Klasifikasi Dangerous Goods dan Cara Kirim yang Aman
3 Min Read Posted on 08 Jul 2024
Daftar Isi
Ada banyak jenis barang logistik yang harus ditangani oleh 3PL, salah satunya barang-barang berbahaya atau dikenal dengan dangerous goods. Barang-barang ini mencakup berbagai material yang jika tidak ditangani dengan benar, dapat menimbulkan risiko serius. Oleh karena itu, penting bagi bisnis logistik freight forwarder untuk memahami klasifikasi, tantangan, dan prosedur pengirimannya.
Dalam artikel ini akan dijelaskan lebih lanjut klasifikasi dan contoh barang dangerous goods beserta prosedur yang bisa Anda terapkan untuk memastikan bahwa barang-barang tersebut dapat dikirim dengan aman tanpa menyebabkan kerusakan atau risiko bahaya lainnya selama pengiriman. Yuk, pelajari lebih lanjut seluruh pembahasan tersebut di bawah ini!Â
1. Klasifikasi Dangerous Goods
Dalam bisnis logistik, pengelompokan barang berbahaya sangat penting untuk menjamin proses pengiriman tetap berjalan aman dan tidak mengganggu keselamatan. Umumnya, barang-barang ini diklasifikasikan berdasarkan karakteristik fisik dan kimianya serta dampak yang akan ditimbulkan. Berikut beberapa klasifikasi dangerous goods beserta penjelasannya.
a. Bahan Mudah Meledak
Segala jenis material yang dapat mengakibatkan ledakan tergolong ke klasifikasi bahan mudah meledak. Contoh bahan ini antara lain bahan peledak militer, kembang api, dan bahan peledak komersial seperti dinamit. Untuk mengirim barang ini, Anda perlu menerapkan pengemasan yang spesifik dan penyimpanan yang ketat agar tidak terjadi ledakan selama pengiriman.
b. Bahan Gas
Berikutnya ada bahan gas yang dikelompokkan dalam mudah terbakar, gas tidak mudah terbakar tetapi bertekanan, serta gas beracun. Contoh bahan gas termasuk LPG, oksigen, dan amonia. Dalam pengemasannya, gas-gas ini perlu wadah bertekanan khusus dan ventilasi yang baik untuk mencegah kebocoran dan risiko kebakaran atau ledakan.
c. Cairan Mudah Terbakar
Klasifikasi dangerous goods berikutnya adalah cairan mudah terbakar, yaitu berbagai jenis cairan yang mudah menguap dan dapat terbakar pada suhu rendah. Bahan ini termasuk bensin, alkohol, dan pelarut organik seperti aseton. Cairan mudah terbakar harus disimpan dalam wadah yang kedap udara dan jauh dari sumber panas atau api selama pengangkutan untuk mencegah kebakaran.
d. Benda Padat Mudah Terbakar
Benda padat mudah terbakar dikelompokkan dalam kelas 4 barang berbahaya dan terdiri dari bahan yang dapat terbakar atau menyala dengan cepat ketika terkena api atau panas. Contoh barang dangerous goods ini adalah sulfur, magnesium, dan beberapa jenis fosfor. Dalam proses pengiriman, Anda perlu memastikan barang ini dikemas dengan aman terutama pada wadah yang tahan api dan tambahkan label yang sesuai untuk mengindikasikan bahwa zat ini mudah terbakar.Â
e. Benda Mudah Teroksidasi
Berikutnya ada benda mudah teroksidasi, mencakup bahan yang dapat menyebabkan atau mempercepat kebakaran melalui reaksi kimia dengan oksigen. Contoh bahan ini adalah hidrogen peroksida dan natrium nitrat. Benda mudah teroksidasi memerlukan penyimpanan terpisah dari bahan organik dan bahan bakar untuk mencegah reaksi kimia yang berbahaya selama pengangkutan.
f. Zat Beracun dan Menular
Zat beracun dan menular terdiri dari bahan yang berbahaya bagi kesehatan manusia atau hewan jika terhirup, tertelan, atau jika ada kontak langsung dengan kulit. Contoh barang dangerous goods yang termasuk pada klasifikasi ini adalah sianida, pestisida, dan beberapa jenis bakteri patogen. Untuk pengemasannya, Anda perlu wadah yang kedap udara dan prosedur keselamatan yang ketat agar pihak yang menangani dan lingkungan yang terlibat langsung tetap terjaga keamanannya.
g. Zat Korosif
Klasifikasi dangerous goods yang lainnya adalah mencakup zat korosif, yaitu bahan yang dapat menyebabkan kerusakan pada kulit, logam, atau material lain melalui reaksi kimia. Contoh zat termasuk pada golongan ini adalah asam sulfat dan natrium hidroksida. Dalam pengirimannya, bisnis logistik perlu wadah tahan korosi dan prosedur khusus untuk mencegah tumpahan dan kerusakan selama perjalanan.
h. Barang Berbahaya Lainnya
Ada juga barang-barang yang tidak termasuk dalam klasifikasi di atas tetapi tetap memiliki risiko berbahaya selama pengangkutan. Contohnya baterai lithium, bahan magnetik, dan beberapa jenis limbah berbahaya. Bisnis logistik harus memastikan prosedur pengiriman barang-barang ini tetap baik agar tidak memberikan dampak negatif bagi pihak yang menanganinya. Misalnya bahan magnetik harus dilindungi agar tidak mengganggu peralatan elektronik lainnya selama pengiriman, dan limbah berbahaya perlu dikemas dalam kontainer yang kuat dan diberi label yang sesuai agar semua yang terlibat paham risikonya dan menangani barang dengan hati-hati.
2. Tantangan Pengiriman Dangerous Goods
Sebagai bisnis logistik freight forwarder, pengiriman barang berbahaya merupakan salah satu tugas yang membutuhkan perhatian khusus. Anda bertanggung jawab memastikan semua barang telah dikemas dalam wadah yang sesuai dan diberi label secara jelas agar risiko dapat diminimalisir selama pengiriman. Pastikan tidak ada kesalahan yang justru dapat menyebabkan kebocoran, kontaminasi, atau bahkan ledakan. Ini tidak hanya merusak fisik, sifat, dan karakteristik barang, tetapi juga membahayakan nyawa petugas yang menangani barang tersebut.
Tantangan logistik lainnya termasuk memastikan kondisi lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan tekanan dijaga dengan baik selama pengiriman. Beberapa barang berbahaya sangat sensitif terhadap perubahan kondisi ini dan memerlukan pemantauan yang cermat. Anda juga harus memastikan kapal kontainer yang digunakan dapat mengakomodasi semua kebutuhan tersebut. Lakukan verifikasi ulang kondisi tersebut sebelum booking ruang kontainer.
3. Prosedur Pengiriman Barang Dangerous Goods
Dikarenakan memiliki potensi risiko yang dapat mempengaruhi keselamatan dan keamanan selama proses pengiriman, maka penting untuk menerapkan prosedur pengiriman barang dangerous goods yang baik. Berikut langkah-langkah yang bisa Anda ikuti.
a. Identifikasi dan Klasifikasi Barang
Langkah pertama adalah identifikasi dan klasifikasi dangerous goods sesuai yang sudah dibahas di atas. Dengan memahami klasifikasi dari setiap jenis barang tersebut, Anda bisa memastikan bagaimana prosedur pengemasan, pelabelan, dan moda transportasi yang sesuai. Sebagai contoh, bensin harus diklasifikasikan sebagai cairan mudah terbakar dan memerlukan pengemasan dalam wadah yang kedap udara serta tahan api. Selain itu, wadah tersebut harus diberi label yang menunjukkan risiko kebakaran dan ditempatkan jauh dari sumber panas selama pengangkutan.
b. Pengemasan Sesuai Standar
Setelah klasifikasi, barang berbahaya harus dikemas sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh regulasi internasional seperti IMDG Code dan IATA DGR. Artinya, gunakan wadah yang sesuai dengan jenis barang, misalnya tahan terhadap kebocoran atau kedap udara. Selain itu, pastikan wadah telah disegel dengan benar untuk mencegah kebocoran dan menjaga integritas barang selama transportasi.
c. Pelabelan dan Pemberian Tanda
Pelabelan dan pemberian tanda khusus adalah langkah selanjutnya dalam prosedur pengiriman barang dangerous goods. Setiap paket harus diberi label yang jelas dan menunjukkan jenis risiko dari penanganan barang tersebut. Pastikan menggunakan standar internasional dan mudah dikenali. Selain label bahaya, paket juga harus diberi tanda dengan informasi penting seperti nomor UN, nama barang berbahaya, dan petunjuk penanganan lainnya. Pelabelan yang jelas ini akan membantu semua pihak yang terlibat untuk menangani barang sesuai prosedur.
d. Penyusunan Dokumen Pengiriman
Dokumentasi yang lengkap dan akurat juga menjadi bagian penting dari prosedur pengiriman barang berbahaya. Dokumen seperti dangerous goods declaration harus disiapkan dengan informasi detail mengenai jenis barang, klasifikasinya dalam barang berbahaya, jumlah, dan instruksi penanganan yang perlu dilakukan. Selain itu, pastikan manifes kargo mencakup semua barang berbahaya yang dikirim. Tujuannya agar memudahkan verifikasi apakah barang yang dikirim sesuai dengan yang dilaporkan.
e. Pemilihan Moda Transportasi yang Sesuai
Berdasarkan jenis dan klasifikasi barang, Anda juga perlu mempertimbangkan transportasi logistik yang digunakan, apakah itu melalui laut, udara, atau darat. Setiap jenis transportasi ini memiliki regulasi dan syarat khusus yang harus dipenuhi. Sebagai contoh, klasifikasi dangerous goods berupa bahan peledak sebaiknya diangkut dengan transportasi laut karena kapal mampu menampung wadah-wadah bertekanan tinggi dengan keamanan yang lebih baik dibanding pesawat. Untuk barang seperti gas, transportasi darat menggunakan truk khusus dengan sistem ventilasi dan pendingin mungkin lebih sesuai, terutama untuk jarak pendek.Â
f. Monitoring Kondisi Barang Secara Rutin
Selama pengangkutan dan pengiriman barang, monitoring kondisi barang secara rutin juga diperlukan untuk memastikan barang berbahaya tetap dalam kondisi aman. Mulai dari aspek suhu, kelembaban, tekanan, dan kondisi lingkungan lain yang dapat mempengaruhi keamanan barang. Gunakan teknologi tracking real-time yang bisa mendeteksi perubahan kondisi tersebut secara cepat. Dengan adanya monitoring yang efektif, bisa dipastikan barang berbahaya tersebut tiba di tujuan dengan selamat tanpa terjadi perihal yang membahayakan.
4. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa bisnis logistik perlu paham apa saja klasifikasi dangerous goods dan contoh-contohnya untuk memastikan bahwa setiap barang yang dikirim melalui proses pengemasan, pelabelan, dan penyimpanan yang sesuai dengan karakteristiknya. Ini diperlukan agar proses pengiriman barang tetap berjalan aman, baik itu bagi para petugas atau juga lingkungan yang terlibat langsung dengan barang tersebut.
Tidak hanya klasifikasi barang berbahaya, Anda juga perlu menerapkan prosedur pengiriman barang dangerous goods yang tepat dan sesuai regulasi. Mulai dari identifikasi barang, pengemasan sesuai sifatnya, pelabelan dan pemberian tanda, hingga pemilihan moda transportasi yang lebih baik dibandingkan opsi-opsi yang ada. Sebaiknya, Anda juga melakukan monitoring secara rutin selama pengangkutan dan pengiriman berlangsung untuk memastikan barang tetap aman hingga tiba di tujuan.
Dapatkan update konten terbaik kami
secara rutin di Inbox Anda!
REKOMENDASI
Artikel Terkait
Nov 12, 2024 3 Min Read
Penyebab dan Cara Mengatasi Stock Out dalam Manajemen Invent...
Nov 12, 2024 3 Min Read
15 Alternatif SAP ERP Terbaik bagi Bisnis Indonesia di 2024
Nov 08, 2024 3 Min Read
Apa itu Order to Cash: Pengertian, Proses, dan Contohnya
Nov 08, 2024 3 Min Read
Breakdown Maintenance: Fungsi dan Proses Optimalkannya
REKOMENDASI