Piutang tak tertagih adalah salah satu masalah utama yang dapat mengganggu kestabilan keuangan perusahaan. Meskipun setiap organisasi berupaya memastikan pembayaran tepat waktu, kenyataannya tidak semua piutang atau account receivable dapat terbayar.
Faktor-faktor seperti kebangkrutan, kondisi ekstrem, atau ketidaksanggupan membayar sering menjadi penyebab utama.
Dampak dari piutang tidak tertagih sangat besar, mulai dari gangguan arus kas hingga kerugian finansial yang signifikan. Arus kas yang terhambat akibat account receivable yang tidak terbayar dapat memperlambat operasional dan bahkan mengancam kelangsungan bisnis itu sendiri.
Oleh karena itu, penting bagi bisnis untuk memahami cara mengelola dan menanganinya dengan tepat sangat penting untuk menjaga kestabilan dan pertumbuhan perusahaan.
Artikel ini akan membahas secara rinci tentang apa itu piutang tidak tertagih, bagaimana cara mengidentifikasinya, serta langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengelola dan mencegah dampak buruknya bagi perusahaan. Pahami selengkapnya di sini!

- Piutang tak tertagih adalah salah satu masalah utama yang dapat mengganggu kestabilan keuangan perusahaan, mengurangi arus kas, dan merugikan profitabilitas.
- Piutang tak tertagih dapat dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan kondisi debitur dan umur piutang, yang membantu perusahaan dalam mengelola risiko dan penagihan.
- Mengelola piutang tak tertagih secara efektif membutuhkan kebijakan yang jelas, penagihan yang konsisten, dan pemantauan rutin terhadap piutang yang sudah jatuh tempo.
- Software Akuntansi ScaleOcean memiliki berbagai macam fitur yang dapat membantu pengguna dalam mengelola piutang tak tertagih dari berbagai kategori.

Apa itu Piutang Tak Tertagih?
Piutang tak tertagih adalah sebuah utang yang seharusnya diterima oleh perusahaan oleh pelanggan, namun tidak dapat diselesaikan dikarenakan beberapa alasan seperti kreditur bangkrut atau meninggal dunia. Hal ini bila tidak dikelola secara optimal oleh perusahaan akan menjadi beban operasional.
Meskipun hasil penjualan produk seharusnya menguntungkan perusahaan, piutang yang tidak dapat ditagih justru memberikan beban. Ketika debitur gagal memenuhi kewajibannya, hal tersebut tersebut akhirnya menjadi piutang tak tertagih yang mempengaruhi arus kas dan mengurangi laba bersih perusahaan.
Dengan begitu, aspek tersebut dapat merugikan perusahaan karena menyebabkan hilangnya pendapatan yang seharusnya diperoleh dari penjualan produk atau jasa. Hal ini menyebabkan pencatatan account receivable yang tidak dibayar sebagai beban di laporan laba rugi.
Baca juga: Sistem Akuntansi: Pengertian, Manfaat, Unsur, dan Contohnya
Kriteria dan Penyebab Piutang Tak Tertagih
Setiap perusahaan memiliki kebijakan terkait jangka waktu piutang dan upaya penagihan. Namun ketika semua langkah tersebut gagal, account receivable tersebut dapat dianggap sebagai tak tertagih.
Untuk memastikan bahwa piutang benar-benar tak tertagih, ada beberapa kriteria yang perlu dipenuhi. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai kriteria-kriteria umum piutang tidak tertagih yang perlu diperhatikan oleh perusahaan:
1. Melewati Batas Waktu yang Ditetapkan Perusahaan
Setiap perusahaan menetapkan batas waktu pembayaran account receivable kepada debitur. Ketika batas waktu yang ditentukan telah terlewati tanpa ada pembayaran, perusahaan biasanya memberikan tenggang waktu tambahan untuk pelunasan.
Namun, jika tenggang waktu ini juga dilampaui tanpa adanya pembayaran, maka piutang tersebut dapat dianggap tak tertagih. Perusahaan perlu memastikan jangka waktu pembayaran sesuai kebijakan dan tidak menunda penagihan.
Account receivable yang melewati jatuh tempo harus segera ditindaklanjuti, dan jika tidak terbayar, dapat dicatat sebagai piutang tak tertagih yang mengurangi keuntungan serta berdampak pada laporan keuangan.
2. Penagihan Telah Dilakukan Berkali-kali, tetapi Tidak Dibayar
Jika debitur tidak melunasi hutangnya dalam jangka waktu yang ditetapkan, perusahaan akan melakukan penagihan berulang. Jika upaya ini gagal, account receivable dapat dianggap tak tertagih. Proses ini memerlukan waktu dan sumber daya, namun langkah lebih lanjut perlu diambil jika debitur tidak menunjukkan itikad baik.
Penagihan yang dilakukan berkali-kali tanpa hasil ini menunjukkan bahwa debitur mungkin tidak memiliki kemampuan atau niat untuk membayar hutangnya. Dalam hal ini, perusahaan perlu mengambil langkah tegas dengan mencatatnya sebagai piutang tidak tertagih agar tidak terus menambah beban pada laporan keuangan perusahaan.
Pemantauan hal ini dengan disiplin juga membantu menjaga keseimbangan dengan kewajiban account payable, sehingga arus kas perusahaan tetap sehat meskipun ada piutang yang tidak tertagih.
3. Debitur Mengalami Kebangkrutan
Kebangkrutan debitur sering menjadi penyebab piutang tidak tertagih, karena debitur yang bangkrut biasanya tidak memiliki aset atau dana cukup untuk membayar utangnya. Meskipun ada jaminan atau agunan, proses penyelesaian utang menjadi lebih rumit, sehingga kemungkinan untuk menagihnya sangat kecil.
Bagi perusahaan pemberi pinjaman atau kreditur, kebangkrutan debitur dapat mengakibatkan piutang yang tidak tertagih meskipun sudah dilakukan berbagai upaya penagihan.
Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk mempertimbangkan risiko kebangkrutan dalam memberikan kredit dan melakukan evaluasi yang lebih ketat terhadap debitur untuk mengurangi potensi piutang tidak tertagih.
4. Debitur Gagal Bayar Akibat Musibah, Bencana, atau Kondisi Ekstrem Lainnya
Bencana alam, kebakaran, atau kondisi ekstrem lainnya dapat menyebabkan debitur kehilangan sebagian besar aset mereka, yang membuat mereka gagal melunasi utang. Meskipun berniat untuk membayar, debitur tidak memiliki kemampuan karena peristiwa tak terduga tersebut.
Perusahaan harus mempertimbangkan faktor eksternal yang mempengaruhi kemampuan debitur untuk membayar utangnya. Kondisi ekstrem seperti bencana alam sering kali tidak dapat diprediksi, dan account receivable yang gagal bayar akibatnya biasanya dianggap tak tertagih.
Perusahaan harus siap menangani situasi ini dengan mempertimbangkan opsi seperti penjadwalan ulang pembayaran atau penghapusan account receivable sesuai kebijakan internal dan peraturan yang berlaku.
5. Debitur Meninggal Dunia
Apabila debitur meninggal dunia, kemampuan untuk melunasi utangnya secara langsung menjadi hilang. Perusahaan perlu menilai apakah ada ahli waris atau harta peninggalan yang dapat digunakan untuk membayar account receivable.
Jika tidak tersedia aset yang cukup, piutang tersebut biasanya dicatat sebagai tak tertagih untuk menjaga akurasi laporan keuangan.
Perusahaan bisa menggunakan software utang piutang terbaik dari ScaleOcean yang dapat mendeteksi piutang tak tertagih, dan mengelola utang perusahaan secaa real-time dan akurat.
Dengan fitur pelacakan otomatis, ScaleOcean dapat memudahkan perusahaan untuk memantau status setiap tagihan, memastikan bahwa account receivable yang jatuh tempo segera ditindaklanjuti dan pembayaran diterima tepat waktu.
Metode dalam Menghapus Piutang Tak Tertagih
Piutang tidak tertagih harus dicatat dengan benar agar laporan keuangan mencerminkan posisi yang akurat. Terdapat empat metode umum yang digunakan untuk mencatat dan menghapus piutang tak tertagih. Melansir dari Katadata, berikut ini adalah macam-macam metodenya:
1. Metode Direct Write-Off
Metode ini menghapus account receivable yang tak tertagih langsung dari jurnal penghapusan piutang tak tertagih ketika dipastikan tidak dapat tertagih. Beban dicatat di laporan laba rugi saat penghapusan, sehingga hal tersebut tidak lagi tercatat dalam aset perusahaan.
Penggunaan metode Direct Write-Off ini biasanya digunakan oleh perusahaan dengan jumlah yang kecil dan kasus tidak tertagih yang jarang terjadi.
2. Metode Allowance (Penyisihan)
Berbeda dengan metode direct write-off, metode allowance membuat estimasi piutang tak tertagih di awal periode akuntansi. Penyisihan piutang tidak tertagih dibuat berdasarkan estimasi historis atau perhitungan lainnya, yang kemudian dicatat dalam jurnal secara bertahap.
Metode ini lebih disukai untuk perusahaan dengan piutang jumlah besar, karena tidak langsung mengurangi laba perusahaan pada saat piutang diidentifikasi sebagai tak tertagih.
Penggunaan metode manajemen piutang ini mengakui kerugian piutang tak tertagih sebagai penyisihan, yang bertujuan untuk mencerminkan kemungkinan terjadinya hal yang sama selama periode berjalan.

Cara Mendeteksi dan Menghitung Piutang Tak Tertagih di Jurnal
Untuk menghitung piutang tidak tertagih di jurnal, terdapat dua metode utama yang sering digunakan. metode persentase penjualan dan metode umur piutang. Kedua metode ini berguna untuk memperkirakan beban piutang tak tertagih dan membantu perusahaan dalam mengelola risiko keuangan.
Namun, sebelum kami lanjut, perlu Anda ketahui terlebih dahulu bahwa tidak terbayarnya account receivable bukan merupakan suatu hal yang dapat diprediksi secara konsisten. Melainkan, hanya dapat diidentifikasi ketika pembayaran tertentu telah melewati tenggat waktu. Kedua metode berikut hanya menjadi patokan umum dan tidak memberikan jawaban pasti:
1. Metode Persentase Penjualan
Dalam metode ini, beban piutang tidak tertagih dihitung sebagai persentase dari total penjualan kredit yang dilakukan oleh perusahaan. Persentase ini biasanya berdasarkan estimasi historis tentang berapa banyak account receivable yang kemungkinan besar tidak dapat tertagih.
Beban Piutang Tak Tertagih = Penjualan Kredit × Persentase Estimasi
Misalnya, jika perusahaan memiliki penjualan kredit sebesar Rp500.000.000 dan berdasarkan analisis historis, diperkirakan 2% dari account receivable tersebut akan menjadi tak tertagih, maka beban piutang tidak tertagih yang perlu dicatat adalah:
Beban Piutang Tak Tertagih = Penjualan Kredit × Persentase Estimasi
= Rp500.000.000 × 2%
= Rp10.000.000
2. Metode Umur Piutang
Metode ini mengelompokkan piutang berdasarkan umur atau waktu yang telah berlalu sejak tanggal faktur diterbitkan. Setiap kelompok umur diberikan persentase estimasi piutang yang tidak akan tertagih. Biasanya, semakin lama umur piutang, semakin tinggi persentase estimasi untuk piutang tidak tertagih.
Beban Piutang Tak Tertagih = SUM (Piutang dalam Kelompok Umur × Persentase Estimasi)
Misalnya, perusahaan mengelompokkan piutangnya ke dalam tiga kategori:
- Piutang yang berumur 0-30 hari: Rp200.000.000,00 dengan estimasi 1% tidak tertagih.
- Piutang yang berumur 31-60 hari: Rp100.000.000,00 dengan estimasi 5% tidak tertagih.
- Piutang yang berumur lebih dari 60 hari: Rp50.000.000,00 dengan estimasi 20% tidak tertagih.
Contoh Hitungannya:
Misalkan perusahaan B memiliki piutang yang sudah melewati waktu pembayaran:
- Piutang umur 0-30 hari: Rp150.000.000,00 dengan estimasi 1% tidak tertagih.
- Piutang umur 31-60 hari: Rp100.000.000,00 dengan estimasi 4% tidak tertagih.
- Piutang umur lebih dari 60 hari: Rp50.000.000,00 dengan estimasi 15% tidak tertagih.
Maka perhitungannya adalah:
Beban Piutang Tak Tertagih = SUM (Piutang dalam Kelompok Umur × Persentase Estimasi)
= (Rp150.000.000,00 × 0.01) + (Rp100.000.000,00 × 0.04) + (Rp50.000.000,00 × 0.15)
= Rp1.500.000,00 + Rp4.000.000,00 + Rp7.500.000,00
= Rp13.000.000,00
Beban piutang tak tertagih untuk perusahaan B adalah Rp13.000.000,00.
Anda bisa menghitung piutang tak terhitung dengan memanfaatkan solusi software akuntansi terbaik ScaleOcean, yang dilengkapi dengan fitur khusus untuk mendeteksi dan mengelola piutang yang sulit ditagih.
Dengan menggunakan ScaleOcean di perusahaan, Anda akan mudah dalam mengidentifikasi piutang yang berisiko tinggi menjadi tak tertagih berdasarkan riwayat pembayaran dan jangka waktu pembayaran yang sudah lewat. Lakukan demo gratis untuk dapatkan solusi terbaik ini!
Strategi Efektif Mengelola dan Mencegah Piutang Tak Tertagih
Mengelola piutang dengan efektif dapat meningkatkan account receivable turnover, yang merupakan indikator penting dalam mengukur efisiensi perusahaan dalam mengumpulkan pembayaran. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat membantu mencegah piutang tidak tertagih dan mengelola risiko yang terkait:
1. Software Akuntansi ScaleOcean yang Terintegrasi untuk Mengawasi Keuangan
Untuk mengelola piutang dengan lebih efisien, banyak perusahaan beralih ke Software Utang dan Piutang. Penggunaan sistem ini dapat membantu memantau piutang secara otomatis, mengurangi risiko kesalahan manusia, dan mempercepat proses penagihan.
Salah satu rekomendasi terbaiknya yaitu ScaleOcean, yang merupakan software akuntansi berbasis ERP yang membantu perusahaan mengelola keuangan dan transaksi dengan efisien. Dengan integrasi lintas departemen dan visibilitas real-time, software ini memudahkan kolaborasi dan mencegah piutang tak tertagih.
ScaleOcean Accounting Software menjadi solusi terbaik, di mana dengan biaya flat dan unlimited user, Anda dapat mengintegrasikan seluruh fungsi bisnis, mulai dari akuntansi, keuangan, inventaris, hingga penjualan dan pembelian, di dalam satu platform terpusat. Ini memudahkan Anda untuk memantau utang piutang di berbagai departemen perusahaan.
Selain itu, ScaleOcean juga menawarkan demo gratis dan konsultasi gratis untuk membantu dalam menyesuaikan sistem berdasarkan kebutuhan spesifik bisnis Anda. Terdapat beberapa fitur khusus yang ditawarkan ScaleOcean untuk mengoptimalkan manajemen piutang perusahaan, diantaranya:
- Aging Report (Laporan Piutang Berdasarkan Usia): Membagi piutang berdasarkan umur tagihan, memudahkan identifikasi piutang tertunda dan pengambilan tindakan cepat.
- Accounts Receivable: Memantau transaksi piutang, faktur, pembayaran, dan saldo secara otomatis, sehingga mengurangi risiko kesalahan pencatatan.
- Cash Flow Forecasting: Memproyeksikan arus kas berdasarkan piutang belum dibayar, membantu perencanaan keuangan dan antisipasi masalah likuiditas.
- Pengingat Pembayaran Otomatis: Mengirim notifikasi atau email otomatis kepada pelanggan untuk tagihan jatuh tempo, mempercepat proses pembayaran.
- Integrated Bank Reconciliation: Mencocokkan transaksi piutang dengan laporan bank, memastikan pembayaran tercatat benar dan memudahkan monitoring kas.
- Accounts Payable: Mengelola utang dagang dan jadwal pembayaran kepada pemasok secara otomatis, membantu menjaga rasio account payable turnover dan menjaga cash flow perusahaan.
2. Perbaiki Kebijakan dan Prosedur Pembayaran
Pastikan syarat pembayaran jelas sejak awal dalam setiap transaksi. Tentukan batas waktu yang tepat untuk pembayaran dan jelaskan konsekuensi jika pembayaran tidak dilakukan tepat waktu.
Dengan memiliki kebijakan yang tegas, perusahaan dapat meminimalkan kemungkinan terjadinya kebingungannya antara debitur dan kreditur, serta memastikan bahwa proses pembayaran berjalan lancar.
Juga, perusahaan perlu memverifikasi kelayakan kredit pelanggan sebelum memberikan kredit, untuk menghindari risiko gagal bayar di masa depan. Penyaringan yang tepat di awal hubungan bisnis sangat penting agar perusahaan tidak berisiko mengandalkan pelanggan yang tidak mampu membayar.
3. Penagihan Teratur dan Konsisten
Penagihan teratur dan konsisten penting untuk mencegah piutang menumpuk. Lakukan pengingat sebelum jatuh tempo dan tindak lanjuti jika piutang terlambat. Komunikasi dengan pelanggan harus sopan namun tegas.
Jika perlu, perusahaan bisa menggunakan jasa pihak ketiga untuk menindaklanjuti piutang yang macet. Selain itu, perusahaan perlu memonitor account payable turnover untuk memastikan pengelolaan utang yang sehat, sehingga dapat menjaga keseimbangan arus kas dan mencegah terjadinya kesulitan finansial.
4. Insentif Pembayaran Awal
Memberikan insentif untuk pembayaran lebih awal dapat mempercepat arus kas perusahaan. Insentif ini juga meningkatkan loyalitas pelanggan dengan menghargai kepatuhan mereka dalam membayar.
Diskon atau potongan harga untuk pembayaran cepat mendorong pelanggan melunasi utang lebih cepat, memungkinkan perusahaan mendapatkan dana lebih cepat dan mengurangi risiko piutang tidak tertagih.
5. Layanan Penagihan Profesional
Jika penagihan internal tidak efektif, menggunakan layanan penagihan profesional bisa menjadi solusi yang tepat. Penting bagi perusahaan untuk memilih penyedia yang terpercaya agar hubungan bisnis tetap terjaga.
Penyedia layanan ini memiliki keahlian dalam menangani piutang macet secara profesional dan efisien, termasuk memastikan bahwa invoice yang belum dibayar dilacak dan ditangani dengan tepat.
6. Jual Piutang ke Pihak Ketiga
Jika perusahaan membutuhkan likuiditas cepat, menjual piutang ke pihak ketiga bisa menjadi solusi. Meskipun melibatkan diskon, ini membantu perusahaan mendapatkan dana tunai dengan cepat dan mengurangi risiko piutang tidak tertagih.
Namun, penting juga bagi perusahaan untuk mengevaluasi apakah penjualan piutang lebih menguntungkan dibandingkan dengan upaya penagihan lebih lanjut, terutama jika piutang sudah sangat lama.
Strategi piutang tak terhitung ini dapat optimal dilakukan dengan menggunakan software akuntansi terbaik ScaleOcean, di mana sistem ini dapat memantau status piutang, mengotomatiskan pengingat pembayaran, dan mengelola akun yang berisiko menjadi tak tertagih.
Selain itu, implementasi ScaleOcean juga menyediakan solusi kustomisasi yang memungkinkan perusahaan untuk menyesuaikan sistem sesuai dengan kebutuhan spesifik bisnis.
Kemampuan integrasi data antar-modul yang ditawarkan ScaleOcean juga dapat memudahkan tim keuangan mengakses laporan keuangan yang mencakup informasi tentang piutang, utang, dan status pembayaran. Untuk mendapatkan solusi ini, segera hubungi kami dan lakukan demo gratisnya!
Baca juga: Tutup Buku: Proses dan Contohnya di Akhir Periode Perusahaan
Kesimpulan
Piutang tak tertagih dapat berdampak besar pada kesehatan keuangan perusahaan, mengganggu arus kas, dan merugikan profitabilitas. Dengan mengenali faktor penyebabnya, baik internal maupun eksternal, serta menerapkan strategi yang tepat, perusahaan dapat meminimalkan risiko ini.
Selain itu, manajemen piutang menggunakan sistem digital juga penting untuk memantau kewajiban perusahaan terhadap pemasok. Software ini memungkinkan pencatatan pembayaran secara otomatis, pengingat jatuh tempo, dan pelacakan utang piutang.
Dengan ScaleOcean, perusahaan dapat mengelola piutang efisien melalui fitur pengingat otomatis, pelacakan aging piutang, dan integrasi invoice. Vendor ini menawarkan demo gratis jika Anda tertarik untuk merasakan kemampuannya secara langsung. Tersedia juga konsultasi gratis jika Anda ingin mempelajarinya lebih lanjut.
FAQ:
1. Apa yang dimaksud dengan piutang tak tertagih?
Piutang tak tertagih adalah utang yang tidak dapat dilunasi oleh debitur meskipun telah dilakukan berbagai upaya penagihan. Hal ini sering terjadi akibat kebangkrutan, bencana, atau ketidakmampuan debitur untuk membayar. Piutang tidak tertagih biasanya dicatat sebagai beban dalam laporan laba rugi.
2. Apa contoh perkiraan piutang tak tertagih?
Contoh perkiraan piutang tidak tertagih dapat dihitung menggunakan dua metode utama, yaitu metode persentase penjualan dan metode umur piutang. Misalnya, jika perusahaan memperkirakan 2% dari total penjualan kredit sebesar Rp500.000.000 akan menjadi tak tertagih, maka beban piutang tidak tertagih yang dicatat adalah Rp10.000.000.
3. Berapa persen cadangan piutang tak tertagih?
Persentase cadangan piutang tidak tertagih bervariasi tergantung pada metode yang digunakan perusahaan. Dalam metode persentase penjualan, perusahaan menggunakan estimasi historis, seperti 2% dari total penjualan. Dalam metode umur piutang, persentase estimasi biasanya meningkat seiring bertambahnya usia piutang, misalnya 1% untuk piutang yang berumur 0-30 hari dan 20% untuk piutang yang lebih dari 60 hari.
4. Apakah piutang yang tidak tertagih bisa dihapuskan?
Ya, piutang yang tidak tertagih dapat dihapuskan dari catatan perusahaan menggunakan metode penghapusan langsung (direct write-off) atau penyisihan (allowance). Pada metode direct write-off, piutang dihapus langsung dan dicatat sebagai beban. Sedangkan pada metode allowance, piutang tidak tertagih dihapuskan dengan menggunakan penyisihan yang telah dibuat sebelumnya, tanpa mempengaruhi laporan laba rugi secara langsung.