Dalam dunia logistik modern, efisiensi distribusi menjadi kunci keberhasilan bisnis. Salah satu strategi yang telah membantu banyak perusahaan menekan biaya sekaligus memperluas jangkauan distribusi adalah transhipment. Meski terdengar teknis, konsep ini memiliki peran vital dalam memperlancar arus barang lintas negara.
Banyak pelaku usaha, dimulai dari pertambangan, perikanan, hingga perdagangan internasional, telah merasakan manfaat nyata dari transhipment dalam mempercepat proses pengiriman. Penasaran bagaimana mekanisme ini bekerja dan apa saja keuntungan serta risikonya? Artikel ini akan membahas transhipment secara tuntas.
 Key Takeaways
Key Takeaways- Transhipment adalah metode pemindahan kargo antar moda transportasi di pelabuhan perantara untuk efisiensi pengiriman, berbeda dari pengiriman langsung atau transit.
- Proses transhipment melibatkan tiga tahap krusial, yaitu pembongkaran di pelabuhan hub, transfer ke kapal atau moda lain, dan pengiriman lanjutan ke tujuan akhir.
- Transhipment memberikan konektivitas global, efisiensi biaya, fleksibilitas distribusi, serta mendorong pertumbuhan ekonomi pelabuhan hub.
- Software logistik ScaleOcean membantu perusahaan mengoptimalkan transhipment dengan fitur pelacakan real-time, dan automasi proses, sehingga distribusi menjadi lebih efisien.
Apa Itu Transhipment?
Transhipment adalah proses pemindahan kargo dari satu alat transportasi ke alat transportasi lain sebelum tiba di tujuan akhir. Proses ini biasanya berlangsung di pelabuhan hub atau terminal perantara, tempat kontainer dibongkar dari kapal pertama lalu dimuat kembali ke kapal berikutnya. Fasilitas seperti pusat logistik berikat seringkali berada di dekat area transhipment ini untuk memfasilitasi pemrosesan muatan.
Berbeda dengan direct shipment yang mengirim barang langsung dari pelabuhan asal ke tujuan tanpa bongkar muat, transhipment melibatkan perpindahan fisik kargo di tengah perjalanan. Sementara itu, dalam transit, kapal hanya singgah sementara tanpa menurunkan muatan, misalnya untuk mengisi bahan bakar.
Peran transhipment sangat vital dalam perdagangan internasional. Mekanisme ini memungkinkan barang dari pelabuhan kecil terhubung ke jaringan pelayaran global melalui pelabuhan hub. Dengan begitu, biaya distribusi menjadi lebih efisien, akses pasar terbuka lebih luas, dan perusahaan dapat menjangkau konsumen di berbagai wilayah dunia.
Bagaimana Cara Kerja Proses Transhipment?

Memahami alur kerja transhipment membantu kita melihat bagaimana rantai pasok global saling terhubung secara sistematis. Proses ini dapat dipecah menjadi tiga tahapan utama yang terkoordinasi dengan cermat di pelabuhan hub.
Setiap langkah memiliki peran vital untuk memastikan kargo berpindah tangan dengan aman dan efisien menuju destinasi akhirnya. Melansir dari DHL, berikut ini adalah proses cara kerja transhipment.
a. Pembongkaran (Unloading) di Pelabuhan Hub
Tahap pertama dimulai ketika kapal pengangkut awal, yang bisa berupa kapal pengumpan (feeder vessel) dari pelabuhan regional, tiba di pelabuhan hub. Di sini, kontainer atau kargo yang dijadwalkan untuk transhipment akan diturunkan dari kapal menggunakan derek raksasa (gantry crane).
Pelabuhan hub bertindak sebagai titik penyortiran dan konsolidasi utama, tempat ribuan kontainer dari berbagai penjuru dunia dikelola setiap harinya. Barang yang telah dibongkar kemudian dipindahkan ke area penumpukan sementara (container yard) di dalam terminal.
Selama di sini, status kargo akan diverifikasi dan disiapkan untuk tahap selanjutnya. Peran pelabuhan hub sangat krusial karena efisiensi operasionalnya, mulai dari kecepatan bongkar muat hingga sistem manajemen terminal, akan menentukan kelancaran seluruh proses transhipment.
b. Pemindahan (Transfer) ke Moda Transportasi Berikutnya
Setelah proses administrasi dan penyortiran selesai, kargo siap dipindahkan ke moda transportasi berikutnya. Dalam skenario paling umum, barang akan dimuat ke kapal yang lebih besar (mother vessel) yang melayani rute pelayaran jarak jauh antarbenua.
Proses ini memungkinkan konsolidasi kargo dari berbagai kapal kecil ke satu kapal raksasa, sehingga menciptakan efisiensi skala yang signifikan. Namun, pemindahan tidak selalu dari kapal ke kapal.
Terkadang, transhipment juga melibatkan kombinasi moda transportasi yang berbeda, seperti dari kapal laut ke kereta api atau truk untuk didistribusikan lebih jauh ke daratan (hinterland). Fleksibilitas ini memungkinkan jangkauan pengiriman menjadi lebih luas, tidak hanya terbatas pada wilayah pesisir saja.
c. Pengiriman (Shipment) Lanjutan ke Tujuan Akhir
Tahap terakhir adalah pengiriman lanjutan kargo dari pelabuhan hub menuju tujuan akhir. Setelah dimuat ke kapal atau moda transportasi kedua, barang akan melanjutkan perjalanannya.
Pada titik ini, koordinasi yang akurat antara perusahaan pelayaran, operator terminal, dan pemilik barang menjadi sangat penting. Sistem pelacakan (tracking system) berbasis teknologi memegang peranan vital untuk memberikan visibilitas penuh atas lokasi dan status kargo.
Dengan informasi yang real-time, semua pihak terkait dapat mengantisipasi kedatangan barang dan mempersiapkan proses selanjutnya, seperti pengurusan bea cukai di pelabuhan tujuan. Keberhasilan tahap ini bergantung pada seberapa baik integrasi informasi di sepanjang rantai pasok.
Alasan dan Manfaat Utama Melakukan Transhipment
Transhipment bukan hanya proses teknis untuk memindahkan barang dari satu moda transportasi ke moda lain. Lebih dari itu, teknik ini merupakan strategi logistik yang dilandasi berbagai alasan kuat dan memberikan manfaat signifikan bagi efisiensi distribusi global. Melansir dari US Ravens, Berikut adalah beberapa alasan dan manfaat utama di balik penerapan strategi transhipment.
a. Meningkatkan Konektivitas Global dan Efisiensi Rute
Salah satu manfaat terbesar transhipment adalah kemampuannya untuk menciptakan jaringan pelayaran global yang terstruktur dengan model hub and spoke. Hub and spoke adalah model di mana kapal-kapal raksasa yang sangat efisien hanya perlu berlayar di rute utama antarbenua dan singgah di beberapa pelabuhan hub strategis.
Dari hub inilah, kapal-kapal yang lebih kecil (feeder vessels) mengambil alih tugas untuk mendistribusikan kargo ke pelabuhan-pelabuhan regional yang lebih kecil. Model ini secara drastis meningkatkan konektivitas, memungkinkan barang dari pelabuhan kecil di Indonesia, misalnya, untuk mencapai pasar di Eropa atau Amerika dengan lebih mudah.
Tanpa transhipment, banyak pelabuhan sekunder akan terisolasi dari jalur perdagangan utama dunia. Ini membuka akses ke rute perdagangan yang lebih luas dan beragam bagi para eksportir dan importir.
b. Mengoptimalkan Kapasitas Transportasi dan Biaya Logistik
Dari perspektif ekonomi, transhipment memungkinkan adanya economies of scale atau skala ekonomi. Kapal kontainer ultra besar (UCLV) memiliki biaya operasional per unit kontainer yang jauh lebih rendah dibandingkan kapal kecil.
Dengan mengonsolidasikan muatan dari berbagai pelabuhan asal di satu pelabuhan hub untuk diangkut oleh satu kapal raksasa, perusahaan pelayaran dapat menekan biaya secara signifikan. Efisiensi biaya ini pada akhirnya dapat dirasakan oleh pemilik barang dalam bentuk tarif angkut (freight rate) yang lebih kompetitif.
Pengoptimalan kapasitas menjadi kunci, di mana setiap pelayaran jarak jauh diusahakan terisi semaksimal mungkin. Proses cara menghitung muatan kontainer menjadi sangat relevan untuk memastikan pemanfaatan ruang yang optimal di setiap kapal.
c. Meningkatkan Fleksibilitas dan Memperluas Jangkauan Distribusi
Transhipment memberikan fleksibilitas yang lebih tinggi dalam perencanaan rantai pasok. Jika terjadi masalah di satu rute atau pelabuhan tujuan, misalnya kongesti atau pemogokan, kargo dapat dialihkan (rerouting) melalui pelabuhan hub lain.
Kemampuan ini membantu memitigasi risiko keterlambatan yang parah dan menjaga kelancaran arus barang. Selain itu, jangkauan distribusi menjadi jauh lebih luas.
Sebuah perusahaan dapat mengirimkan produknya ke satu hub sentral, lalu dari sana barang dapat dipecah untuk didistribusikan ke berbagai negara atau wilayah di sekitarnya. Strategi distribusi logistik seperti ini sangat efektif untuk menembus pasar-pasar baru tanpa harus mengatur pengiriman langsung yang kompleks dan mahal ke setiap destinasi.
d. Mendukung Pertumbuhan Ekonomi di Pelabuhan Hub
Kehadiran aktivitas transhipment membawa dampak ekonomi yang luar biasa bagi negara atau kota lokasi pelabuhan hub. Singapura adalah contoh nyata bagaimana sebuah negara dapat membangun perekonomiannya di atas status sebagai hub transhipment terkemuka di dunia.
Aktivitas di pelabuhan hub menciptakan ribuan lapangan kerja, mulai dari operator derek, staf administrasi, hingga tenaga ahli logistik. Selain itu, kegiatan ini juga mendorong pertumbuhan industri pendukung seperti pergudangan, jasa kepabeanan, perbaikan kapal, dan transportasi darat.
Pendapatan negara meningkat dari biaya sandar kapal, biaya penanganan kontainer, dan pajak lainnya. Dengan demikian, transhipment tidak hanya menguntungkan perusahaan pelayaran, tetapi juga menjadi motor penggerak ekonomi regional yang kuat.
Baca juga: Apa itu Manajemen Logistik, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya
Risiko dan Tantangan dalam Proses Transhipment
Di balik berbagai manfaatnya, proses transhipment juga menyimpan sejumlah risiko dan tantangan yang perlu dikelola dengan baik. Kompleksitas yang melekat pada pemindahan kargo antar moda transportasi membuka celah untuk berbagai potensi masalah. Memahami tantangan ini adalah langkah pertama bagi para pelaku logistik untuk dapat menyusun strategi mitigasi yang efektif.
a. Potensi Keterlambatan (Delays) di Pelabuhan Hub
Pelabuhan hub sering mengalami kepadatan, sehingga proses bongkar muat terhambat dan menimbulkan keterlambatan. Dampaknya, jadwal kapal terganggu dan waktu pengiriman keseluruhan menjadi lebih panjang.
Faktor-faktor lain seperti cuaca buruk, pemogokan buruh pelabuhan, atau bahkan masalah teknis pada peralatan terminal dapat memperparah situasi. Bagi pemilik barang dengan kargo yang sensitif terhadap waktu, seperti produk musiman atau barang segar, risiko keterlambatan ini menjadi perhatian utama yang harus diantisipasi.
b. Risiko Kerusakan atau Kehilangan Barang Saat Proses Pemindahan
Setiap kali sebuah kontainer diangkat, dipindahkan, dan ditumpuk, ada risiko terjadinya kerusakan fisik. Proses transhipment melibatkan lebih banyak penanganan (handling) dibandingkan pengiriman langsung, yang secara otomatis meningkatkan probabilitas kerusakan barang di dalamnya, terutama untuk kargo yang rapuh.
Guncangan saat diangkat oleh derek atau penumpukan yang tidak tepat dapat berakibat fatal. Selain kerusakan, risiko kehilangan atau salah kirim juga lebih tinggi dalam lingkungan terminal yang sibuk.
Human error atau kesalahan sistem dalam pelacakan dapat menyebabkan sebuah kontainer dimuat ke kapal yang salah. Oleh karena itu, asuransi kargo dan sistem identifikasi yang akurat menjadi sangat penting dalam pengiriman yang melibatkan transhipment.
c. Kompleksitas Dokumentasi dan Prosedur Kepabeanan Tambahan
Karena melibatkan setidaknya dua perjalanan terpisah (dari asal ke hub, dan dari hub ke tujuan), dokumentasi transhipment menjadi lebih rumit. Mungkin diperlukan beberapa set Bill of Lading (B/L) atau dokumen pengangkutan lainnya.
Selain itu, meskipun barang tidak diimpor secara resmi, kargo transhipment tetap harus melalui prosedur kepabeanan di negara hub. Setiap negara memiliki aturan dan persyaratan dokumen yang berbeda, menambah lapisan kerumitan administrasi.
Kesalahan kecil dalam pengisian formulir atau keterlambatan pengajuan dokumen berpotensi membuat kargo tertahan di pabean. Kondisi ini tidak hanya menimbulkan biaya tambahan, tetapi juga berakibat pada penundaan pengiriman yang merugikan bisnis.
Software logistik ScaleOcean dapat menjadi solusi yang tepat. Dengan fitur pelacakan real-time, integrasi dokumen digital, dan automasi kepabeanan, perusahaan mampu menekan risiko keterlambatan maupun kesalahan administrasi. Selain itu, sistem ini memberikan visibilitas penuh terhadap pergerakan kargo di setiap tahap rantai pasok.
Perbedaan Transhipment vs Transit
Dalam dunia logistik, istilah transhipment dan transit sering digunakan bergantian sehingga menimbulkan kebingungan. Padahal keduanya memiliki makna dan implikasi yang berbeda dalam rantai pasok. Memahami perbedaan ini penting agar perusahaan dapat mengelola dokumentasi, biaya, dan strategi distribusi dalam pengiriman kargo secara tepat.
Perbedaan utama terletak pada bagaimana kargo diperlakukan saat singgah di pelabuhan perantara. Transhipment berarti ada proses bongkar muat dan pemindahan barang ke moda transportasi lain, sedangkan transit berarti barang tetap berada di kendaraan yang sama. Mari kita ulas lebih dalam melalui beberapa aspek penting berikut.
a. Definisi dan Konsep Dasar
Transhipment adalah proses memindahkan kargo dari satu moda transportasi ke moda lain di pelabuhan hub. Proses ini melibatkan bongkar muat, pemindahan fisik, dan sering kali penyesuaian moda agar barang bisa melanjutkan perjalanan ke tujuan akhir dengan lebih efisien.
Sebaliknya, transit tidak melibatkan bongkar muat kargo. Barang tetap berada di kapal atau kendaraan yang sama, meski kendaraan tersebut berhenti di pelabuhan untuk keperluan teknis seperti pengisian bahan bakar atau penambahan muatan lain. Dengan kata lain, transit hanyalah singgah tanpa perubahan moda.
b. Dampak pada Waktu dan Biaya
Dalam transhipment, waktu perjalanan bisa lebih panjang karena adanya proses bongkar muat, pengecekan dokumen, hingga pemindahan ke moda lain. Biaya juga cenderung lebih tinggi karena mencakup biaya penanganan tambahan, sewa gudang, dan risiko keterlambatan dalam pengiriman kargo.
Sedangkan dalam transit, dampaknya relatif kecil terhadap waktu dan biaya. Kapal atau kendaraan hanya berhenti sementara tanpa memindahkan muatan, sehingga prosesnya lebih cepat dan sederhana. Oleh karena itu, transit dianggap lebih efisien dari sisi biaya operasional.
c. Peran dalam Rantai Pasok
Transhipment berperan penting dalam menghubungkan pelabuhan kecil ke jalur perdagangan global. Melalui pelabuhan hub, kargo dapat dipindahkan ke kapal besar atau moda lain sehingga jaringan distribusi menjadi lebih luas. Strategi ini membantu produsen dari daerah terpencil untuk masuk ke pasar internasional.
Sebaliknya, transit lebih berfungsi sebagai pemberhentian teknis untuk menjaga kelancaran perjalanan kapal. Meskipun tidak memperluas konektivitas, transit membantu menjaga jadwal tetap efisien. Dengan memahami perannya masing-masing, perusahaan dapat menyesuaikan strategi logistik sesuai kebutuhan bisnis.
Contoh Penerapan Transhipment dalam Logistik
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, mari kita lihat beberapa contoh konkret penerapan transhipment dalam berbagai skenario logistik. Contoh-contoh ini menunjukkan bagaimana strategi ini digunakan baik dalam skala internasional maupun domestik untuk berbagai jenis komoditas. Penerapan ini membuktikan fleksibilitas dan efisiensi yang ditawarkan oleh model transhipment.
a. Pengiriman Kontainer Internasional
Ini adalah contoh paling umum dari transhipment. Bayangkan seorang eksportir di Jakarta ingin mengirimkan satu kontainer berisi furnitur ke Rotterdam, Belanda.
Karena kapal kontainer raksasa (UCLV) yang melayani rute Asia-Eropa tidak singgah di Jakarta, maka proses transhipment menjadi solusi. Kontainer tersebut pertama-tama akan dimuat ke kapal pengumpan (feeder vessel) yang lebih kecil di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
Kapal ini kemudian berlayar ke Port of Singapore, salah satu hub transhipment tersibuk di dunia. Di Singapura, kontainer furnitur tersebut akan dibongkar dan kemudian dimuat ke kapal UCLV yang jauh lebih besar untuk menempuh perjalanan panjang langsung ke Rotterdam, bersama dengan ribuan kontainer lainnya dari seluruh Asia.
b. Distribusi Komoditas Domestik
Transhipment tidak hanya terbatas pada perdagangan internasional. Di negara kepulauan seperti Indonesia, strategi ini juga sangat relevan untuk distribusi komoditas domestik.
Sebagai contoh, batubara dari tambang di pedalaman Kalimantan perlu diangkut ke Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Jawa. Batubara dari lokasi tambang mungkin pertama kali diangkut menggunakan tongkang kecil menyusuri sungai menuju pelabuhan atau terminal penumpukan di pesisir, misalnya di Balikpapan.
Di sana, batubara dari berbagai tongkang kecil dikonsolidasikan dan dipindahkan ke kapal kargo curah (bulk carrier) atau tongkang samudra yang jauh lebih besar. Fasilitas logistik di terminal ini memegang peran penting karena memastikan pemuatan dapat berjalan efisien dan aman. Kapal besar inilah yang kemudian mengangkut puluhan ribu ton batubara melintasi Laut Jawa menuju PLTU tujuan.
c. Pengiriman Hasil Perikanan
Industri perikanan juga memanfaatkan konsep transhipment untuk menjaga efisiensi operasional. Kapal-kapal penangkap ikan seringkali beroperasi di laut lepas selama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan.
Agar tidak perlu bolak-balik ke darat dan membuang waktu serta bahan bakar, mereka menggunakan kapal pengangkut berpendingin (reefer vessel). Kapal penangkap ikan akan memindahkan hasil tangkapannya yang sudah dibekukan ke kapal reefer yang lebih besar di tengah laut.
Proses ini memungkinkan kapal penangkap untuk terus melanjutkan aktivitas penangkapan ikan. Sementara itu, kapal reefer yang telah mengumpulkan hasil tangkapan dari beberapa kapal penangkap akan membawanya langsung ke pelabuhan atau pabrik pengolahan di darat.
Kesimpulan
Transhipment adalah strategi logistik penting yang menekan biaya, memperluas distribusi, dan memperkuat konektivitas global. Meski berisiko keterlambatan dan dokumen kompleks, transhipment tetap vital untuk menjaga kelancaran arus pengiriman kargo internasional maupun domestik.
Software logistik ScaleOcean hadir sebagai solusi dengan fitur pelacakan real-time, integrasi dokumen digital, dan automasi proses logistik. Vendor ini menawarkan demo gratis dan konsultasi gratis agar Anda bisa mengetahui bagaimana sistem ini bisa membantu bisnis Anda.
FAQ:
1. Apa yang dimaksud dengan transhipment?
Transhipment adalah proses memindahkan kargo dari satu moda transportasi ke moda lain di pelabuhan hub sebelum mencapai tujuan akhir.
2. Apa itu transhipment batu bara?
Transhipment batu bara adalah pemindahan batubara dari tongkang kecil ke kapal besar atau sebaliknya untuk memudahkan distribusi ke PLTU atau pasar ekspor.
3. Apa itu biaya transhipment?
Biaya transhipment mencakup ongkos bongkar muat, penanganan kargo, sewa gudang, hingga administrasi tambahan saat barang dipindahkan di pelabuhan hub.
4. Apa itu illegal transhipment?
Illegal transhipment adalah pemindahan kargo secara tidak sah tanpa izin resmi, sering dilakukan untuk menghindari bea cukai, regulasi, atau pelaporan perdagangan.


 
	
 
	 
				 
			.png) 
			 
         
             
             
             
             
             
             
             PTE LTD..png) 
            .png) 
             
            .png) 
             
             
             
             
             
             
             
             
            .png) 
            .png) 
             
             
             
             
             
             
             
                 
                 
                 
                 
                 
                 
                