Assembly Adalah: Ketahui Konsep, Jenis, dan Alur Prosesnya

ScaleOcean Team
Posted on
Share artikel ini

Teknologi dan inovasi dalam bisnis manufaktur yang berkembang dengan pesat telah meningkatkan kualitas dalam proses produksi. Salah satu inovasi yang memainkan peran kunci adalah assembly yang dapat menciptakan produk akhir dengan efisinsi tinggi.

Sebagai jantung dari rantai produksi, “Assembly” dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai perakitan atau pemasangan. Proses ini melibatkan penggabungan berbagai komponen atau bagian menjadi satu produk atau sistem yang memiliki fungsi tertentu.

Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam tentang konsep perakitan, mengeksplorasi berbagai jenisnya, dan bagaimana alur prosesnya dalam bisnis manufaktur.

starsKey Takeaways
  • Assembly adalah tahap dalam proses manufaktur di mana berbagai komponen atau bagian dipasang dan disatukan untuk menghasilkan produk yang utuh dan berfungsi.
  • Jenis assembly meliputi mechanical assembly, weld assembly, rivet assembly, spot weld assembly, atau semi-automated assembly.
  • Alur proses assembly mencakup persiapan komponen, perakitan, pengujian kualitas, distribusi, dan pengujian akhir untuk memastikan produk memenuhi standar kualitas.
  • ScaleOcean, solusi ERP untuk manufaktur, menawarkan otomatisasi proses produksi, pengelolaan kualitas, dan pemantauan kinerja dalam satu platform terintegrasi.

Coba Demo Gratis!

requestDemo

1. Apa itu Assembly?

Assembly atau perakitan adalah proses menyatukan beberapa komponen menjadi satu produk utuh yang memiliki fungsi spesifik. Proses ini tidak hanya berlaku di industri manufaktur skala besar, tetapi juga dalam aktivitas sehari-hari, seperti pemasangan furnitur atau perakitan perangkat elektronik.

Proses ini merupakan tahapan krusial dalam rantai produksi manufaktur, yang dijalankan berdasarkan rencana produksi induk (Master Production Schedule atau MPS) untuk memenuhi permintaan pasar. 

Proses ini dapat dijalankan dengan berbagai cara, mulai dari metode manual yang mengandalkan keahlian dan ketelitian tenaga kerja manusia, hingga otomatisasi penuh menggunakan mesin dan robot canggih demi kecepatan dan konsistensi.

Assembly seringkali melibatkan beberapa tahapan yang berjenjang. Biasanya diawali dengan sub-assembly yang merakit komponen-komponen yang lebih kecil, sebelum berlanjut ke assembly akhir yang menyatukan semua sub-assembly dan bagian lain menjadi produk jadi yang siap dipasarkan.

Pemahaman tentang tahapan perakitan dalam proses manufaktur otomotif, misalnya, akan menunjukkan kompleksitas dan presisi yang dibutuhkan, mulai dari perakitan rangka, pemasangan mesin, hingga interior dan eksterior.

Keberhasilan setiap tahapan menuntut pemahaman mendalam tentang peran dan interaksi setiap komponen, memastikan semua bagian terintegrasi secara efektif dan efisien untuk membentuk keseluruhan yang berfungsi optimal.

Seiring perkembangan teknologi, praktik perakitan terus berevolusi, mengadopsi inovasi terbaru untuk meningkatkan presisi, kecepatan, dan efisiensi dalam proses produksi. Terutama, penggunaan assembly line membantu mempercepat proses perakitan massal tanpa mengorbankan kualitas hasil akhir. Di dunia otomotif yang kompetitif, assembly cenderung menjadi hal pertimbangan penerapan ERP PT Toyota.

2. Jenis-jenis Metode Assembly di Manufaktur

Assembly adalah istilah yang merujuk pada proses perakitan, penyatuan, atau pemasangan berbagai komponen menjadi satu produk atau sistem yang lengkap dan berfungsi.

Di industri manufaktur, terdapat beragam jenis perakitan yang dibedakan berdasarkan metode penyambungan komponen maupun tingkat otomatisasi pelaksanaannya. Berikut jenis assembly yang umum ditemui dalam praktik manufaktur:

a. Mechanical Assembly

Jenis perakitan ini mengandalkan penggunaan berbagai jenis pengencang mekanis, seperti baut, mur, sekrup, pin, atau klip untuk menyatukan komponen secara fisik tanpa mengubah sifat material dasar secara permanen.

Keunggulan utama mechanical assembly terletak pada kemudahan untuk membongkar pasang kembali assembly tersebut, memungkinkan perbaikan atau penggantian komponen individual jika diperlukan.

Metode ini sering diterapkan pada produk atau bagian mesin yang memerlukan akses rutin untuk perawatan, perbaikan, atau modifikasi di masa mendatang karena sifat sambungannya yang tidak permanen dan relatif mudah dilepas.

b. Weld Assembly

Perakitan dengan metode pengelasan menciptakan sambungan permanen yang sangat kuat dengan cara meleburkan material (bisa material dasar komponen itu sendiri atau menambahkan logam pengisi) pada area penyambungan.

Proses ini menghasilkan ikatan metalurgis yang homogen dan kaku, ideal untuk aplikasi struktural di mana kekuatan, kekakuan, dan ketahanan beban merupakan prioritas utama, seperti pada kerangka kendaraan atau struktur bangunan baja.

Setelah pengelasan, komponen yang telah dirakit akan sangat sulit atau bahkan tidak mungkin dipisahkan kembali tanpa menyebabkan kerusakan signifikan. Hal ini menjadikannya pilihan untuk sambungan yang diharapkan bertahan seumur hidup produk.

c. Rivet Assembly

Metode assembly ini menggunakan paku keling (rivet), yaitu sebatang pin dengan kepala di satu ujung, untuk menyatukan dua atau lebih komponen, umumnya berupa lembaran material.

Setelah rivet dimasukkan melalui lubang yang sejajar pada komponen, ujung yang lain (ekor) kemudian dideformasi atau dipukul (biasanya menggunakan palu rivet atau alat khusus) untuk menciptakan kepala pengunci kedua.

Proses ini menghasilkan sambungan mekanis permanen yang kuat dan stabil, sangat efektif dalam menahan gaya geser. Jenis assembly ini sering digunakan pada struktur ringan hingga berat, seperti pada industri dirgantara, otomotif (rangka), atau konstruksi logam jembatan dan bangunan.

d. Spot Weld Assembly

Pengelasan titik (spot welding) adalah bentuk spesifik dari pengelasan resistansi yang secara khusus digunakan untuk menyatukan lembaran logam dengan menekan elektroda pada permukaan dan mengalirkan arus listrik kuat secara singkat.

Arus ini menghasilkan panas resistansi yang sangat tinggi pada titik kontak, menyebabkan logam meleleh dan menyatu hanya pada area kecil yang ditekan oleh elektroda, menciptakan ikatan permanen berbentuk “titik”.

Metode assembly ini menawarkan keseimbangan yang baik antara kecepatan, biaya, dan kekuatan sambungan untuk lembaran logam. Untuk mendukung proses tersebut, banyak perusahaan otomotif kini mengandalkan manufacturing software guna mengoptimalkan alur kerja dan memastikan tahapan produksi berjalan sesuai standar.

Manufaktur

e. Brazing or Soldering Assembly

Kedua metode assembly ini menyatukan komponen dengan menggunakan logam pengisi yang dileburkan pada suhu yang relatif rendah. Namun krusialnya, suhu ini di bawah titik lebur material dasar komponen yang disambung, sehingga komponen tidak meleleh.

Brazing menggunakan logam pengisi dengan titik lebur lebih tinggi (>450°C) dan menghasilkan sambungan yang lebih kuat, cocok untuk penyambungan pipa atau komponen yang memerlukan kekuatan signifikan.

Sementara soldering menggunakan logam pengisi dengan titik lebur yang lebih rendah (<450°C) dan umumnya digunakan untuk sambungan elektrik pada papan sirkuit atau perakitan mekanis ringan yang tidak memerlukan kekuatan struktural tinggi.

Teknik perakitan ini sangat berguna untuk menyatukan dua jenis logam yang berbeda atau pada aplikasi yang sensitif terhadap panas tinggi.

f. Manual Assembly

Perakitan manual sepenuhnya mengandalkan keterampilan, ketangkasan, dan kemampuan kognitif pekerja manusia untuk melakukan setiap langkah dalam proses penyatuan komponen.

Metode ini sangat fleksibel dan adaptif, menjadikannya ideal untuk perakitan produk dengan volume rendah, variasi desain yang tinggi, atau yang memerlukan manipulasi rumit, penyesuaian presisi, atau finishing artistik yang sulit atau mahal jika dilakukan oleh mesin.

Meskipun kecepatannya mungkin lebih lambat dibandingkan otomatisasi penuh dan konsistensinya dapat bervariasi antar individu, assembly manual memungkinkan pemecahan masalah secara real-time dan merupakan pilihan terbaik ketika sentuhan manusia dan keahlian kriya (craftsmanship) sangat dibutuhkan.

g. Automated Assembly

Assembly otomatis menggunakan mesin, robot, atau sistem otomatis sepenuhnya untuk menjalankan seluruh langkah perakitan dari awal hingga akhir tanpa campur tangan manusia secara langsung dalam proses inti.

Contoh perakitan otomatis yang paling sering kita lihat adalah di industri otomotif, di mana lengan robotik melakukan pengelasan, pemasangan komponen, dan pengecatan pada jalur produksi mobil.

Sistem ini dirancang untuk mencapai kecepatan produksi yang sangat tinggi, presisi berulang yang ekstrem, dan kemampuan operasi non-stop untuk jangka waktu lama. Assembly otomatis sangat ideal untuk produksi massal dengan volume tinggi dan variasi produk yang minimal.

Meskipun memerlukan investasi awal yang signifikan dan mungkin kurang fleksibel terhadap perubahan desain atau variasi komponen yang besar, otomatisasi dapat secara drastis meningkatkan volume produksi, mengurangi biaya tenaga kerja per unit, dan meningkatkan konsistensi kualitas secara keseluruhan.

h. Semi-Automated Assembly

Jenis assembly ini merupakan perpaduan yang seimbang antara peran pekerja manusia dan sistem otomatis atau robotik yang bekerja sama. Dalam proses manufaktur modern, pendekatan ini sering digunakan untuk mengoptimalkan produktivitas dan kualitas secara bersamaan.

Pekerja manusia melakukan tugas-tugas yang memerlukan fleksibilitas, penilaian visual, atau manipulasi halus—seperti memuat komponen kompleks atau melakukan inspeksi kualitas akhir—sementara mesin menangani proses perakitan yang berulang, cepat, atau memerlukan presisi tinggi.

Dengan demikian, peran operator assembly adalah sebagai penghubung krusial antara proses manual dan otomatis, memastikan kelancaran alur kerja dan kualitas produk.

Pendekatan semi-otomatis menawarkan keseimbangan yang baik antara efisiensi kecepatan dan konsistensi otomatisasi dengan fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan keterampilan pemecahan masalah dari pekerja manusia.

Kami melihat ini sering menjadi pilihan optimal untuk volume produksi menengah atau produk dengan beberapa langkah yang memang memerlukan intervensi dan pengawasan manusia.

Dalam konteks metode perakitan ini, konsep assemble to order seringkali diimplementasikan. Pendekatan ini memungkinkan perusahaan untuk merakit produk berdasarkan pesanan spesifik pelanggan dari komponen-komponen standar yang telah tersedia, menawarkan fleksibilitas kustomisasi tanpa menanggung risiko inventaris produk jadi yang berlebihan.

3. Bagaimana Tahapan atau Alur Proses Assembly?

Dalam setiap bisnis manufaktur, alur proses perakitan adalah inti dari penciptaan produk. Alur ini menggambarkan perjalanan komponen-komponen dari tahap awal hingga menjadi produk jadi yang siap dijual. Pemahaman yang mendalam terhadap alur proses ini sangat penting untuk memastikan efisiensi, konsistensi, dan kualitas produk.

Berikut penjelasan lengkap untuk masing-masing tahapan proses assembly:

a. Persiapan dan Pemilihan Komponen

Alur proses ini dimulai dengan tahap persiapan, di mana perencanaan dan pemilihan komponen dilakukan dengan cermat. Tahapan ini mencakup identifikasi komponen yang diperlukan, pemilihan pemasok, dan pemastian ketersediaan material.

Setelah komponen diterima, dilakukan pemeriksaan kualitas untuk memastikan bahwa setiap komponen memenuhi standar yang ditetapkan.

Verifikasi ini melibatkan pengecekan dimensi, kualitas material, dan kepatuhan terhadap spesifikasi teknis. Langkah ini harus diperhatikan dengan baik untuk mencegah cacat atau kekurangan yang dapat mempengaruhi kualitas produk akhir.

Setelah melewati pemeriksaan, komponen-komponen yang telah disetujui akan disimpan dengan rapi dan dikelompokkan berdasarkan kebutuhan produksi.

b. Proses Perakitan

Proses perakitan adalah inti dari alur proses ini dengan menyiapkan komponen-komponen yang akan dirakit menjadi produk akhir.

Penggunaan tenaga kerja manusia, mesin otomatis, atau kombinasi keduanya dapat dilakukan sesuai dengan jenis yang diterapkan. Pemilihan jenis ini dipengaruhi oleh kompleksitas produk, skala produksi, dan efisiensi yang diinginkan.

Selama proses perakitan, dilakukan pemeriksaan untuk memastikan setiap langkahnya dilakukan dengan benar. Pengecekan ini dapat melibatkan pengukuran, uji fungsi, dan verifikasi kembali terhadap spesifikasi.

Pada akhir proses, pemeriksaan akhir dilakukan untuk memastikan bahwa setiap produk memenuhi standar kualitas yang diinginkan sebelum dilepas ke pasar.

Setelah proses selesai, produk akhir ditangani dengan hati-hati untuk menghindari kerusakan. Langkah penanganan ini penting untuk mempertahankan integritas produk.

Produk kemudian dikemas dengan cermat sesuai dengan standar pengemasan yang telah ditetapkan. Pengemasan yang tepat tidak hanya melindungi produk selama pengiriman tetapi juga menciptakan kesan profesional kepada pelanggan.

c. Distribusi dan Penyimpanan

Setelah melewati proses perakitan dan pengemasan, produk siap untuk didistribusikan. Distribusi dapat melibatkan pengiriman ke gudang penyimpanan atau langsung ke pelanggan. Pemilihan jalur distribusi yang efisien menjadi kunci untuk meminimalkan waktu pengiriman dan mengoptimalkan rantai pasok.

Dalam beberapa kasus, produk mungkin mengalami pengembalian dari pelanggan. Sehingga alur proses ini melibatkan penanganan dengan cermat terhadap produk yang dikembalikan, evaluasi penyebab pengembalian, dan pemrosesan kembali produk ke dalam stok.

Proses ini memerlukan ketelitian agar produk yang dikembalikan dapat kembali ke pasaran dengan kualitas yang terjamin.

d. Pengujian Kualitas dan Perbaikan

Tahap pengujian kualitas adalah langkah kritis dalam alur proses ini yang melibatkan pengujian produk untuk memastikan bahwa setiap unit memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan.

Pengujiannya dapat mencakup uji fungsional, uji kekuatan, atau pengujian berbasis standar industri, sehingga setiap produk yang tidak memenuhi standar dapat diidentifikasi dan diperbaiki.

Jika produk tidak memenuhi standar kualitas selama pengujian, perbaikan perlu dilakukan sebelum produk dianggap siap untuk dilepas ke pasar. Proses perbaikan dapat melibatkan penggantian komponen yang rusak, penyesuaian, atau perbaikan lainnya untuk memastikan bahwa produk memenuhi standar sebelum mencapai tangan konsumen.

4. Kesimpulan

Konsep assembly artinya metode penggabungan presisi berbagai komponen dalam produksi yang mengacu pada beberapa jenis proses yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan bisnis untuk mencapai efisiensi, kualitas, dan daya saing yang optimal.

Alur proses perakitan di bisnis manufaktur tidak hanya mencakup pembuatan produk, tetapi juga memasukkan konsep-konsep penting seperti pengujian kualitas, pemenuhan pesanan, dan evaluasi kinerja.

Memahami setiap tahap dan elemen ini membantu perusahaan untuk mencapai tujuan produksi yang optimal, memastikan kualitas produk yang tinggi, dan memberikan layanan pelanggan yang memuaskan.

Untuk mendukung efisiensi dan kualitas dalam proses perakitan, software manufaktur ScaleOcean dengan sistem smart manufacturing, software ini membantu mengintegrasikan seluruh tahap produksi secara lebih efisien.

Dengan fitur yang mendukung manajemen alur produksi, pengujian kualitas, dan pemantauan kinerja, ScaleOcean membantu perusahaan mengoptimalkan proses perakitan. Jangan sia-siakan demo gratis ScaleOcean untuk melihat bagaimana software ini dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas produksi Anda.

FAQ:

1. Apa itu assembly di pabrik?

Assembly dalam konteks pabrik merujuk pada proses sistematis dalam merakit komponen-komponen individual untuk membentuk produk jadi yang memenuhi standar dan spesifikasi teknis. Proses ini memfokuskan pada efisiensi produksi, pengurangan biaya, serta memastikan kualitas dan konsistensi output sesuai dengan permintaan pasar dan kebutuhan operasional.

2. Apa saja metode assembly?

Dalam produksi, terdapat berbagai metode assembly yang digunakan untuk mengoptimalkan efisiensi dan kualitas produk. Metode seperti tukar dan pemilihan memungkinkan fleksibilitas dalam penggunaan komponen, sementara metode individual lebih fokus pada kontrol kualitas. Teknik seperti mechanical assembly, spot weld, rivet, weld, serta brazing or soldering assembly sangat bergantung pada jenis produk dan volume produksi yang diinginkan, dengan masing-masing menawarkan keunggulan terkait kecepatan, ketahanan, dan biaya produksi.

3. Apa tugas utama assembler dalam proses kerja?

Tugas utama assembler dalam industri manufaktur adalah memastikan komponen dirakit sesuai dengan desain dan spesifikasi teknis yang telah ditetapkan. Ini mencakup kegiatan seperti membaca instruksi perakitan, memverifikasi kualitas komponen yang digunakan, serta menjaga kebersihan dan keamanan area kerja. Selain itu, assembler juga bertanggung jawab untuk mematuhi prosedur operasi standar dan melaporkan kendala yang ditemui agar memastikan kualitas akhir produk sesuai dengan standar perusahaan.

Jadwalkan Demo Gratis

Error message
Error message
Error message
Error message
Error message
Error message

Rekomendasi Artikel Terkait

Temukan Artikel Serupa untuk Solusi Bisnis Lebih Lengkap