Earning After Tax (EAT): Definisi, Rumus, dan Cara Hitung

ScaleOcean Team
Posted on
Share artikel ini

Kinerja perusahaan merupakan sebuah aspek yang penting diukur dengan jelas pada setiap periode karena memberikan pihak berwenang kemampuan untuk mengambil keputusan yang lebih strategis. Dalam melakukan hal itu, terdapat beberapa indikator akuntansi yang cenderung digunakan, salah satunya adalah earning after tax (EAT).

Berbeda dengan indikator lain seperti EBITDAearning after tax merupakan sebuah alat pengukur yang menghitung pendapatan perusahaan setelah segala pajak yang berlaku telah dilunaskan. Selain memberikan gambaran tentang laba bersih perusahaan, hal ini juga dapat membantu perusahaan untuk melakukan re-investasi atau buyback saham.

Namun, meskipun EAT memberikan wawasan yang signifikan, banyak faktor yang dapat mempengaruhi perhitungannya. Oleh karena itu, memahami proses perhitungan EAT serta faktor-faktor yang mempengaruhinya sangat penting bagi keberhasilan finansial perusahaan.

starsKey Takeaways
  • Earning after tax (EAT) adalah sebuah metrik perhitungan laba bersih perusahaan ketika pajak-pajak telah dikurangi dari pendapatan kotor.
  • Manfaat earning after tax meliputi penentuan kinerja dan daya beli perusahaan, membantu dalam keputusan investasi, membantu merencanakan keuangan, mengatur pengeluaran bisnis.
  • Rumus EAT: Earning After Tax = Gross Income – Pengeluaran.
  • Software akuntansi ScaleOcean dapat membantu perusahaan menghitung earning after tax dengan akurat, sehingga menghasilkan laporan keuangan yang optimal.

Coba Demo Gratis!

requestDemo

Apa itu Earning After Tax (EAT)?

Earning after taxes (EAT) atau net income after taxes (NIAT) adalah laba bersih atau penghasilan yang didapatkan oleh perusahaan ketika pajak-pajak yang berlaku telah dikurangi. Metrik ini juga mengurangi penghasilan kotor dengan beban lain seperti interest dan amortization.

Indikator berikut merupakan kebalikan dari earning before tax (EBT) yang mengukur pendapatan perusahaan setelah mengurangi segala metrik kecuali pajak. EBT lebih cenderung digunakan oleh investor yang ingin mengukur kinerja berbagai perusahaan di yurisdiksi-yurisdiksi yang berbeda, yakni regulasi dan pelaporan faktur pajak yang berbeda.

Bila Anda menganalisa sebuah laporan keuangan, pendapatan setelah pajak biasanya berada dibagian paling bawah bagian penghasilan periode atau tahun tersebut. Investor akan menggunakan hasil perhitungan tersebut dan membandingkannya dengan earning after tax periode-periode sebelumnya untuk mencari tahu apakah daya saing, serta kinerja perusahaan sedang bertumbuh atau terjadi penyusutan fiskal.

Daftar Pengurangan Laba yang Mempengaruhi Earning After Tax (EAT)

Daftar Pengurangan Laba yang Mempengaruhi Earning After Tax (EAT)

Dalam laporan keuangan, Earning After Tax (EAT) tidak hanya dipengaruhi oleh pendapatan, tetapi juga berbagai beban yang mengurangi laba. Setiap pos biaya memiliki dampak signifikan terhadap besarnya laba bersih yang diterima perusahaan. Memahami faktor-faktor ini penting agar bisnis dapat mengelola profitabilitas secara efektif.

Berikut beberapa istilah dalam EAT sekaligus daftar pengurangan laba yang mempengaruhi aspek ini, diantaranya:

1. Depresiasi

Depresiasi merupakan alokasi biaya atas aset tetap seperti mesin, gedung, atau kendaraan sepanjang masa manfaatnya. Walaupun tidak menimbulkan arus kas keluar secara langsung, depresiasi wajib dicatat sebagai beban yang mengurangi laba kena pajak.

Dampak akhirnya terlihat pada berkurangnya laba bersih setelah pajak atau EAT. Perusahaan perlu memperhitungkan metode depresiasi dengan tepat agar laporan keuangan tetap mencerminkan nilai aset yang wajar.

2. COGS (Cost of Goods Sold)

COGS meliputi semua biaya langsung yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk atau jasa, seperti pembelian bahan baku, tenaga kerja langsung, serta biaya produksi lainnya. Besarnya COGS sangat memengaruhi margin laba kotor perusahaan.

Ketika biaya produksi meningkat tanpa diimbangi efisiensi, laba kotor berkurang dan otomatis menekan laba bersih setelah pajak. Karena itu, pengendalian COGS penting untuk menjaga profitabilitas.

3. Biaya Overhead

Biaya overhead adalah pengeluaran tidak langsung yang dibutuhkan perusahaan untuk mendukung proses produksi maupun operasional, seperti biaya listrik, air, sewa, perawatan fasilitas, hingga gaji staf administrasi.

Meskipun tidak berkaitan langsung dengan produksi barang, biaya overhead tetap dicatat sebagai beban operasional yang mengurangi laba kena pajak. Jika tidak dikelola dengan baik, overhead berpotensi besar memangkas laba bersih perusahaan.

4. Interest Expense

Interest expense atau biaya bunga timbul dari pinjaman atau kewajiban utang yang dimiliki perusahaan. Setiap pembayaran bunga akan dicatat sebagai beban keuangan dan mengurangi laba kena pajak.

Jika perusahaan memiliki tingkat utang yang tinggi, maka interest expense akan semakin besar, sehingga berdampak langsung pada penurunan laba bersih setelah pajak. Manajemen utang yang bijak sangat penting untuk menjaga EAT tetap sehat.

5. Rasio Cakupan Bunga

Rasio cakupan bunga mengukur sejauh mana laba operasi perusahaan mampu menutupi biaya bunga. Semakin rendah rasio ini, semakin besar risiko perusahaan kesulitan membayar bunga, yang akan berimplikasi pada kestabilan laba bersih.

Perusahaan dengan rasio rendah biasanya memiliki beban bunga tinggi, sehingga margin keuntungan setelah pajak berkurang. Oleh karena itu, menjaga rasio ini tetap sehat sangat penting untuk keberlanjutan finansial.

6. Biaya Penelitian dan Pengembangan

Biaya penelitian dan pengembangan (R&D) dialokasikan untuk menciptakan inovasi, produk baru, atau perbaikan sistem bisnis. Beban ini umumnya cukup besar dan dicatat langsung sebagai pengurang laba kena pajak.

Walaupun tujuan utamanya adalah mendukung pertumbuhan jangka panjang, dalam jangka pendek R&D dapat menekan laba bersih setelah pajak. Oleh sebab itu, manajemen harus seimbang antara biaya R&D dengan potensi manfaat yang dihasilkan.

7. Premi Asuransi

Premi asuransi merupakan biaya yang dibayarkan perusahaan untuk melindungi diri dari berbagai risiko bisnis, seperti kerusakan aset, kebakaran, kecelakaan kerja, atau gangguan operasional.

Pembayaran premi ini rutin dicatat sebagai beban yang mengurangi laba kena pajak. Walaupun berdampak pada penurunan EAT setiap periode, premi asuransi tetap penting karena membantu menjaga kelangsungan bisnis serta memberikan perlindungan jangka panjang dari risiko kerugian yang lebih besar.

8. Amortization

Amortization adalah pengalokasian biaya aset tidak berwujud, seperti hak cipta, lisensi, paten, atau goodwill, selama masa manfaatnya. Sama halnya dengan depresiasi, amortisasi tidak melibatkan arus kas keluar, namun tetap mengurangi laba kena pajak.

Beban amortisasi ini berdampak pada berkurangnya laba bersih setelah pajak. Pencatatan yang tepat diperlukan agar laporan keuangan mencerminkan nilai aset tidak berwujud secara wajar.

9. SG&A (Selling, General & Administrative)

SG&A mencakup biaya penjualan, biaya umum, dan biaya administrasi seperti gaji staf kantor, biaya promosi, iklan, serta pengeluaran operasional lain. Walaupun tidak berhubungan langsung dengan produksi, SG&A berperan besar dalam menentukan profitabilitas perusahaan.

Beban SG&A yang terlalu tinggi akan menekan margin laba operasi, sehingga laba bersih setelah pajak semakin kecil. Karena itu, efisiensi dalam SG&A perlu dijaga.

10. Pajak Penghasilan

Pajak penghasilan adalah beban yang wajib dibayarkan perusahaan atas laba kena pajak yang diperoleh. Besarnya pajak ditentukan oleh tarif yang berlaku sesuai regulasi perpajakan. Penyusunan laporan pajak yang rapi dan tepat waktu membantu memastikan kepatuhan regulasi sekaligus menjaga transparansi keuangan.

Semakin besar laba sebelum pajak, semakin tinggi pula jumlah pajak yang harus dibayar. Beban pajak ini secara langsung mengurangi laba bersih sehingga berpengaruh signifikan terhadap Earning After Tax (EAT). Oleh karena itu, manajemen pajak yang baik sangat diperlukan.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Earning After Tax (EAT)

Earning After Tax (EAT) merupakan indikator penting profitabilitas bersih setelah pajak. Nilai ini dipengaruhi beragam faktor internal dan eksternal yang perlu dianalisis secara sistematis agar manajemen dapat mengukur kinerja, menyusun rencana anggaran, dan meningkatkan daya tarik investasi secara berkelanjutan. Berikut penjelasannya:

1. Faktor Internal

Faktor internal mencakup komponen yang dapat dikendalikan, seperti peningkatan pendapatan, efisiensi produksi, dan pengelolaan biaya operasional. Strategi harga yang tepat, optimalisasi rantai pasok, serta manajemen kas yang disiplin mampu menekan biaya sekaligus memperkuat laba sebelum pajak, sehingga EAT meningkat secara konsisten.

2. Faktor Eksternal

Perubahan kondisi ekonomi dan kebijakan pemerintah memengaruhi EAT secara signifikan. Fluktuasi suku bunga, nilai tukar, dan inflasi dapat menggeser pendapatan maupun biaya. Selain itu, penyesuaian tarif pajak atau pemberian insentif fiskal langsung berdampak pada beban pajak terutang, sehingga menentukan besaran laba bersih akhir.

3. Ukuran Profitabilitas

EAT yang tinggi menandakan perusahaan mampu menjaga efisiensi dan menghasilkan laba bersih setelah seluruh kewajiban perpajakan dipenuhi. Angka ini menjadi indikator utama kekuatan keuangan dan sering dijadikan acuan investor untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan arus kas serta mendukung rencana ekspansi jangka panjang.

4. Dasar Perencanaan Anggaran

Data EAT akurat membantu manajemen merancang proyeksi keuangan dan alokasi modal yang realistis. Dengan EAT sebagai acuan, perusahaan dapat menetapkan strategi pertumbuhan, kebijakan dividen, serta cadangan kas untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi, sehingga keputusan investasi menjadi lebih terukur dan mengurangi risiko finansial.

5. Daya Tarik Investasi

EAT yang stabil meningkatkan kepercayaan investor dan kreditor karena menunjukkan pengelolaan biaya serta pajak yang efektif. Perusahaan dengan kinerja EAT positif secara konsisten dipandang memiliki prospek pengembalian modal yang baik, sehingga peluang memperoleh pendanaan eksternal dan memperluas pangsa pasar menjadi lebih besar.

Manfaat Earning After Tax (EAT)

Setelah memahami istilah-istilah yang terkait dengan perhitungan earning after tax (EAT), penting untuk melihat bagaimana angka ini dapat memberikan manfaat nyata bagi perusahaan. EAT bukan hanya sekedar angka pada laporan keuangan, tetapi juga menjadi indikator kunci yang membantu pengambilan keputusan strategis dalam perusahaan.

Berikut beberapa manfaat EAT dalam bisnis, diantaranya:

1. Menentukan Kinerja dan Daya Beli Perusahaan

Bila hasil perhitungan EAT secara terus-menerus meningkat dari periode ke periode, maka hal tersebut menandakan kondisi finansial yang sehat bagi perusahaan. Tidak hanya itu, dikarenakan laba bersih terus meningkat, hal tersebut berarti bisnis memiliki peluang lebih tinggi untuk melakukan re-investasi ke operasi-operasi perusahaan.

2. Dasar untuk Pengambilan Keputusan Investasi

Telah dinyatakan sebelumnya bahwa earning after tax merupakan salah satu metrik yang sering diperhatikan oleh investor dalam mengukur nilai perusahaan. Semakin tinggi EAT, maka semakin tinggi juga keyakinan investor terhadap keberlangsungan usaha. Terdapat juga sentimen harapan buyback saham dari perusahaan untuk meningkatkan harga saham.

3. Membantu Perencanaan Keuangan Perusahaan

Dengan mengetahui EAT, perusahaan dapat merencanakan strategi pengelolaan dana, termasuk pembagian dividen kepada pemegang saham dan re-investasi dalam bisnis. EAT memungkinkan perusahaan untuk merencanakan distribusi keuntungan secara lebih bijak dan sesuai dengan kondisi keuangan setelah pajak seperti pajak pemasukan dan pengeluaran.

4. Mengatur Pengeluaran Bisnis

Perhitungan net income memberikan gambaran bagi perusahaan tentang segala komponen yang berdampak pada pengurangan laba perusahaan. Salah satu komponen tersebut adalah cara hitung pph badan, yang perlu diperhitungkan dengan cermat untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pendapatan operasional setelah pajak.

Dengan adanya EAT, perusahaan dapat mengidentifikasi pengeluaran apa yang dapat dioptimalkan lebih lanjut untuk meminimalisir pengaruhnya terhadap pendapatan operasional.

ERP

Perbedaan antara Earning After Tax dan Laba Bersih

Meskipun kerap dianggap sama, Earning After Tax (EAT) dan laba bersih memiliki perbedaan mendasar dalam definisi, fokus, dan metode perhitungan. Pemahaman keduanya penting agar analisis kinerja keuangan perusahaan tidak keliru. Berikut ini penjelasannya:

1. Definisi Laba Bersih

Laba bersih atau net income adalah pendapatan yang tersisa setelah seluruh biaya dikurangi, termasuk biaya operasional, penyusutan, bunga, dan pajak. Angka ini menunjukkan profitabilitas menyeluruh dan menjadi indikator utama kekuatan finansial perusahaan, karena mencerminkan laba riil setelah semua kewajiban terpenuhi.

2. Definisi Earning After Tax

Earning After Tax berfokus khusus pada laba murni setelah pajak penghasilan. Perhitungannya lebih sederhana yaitu laba sebelum pajak (Earnings Before Tax/EBT) dikurangi pajak terutang, sehingga mencerminkan jumlah yang benar-benar dapat dinikmati pemegang saham setelah beban fiskal.

EAT digunakan untuk menilai dampak kebijakan pajak terhadap laba yang tersedia untuk dividen atau reinvestasi. Angka ini memudahkan analisis efektivitas strategi perpajakan perusahaan dan memperlihatkan seberapa besar keuntungan yang dapat dialokasikan kembali tanpa gangguan kewajiban pajak.

3. Perbedaan Fokus

Laba bersih mencerminkan seluruh kinerja keuangan, sedangkan EAT hanya menitikberatkan pada pengaruh pajak. Laba bersih menjadi ukuran profitabilitas total, sementara EAT penting bagi pemangku kepentingan yang ingin memahami seberapa besar laba bersih yang benar-benar “bebas pajak”.

Dengan memahami fokus masing-masing, perusahaan dapat memantau tidak hanya efisiensi operasional, tetapi juga strategi fiskal yang memengaruhi jumlah akhir keuntungan. Investor pun dapat menilai seberapa besar kebijakan pajak memengaruhi distribusi dividen dan rencana pertumbuhan modal.

4. Perbedaan Perhitungan

Perhitungan laba bersih mencakup semua beban seperti biaya produksi, operasional, bunga, penyusutan, hingga pajak. Sebaliknya, EAT hanya memulai dari EBT dan menguranginya dengan pajak penghasilan. Setiap EAT adalah laba bersih setelah pajak, tetapi tidak semua laba bersih bisa disebut EAT.

Perbedaan cara hitung ini penting agar laporan keuangan tidak disalahartikan. Analis dapat membandingkan keduanya untuk melihat pengaruh variabel pajak secara spesifik, membantu pengambilan keputusan terkait efisiensi pajak dan strategi profitabilitas perusahaan.

5. Relevansi dalam Analisis Keuangan

Investor memakai laba bersih untuk menilai kekuatan keuangan jangka panjang, sedangkan EAT membantu menilai seberapa besar dampak pajak terhadap hasil akhir. Dengan memahami perbedaan ini, manajemen dapat menyusun kebijakan yang menyeimbangkan pertumbuhan usaha dan kewajiban pajak.

Pemangku kepentingan yang memahami kedua metrik ini akan lebih akurat dalam menilai kinerja keuangan dan menetapkan strategi investasi, karena dapat memisahkan faktor operasional dan pengaruh kebijakan pajak terhadap profitabilitas.

Cara Menghitung Earning After Tax (EAT)

Menghitung EAT tidak hanya melibatkan penjumlahan dan pengurangan angka, tetapi juga memerlukan pemahaman yang baik tentang komponen-komponen yang mempengaruhi laba perusahaan setelah pajak.

Di sini akan dibahas langkah-langkah yang perlu diikuti dalam menghitung EAT dengan akurat, mulai dari penghitungan pendapatan kotor hingga mengurangkan pajak yang berlaku. Pahami selengkapnya!

1. Menentukan Gross Income Perusahaan

Earning after tax tidak dapat dihitung bila tidak ada pengetahuan terlebih dahulu mengenai pendapatan kotor perusahaan. Gross income atau pendapatan kotor merupakan total pendapatan yang diperoleh perusahaan sebelum dikurangi biaya-biaya operasional dan pajak.

2. Menentukan Pengeluaran Bisnis

Metrik-metrik yang disebutkan pada bagian sebelumnya perlu ditentukan terlebih dahulu untuk dikurangi dengan pendapatan kotor perusahaan. Segala data yang diperlukan seharusnya dapat diakses dengan mudah bila perusahaan menerapkan software akuntansi yang handal seperti ScaleOcean. Prosedur seperti konsolidasi pajak penting dilakukan untuk memastikan kebenaran data dengan kondisi nyata.

3. Menghitung Hasil Earning After Tax (EAT)

Setelah kedua tahapan sebelumnya telah dilakukan, maka Anda dapat menghitung hasil EAT. Rumus perhitungannya sangat sederhana, yakni Anda hanya perlu mengurangi pendapatan kotor dengan pengeluaran bisnis:

Earning After Tax = Gross Income – Pengeluaran

Contoh Perhitungan Earning After Tax (EAT) dalam Laporan Keuangan

Untuk memberikan Anda gambaran lebih jelas tentang tata perhitungan net income dalam perusahaan, perhatikanlah analisa laporan keuangan PT. Fore Kopi Indonesia Tbk. ini yang baru belakangan ini melakukan IPO ke pasar saham Tanah Air. Analisis ini hanya bersifat edukatif dan bukan merupakan ajakan untuk membeli saham.

Contoh Perhitungan Earning After Tax (EAT) dalam Laporan Keuangan

Bagi investor berpengalaman, pantauan sekilas pada laporan keuangan Fore Kopi menunjukkan kondisi finansial yang bagus. Mengapa begitu? Perhatikan sejenak penjualan kotor pada bagian paling atas laporan tersebut, Anda dapat melihat bahwa kinerja Fore meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Angka tersebut pun kemudian dikurangi dengan beban pokok penjualan atau COGS, dan kemudian dikurangi lagi dengan beban operasionalnya. Setelah hal tersebut dilakukan, maka beban-beban seperti bunga dan lainnya yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya akan difaktorkan, sehingga menghasilkan laba bersih pada bagian paling bawah laporan keuangan.

Otomatis Hitung Earning After Tax dengan Software Akuntansi ScaleOcean

Otomatis Hitung Earning After Tax dengan Software Akuntansi ScaleOcean

Dari contoh laporan keuangan nyata di atas, Anda dapat melihat bahwa terdapat banyak sekali faktor yang harus diperhitungkan untuk menghitung earning after tax sebuah perusahaan, termasuk kepatuhan administrasi seperti SSE pajak untuk memastikan pelaporan pajak dilakukan dengan benar.

Tidak hanya terbatas pada perhitungan laba, bisnis juga harus menyertakan perhitungan ekuitas dan liabilitasnya pada laporan keuangan, sehingga tidak mengherankan lagi jika perusahaan memilih untuk menerapkan software akuntansi terbaik.

Salah satu vendor yang menjadi andalan banyak perusahaan di Indonesia adalah ScaleOcean. Software akuntansi ScaleOcean menjadi rekomendasi terbaik yang menyediakan solusi terintegrasi untuk membantu perusahaan dengan perhitungan earning after tax (EAT) yang akurat dan efisien.

Keunggulan ScaleOcean terletak pada kemudahan integrasi dan kustomisasi yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan spesifik perusahaan. Dilengkapi dengan biaya yang transparan, tanpa batasan pengguna, dan analitik keuangan real-time, ScaleOcean menjadi solusi yang tepat untuk manajemen keuangan.

ScaleOcean menawarkan demo gratis, memberikan kesempatan untuk merasakan manfaatnya langsung. Dengan fitur penghitungan pajak otomatis, laporan keuangan yang dapat diakses kapan saja, dan kemudahan pengelolaan pajak, ScaleOcean siap mendukung perusahaan Anda. Spesifikasi fiturnya adalah sebagai berikut:

  1. Automated Tax Calculation: Otomatis menghitung pajak berdasarkan data keuangan yang dimasukkan ke dalam sistem, mengintegrasikan peraturan pajak lokal dan internasional.
  2. Financial Statement Generation: Laporan laba rugi otomatis dihasilkan dengan mempertimbangkan semua elemen biaya, pendapatan, dan pajak, menghitung laba bersih setelah pajak dengan akurat.
  3. Real-Time Tax Impact Analysis: Memantau dampak pajak pada laba secara langsung, fitur ini membantu menganalisis perubahan pajak yang terjadi setiap waktu dan memperkirakan bagaimana pajak mempengaruhi laba bersih perusahaan.
  4. Cost and Expense Management: Fitur ini memungkinkan pemantauan dan pencatatan biaya operasional, biaya tetap, dan biaya variabel yang berhubungan dengan pendapatan.
  5. Audit Trail and Compliance: Jejak audit yang lengkap memungkinkan verifikasi setiap langkah dalam perhitungan pajak dan laba bersih setelah pajak, memastikan bahwa semua perhitungan pajak dilakukan sesuai dengan peraturan pajak dan proses ekualisasi pajak yang berlaku.
  6. Customizable Tax Configurations: Memungkinkan perusahaan untuk menyesuaikan parameter pajak sesuai dengan kebijakan internal atau peraturan negara tempat perusahaan beroperasi.

Dengan penggunaan software akuntansi ScaleOcean, perhitungan dan pengelolaan EAT dapat dilakukan otomatis, efisien, serta akurat. Sistem ini mampu mencatat setiap beban, mulai dari depresiasi, COGS, hingga biaya pajak, secara otomatis dalam laporan keuangan.

Integrasi data yang real-time membantu perusahaan memantau faktor pengurang laba dengan jelas dan cepat, sekaligus menganalisis opportunity cost untuk menilai potensi keuntungan dari pilihan investasi lain.

Kesimpulan

Earning after tax (EAT) memberikan gambaran yang jelas mengenai laba bersih perusahaan setelah dipotong pajak dan biaya lainnya. Dengan mengetahui EAT, perusahaan dapat mengevaluasi kinerjanya secara lebih akurat, serta merencanakan distribusi keuntungan dan pengelolaan dana secara efektif untuk pertumbuhan jangka panjang.

Anda bisa menggunakan software akuntansi ScaleOcean sebagai solusi terbaik dalam mempermudah pengelolaan EAT secara efisien. Dengan kemampuan integrasi dan otomatisasi, setiap aspek pengelolaan keuangan dapat dilakukan secara otomatis, akurat, dan real-time.

Solusi ini membantu perusahaan mengoptimalkan strategi keuangan sekaligus meningkatkan efisiensi operasional. Segera lakukan demo gratisnya untuk dapatkan solusi terbaik ini!

FAQ:

1. Apa itu earning after tax (EAT)?

Earning after tax (EAT), atau net income after tax (NIAT), adalah keuntungan perusahaan setelah dikurangi semua biaya operasional, bunga, dan pajak. Angka ini mencerminkan profitabilitas riil yang tersedia untuk pemegang saham atau re-investasi bisnis.

2. Bagaimana menghitung earning after tax (EAT)?

Untuk menghitung EAT, gunakan rumus berikut:
EAT = Pendapatan Kotor – (COGS + SG&A + Depresiasi + Beban Bunga + Pajak)

3. Mengapa EAT penting bagi perusahaan?

EAT adalah indikator utama kesehatan finansial perusahaan. Angka ini digunakan untuk:
1. Menilai profitabilitas: Menunjukkan seberapa efisien perusahaan menghasilkan laba setelah pajak.
2. Membuat keputusan investasi: Investor menggunakan EAT untuk menilai potensi keuntungan.
3. Perencanaan keuangan: Membantu dalam perencanaan pembagian dividen dan re-investasi.

Jadwalkan Demo Gratis

Error message
Error message
Error message
Error message
Error message
Error message

Rekomendasi Artikel Terkait

Temukan Artikel Serupa untuk Solusi Bisnis Lebih Lengkap