. Struktur ini menjadikan pelaporan lebih fokus, objektif, dan sesuai dengan dinamika industri saat ini.
Proses Pengembangan Sustainability Accounting Standards Board (SASB)
Meski SASB berasal dari standar internasional, penerapannya di Indonesia tetap perlu diselaraskan dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Integrasi ini penting agar pelaporan keberlanjutan sejalan dengan praktik akuntansi nasional.
SASB mengembangkan standar melalui pendekatan berbasis bukti dan partisipasi terbuka. Timnya menggunakan data empiris dan analisis risiko untuk mengidentifikasi isu yang material secara finansial. Pendekatan ini mendorong terbentuknya standar yang relevan, kredibel, dan adaptif terhadap kebutuhan industri.
1. Pendekatan berbasis bukti
SASB merumuskan standar dengan mengandalkan data pasar, tren industri, dan penelitian akademik. Tim SASB secara aktif menyeleksi topik yang benar-benar berdampak pada nilai ekonomi perusahaan untuk memastikan relevansi pelaporan.
SASB menyusun indikator berdasarkan kondisi nyata yang dihadapi pelaku bisnis dan memastikan setiap metrik mencerminkan tantangan serta peluang ekonomi yang relevan. Pendekatan dengan sistem akuntansi yang efektif dapat membantu SASB menyajikan informasi yang akurat dan berguna bagi pengambilan keputusan.
2. Konsultasi Pasar
Sebelum merilis standar, SASB mengadakan konsultasi terbuka dengan perusahaan, analis, dan investor. Proses ini memungkinkan pengujian kepraktisan standar dalam konteks industri nyata. Melalui masukan langsung dari pelaku pasar, SASB dapat menyesuaikan formulasi agar lebih relevan, tepat guna, dan efisien.
3. Partisipasi Multi-Pihak
SASB melibatkan berbagai pemangku kepentingan dalam proses penyusunan standar, termasuk LSM, asosiasi industri, dan masyarakat sipil. Keterlibatan ini mencegah dominasi perspektif tertentu dan memastikan standar mewakili berbagai sudut pandang. Pendekatan ini memperkuat legitimasi dan kualitas pelaporan keberlanjutan.
4. Transparansi publik
Tim SASB menjalankan semua tahapan pengembangan standar secara terbuka. Mereka menerbitkan draf standar untuk ditinjau publik dan secara resmi mencatat setiap umpan balik yang masuk. Melalui proses ini, SASB memastikan bahwa setiap standar dikembangkan secara demokratis dan dapat dipertanggungjawabkan.
Penekanan pada partisipasi dan transparansi inilah yang membuat standar SASB memiliki daya terima tinggi secara global, sekaligus tetap responsif terhadap kebutuhan industri yang terus berubah.
Baca juga: Rekapitulasi Jurnal: Pengertian, Contoh & Cara Membuatnya
Implementasi SASB (Sustainability Accounting Standards Board) di Indonesia
Penerapan Standar SASB mulai menunjukkan perkembangan positif di Indonesia. Semakin banyak perusahaan menyadari pentingnya pelaporan keberlanjutan yang relevan dan berbasis industri, terutama untuk memenuhi ekspektasi investor yang menuntut transparansi ESG.
Meski SASB berasal dari pasar internasional, adopsinya di tingkat nasional terus tumbuh seiring meningkatnya kesadaran akan nilai strategis pelaporan ESG yang terstruktur dan berdampak finansial.
1. Adopsi Standar SASB oleh Perusahaan-perusahaan Besar
Seiring meningkatnya tuntutan transparansi ESG dari investor global, sejumlah perusahaan besar di Indonesia mulai mengadopsi Standar SASB. Standar ini dianggap lebih relevan karena menyajikan indikator keberlanjutan yang spesifik untuk setiap sektor industri.
Dengan pendekatan tersebut, perusahaan dapat menyampaikan informasi material secara tepat sasaran dan sesuai kebutuhan pemangku kepentingan. Penerapan SASB juga menjadi bentuk komitmen perusahaan terhadap praktik bisnis yang berkelanjutan dan bertanggung jawab.
Melalui sustainability accounting standar board, mereka tidak hanya meningkatkan kredibilitas laporan keuangan harian bahkan tahunan perusahaan secara keberlanjutan, tetapi juga memperkuat posisi bisnis dalam persaingan global yang makin kompetitif.
2. Tantangan dalam Penerapan
Meskipun manfaat SASB cukup besar, banyak perusahaan masih menghadapi hambatan dalam penerapannya. Salah satu kendala utama adalah kurangnya pemahaman tentang indikator SASB dan bagaimana mengintegrasikannya ke dalam laporan ESG perusahaan. Hal ini diperparah oleh keterbatasan sumber daya manusia dan teknologi yang memadai.
Selain itu, tidak semua perusahaan memiliki infrastruktur pelaporan yang siap mendukung standarisasi data ESG. Sistem internal yang masih manual dan terfragmentasi menyulitkan proses pengumpulan serta penyajian data keberlanjutan secara konsisten dan akurat.
3 Langkah-langkah untuk Mendukung Implementasi
Dalam penerapan SASB, perusahaan perlu memahami bagaimana informasi ESG masuk ke dalam siklus akuntansi secara menyeluruh. Data keberlanjutan yang berdampak finansial harus dicatat, diklasifikasikan, dan dilaporkan secara terintegrasi.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, perusahaan perlu menerapkan strategi yang terencana. Pelatihan intensif bagi tim pelapor dapat memperkuat pemahaman tentang struktur dan metodologi SASB. Keterlibatan konsultan juga membantu menyusun roadmap implementasi yang realistis.
Perusahaan juga mulai menggunakan teknologi pelaporan ESG berbasis digital untuk meningkatkan efisiensi dan akurasi. Mereka mempercepat proses adopsi SASB dengan memanfaatkan alat digital, sekaligus memperkuat kapasitas internal dalam menyajikan data keberlanjutan yang kredibel dan relevan.
Langkah standar SASB ini juga menunjukkan komitmen nyata perusahaan dalam mengintegrasikan prinsip keberlanjutan ke dalam strategi bisnis secara menyeluruh. Penggunaan software akuntansi terbaik seperti ScaleOcean dapat membantu optimalkan proses implementasi SASB di perusahaan Anda.
Dengan fitur-fitur yang mendukung pelaporan keuangan yang transparan dan akurat, ScaleOcean memungkinkan perusahaan untuk menyusun laporan keberlanjutan yang sesuai dengan standar SASB, memudahkan pelacakan dan pengelolaan data yang terkait dengan aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG). Lakukan demonya sekarang untuk dapatkan solusi unggulan ini!

SASB dan Kerangka Kerja Lainnya
Pelaporan keberlanjutan tidak hanya menggunakan satu standar. Banyak perusahaan menggabungkan beberapa kerangka kerja ESG untuk menjawab kebutuhan yang berbeda dari investor dan pemangku kepentingan.
Penggunaan standar SASB dalam perusahaan juga menjadi salah satu aspek penting, terutama karena fokusnya pada isu-isu yang berdampak langsung terhadap nilai ekonomi perusahaan.
Dalam praktiknya, perusahaan juga perlu memahami jenis akuntansi bisnis yang digunakan mulai dari akuntansi keuangan, manajerial, hingga sosial agar pelaporan ESG selaras dengan strategi dan tujuan operasional mereka. Berikut SASB dan kerangka kerja standar lainnya, yaitu:
1. Perbandingan dengan GRI, TCFD, dan ISSB
GRI menekankan pada dampak sosial dan lingkungan, sedangkan TCFD lebih fokus pada pengungkapan risiko iklim. Sementara itu, ISSB bertujuan untuk mengkonsolidasikan standar pelaporan keberlanjutan secara global.
Di sisi lain, SASB Sustainability Accounting Standards Board hadir dengan keunikan tersendiri karena secara khusus menyasar isu-isu material finansial yang relevan bagi investor. Oleh karena itu, masing-masing standar memiliki nilai tambah tersendiri, tergantung pada kebutuhan dan tujuan pelaporan perusahaan.
2. Pendekatan Komplementer
Alih-alih memilih salah satu standar, semakin banyak perusahaan yang kini mengadopsi pendekatan komplementer. Sebagai contoh, dengan menggabungkan SASB dan GRI, perusahaan dapat menyusun pelaporan yang tidak hanya relevan bagi investor, tetapi juga mampu menjawab harapan publik dan regulator.
Selain itu, pendekatan standar SASB (Sustainability Accounting Standards Board) ini juga menciptakan pelaporan ESG yang lebih utuh, kredibel, dan seimbang dari berbagai sisi kepentingan.
3. Cara Penerapan Laporan Keuangan Bisnis dengan Standar SASB yang Efektif
Mengelola pelaporan keberlanjutan dengan berbagai standar seperti SASB, GRI, TCFD, dan ISSB memerlukan sistem yang terintegrasi dan adaptif. Tanpa dukungan teknologi yang tepat, perusahaan bisa menghadapi duplikasi data, laporan tidak sinkron, dan keterlambatan pelaporan.
Risiko ini dapat menghambat pengambilan keputusan strategis dan menurunkan kredibilitas di mata investor serta pemangku kepentingan. Untuk menjawab tantangan tersebut, perusahaan perlu menggunakan software akuntansi terbaik yang mendukung pelaporan ESG secara real-time.
Salah satu solusi yang dapat dipertimbangkan adalah ScaleOcean, platform berbasis cloud yang tidak hanya mencatat transaksi finansial, tetapi juga mendukung integrasi pelaporan keberlanjutan lintas standar secara efisien dan konsisten. Dengan sistem yang terhubung langsung ke data internal, proses pelaporan menjadi lebih akurat dan siap audit.
ScaleOcean dilengkapi dengan fitur seperti dashboard terpusat, otomatisasi pelaporan, dan pelacakan indikator industri. Platform ini dirancang dengan antarmuka yang user-friendly, fleksibel, dan didukung oleh tim ahli ESG.
Untuk perusahaan yang ingin memulai atau menyempurnakan pelaporan ESG-nya, ScaleOcean juga menyediakan demo gratis agar Anda dapat mengevaluasi kesesuaian sistem ini dengan kebutuhan bisnis secara langsung.
Kesimpulan
SASB (Sustainability Accounting Standards Board) memberikan panduan yang jelas dan relevan bagi perusahaan untuk mengungkapkan informasi ESG yang material bagi investor, memastikan transparansi dan kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku.
Namun, untuk mempermudah proses pengungkapan dan pengelolaan data terkait, perusahaan memerlukan sistem yang terintegrasi. Software Akuntansi terbaik ScaleOcean dapat menjadi solusi tepat untuk mengoptimalkan penerapan standar ini di perusahaan Anda.
ScaleOcean dengan fitur yang mendukung pengelolaan data ESG secara efisien, memudahkan pelaporan yang sesuai dengan standar SASB, serta membantu perusahaan tetap memenuhi regulasi keberlanjutan secara optimal. Lakukan demo gratisnya segera untuk dapatkan solusi ini!
FAQ:
Apa itu industri SASB?
Sustainability Accounting Standards Board (SASB) adalah organisasi nirlaba yang berdiri sejak tahun 2011 dan bertugas menyusun serta mengelola standar berbasis industri. Standar ini dirancang untuk membantu perusahaan mengungkapkan informasi keberlanjutan yang berdampak secara finansial kepada investor dan pemangku kepentingan di bidang keuangan.
Apa itu SASB dalam ESG?
Standar SASB menawarkan panduan berbasis industri dalam mengevaluasi aspek-aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) yang relevan bagi perusahaan.
Apa itu indeks SASB?
Indeks SASB disusun untuk memberikan informasi yang terstruktur terkait isu-isu finansial dan non-finansial yang penting bagi perusahaan dan investor.