Raw Material: Pengertian, Jenis, serta Tahap Pemrosesannya

ScaleOcean Team
Posted on
Share artikel ini

Proses produksi di pabrik akan terhenti jika bahan baku yang dibutuhkan tidak tersedia. Hal ini tidak hanya menunda pengiriman ke klien, tetapi juga membengkakkan biaya operasional akibat inefisiensi pengelolaan raw material di gudang pabrik. Pemahaman mendalam mengenai bahan baku menjadi fondasi utama untuk menjaga kelancaran rantai pasok bisnis manufaktur Anda.

Anda membutuhkan strategi pengadaan yang tepat untuk menghindari penumpukan stok berlebih yang mematikan arus kas perusahaan. Pengelolaan bahan mentah yang efektif secara langsung memengaruhi kualitas produk akhir dan margin keuntungan yang bisa Anda raih. Tanpa kontrol yang ketat, risiko kerugian finansial akan terus mengintai operasional harian.

Artikel ini akan membahas tuntas pengertian raw material, klasifikasi jenisnya, hingga tahapan pemrosesannya menjadi barang jadi. Kami juga akan mengulas bagaimana optimalisasi di setiap tahap ini dapat meningkatkan efisiensi produksi secara keseluruhan.

starsKey Takeaways
  • Raw material adalah bahan mentah dasar yang diolah melalui proses produksi menjadi barang jadi atau setengah jadi yang bernilai jual.
  • Jenis raw material terbagi menjadi direct material yang membentuk produk utama, dan indirect material sebagai pendukung operasional yang tidak terlihat langsung.
  • Manajemen inventaris bahan baku menghadapi tantangan fluktuasi permintaan, risiko pemborosan, tata letak gudang yang buruk, serta kompleksitas kontrol kualitas.
  • Software manufaktur ScaleOcean membantu memantau stok bahan baku secara real-time dan otomatis, mencegah kekurangan material serta mengoptimalkan biaya produksi.

Dapatkan Demo Gratis!

requestDemo

Apa itu Raw Material?

Raw material adalah bahan mentah yang menjadi komponen dasar untuk membuat suatu produk jadi atau barang setengah jadi melalui proses produksi. Bahan ini bisa berasal dari sumber alam seperti kayu, kapas, dan minyak bumi, atau berupa produk olahan lainnya seperti plastik dan baja. Di industri, bahan ini merupakan elemen utama yang diperlukan untuk menghasilkan barang yang siap dijual atau digunakan.

Secara umum, bahan baku tersebut belum mengalami pemrosesan yang signifikan dan masih memerlukan tahap lanjutan untuk diolah menjadi produk akhir. Contoh produksi ekstraktif yang menghasilkan material ini meliputi penambangan bijih besi dan pengeboran minyak mentah.

Kualitas dari material ini sangat krusial karena mempengaruhi langsung mutu produk yang dihasilkan. Pengadaan bahan baku yang baik sangat penting agar proses produksi dapat berjalan lancar dan memenuhi permintaan pasar. Dalam bisnis manufaktur, pemilihan material yang tepat juga dapat meningkatkan efisiensi operasional secara keseluruhan.

Dikutip dari Investopedia, bagi perusahaan manufaktur, inventaris material ini memerlukan penganggaran terperinci dan kerangka kerja akuntansi khusus pada neraca serta laporan laba rugi. Oleh karena itu, perencanaan anggaran yang rinci mutlak diperlukan.

Manfaat Raw Material dalam Industri

Ketersediaan material ini memiliki berbagai manfaat strategis dalam operasional bisnis. Manfaat utamanya meliputi kepastian kelancaran produksi, fleksibilitas menghadapi fluktuasi permintaan, hingga pengendalian biaya. Berikut adalah penjelasan lengkapnya:

  • Dasar Proses Produksi: Menjadi komponen fundamental yang diolah untuk menciptakan produk bernilai tambah.
  • Memastikan Kelancaran: Persediaan yang memadai menjaga alur proses produksi tetap stabil tanpa gangguan akibat kekurangan material.
  • Fleksibilitas: Dengan stok yang cukup, perusahaan dapat beradaptasi lebih cepat terhadap perubahan permintaan pasar.
  • Penentu Kualitas: Mutu material awal sangat menentukan standar kualitas produk akhir yang diterima konsumen.
  • Efisiensi: Pemilihan material yang tepat dapat mengurangi pemborosan dan mempercepat waktu pengerjaan.
  • Pengendalian Biaya: Manajemen material yang efektif sangat membantu menurunkan biaya produksi dan mengoptimalkan pengeluaran perusahaan.

Jenis-jenis Raw Material

Jenis-jenis Raw Material

Raw material atau jenis persediaan yang bisa didapatkan dari berbagai sumber alam, dibeli melalui pemasok, maupun diproduksi sendiri oleh perusahaan. Bahan baku dapat dikategorikan menjadi dua jenis utama, yaitu direct dan indirect material.

1. Direct Material

Direct raw material adalah jenis bahan baku yang secara langsung menjadi bagian utama dari produk. Bahan-bahan ini mempengaruhi karakteristik dan fungsi dari produk yang dihasilkan. Misalnya dalam industri otomotif, contoh bahan baku langsung yaitu steel, bahan yang digunakan untuk membuat bodi kendaraan.

Anda perlu melakukan identifikasi dan pengelolaan direct material untuk menjaga stabilitas kualitas dan biaya produksi. Oleh karena itu, pemilihan, pengadaan, dan pengelolaan direct raw material adalah hal langkah awal yang umumnya dilakukan selama kegiatan perencanaan produksi.

2. Indirect Material

Indirect raw material disebut juga bahan baku tidak langsung. Bahan ini digunakan dalam proses produksi namun tidak menjadi bagian dari produk akhir. Material-material ini berfungsi sebagai pendukung operasional produksi, tetapi tidak bisa diidentifikasi secara langsung dari produk.

Contohnya adalah pelumas, pembersih, dan alat tulis yang digunakan dalam operasional pabrik. Walaupun tidak terlihat pada produk akhir, indirect material juga diperlukan untuk menjaga kelancaran proses produksi dan operasional. Pengelolaan yang tepat akan menjaga efisiensi operasional dan meminimalisir kemungkinan hambatan manajemen produksi yang bisa saja muncul.

Contoh Raw Material di Industri Manufaktur

Raw material adalah material dasar yang digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan produk jadi di industri manufaktur. Kualitas bahan baku sangat memengaruhi kualitas produk akhir. Berikut adalah beberapa contoh raw material di berbagai industri manufaktur:

1. Industri Makanan dan Minuman

Perusahaan makanan dan minuman menggunakan raw material food seperti gandum, gula, susu, dan minyak nabati sebagai komponen utama produksi. Bahan-bahan ini harus melalui proses pengolahan yang ketat agar memenuhi standar keamanan dan kualitas konsumsi.

2. Industri Tekstil dan Pakaian

Di sektor tekstil, contoh raw material mencakup kapas, polyester, wol, dan serat sintetis menjadi elemen penting dalam proses produksi. Produsen biasanya menyesuaikan bahan tersebut dengan kebutuhan desain dan fungsi pakaian yang ingin dihasilkan.

3. Industri Otomotif

Selain itu, industri otomotif memanfaatkan logam seperti baja, aluminium, dan tembaga untuk membuat rangka, mesin, dan komponen kendaraan. Selain itu, plastik dan karet juga digunakan untuk bagian interior dan sistem peredam getar.

4. Industri Elektronik

Produsen elektronik mengandalkan contoh raw material seperti silikon, tembaga, emas, dan plastik untuk memproduksi sirkuit, kabel, dan casing perangkat. Kualitas material ini sangat memengaruhi performa dan daya tahan produk akhir.

5. Industri Kimia

Terakhir, untuk industri kimia memakai bahan mentah seperti gas alam, minyak bumi, asam sulfat, dan senyawa anorganik lainnya. Proses produksi di sektor ini menuntut ketelitian tinggi karena banyak bahan bersifat reaktif atau berbahaya.

Manufaktur

Tahap Pengelolaan Raw Material

Tahap pemrosesan raw material adalah serangkaian langkah yang bertujuan untuk mengubah bahan mentah menjadi produk yang siap digunakan atau dijual. Berikut adalah tahapan umum dalam pemrosesan bahan baku:

1. Penerimaan Bahan Baku

Raw material yang diterima dari pemasok pertama kali diperiksa untuk memastikan kualitas dan jumlah yang sesuai dengan standar. Setelah itu, bahan baku disimpan dalam tempat yang sesuai agar tetap terjaga kualitasnya dan siap digunakan saat dibutuhkan dalam proses produksi.

2. Pembersihan dan Persiapan Raw Material

Sebelum digunakan, bahan baku biasanya perlu dibersihkan dari kotoran atau kontaminasi yang mungkin ada. Pada tahap ini juga dilakukan pemotongan atau penyusunan bahan agar siap untuk diproses lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan produksi.

3. Pengolahan Utama

Pada tahap ini, raw material mengalami perubahan fisik atau kimia untuk mengubahnya menjadi bentuk yang diinginkan. Misalnya, bahan mentah logam yang dicairkan atau kayu yang diproses menjadi papan. Pengolahan utama ini bisa melibatkan berbagai teknik, seperti pemanasan, pendinginan, pencetakan, pemotongan, atau penggabungan bahan.

4. Penyelesaian dan Pengepakan

Setelah mengalami pemrosesan utama, produk setengah jadi atau barang jadi perlu diproses lebih lanjut, seperti pengecekan kualitas, perakitan, atau pengepakan. Dalam tahap ini, tugas helper produksi sangat penting untuk memastikan setiap langkah berjalan dengan lancar. Produk yang sudah siap kemudian akan disiapkan untuk distribusi atau digunakan dalam tahap produksi berikutnya.

Cara Hitung Raw Material Cost

Menghitung biaya raw material adalah langkah penting dalam pengelolaan keuangan dan operasional bisnis manufaktur. Rumus dasarnya dengan menambahkan pembelian bahan baku dan inventori awal bahan baku. Kemudian kurangkan dengan inventori akhir bahan baku. Secara matematis tertulis:

Biaya raw material = (persediaan awal + pembelian) – persediaan akhir

Pembelian bahan baku mencakup semua pembelian material yang dilakukan selama periode tertentu. Sedangkan inventori awal dan akhir mencakup jumlah bahan baku yang tersedia di awal dan akhir periode tersebut. Agar lebih paham penggunaan rumus tersebut, perhatikan ilustrasi berikut ini.

Contoh Perhitungan Raw Material Cost

Misalkan sebuah bisnis manufaktur memiliki inventori bahan baku awal sebesar Rp10.000.000. Selama periode satu bulan, perusahaan tersebut membeli bahan baku tambahan sebesar Rp30.000.000. Kemudian di akhir periode, inventori bahan baku tersisa Rp5.000.000. Berdasarkan rumus di atas, biaya bahan baku yang digunakan oleh perusahaan selama periode tersebut adalah:

Biaya raw material = (Rp10.000.000 + Rp30.000.000) – Rp5.000.000 = Rp35.000.000

Berdasarkan contoh di atas, perusahaan telah menghabiskan Rp35.000.000 untuk bahan baku selama periode satu bulan. Informasi tersebut dapat digunakan untuk menganalisis efisiensi penggunaan bahan baku dan membantu merencanakan anggaran serta mengoptimalkan strategi pengadaan di masa mendatang.

Mengenal Manajemen Persediaan Bahan Baku (Raw Materials Inventory)

Bagi bisnis manufaktur, manajemen inventaris bahan baku adalah langkah fundamental untuk menjamin kelancaran alur produksi. Raw materials atau bahan baku adalah aset yang disimpan perusahaan untuk diolah menjadi produk jadi. Tujuan utama inventarisasi ini adalah memastikan ketersediaan material agar produksi tidak terhenti dan efisiensi operasional tetap terjaga.

Proses pengelolaannya dimulai dengan perencanaan kebutuhan material yang cermat, meliputi identifikasi jenis, kuantitas, dan masa simpan. Tahap selanjutnya adalah pengadaan dari pemasok dan penyimpanan di gudang yang memadai, disertai pemantauan kondisi material secara berkala.

Karena bahan baku berdampak langsung pada kualitas produk akhir, kesalahan pengelolaan inventaris dapat merusak reputasi perusahaan. Sebagai ilustrasi, bayangkan sebuah pabrik furnitur yang menerima pesanan 100 set meja dalam sebulan.

Jika manajemen inventaris buruk, mereka mungkin baru menyadari kekurangan stok kayu di tengah proses produksi. Akibatnya, produksi terhenti sambil menunggu pasokan baru datang.

Masalah lain seperti penumpukan stok usang akibat tata letak gudang yang buruk juga sering terjadi. Hal ini menyebabkan keterlambatan pengiriman, hilangnya kepercayaan klien, dan pembengkakan biaya produksi. Oleh karena itu, manajemen inventaris bahan baku yang efektif sangat krusial untuk keberlanjutan finansial perusahaan.

Tantangan dalam Mengelola Inventaris Bahan Baku

Proses pengelolaan inventaris raw materials tidak lepas dari berbagai tantangan, mulai dari ketidakpastian pasar hingga kompleksitas teknis. Berikut adalah beberapa hambatan utamanya:

  • Fluktuasi Permintaan: Perubahan mendadak pada permintaan pasar sangat memengaruhi stok. Lonjakan pesanan bisa menyebabkan kekurangan bahan, sementara penurunan permintaan berisiko menciptakan penumpukan stok mati (dead stock), yang keduanya merugikan arus kas.
  • Pemborosan Material: Inefisiensi penggunaan bahan baku sering terjadi akibat kesalahan produksi atau kurangnya pengawasan. Ini tidak hanya meningkatkan biaya produksi tetapi juga mengancam ketersediaan stok untuk siklus produksi berikutnya.
  • Tata Letak Gudang yang Buruk: Desain gudang yang tidak efisien menghambat akses pengambilan barang dan mempersulit pelacakan stok fisik. Hal ini meningkatkan risiko kerusakan material dan selisih stok (inventory discrepancy).
  • Kompleksitas Kontrol Kualitas: Memastikan setiap batch bahan baku memenuhi standar adalah proses yang rumit. Tanpa sumber daya yang memadai, bahan baku cacat bisa lolos ke lini produksi, yang pada akhirnya menurunkan kualitas produk jadi.

Untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut, Anda dapat memanfaatkan solusi teknologi seperti software manufaktur ScaleOcean. Sistem ini mengintegrasikan seluruh proses pengelolaan raw material inventory agar lebih transparan dan terkendali. Tim gudang dan produksi dapat memantau status ketersediaan stok secara real-time untuk menghindari hambatan operasional yang merugikan.

ScaleOcean juga berperan penting dalam merencanakan kebutuhan raw material secara presisi guna menghadapi fluktuasi permintaan pasar. Sistem ini membantu Anda melacak penggunaan bahan baku secara detail untuk mengurangi risiko pemborosan dan menjaga standar kualitas produk. Dengan implementasi yang tepat, efisiensi biaya produksi dan optimalisasi tata letak gudang dapat tercapai secara maksimal.

Faktor yang Mempengaruhi Persediaan Raw Material

Faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku harus dikelola dengan hati-hati untuk memastikan tidak terjadi kekurangan atau kelebihan yang dapat mengganggu produksi. Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi persediaan raw material:

  • Permintaan pasar: Tinggi atau rendahnya permintaan pasar untuk produk akhir dapat mempengaruhi jumlah bahan baku yang perlu disiapkan. Ketidakpastian permintaan membuat perencanaan persediaan menjadi lebih kompleks.
  • Waktu pengadaan: Waktu yang diperlukan untuk mendapatkan bahan baku dari pemasok mempengaruhi tingkat persediaan yang harus disiapkan. Pengadaan yang lebih lama membutuhkan stok cadangan lebih besar untuk menghindari gangguan produksi.
  • Harga bahan baku: Fluktuasi harga bahan baku dapat mempengaruhi keputusan pembelian dan jumlah persediaan yang dibutuhkan. Kenaikan harga bahan baku dapat memaksa perusahaan untuk membeli lebih sedikit atau menunggu waktu yang lebih baik.
  • Kapasitas penyimpanan: Kapasitas gudang atau fasilitas penyimpanan yang terbatas dapat membatasi jumlah bahan baku yang dapat disimpan. Hal ini harus disesuaikan dengan kapasitas operasional agar persediaan tidak berlebihan atau kekurangan.
  • Kualitas dan ketersediaan pemasok: Kualitas bahan baku yang konsisten dan ketersediaan pemasok yang dapat diandalkan mempengaruhi stabilitas persediaan. Gangguan pada pasokan dapat menyebabkan perusahaan terpaksa mencari alternatif atau mengurangi produksi.
  • Kebijakan perusahaan: Kebijakan internal perusahaan, seperti strategi Just in Case (JIC) atau Just in Time (JIT), juga memengaruhi pengelolaan persediaan. Pendekatan JIT mengurangi persediaan bahan baku, sementara JIC mengutamakan stok cadangan yang lebih besar.

Pengaruh Raw Material pada Laba Manufaktur

Pengaruh Raw Material pada Laba Manufaktur

Harga dan ketersediaan bahan baku bisa sangat mempengaruhi margin laba perusahaan. Jika harga bahan baku meningkat dan perusahaan tidak dapat menaikkan harga jual produknya sesuai dengan peningkatan tersebut, maka margin laba juga akan menurun.

Sebaliknya, jika perusahaan mampu mengoptimalkan pengadaan bahan baku sehingga dapat menurunkan biaya produksi, atau mendapatkan bahan baku berkualitas yang memungkinkan perusahaan menaikkan harga jual produk tanpa menambah biaya, maka margin laba juga dapat meningkat.

Sebagai contoh, misalkan sebuah perusahaan manufaktur memproduksi tas dan menggunakan bahan baku kulit. Jika terjadi kenaikan harga kulit di pasar sebesar 20%, dan perusahaan tidak dapat menaikkan harga jual tasnya karena persaingan harga di pasar, maka laba perusahaan bisa menurun.

Sebaliknya, jika perusahaan dapat menegosiasikan harga dengan pemasok atau menemukan pemasok alternatif dengan harga lebih rendah tanpa mengorbankan kualitas, maka perusahaan dapat mempertahankan atau bahkan meningkatkan margin labanya. Bahkan, jika dilakukan inovasi produk dengan menggunakan bahan baku pengganti yang lebih murah atau lebih efisien, maka laba perusahaan juga dapat meningkat.

Oleh karena itu, manajemen raw material adalah strategi penting untuk memaksimalkan laba dalam bisnis manufaktur. Perusahaan harus selalu menjaga keseimbangan antara biaya bahan baku, kualitas produk, dan harga jual produk untuk memastikan keberlanjutan dan pertumbuhan bisnisnya.

Tips Mengelola Persediaan Raw Material

Mengelola persediaan bahan baku dengan efektif sangat penting untuk menjaga kelancaran proses produksi dan mengurangi biaya operasional. Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu perusahaan dalam mengelola persediaan bahan baku:

1. Lakukan Analisis Permintaan Secara Berkala

Menganalisis tren permintaan produk secara berkala memungkinkan perusahaan untuk memprediksi kebutuhan bahan baku di masa depan. Dengan perkiraan yang lebih akurat, perusahaan dapat merencanakan pengadaan bahan baku yang lebih efisien. Hal ini mengurangi risiko kekurangan bahan baku dan meningkatkan pengelolaan persediaan.

2. Diversifikasi Pemasok Bahan Baku

Mengandalkan hanya satu pemasok dapat meningkatkan risiko gangguan pasokan. Dengan memiliki beberapa pemasok untuk bahan baku yang sama, perusahaan dapat memastikan kelancaran pasokan meskipun salah satu pemasok menghadapi masalah. Diversifikasi pemasok juga memberi fleksibilitas dalam memilih pemasok yang menawarkan harga atau kualitas terbaik.

3. Jaga Kualitas dan Standar Bahan Baku

Pastikan bahan baku yang diterima memenuhi standar kualitas yang ditetapkan oleh perusahaan. Bahan baku dengan kualitas buruk dapat merusak proses produksi dan mengganggu hasil akhir produk. Selain itu, bahan baku yang tidak sesuai standar dapat menambah biaya, baik dalam pengolahan ulang maupun dalam pemborosan.

4. Lakukan Penghitungan Persediaan Secara Berkala

Audit persediaan secara rutin membantu mendeteksi masalah, seperti bahan baku yang kadaluarsa atau tidak digunakan. Pemeriksaan berkala juga memastikan bahwa catatan persediaan tetap akurat dan sesuai dengan jumlah fisik yang ada di gudang. Hal ini mengurangi risiko kesalahan pengelolaan dan meningkatkan keakuratan perencanaan pengadaan bahan baku.

5. Gunakan Sistem Manajemen Persediaan yang Efisien

Menggunakan software manajemen persediaan yang canggih memungkinkan perusahaan untuk memonitor stok bahan baku secara real-time. Sistem ini dapat memberikan peringatan otomatis ketika stok mencapai level minimum. Dengan begitu, perusahaan dapat memesan bahan baku secara tepat waktu dan menghindari kekurangan atau kelebihan stok.

Kesimpulan

Raw material atau bahan baku adalah bahan mentah yang menjadi komponen penting untuk menghasilkan barang jadi dalam bisnis manufaktur. Bahkan ketersediaan, harga, dan pengelolaan efisien terhadap bahan baku dapat secara signifikan mempengaruhi keberlanjutan operasional. Jadi, penting bagi perusahaan untuk memahami apa itu raw material dan strategi manajemen yang tepat agar menguntungkan bisnis.

Seperti ketika harga bahan baku mengalami kenaikan, perusahaan harus bisa menyesuaikan harga jual produknya agar tidak menghadapi penurunan margin laba. Tidak hanya itu, strategi pengadaan yang efektif, negosiasi harga dengan pemasok, pencarian pemasok alternatif, atau inovasi dalam menggunakan bahan baku substitusi yang lebih murah atau lebih efisien dapat menjadi cara bagi perusahaan untuk mengoptimalkan biaya produksi.

FAQ:

1. Apa yang dimaksud dengan raw material?

Raw material atau bahan baku merupakan komponen utama dalam industri manufaktur yang digunakan untuk menghasilkan produk. Proses manufaktur sendiri mengacu pada pengolahan bahan baku menjadi barang jadi yang siap untuk digunakan atau dikonsumsi.

2. Apa saja contoh raw material?

Contoh bahan baku meliputi baja, minyak, jagung, biji-bijian, gas alam, batu bara, dan plastik. Bahan baku ini dapat berupa bahan baku langsung, seperti kayu yang digunakan untuk pembuatan kursi, yang secara langsung terlibat dalam proses produksi barang jadi.

3. Apa sebutan lain dari bahan mentah?

Selain bahan mentah, istilah lain yang digunakan untuk menyebutnya adalah bahan baku, bahan yang belum diolah, atau komoditas primer.

Jadwalkan Demo Gratis

Error message
Error message
Error message
Error message
Error message
Error message

Rekomendasi Artikel Terkait

Temukan Artikel Serupa untuk Solusi Bisnis Lebih Lengkap