Assembly line merupakan suatu konsep yang seringkali diperbicarakan dalam industri manufaktur. Namun, konsep ini ternyata bukan merupakan suatu hal yang umum sebelum awalnya abad ke-20 dikarenakan introduksinya oleh Henry Ford, melainkan setiap pekerja harus merancang suatu komponen dengan sendiri.
Seiring berjalannya waktu, konsep manufaktur yang revolusioner tersebut juga melalui proses evolusi, yakni sekarang assembly line seringkali tidak melibatkan campur tangan manusia dan berjalan dengan otomatis karena adanya bantuan mesin-mesin. Artikel berikut akan membahas tentang konsep krusial tersebut serta juga perannya dalam proses manufaktur zaman kini!
- Assembly line adalah metode produksi massal yang membagi proses manufaktur menjadi tahapan spesifik, dikerjakan secara berurutan oleh operator atau mesin.
- Peran mesin assembly line termasuk meningkatkan efisiensi produksi, meminimalisir kesalahan, mengurangi biaya tenaga kerja, dan memungkinkan produksi massal dengan cepat.
- Jenis-jenis assembly line meliputi continuous flow, cellular, balanced, flexible, dan automated assembly line.
- ScaleOcean adalah software manufaktur yang mengotomatiskan pengelolaan assembly line, dari perencanaan bahan baku hingga pemantauan produksi real-time, memastikan efisiensi dan kualitas.
1. Apa itu Mesin Assembly Line?
Assembly line adalah metode produksi massal yang membagi proses manufaktur menjadi langkah spesifik, yang dikerjakan oleh operator atau mesin secara berurutan. Tujuan utama proses ini adalah meningkatkan efisiensi, memperpendek waktu produksi, dan mempermudah pembuatan produk dalam jumlah besar.
Maka dari hal itu, assembly line adalah suatu jalur produksi yang memecahkan proses pemanufakturan suatu hal menjadi beberapa tahapan spesifik yang dijalankan oleh operator assembly seperti karyawan-karyawati atau mesin-mesin. Dan mesin assembly line adalah mesin-mesin yang menjalankan tahapannya masing-masing secara otomatis. Istilah tersebut seringkali muncul dalam penerapan line balancing.
Dibandingkan dengan proses manufaktur sebelumnya dimana seorang pekerja harus memiliki pengalaman mendalam akan perakitan suatu komponen, assembly line seringkali melibatkan tenaga kerja yang tidak terlalu berpengetahuan. Hal itu dikarenakan setiap tahapan berisi instruksi yang mudah dikerjakan seperti sekrup, packaging, dll.
2. Sejarah Singkat Assembly Line

Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya, konsep assembly adalah suatu hal yang relatif baru pada skala besar. Konsep tersebut merupakan hasil dari keinginan Henry Ford untuk meningkatkan efisiensi perakitan produk mobilnya. Namun, konsep tersebut bukan merupakan suatu hal yang baru, melainkan merupakan inspirasi pengalaman seorang William “Pa” Klann dari proses pemotongan daging di slaughterhouse Chicago.
Bila memantau lebih jauh lagi, konsep assembly line dapat ditemukan jauh sebelum berlangsungnya revolusi industri pada masanya Venesia di tahun 1100-an. Pada masa peperangan tersebut, kapal-kapal seringkali dibekali dengan senjata-senjata saat sedang melewati kanal, praktik yang serupa dengan production line. Seperti perkataannya Charles Emil Sorensen, Henry Ford bukanlah bapak dari produksi massal, melainkan adalah sponsornya produksi massal.
3. Peran Mesin Assembly Line dalam Menjalankan Produksi Massal
Tentu saja, konsep berikut pasti memiliki peran-peran penting dalam produksi massal dikarenakan implementasi praktik berikut oleh setiap perusahaan manufaktur. Bahkan, setelah penerapannya oleh Ford, perusahaan-perusahaan lain pada waktu itu dengan segera menirunya. Beberapa dari perannya adalah:
a. Meningkatkan Efisiensi
Daripada menggunakan suatu sistem yang melibatkan satu anggota tenaga kerja untuk memproduksi suatu komponen dari awal hingga akhir, assembly line menerapkan sistem dimana terdapat banyak anggota tenaga kerja yang bertanggung jawab atas tahapan-tahapan yang mudah dilaksanakan, menurunkan secara drastis waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan produksi barang.
b. Meminimalisir Kesalahan dan Menjaga Kualitas
Karena masing-masing tahapan produksi sekarang lebih mudah dilakukan, maka angka kesalahan yang berkemungkinan muncul relatif rendah. Ditambah lagi, dikarenakan produk setengah jadi secara turun menurun dialihkan dari satu karyawan ke karyawan yang lainnya, kesalahan dapat dilacak dengan spontan.
Hal ini berlaku pula pada tahapan perakitan manufaktur otomotif, di mana setiap langkah produksi dapat dipantau dengan cermat. Dengan sistem yang baik, kesalahan dapat ditemukan lebih cepat, mengakibatkan setiap produk memiliki kualitas yang konsisten.
c. Mengurangi Biaya Tenaga Kerja
Tahapan-tahapan produksi sekarang tidak memerlukan pengetahuan sebelumnya mengenai perakitan penuh suatu produk, sehingga tingkatan kompetensi yang diperlukan relatif rendah, mengurangi biaya gaji yang diperlukan. Peran operator assembly dalam konteks ini menjadi lebih fokus pada pengoperasian alat dan mengikuti prosedur standar daripada keahlian teknis yang kompleks. Terlebih juga, apabila sebuah perusahaan mempunyai kemampuan untuk mengimplementasikan mesin, biaya berjalan yang diperlukan seperti pelatihan dan asuransi akan menghilang juga.
d. Memungkinkan Produksi Massal
Dengan adanya suatu praktik yang menjalankan proses produksi dengan cepat dan lancar, suatu perusahaan dapat memproduksi lebih banyak produk untuk memenuhi kebutuhan pasar apabila tingkat permintaan sesuai. Praktik ini dikenal dengan assemble to order, di mana produk dirakit setelah pesanan diterima.
4. Manfaat Penggunaan Mesin Assembly Line
Selain peran-perannya yang telah disebutkan di atas, penerapan mesin assembly line dalam proses produksi juga memiliki manfaat-manfaat bagi perusahaan. Beberapa dari manfaat tersebut adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan Produktivitas
Assembly line dapat meningkatkan produktivitas operator-operator assembly dikarenakan beban kerja mereka yang ringan. Namun, perlu diperhatikan bahwa sebaliknya berlaku juga apabila karyawan merasa bahwa pekerjaan mereka monoton, sehingga menimbulkan kebosanan bagi mereka.
b. Fleksibilitas
Karena skillset yang diperlukan untuk merakit komponen-komponen produk lain tidak berbeda atau tidak berbeda jauh dengan kemampuan yang diperlukan untuk menyusun komponen barang yang satunya, maka karyawan atau mesin dapat dengan mudah dialihkan ke projek lain.
Hal ini memungkinkan perusahaan untuk menerapkan strategi assemble to order, di mana komponen-komponen tersebut dirakit sesuai permintaan pelanggan dengan fleksibilitas yang tinggi, mengoptimalkan sumber daya dan meningkatkan efisiensi produksi.
c. Keamanan
Dengan mengurangi beban masing-masing pekerja, kemungkinan terjadinya kecelakaan teknis kepada mereka dalam proses produksi relatif rendah. Hal ini terlebih lagi bagi perusahaan yang mengotomasi prosesnya dengan mesin.
5. Cara Kerja Assembly Line
Cara bekerjanya konsep berikut relatif mudah dimengerti, yakni, pemisahan tanggung jawab dan tahapan kepada semua karyawan, masing-masing kelompok dengan tanggung jawab yang khusus. Contohnya kelompok karyawan A bertanggung jawab atas tahap A dan kelompok karyawan B bertanggung jawab atas tahap B. Dengan adanya pemisahan ini, masing-masing karyawan dapat fokus pada kerjanya, serta meningkatkan efisiensi proses manufaktur.
Sebagai ilustrasi, berikut adalah contoh berjalannya suatu proses produksi di suatu perusahaan otomotif, yakni ERP PT Toyota:
- Pencetakan Bodi: Tahapan ini meliputi kelompok karyawan atau mesin-mesin yang bertanggung jawab atas pemotongan lembaran baja sesuai dengan komponen-komponen mobil seperti pintu, atap dan penutup mesin.
- Pengelasan: Komponen-komponen yang telah dibuat disambungkan untuk menjamin keamanan dan kekokohan struktur mobil.
- Pengecatan: Struktur mobil yang telah terbentuk dicuci dan kemudian dilapisi primer untuk mencegah karat. Setelah itu, bodi dicat dengan presisi.
- Integrasi Komponen Lain: Komponen-komponen lain seperti mesin, interior, dll, dipasang ke dalam bodi mobil.
- Tes Kualitas: Mobil yang dirakit masing-masing di tes untuk memastikan apa adanya kebocoran, kerusakan rem atau kendala lainnya.
Baca juga: Panduan Master Production Schedule MPS dan Contohnya
6. Peran Assembly Line dalam Efisiensi Produksi

Efisiensi produksi dapat dicapai apabila adanya penerapan assembly line pada proses produksi yang dapat memberikan perusahaan manufaktur kemampuan untuk menjalankan produksi yang berat. Beberapa dari perannya dalam efisiensi produksi adalah sebagai berikut:
a. Memaksimalkan Kapasitas Produksi
Jumlah akhir produk yang dapat dirakit bertambah secara signifikan karena adanya penerapan sistem assembly line dimana masing-masing karyawan memiliki beban kerja yang rendah. Hal itu memperbolehkan perusahaan untuk meningkatkan angka produksi tanpa mengorbani efisiensi.
b. Meningkatkan produktivitas
Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya, penerapan sistem assembly line dapat meningkatkan produktivitas karyawan terlibat karena tenaga kerja merasa kurang terbebani. Namun, hal ini dapat menimbulkan rasa kebosanan yang malahan dapat menurunkan tingkat produktivitas. Solusi dari permasalahan tersebut adalah dengan mengganti manusia dengan mesin-mesin khusus untuk pengerjaan yang sangat monoton.
c. Mempercepat Pengerjaan
Salah satu hal yang selalu dipuji dari model assembly line Henry Ford adalah kemampuannya untuk merakit mobil dengan lebih cepat, sambilan menurunkan harga mobil tersebut. Penerapan praktik ini cenderung menurunkan waktu yang diperlukan untuk memproduksi masing-masing produk.
7. Jenis-Jenis Assembly Line
Untuk memenuhi kebutuhan produksi dan spesifikasi masing-masing produk, produsen cenderung membutuhkan jenis produksi berbeda-beda yang memiliki keunggulannya tersendiri. Beberapa jenisnya adalah sebagai berikut:
a. Continuous Flow Assembly Line
Jenis ini merupakan jenis yang pertama diterapkan oleh Henry Ford pada awal abad ke-20. Hal ini dikarenakan sifatnya yang berjalan secara terus menerus tanpa adanya gangguan, serta cocok untuk perakitan komponen mobil karena sifatnya yang statik atau tidak bervariasi.
b. Cellular Assembly Line
Sesuai dengan namanya, konsep dari jenis assembly line ini adalah dengan memisahkan anggota-anggota tenaga kerja menjadi sel-sel atau kelompok terpisah. Jenis ini seringkali digunakan untuk memisahkan sumber daya manusia yang memiliki kemahiran kepada suatu hal dengan karyawan yang sama agar masing-masing kelompok dapat menyelesaikan tanggung jawabnya dengan penuh fokus dan secara efisien.
c. Balanced Assembly Line
Keseimbangan merupakan faktor yang diutamakan di dalam jenis ini. Kesetaraan beban antara masing-masing anggota tenaga kerja merupakan hal yang krusial untuk memaksimalkan efisiensi semua orang dan memastikan mereka menyelesaikan tanggung jawab mereka pada waktu yang sama. Tidak hanya itu, jenis ini juga berusaha untuk meminimalisir waktu tunggu dan overhead costs yang tidak diperlukan.
d. Flexible Assembly Line
Tipe berikut cenderung diimplementasikan pada suatu situasi kondisi di mana sebuah perusahaan ingin menciptakan lebih banyak variasi suatu produk atau karena permintaan pasar yang selalu berganti. Secara singkat, jenis ini memungkinkan perubahan pada produk yang dibikin.
e. Automated Assembly Line
Jenis terakhir berikut adalah jenis assembly line yang secara minimal melibatkan campur tangan manusia dalam tahapan-tahapan produksinya, melainkan diotomatisasi sepenuhnya dengan mesin-mesin atau baru-baru ini, artificial intelligence (AI).
Variasi ini, yang dikenal sebagai perakitan otomatis, cenderung lebih cepat dan efisien, karena mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk setiap tahap produksi. Meskipun demikian, perakitan otomatis tetap memerlukan supervisi seorang manusia untuk memastikan kelancaran proses dan mengatasi masalah teknis yang mungkin muncul.
8. Kelebihan dan Kekurangan Assembly Line
Assembly line adalah metode produksi yang banyak digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya. Namun, meskipun memiliki banyak keuntungan, ada juga beberapa kekurangan yang perlu dipertimbangkan sebelum mengimplementasikannya. Berikut ini adalah penjelasannya:
a. Kelebihan Assembly Line
Salah satu keunggulan utama dari assembly line adalah kemampuannya untuk memproduksi barang dalam jumlah besar dengan cepat dan efisien. Dengan pembagian tugas yang jelas, setiap pekerja dapat fokus pada satu pekerjaan, meningkatkan efisiensi dan mengurangi waktu produksi secara keseluruhan. Selain itu, penggunaannya membantu mengurangi biaya produksi karena prosesnya yang terstandarisasi dan efisien.
b. Kekurangan Assembly Line
Meskipun efisien, kekurangan assembly line adalah dapat menyebabkan pekerja merasa jenuh karena tugas yang berulang dan monoton. Kegiatan yang terus-menerus dilakukan dapat mempengaruhi semangat kerja. Selain itu, lini produksi cenderung kurang fleksibel untuk memproduksi produk yang bervariasi, karena setiap bagian dari proses produksi sudah terstandarisasi dan tidak mudah disesuaikan.
9. Solusi Terbaik untuk Implementasi Assembly Line
Setelah mendapatkan pesanan untuk memproduksi sebuah produk, ada banyak hal yang harus dipertimbangkan terlebih dahulu oleh produsen, dan produsen tertentu harus mampu beradaptasi dengan segala bentuk kebutuhan dan spesifikasi kontraktor. Kebutuhan dan spesifikasi kontraktor dapat dapat berupa bahan baku yang digunakan, volume yang dibutuhkan, tenggat waktu dan seterusnya. Ketika segala hal tersebut telah diketahui dan dipantau, maka sang manufaktur dapat mengimplementasi jenis assembly line yang sesuai.
Proses adaptasi ini meliputi lebih banyak lagi hal daripada yang telah disebutkan di atas. Maka dari itu, banyak perusahaan manufaktur seringkali mencari solusi terbaik yakni melakukan implementasi dengan software–software manufaktur seperti software ScaleOcean untuk mengelola data-data yang diperlukan dengan mudah.
10. Efisienkan Pengelolaan Assembly Line dengan Software Manufaktur ScaleOcean
Seperti halnya proses produksi dapat berlangsung dengan lebih cepat dan efisien berkat campur tangannya teknologi, proses pengerjaan assembly line juga dapat dipermudah dengan suatu software manufaktur. Software manufaktur ScaleOcean adalah sistem manufaktur terbaik dalam mengelola berjalannya assembly line. Berikut adalah beberapa fitur dari sistem tersebut:
- Smart MRP (Material Requirement Planning): Mengotomatiskan perhitungan kebutuhan bahan baku berdasarkan jadwal produksi, memastikan pemesanan bahan baku dilakukan secara tepat waktu dan dengan jumlah yang sesuai untuk assembly line.
- BOM (Bill of Materials) Management: Mempermudah pembuatan daftar bahan baku dan komponen yang dibutuhkan dalam setiap tahap produksi, menyediakan struktur BOM yang mendukung produk dengan banyak varian.
- Production Scheduling and Work Order Management: Mengelola jadwal produksi secara otomatis dengan mempertimbangkan kapasitas mesin dan tenaga kerja, membantu dalam pembuatan dan pengelolaan tanggung jawab untuk setiap tahapan produksi.
- Integrated Supply Chain Management (SCM): Menghubungkan proses produksi dengan manajemen persediaan dan pengadaan bahan baku, memastikan ketersediaan bahan dalam assembly line untuk menghindari kendala yang mungkin muncul.
- Cost Management and Profitability Analysis: Menghitung harga pokok produksi (HPP) secara otomatis berdasarkan konsumsi bahan baku, tenaga kerja, dan biaya overhead, membantu dalam analisis margin keuntungan dari setiap produksi.
- Real-Time Production Monitoring: Memantau status produksi secara real time untuk memastikan semua proses berjalan sesuai rencana, memberikan visibilitas penuh terhadap status pengerjaan di setiap tahap assembly line.
- Quality Control and Defect Tracking: Menyediakan modul quality control untuk memastikan produk yang dihasilkan memenuhi standar kualitas, memungkinkan pelacakan dan analisis cacat produk untuk perbaikan proses produksi.
- Predictive Maintenance for Machines: Memantau kondisi mesin dalam assembly line dan memberikan peringatan bila diperlukan pemeliharaan, mengurangi downtime dengan perawatan berbasis data.
- Warehouse and Inventory Management: Mengelola persediaan bahan baku dan barang jadi secara otomatis, menyediakan visibilitas tingkat stok dan mempercepat proses pemilihan bahan baku.
- Automated Workflow and IoT Integration: Mendukung Industrial Internet of Things (IIoT) untuk meningkatkan efisiensi proses perakitan, mengotomatiskan alur kerja produksi berdasarkan data.
11. Kesimpulan
Assembly line merupakan suatu praktik yang sangat krusial dalam menjalankan suatu proses manufaktur yang efektif. Hal ini dikarenakan perannya yang penting dalam menjamin kualitas yang konsisten, pengurangan biaya, dan seterusnya. Namun, masing-masing jenis assembly line mempunyai spesifikasi penggunaannya dan penerapan jenis yang benar harus dilakukan berdasarkan beberapa faktor.
Software manufaktur ScaleOcean adalah pilihan terbaik dalam pengelolaan data yang diperlukan untuk menjalankan proses adaptasi yang sempurna, serta juga mengawasi segala aspek yang terlibat dalam proses assembly line seperti ketersediaan bahan baku, kondisi alat, dll. Cobalah demo gratis Anda sekarang dan lihat bagaimana aplikasi ini dapat membantu memajukan bisnis manufaktur Anda!
FAQ:
1. Apa yang dimaksud dengan assembly line?
Lini perakitan atau jalur perakitan adalah proses manufaktur di mana komponen-komponen, biasanya dengan suku cadang, dirakit dan digabungkan secara berurutan mengikuti urutan tertentu hingga membentuk produk akhir.
2. Apa saja ciri-ciri proses produksi assembly line?
Mass atau Assembly Line adalah proses produksi yang memiliki ciri-ciri, yaitu: 1) Volume produksi tinggi untuk setiap item yang terpisah, 2) Setiap produk memiliki variasi yang minim, dan 3) Sistem produksi ini umumnya digunakan untuk memenuhi persediaan.
3. Apa keuntungan dari menggunakan assembly line dalam produksi massal?
Salah satu keuntungan utama dari assembly line adalah pengurangan biaya tenaga kerja. Dengan pembagian tugas yang terorganisir di setiap tahap produksi, perusahaan dapat mempekerjakan tenaga kerja secara lebih efisien, sesuai dengan kebutuhan setiap tahap produksi.


