Meningkatkan Efisiensi Produksi dengan Line Balancing

ScaleOcean Team
Posted on
Share artikel ini

Dalam menjalankan sebuah proses produksi dalam bisnis manufaktur, tentu adanya keinginan untuk menyelesaikannya secara optimal, terutama dalam produksi massal. Hal ini dikarenakan dengan mengerjakan pesanan dengan efisien, maka perusahaan tidak hanya dapat memastikan kontrol produksi yang maksimal, tetapi juga meningkatkan kepercayaan pelanggan. Maka dari itu, diperlukan adanya line balancing dalam perusahaan.

Line balancing adalah sebuah proses penyetaraan beban kerja di setiap stasiun kerja untuk meningkatkan efisiensi, serta mencegah terjadinya kendala pada proses produksi manufaktur. Simak lebih lanjut untuk mengenal secara mendalam istilah tersebut dan perannya dalam bisnis manufaktur Anda, serta strategi penerapannya!

requestDemo
starsKey Takeaways
  • Line balancing adalah penyimbangan beban produksi pada setiap stasiun kerja untuk meningkatkan efisiensi proses manufaktur.
  • Manfaat line balancing: Meningkatkan efisiensi, mengurangi penumpukan bahan baku, mengurangi pemborosan waktu, mencegah terjadinya penyimpangan internal dan eksternal.
  • Tantangan dalam menerapkan line balancing termasuk variasi waktu pengerjaan, ketidakseimbangan beban kerja, kurangnya fleksibilitas, kesulitan memantau dan mengelola data produksi.
  • Implementasi software manufaktur seperti ScaleOcean merupakan salah satu strategi terbaik untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut.

Coba Demo Gratis!

1. Pengertian Line Balancing

Apa itu line balancingLine balancing adalah sebuah strategi penyeimbangan beban produksi masing-masing stasiun kerja yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi lini produksi. Tujuan dilakukan penerapan strategi tersebut adalah untuk mengurangi idle time setiap stasiun.

Terdapat dua jenis line balancing, yakni:

  • Static Balance: Merujuk pada pembagian beban kerja yang tidak berubah selama periode waktu tertentu. Dalam static balance, pekerjaan dan waktu siklus di setiap stasiun kerja telah ditentukan dan tetap konstan, tanpa adanya penyesuaian terhadap fluktuasi permintaan atau kondisi produksi.
  • Dynamic Balance: Berbeda dengan static balance, dynamic balance mengacu pada penyeimbangan beban kerja yang dapat berubah atau disesuaikan berdasarkan kondisi atau permintaan produksi yang fluktuatif. Perusahaan lebih fleksibel dalam menyesuaikan beban kerja di setiap stasiun produksi untuk mengakomodasi perubahan

2. Manfaat Penerapan Line Balancing

Berikut adalah beberapa manfaat line balancing.

Penerapan line balancing ke dalam lini produksi perusahaan manufaktur krusial dilakukan dikarenakan adanya manfaat-manfaat kritis yang dapat mengoptimalkan keseluruhan operasi manufaktur. Manfaat-manfaat tersebut adalah:

a. Meningkatan Efisiensi Workstation

Stasiun kerja atau workstation dapat mengalami peningkatan efisiensi dikarenakan adanya penyetaraan beban pada masing-masing stasiun proses produksi. Selain itu, penyeimbangan beban yang optimal dapat memastikan bahwa setiap stasiun secara terus-menerus berjalan, sehingga pencapaian target masing-masing produksi mudah dilakukan.

b. Mengurangi Ketersediaan Berlebih

Ketersediaan bahan baku yang berlebihan untuk menjalankan produksi cenderung bukan merupakan sebuah hal yang positif. Hal ini dikarenakan dengan adanya hal tersebut, perusahaan perlu mengeluarkan anggaran tambahan untuk melakukan perawatan bahan baku.

Dengan adanya line balancing yang menjamin keberlangsungan berjalannya setiap stasiun kerja, maka segala bahan baku di penyimpanan akan digunakan, sehingga meminimalisir terjadinya penumpukan aset. Hal tersebut juga dapat membantu perusahaan melakukan manajemen ketersediaan dengan baik dan memprediksi bahan baku yang diperlukan untuk menyelesaikan sebuah proyek konstruksi.

c. Mengurangi Waktu Tunggu dan Pemborosan Waktu

Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya, tujuan line balancing adalah untuk mengurangi kemungkinan adanya waktu idle pada setiap stasiun kerja. Untuk memaksimalkan hasil produksi, masing-masing workstation harus aktif dalam proses produksi, yakni tidak menganggur dikarenakan adanya ketidaksetaraan beban kerja atau pengelolaan pergudangan yang tidak efektif.

d. Mencegah terjadinya Penyimpangan Internal dan Eksternal

Line balancing dapat mengurangi variabel yang mampu memicu penyimpangan baik secara internal maupun eksternal dalam proses produksi. Contohnya, dikarenakan adanya kesetaraan beban kerja pada assembly line, maka tenaga kerja akan merasa bahwa lingkungan kerja adil. Tidak hanya itu, kesetaraan beban kerja juga berlaku pada mesin produksi, sehingga meningkatkan umur alat dan mengurangi perlu dilakukannya perawatan berkala.

Secara eksternal, apabila pelanggan mengganti ketentuan produksi seperti pendekatan atau penjauhan tenggat waktu, maka line balancing dapat mengatur dan mengelola ulang beban produksi sesuai dengan permintaan tersebut. Dengan mengurangi penyimpangan, maka perusahaan dapat menjamin sebuah proses produksi yang berjalan lancar tanpa adanya kendala.

3. Tahapan Menerapkan Line Balancing

Setelah mencapai persetujuan kontrak dengan pelanggan, maka perusahaan manufaktur dapat dengan segera melakukan perencanaan produksi. Salah satu komponen dalam perancangan rencana produksi adalah penentuan spesifikasi assembly line. Berikut adalah beberapa tahapan untuk menerapkan line balancing yang efektif:

a. Mengidentifikasi dan Mengklasifikasi Tugas-tugas

Setiap kontrak tentunya mempunyai perbedaan, yakni tenggat waktu, bahan baku yang digunakan dan tentu saja, barang yang akan diproduksi. Perusahaan atau pihak berwenang harus melakukan modifikasi operasi masing-masing stasiun kerja terlebih dahulu untuk menyesuaikannya dengan ketentuan yang telah disetujui dalam kontrak sebelumnya.

b. Menentukan Takt Time Masing-masing Workstation

Takt time manufaktur adalah waktu antara mulainya produksi sebuah penyelesaian beban kerja suatu stasiun kerja dengan bermulanya pengerjaan unit selanjutnya. Dilakukannya perhitungan tersebut dilakukan untuk mengetahui jumlah waktu yang diperlukan masing-masing workstation untuk memenuhi permintaan pelanggan. Rumus dari takt time adalah sebagai berikut:

Takt Time: Jumlah Waktu suatu Periode / Demand

Sebagai contoh, sebuah pabrik bekerja selama 8 jam dalam 1 hari kerja, yakni 480 menit, dikurangi dengan downtime produksi seperti rapat selama 20 menit dan waktu istirahat selama 60 menit. Sedangkan, jumlah permintaan produksi dalam suatu hari dari pelanggan adalah 340 unit. Maka, takt time operasi produksi proyek tersebut adalah:

Takt time: 480 menit – 20 menit – 60 menit / 300 unit

Takt time: 400 menit / 300 unit

Takt time: 1.3

Hasil perhitungan tersebut menyatakan bahwa perusahaan harus menghasilkan setidaknya 1 unit setiap 1.3 menit untuk memenuhi permintaan pelanggan.

c. Menentukan Jumlah Stasiun Kerja yang Optimal

Setelah diketahui waktu minimal yang diperlukan untuk mencapai sasaran produksi pelanggan, maka harus dilakukan penentuan jumlah stasiun kerja yang akan diberlakukan pada proyek tersebut. Penentuan biasanya dilakukan dengan menentukan apakah suatu jumlah stasiun kerja dapat melakukan produksiunit dibawah takt time.

d. Melakukan Evaluasi dan Perbaikan

Setelah periode produksi telah berlalu, dilakukanlah evaluasi kinerja lini produksi pada proyek tertentu. Apabila masih terdapat workstation yang nganggur, hal tersebut berarti penentuan jumlah stasiun kerja atau penyeimbangan beban kerja tidak dilakukan secara efisien.

Dengan berpegang pada prinsip 5S Kaizen, kesalahan tersebut sebaiknya dijadikan bahan pembelajaran dan pertimbangan untuk proyek-proyek serupa ke depannya.

4. Tantangan Umum dalam Line Balancing

Berikut adalah beberapa tantangan line balancing.

Walaupun penting, penerapan line balancing yang optimal seringkali sulit dilakukan. Hal tersebut dikarenakan proses manufaktur merupakan sebuah proses yang kompleks, yakni melibatkan banyak jumlah komponen yang perlu dipantau. Berikut adalah beberapa tantangan yang cenderung muncul dalam line balancing:

a. Variasi Waktu Pengerjaan yang Tidak Konsisten

Terkadang, kenyataan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan produksi jauh diatas estimasi yang ditentukan sebelumnya. Yang mungkin menjadi faktor terjadinya hal tersebut adalah ketidakterampilan tenaga kerja, bahan baku yang digunakan dan downtime alat produksi, semua hal yang dapat memperlambat proses pengerjaan sebuah workstation.

b. Ketidakseimbangan Beban Kerja Antar Stasiun

Ketidakseimbangan beban kerja di antara stasiun-stasiun merupakan tantangan umum dalam proses penyeimbangan lini. Ketika satu stasiun menerima beban kerja yang lebih berat dibandingkan stasiun lainnya, hal ini dapat menyebabkan kemacetan atau penumpukan pekerjaan di stasiun tersebut. Dampaknya, produktivitas dapat terganggu dan waktu siklus keseluruhan menjadi tidak efisien.

c. Kurangnya Fleksibilitas dalam Menyesuaikan Perubahan Permintaan

Apabila perusahaan tidak dapat mengatur assembly line sesuai dengan perubahan permintaan pelanggan, maka proses produksi akan berjalan lebih lambat. Sebagai contoh, ketika permintaan meningkat secara mendadak, perusahaan bisa menghadapi kesulitan dalam meningkatkan kapasitas atau mengatur beban kerja di antara stasiun-stasiun kerja. Hal ini mengakibatkan keterlambatan atau penurunan kualitas layanan yang diberikan.

d. Kesulitan dalam Memantau dan Mengelola Data Produksi secara Real Time

Seperti yang dinyatakan sebelumnya, operasi manufaktur merupakan sebuah aktivitas yang melibatkan banyak jumlah komponen yang harus dipantau. Tanpa adanya proses pemantauan yang dapat melacak status setiap tahapan produksi, maka bisnis akan mengalami kesulitan untuk mengetahui apakah line balancing yang dilakukan efektif atau tidak. Oleh karena itu, bisnis-bisnis manufaktur cenderung menerapkan assembly line balancing software.

5. Strategi Mengatasi Tantangan Line Balancing

Berikut adalah beberapa strategi yang dapat diterapkan:

a. Melakukan Time Study

Sebelum melakukan proses produksi secara keseluruhan, sebaiknya dilakukan terlebih dahulu test run untuk menentukan apakah rancangan assembly line yang telah disusun dapat melakukan produksi sesuai dengan permintaan pelanggan. Apabila tidak, maka line balancing harus dilakukan ulang hingga permintaan tercapai.

b. Menggunakan Diagram Precedence

Diagram precedence adalah alat yang sangat berguna untuk menggambarkan urutan tugas yang perlu dilakukan dalam proses produksi. Melalui pemanfaatan diagram ini, perusahaan dapat mengidentifikasi hubungan antar tugas serta memastikan bahwa setiap pekerjaan dilaksanakan dengan cara yang efisien dan teratur.

c. Mengimplementasikan Sistem Kerja Standar untuk Mengurangi Variasi

Variasi yang luas dapat memunculkan kendala dan inkonsistensi dalam proses produksi. Untuk mengurangi variasi ini, perusahaan perlu menerapkan sistem kerja standar yang mengatur pelaksanaan setiap tugas. Dengan menetapkan prosedur yang jelas dan terstandarisasi, perusahaan dapat meminimalkan ketidaksesuaian antara setiap stasiun, serta memastikan efisiensi di semua bagian lini produksi.

d. Melakukan Pelatihan Silang

Fleksibilitas tenaga kerja yang rendah cenderung menghambat berjalan lancarnya produksi karena tidak adanya kemahiran untuk melakukan pekerjaan di stasiun-stasiun yang beragam. Dengan melakukan pelatihan silang kepada karyawan-karyawati, perusahaan dapat menyusun berbagai bentuk rancangan line balancing pada assembly line tanpa mengkhawatirkan kinerja workstation.

e. Penerapan Perangkat Lunak

Solusi Software Manufaktur untuk line balancing.

Salah satu tantangan utama yang telah disebutkan sebelumnya adalah kesulitan dalam memantau dan mengelola data produksi. Suatu solusi yang cenderung diimplementasi oleh perusahaan manufaktur adalah dengan menerapkan software manufaktur seperti ScaleOcean.

Hal ini dikarenakan software manufaktur menawarkan fungsi-fungsi seperti pengelolaan ketersediaan bahan baku dan membantu mengoptimalkan perancangan rencana proses produksi. Selain itu, sistem manufaktur juga dapat meningkatkan visibilitas dan transparansi pada setiap tahapan produksi, sehingga memungkinkan pemantauan yang lebih mudah terhadap tingkat kesuksesan proses manufaktur.

Beberapa vendor sistem tersebut juga menawarkan hal-hal unik lainnya. Contohnya, ScaleOcean terbangun dari praktik bisnis dan industri terbaik, sehingga dapat menjawab segala tantangan yang muncul dari operasi usaha. Sistem yang ditawarkannya juga dapat diintegrasi mudah dengan sistem lain yang sedang digunakan oleh perusahaan seperti software logistik dan software inventaris.

Vendorvendor cenderung menawarkan demo gratis bagi pelanggan untuk memastikan kecocokan sistem terlebih dahulu. Berikut adalah beberapa contoh fitur yang dapat membantu dalam penerapan line balancing yang optimal sesuai dengan software manufaktur ScaleOcean:

  • Smart MRP (Material Requirement Planning): Mengotomatiskan perhitungan bahan baku sesuai dengan jadwal produksi dan waktu pengiriman, sehingga pemesanan bahan baku dapat dilakukan secara tepat waktu dan dengan jumlah yang akurat.
  • BOM Management: Menyederhanakan proses penyusunan daftar bahan baku, komponen, dan sub-komponen yang diperlukan untuk produksi melalui automasi.
  • Integrated SCM: Mengelola proses manufaktur secara terpadu, mulai dari penjadwalan hingga pemrosesan pesanan, melalui satu platform yang terpusat.
  • Order Management: Mengotomatiskan proses penerimaan, pemenuhan, dan pemrosesan pesanan untuk memastikan akurasi dan efisiensi yang lebih baik.
  • Warehouse Management: Mengawasi tingkat inventaris dan mempercepat proses pemilihan barang demi meningkatkan efisiensi gudang.

Berikut adalah daftar rekomendasi software manufaktur yang lebih terperinci.

6. Kesimpulan

Line balancing merupakan sebuah aspek penting dalam membangun sebuah perusahaan manufaktur yang efektif dan efisien. Dengan adanya pengaturan assembly line yang baik, maka bisnis dapat menjamin pengerjaan proses produksi yang optimal dan fleksibel, sehingga dapat mencapai permintaan pelanggan sesuai dengan persetujuan ataupun bila adanya perubahan mendadak.

Walaupun begitu, proses penerapan line balancing seringkali tidak dapat dilakukan dengan sukses dikarenakan adanya beberapa tantangan yang menghambat keberhasilan implementasi. Salah satu strategi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan software manufaktur seperti ScaleOcean yang dapat memberikan pemantauan lebih jelas mengenai kondisi proses produksi tertentu.

Manufaktur

Jadwalkan Demo Gratis

Error message
Error message
Error message
Error message
Error message
Error message

Rekomendasi Artikel Terkait

Temukan Artikel Serupa untuk Solusi Bisnis Lebih Lengkap