Aset tetap seperti mesin, peralatan produksi, dan kendaraan operasional merupakan investasi besar yang tidak bisa diabaikan. Seiring waktu, nilai aset tersebut akan terus mengalami penyusutan akibat pemakaian, keausan, atau bahkan perubahan teknologi.
Namun, banyak perusahaan yang belum memahami bahwa penurunan nilai atau biaya penyusutan ini perlu dicatat secara sistematis. Tanpa pencatatan yang tepat, perusahaan bisa menghadapi kesalahan dalam laporan keuangan, penetapan harga jual, dan pengambilan keputusan investasi.
Maka, penting bagi setiap perusahaan untuk memahami cara menghitung beban penyusutan. Dengan begitu, perusahaan dapat menjaga efisiensi produksi dan keberlanjutan operasional. Artikel ini akan membahas pengertian biaya penyusutan, fungsi, metode, serta tips pengelolaannya yang bisa diterapkan langsung.
- Biaya depresiasi (biaya penyusutan) adalah metode akuntansi untuk mengalokasikan biaya aset tetap berwujud, seperti bangunan, mesin, atau kendaraan, selama masa manfaatnya.
- Fungsi biaya penyusutan: mencerminkan penurunan nilai aset tetap, menghitung laba rugi, hingga menentukan HPP.
- Tiga metode umum untuk menghitung penyusutan: garis lurus, saldo menurun, dan unit produksi, disesuaikan dengan jenis dan pola penggunaan aset.
- Software Manufaktur ScaleOcean, solusi All-in-One yang membantu mencatat penyusutan, mengelola aset, dan menyusun laporan biaya produksi secara otomatis.
Pengertian Biaya Penyusutan
Biaya penyusutan adalah pembagian biaya aset tetap (seperti mesin atau gedung) ke dalam beberapa periode akuntansi sesuai dengan umur manfaatnya, yang mencerminkan penurunan nilai aset akibat penggunaan, keausan, atau perubahan teknologi.
Tujuan biaya penyusutan adalah untuk mencatat biaya pemakaian aset secara adil setiap tahun dalam laporan keuangan, sehingga laporan laba rugi lebih akurat dan nilai buku aset (nilai setelah dikurangi akumulasi penyusutan) menjadi lebih realistis.
Setiap perusahaan perlu memahami cara menghitung biaya penyusutan untuk menghindari kesalahan dalam pelaporan keuangan. Tanpa pencatatan yang tepat, perusahaan bisa saja terlihat lebih menguntungkan dari yang sebenarnya karena mengabaikan beban depresiasi yang terakumulasi.
Ada beberapa metode penyusutan yang dapat digunakan, seperti metode garis lurus, saldo menurun, atau unit produksi. Pilihan metode ini tergantung pada jenis aset dan cara perusahaan ingin mencatatkan penyusutan selama masa manfaat aset tersebut.
Secara keseluruhan, biaya penyusutan sangat penting untuk perencanaan anggaran, pengambilan keputusan investasi, dan penetapan harga jual produk. Oleh karena itu, perusahaan harus memastikan bahwa metode yang dipilih sesuai dengan tujuan bisnis dan karakteristik aset yang dimiliki.
Fungsi Menghitung Biaya Penyusutan
Biaya penyusutan bukan sekadar pencatatan akuntansi, tetapi juga berperan penting dalam berbagai aspek manajemen keuangan dan operasional. Berikut ini beberapa fungsi utamanya:
1. Mencerminkan Nilai Aset yang Realistis
Biaya penyusutan digunakan untuk mengurangi nilai aset tetap secara bertahap sesuai masa manfaatnya. Proses ini membantu mencatat nilai aset secara lebih akurat dari waktu ke waktu.
Dengan begitu, laporan keuangan mencerminkan kondisi riil aset yang digunakan dalam proses produksi. Nilai aset yang terlalu tinggi atau tidak diperbarui bisa menyesatkan dalam pengambilan keputusan bisnis.
2. Menghitung Laba Bersih secara Akurat
Penyusutan dicatat sebagai beban dalam laporan laba rugi, sehingga turut memengaruhi total laba yang dilaporkan. Tanpa penyusutan, laba bersih akan tampak lebih tinggi dari seharusnya. Ini bisa menyebabkan perencanaan pajak dan strategi bisnis menjadi kurang tepat. Oleh karena itu, penyusutan berperan penting dalam menjaga keakuratan perhitungan laba.
3. Mendukung Perencanaan Investasi Aset
Catatan penyusutan memberi gambaran kapan suatu aset mulai menurun kinerjanya dan perlu diganti. Dengan mencatat biaya penyusutan secara rutin, perusahaan dapat mempersiapkan anggaran untuk investasi baru sebelum aset benar-benar rusak. Informasi ini juga membantu manajemen melihat umur ekonomis aset yang tersisa. Perencanaan aset pun menjadi lebih terstruktur dan terukur.
Seperti contohnya penerapan perawatan mesin produksi air kemasan dalam pabrik air kemasan yang tepat juga dapat memperpanjang umur ekonomis aset, sehingga mengurangi frekuensi penggantian dan membantu perusahaan mengelola investasi dengan lebih efisien.
4. Memahami Nilai Depresiasi Berkala
Biaya penyusutan menggambarkan seberapa besar nilai aset berkurang setiap periode. Dengan melihat tren depresiasi, perusahaan dapat menilai seberapa cepat suatu aset kehilangan nilai. Hal ini juga berguna untuk mengevaluasi apakah aset tersebut masih layak digunakan dalam jangka panjang. Data ini bersifat penting terutama dalam audit atau pengawasan internal.
5. Menentukan Harga Pokok Produksi
Dalam industri yang melibatkan penggunaan mesin dan alat berat, perhitungan ini merupakan bagian dari perhitungan data biaya produksi manufaktur. Nilai penyusutan per periode akan dihitung sebagai komponen beban produksi. Hal ini mempengaruhi harga jual produk yang dihasilkan. Jika tidak dihitung, perusahaan bisa salah menetapkan harga yang justru tidak menutupi seluruh biaya operasional.
Karakteristik Biaya Depresiasi (Biaya Penyusutan)
Karakteristik utama dari biaya depresiasi adalah penurunan nilai aset tetap yang terjadi secara permanen, sistematis, dan bertahap sepanjang masa manfaatnya. Ini bukan merupakan penilaian terhadap nilai pasar, melainkan alokasi biaya aset, yang merupakan biaya non-kas yang tidak langsung mengurangi kas, tetapi menurunkan nilai buku aset dan beban laba.
Untuk lebih detail, ciri-ciri biaya depresiasi adalah:
- Penurunan nilai permanen: Nilai aset tetap berkurang secara permanen dan tidak dapat kembali ke nilai semula setelah disusutkan.
- Proses sistematis dan rasional: Dihitung secara konsisten menggunakan metode yang logis, seperti garis lurus, saldo menurun, atau unit produksi.
- Proses bertahap dan berkelanjutan: Penurunan nilai berlangsung secara bertahap seiring waktu atau penggunaan aset, dan terus berlanjut selama masa manfaatnya.
- Alokasi biaya, bukan penilaian aset: Depresiasi adalah metode untuk mengalokasikan biaya perolehan aset ke periode penggunaan yang tepat, bukan untuk menilai nilai pasar aset.
- Mengurangi nilai buku: Menurunkan nilai aset pada catatan akuntansi (nilai buku), bukan nilai pasarnya.
- Biaya non-kas: Tidak melibatkan pengeluaran kas langsung pada periode depresiasi, meskipun dampaknya dapat mengurangi pajak yang harus dibayar.
- Hanya untuk aset tetap berwujud: Berlaku hanya untuk aset tetap berwujud seperti mesin, bangunan, dan kendaraan, bukan untuk aset tidak berwujud seperti paten atau barang sekali pakai.
Secara keseluruhan, biaya depresiasi/penyusutan adalah beban non-tunai yang tidak melibatkan arus kas keluar, dan termasuk biaya tetap yang tetap selama umur aset, kecuali untuk metode unit aktivitas. Depresiasi berlaku untuk aset berwujud, sedangkan untuk aset tidak berwujud, proses serupa disebut amortisasi.
Metode Perhitungan Biaya Penyusutan
Untuk menghitung beban penyusutan, tentukan biaya perolehan aset, kurangi nilai sisa (jika ada), dan bagi dengan masa manfaat aset. Metode yang sering digunakan untuk perhitungan ini adalah metode garis lurus.
Selain itu, terdapat metode penyusutan lain seperti saldo menurun ganda dan unit produksi, yang bisa dipilih sesuai jenis aset dan tujuan perhitungannya. Untuk lebih mudah memahaminya, berikut metode untuk cara menghitung beban penyusutan:
1. Metode Garis Lurus
Untuk menghitung biaya penyusutan, terdapat beberapa metode yang dapat digunakan, salah satunya adalah metode garis lurus. Metode ini menghitung penyusutan dengan jumlah yang sama setiap tahun sepanjang masa manfaat aset.
Metode garis lurus (straight line method) yang merupakan cara paling sederhana dan umum digunakan perusahaan manufaktur. Metode garis lurus memiliki rumus cara menghitung penyusutan sebagai berikut:
Biaya Penyusutan = (Biaya Perolehan Aset – Nilai Residu) / (Masa Manfaat Aset)
Sebagai contoh biaya penyusutan, sebuah perusahaan manufaktur membeli mesin produksi seharga Rp120.000.000. Mesin tersebut diperkirakan memiliki masa manfaat selama 10 tahun, dengan nilai residu (nilai sisa) sebesar Rp20.000.000 di akhir masa pakainya. Dengan demikian maka depresiasi asetnya adalah:
Biaya Penyusutan = (Rp120.000.000 – Rp20.000.000) / 10 = Rp10.000.000
2. Metode Saldo Menurun
Metode selanjutnya adalah metode saldo menurun (declining balance method) atau metode penyusutan berakselerasi, pendekatan yang lebih agresif untuk menghitung biaya depresiasi.
Cara menghitung beban penyusutan ini memiliki asumsi dasar bahwa biaya depresiasi akan lebih besar pada tahun awal masa manfaat aset dan berkurang secara bertahap di tahun-tahun berikutnya.
Hal ini didasari pada aset yang cenderung mengalami penurunan efisiensi atau meningkatkan biaya perawatan seiring bertambahnya usia. Berikut cara menghitung penyusutan aset dengan metode saldo menurun:
Biaya penyusutan = Nilai buku bersih X Tarif penyusutan
Misalkan perusahaan membeli mesin seharga Rp100.000.000 dengan masa manfaat 5 tahun. Persentase penyusutan ditetapkan sebesar 40% per tahun menggunakan metode saldo menurun.
Biaya penyusutan = Rp100.000.000 X 40% = Rp40.000.000
Dengan demikian, pada tahun pertama, depresiasi asetnya sebesar Rp40.000.000. Maka nilai buku akhir tahun sebesar Rp60.000.000. Jika dihitung pada tahun kedua, maka nilai penyusutan adalah sebagi berikut:
Biaya penyusutan = Rp60.000.000 X 40% = Rp24.000.000
Nantinya, nilai buku akhir tahun kedua sebesar Rp60.000.000 – Rp24.000.000 = Rp36.000.000. Penyusutan ini terus dihitung setiap tahun dari nilai buku terakhir, bukan dari harga perolehan awal. Metode ini cocok untuk aset seperti mesin produksi yang biasanya mengalami penurunan performa signifikan di awal masa pakainya.
3. Metode Unit Produksi
Metode terakhir adalah metode unit produksi (units of production method), dimana dalam metode penyusutan ini dihubungkan langsung dengan penggunaan atau output aset tersebut.
Cara menghitung beban penyusutan memiliki asumsi dasar bahwa keuasan atau depresiasi aset sangat berkaitan dengan jumlah produksi yaang dihasilkan. Berikut rumus dari metode unit produksi:
Biaya penyusutan = [(Biaya perolehan aset – Nilai sisa yang diharapkan) : Total produksi] X Realisasi Produksi
Sebagai contoh biaya penyusutan, sebuah perusahaan membeli mesin senilai Rp150.000.000 dengan nilai residu Rp30.000.000. Mesin ini diperkirakan dapat memproduksi 120.000 unit selama masa manfaatnya. Pada tahun pertama, mesin digunakan untuk memproduksi 25.000 unit.
Pada langkah pertama, hitung depresiasi per unit. Caranya adalah sebagai berikut:
Biaya penyusutan = (Rp150.000.000 – Rp30.000.000) ÷ 120.000 unit = Rp1.000 per unit
Selanjutnya, hitung biaya penyusutan tahun pertama:
Biaya penyusutan tahun pertama = Rp1.000 × 25.000 unit = Rp25.000.000
Dengan contoh biaya penyusutan di atas, jumlah penyusutan yang dicatat setiap tahun bergantung pada seberapa besar aset digunakan dalam proses produksi, sehingga lebih mencerminkan beban yang sebenarnya berdasarkan aktivitas operasional.
4. Metode Jumlah Digit Tahun
Metode Jumlah Digit Tahun (Sum-of-the-Years’ Digits Method) adalah metode percepatan dalam perhitungan penyusutan. Metode ini menggunakan rasio penyusutan, di mana pembilangnya adalah angka tahun yang tersisa, sedangkan penyebutnya adalah jumlah digit tahun dari total masa manfaat aset.
Rumus penyusutan dengan metode ini adalah:
Biaya Penyusutan = Jumlah Digit Tahun / Sisa Masa Manfaat × (Biaya Perolehan − Nilai Sisa)
Misalkan sebuah perusahaan manufaktur membeli mesin produksi dengan biaya perolehan Rp500.000.000 dan masa manfaat 5 tahun. Nilai sisa mesin tersebut diperkirakan Rp50.000.000. Dengan menggunakan metode Jumlah Digit Tahun, berikut langkah-langkah perhitungannya:
- Menentukan jumlah digit tahun:
Masa manfaat mesin adalah 5 tahun, sehingga jumlah digit tahun adalah 5+4+3+2+1=15 - Menghitung penyusutan untuk tahun pertama:
Pembilangnya adalah 5 tahun tersisa, sedangkan penyebutnya adalah 15. Maka, penyusutan untuk tahun pertama adalah:
Penyusutan = 15 / 5 × (500.000.000−50.000.000)
Penyusutan = 15 / 5× 450.000.000
Penyusutan = 150.000.000
Pada tahun-tahun berikutnya, rasio akan menurun, dengan penyusutan semakin berkurang seiring berjalannya waktu. Metode ini membantu perusahaan untuk mempercepat pengalokasian biaya penyusutan pada tahun-tahun awal, sesuai dengan pola penurunan nilai mesin yang lebih cepat.
Langkah-Langkah Menghitung Biaya Penyusutan
Penyusutan mesin adalah penurunan nilai ekonomis mesin seiring berjalannya waktu akibat penggunaan, keausan, atau kemajuan teknologi. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung penyusutan mesin meliputi metode garis lurus, saldo menurun, dan unit produksi.
Untuk lebih mudah memahaminya, berikut langkah-langkah umum untuk menghitung penyusutan mesin:
1. Tentukan Nilai Perolehan Mesin
Langkah pertama menghitung penyusutan mesin adalah menetapkan harga beli mesin yang akan digunakan sebagai dasar perhitungan penyusutan. Ini mencakup biaya pembelian, instalasi, serta biaya lain yang terkait dengan pengadaan mesin.
2. Tentukan Nilai Residu
Nilai residu mengacu pada perkiraan harga jual mesin setelah masa manfaatnya berakhir. Angka ini penting untuk mengetahui berapa banyak nilai mesin yang akan terdepresiasi selama masa penggunaannya.
3. Tentukan Masa Manfaat Mesin
Masa manfaat adalah durasi mesin diperkirakan dapat digunakan dalam operasional. Hal ini harus dipertimbangkan dengan hati-hati agar penyusutan dapat dihitung dengan benar sesuai umur ekonomis mesin.
4. Pilih Metode Penyusutan yang Sesuai
Untuk menghitung biaya penyusutan, Anda harus menentukan harga perolehan aset, nilai sisa aset di akhir masa manfaat, dan umur manfaat aset, kemudian menggunakan rumus yang sesuai dengan metode penyusutan yang dipilih. Metode yang paling sering digunakan adalah metode garis lurus, dengan rumus (Harga Perolehan Aset – Nilai Sisa) / Umur Manfaat.
5. Hitung Penyusutan untuk Setiap Periode
Setelah memilih metode yang tepat, selanjutnya adalah menghitung penyusutan berdasarkan periode yang diinginkan. Tahap ini dapat dilakukan tiap tahun atau lebih pendek, sesuai kebutuhan perusahaan.
6. Catat Penyusutan dalam Laporan Keuangan
Tahap terakhir untuk menghitung penyusutan mesin adalah penyusutan yang dihitung harus dicatat dalam laporan keuangan secara akurat untuk memastikan transparansi dan kebenaran dalam pelaporan keuangan perusahaan.
Implementasi software manufaktur terbaik seperti yang ditawarkan oleh ScaleOcean, memungkinkan pencatatan ini dilakukan secara otomatis, mengurangi potensi kesalahan manual dan meningkatkan akurasi data keuangan. Dengan sistem yang terintegrasi, perusahaan dapat memastikan laporan laba rugi yang lebih tepat waktu dan efektif.
Contoh Biaya Penyusutan di Industri Manufaktur
Contoh biaya penyusutan adalah beban dalam laporan laba rugi yang menunjukkan penurunan nilai aset tetap karena pemakaian atau usia. Contohnya meliputi penyusutan mesin, kendaraan, bangunan, dan lain sebagainya.
Perhitungannya dapat menggunakan metode garis lurus, saldo menurun ganda, atau unit produksi, tergantung pada jenis aset dan kebijakan perusahaan. Untuk lebih mudah memahaminya, berikut contoh penerapannya:
1. Penyusutan Mesin
Sebuah perusahaan menginvestasikan Rp 200.000.000 untuk membeli mesin produksi yang diperkirakan memiliki umur manfaat selama 5 tahun dan nilai sisa sebesar Rp 20.000.000. Menggunakan metode penyusutan garis lurus, perusahaan akan membebankan biaya penyusutan tahunan sebesar Rp 36.000.000.
Perhitungan dari contoh biaya penyusutan ini didapat dari selisih antara harga pembelian mesin dan nilai sisa yang dibagi dengan jumlah tahun manfaat mesin, yaitu (Rp 200.000.000 – Rp 20.000.000) / 5 tahun = Rp 36.000.000 per tahun.
2. Penyusutan Kendaraan
Jika perusahaan membeli kendaraan operasional seharga Rp 150.000.000 dengan masa manfaat 8 tahun dan nilai sisa sebesar Rp 15.000.000, maka biaya penyusutan tahunan yang dihitung dengan metode garis lurus adalah sebesar Rp 16.875.000.
Cara menghitung beban penyusutan dilakukan dengan mengurangi harga beli kendaraan dengan nilai sisa dan kemudian membagi selisihnya dengan jangka waktu penggunaan kendaraan, yaitu (Rp 150.000.000 – Rp 15.000.000) / 8 tahun = Rp 16.875.000 per tahun.
Faktor yang Mempengaruhi Biaya Penyusutan
Beberapa faktor yang mempengaruhi penyusutan mesin antara lain harga perolehan, nilai residu, masa manfaat, metode penyusutan yang digunakan, dan tingkat penggunaan. Faktor-faktor ini bersama-sama menentukan berapa banyak nilai yang harus disusutkan dari mesin selama masa penggunaannya.
Beberapa faktor tersebut yang perlu diperhatikan di antaranya:
1. Harga Perolehan Aset
Harga perolehan meliputi seluruh biaya yang diperlukan untuk memperoleh dan menyiapkan aset hingga siap digunakan, termasuk biaya transportasi dan instalasi. Semakin tinggi biaya perolehan, semakin besar pula jumlah beban penyusutan yang akan dialokasikan sepanjang masa manfaat aset.
2. Umur Ekonomis Aset
Umur ekonomis adalah estimasi jangka waktu aset dapat digunakan secara efektif dalam operasional perusahaan. Aset dengan umur ekonomis lebih panjang biasanya menghasilkan beban penyusutan tahunan yang lebih kecil dibandingkan aset berumur pendek.
Dalam studi MTS Committee menyediakan referensi umur ekonomis (“Normal Useful Life”/NUL) untuk berbagai kelompok aset (machinery & technical equipment) berdasarkan survey dan data industri. Misalnya, untuk kelompok mesin industri tertentu, rentang NUL bisa 10‑15 tahun, atau untuk peralatan besar 20‑25 tahun (angka spesifik bergantung jenis aset).
3. Nilai Residu Aset
Nilai residu merupakan perkiraan nilai jual aset di akhir masa penggunaannya. Jika nilai residu lebih tinggi, maka nilai penyusutan yang dibebankan setiap periode akan lebih rendah, karena jumlah nilai yang harus dialokasikan menjadi lebih kecil.
4. Metode Penyusutan yang Digunakan
Pilihan metode penyusutan menentukan pola pembebanan biaya sepanjang umur aset. Misalnya, metode garis lurus mengalokasikan biaya secara merata setiap tahun, sedangkan metode saldo menurun membebankan biaya lebih besar di awal masa penggunaan aset.
5. Tingkat Pemakaian dan Kondisi Aset
Tingkat intensitas pemakaian aset dan bagaimana aset tersebut dirawat, termasuk penerapan breakdown maintenance, dapat mempercepat atau memperlambat penyusutan nilai ekonomisnya.
Breakdown maintenance yang sifatnya reaktif biasanya menyebabkan frekuensi kerusakan lebih tinggi dan mempercepat penurunan nilai aset. Sebaliknya, perawatan preventif yang terjadwal dapat memperpanjang umur aset dan menekan biaya penyusutan akibat kerusakan mendadak.
Untuk meminimalkan penurunan nilai, perusahaan dapat memanfaatkan metode peningkatan OEE untuk memastikan pemeliharaan dan efisiensi operasional tetap optimal. Dengan data ini, perusahaan dapat mengevaluasi efektivitas penggunaan aset dan merancang perawatan rutin yang tepat, menjaga nilai ekonomis aset tetap optimal dan berkelanjutan.
6. Perubahan Teknologi atau Kebutuhan Operasional
Inovasi teknologi dan perubahan kebutuhan bisnis dapat membuat aset tertentu menjadi usang sebelum mencapai umur ekonomisnya. Kondisi ini menyebabkan perusahaan harus mempercepat penyusutan agar mencerminkan nilai wajar aset secara lebih realistis dalam laporan keuangan.
Metode SMED membantu mengoptimalkan penggunaan mesin dan peralatan, mengurangi waktu henti, dan meningkatkan efisiensi operasional. Dengan demikian, perusahaan dapat memaksimalkan penggunaan aset yang ada, memperlambat kebutuhan untuk mengganti peralatan, dan mengurangi dampak penyusutan yang cepat.
Tips Pengelolaan Biaya Penyusutan
Selain menghitung dengan akurat biaya depresiasi mesin, perusahaan juga perlu menerapkan strategi pengelolaan yang efektif untuk mengendalikan biaya ini agar dapat menjaga stabilitas biaya dan produksi di bisnis manufaktur. Berikut beberapa strategi yang dapat dilakukan dalam mengelola depresiasi mesin:
1. Penentuan Metode Penyusutan
Penentuan metode penyusutan seperti metode garis lurus, saldo menurun, dan unit produksi menjadi strategi pertama yang dapat dilakukan untuk mencerminkan secara akurat depresiasi nilai mesin seiring berjalannya
Untuk memudahkan perhitungan, Anda dapat menggunakan rumus penyusutan aktiva tetap yang sesuai dengan masing-masing metode, tergantung pada pola penggunaan aset dan kebijakan akuntansi perusahaan.
2. Perhitungan Nilai Residu
Strategi selanjutnya adalah perhitungan nilai residu yang merupakan nilai sisa mesin setelah jangka waktu pemakaian tertentu, untuk mengukut nilai ekonomis sesungguhnya dari aset tersebut. Perhitungan yang tepat pada nilai residu dapat memungkinkan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan biaya depresiasi dengan lebih akurat.
3. Estimasi Masa Manfaat Mesin
Strategi selanjutnya adalah estimasi masa manfaat aset dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti penggunaan teknologi berkembang, perubahan kebutuhan produksi, dan kebijakan perusahaan dalam perawatan mesin dan peralatan.
Estimasi pemakaian mesin yang efisien dapat membantu perusahaan dalam mengantisipasi perubahan kondisi operasional dan menyesuaikan strategi investasi mesin, bahkan akan memaksimalkan kinerja mesin dalam jangka panjang.
4. Manajemen Aset
Manajemen aset menjadi strategi penting dalam pengelolaan biaya depresiasi yang melibatkan pemantauan dan pemeliharaan mesin secara teratur, penentuan waktu penggantian yang tepat, dan investasi dalam teknologi terbaru. Dengan mengadopsi strategi manajemen aset yang efektif, perusahaan dapat memastikan bahwa mesin beroperasi secara optimal.
5. Penganggaran untuk Penggantian dan Perbaikan
Penganggaran yang matang untuk penggantian dan perbaikan mesin menjadi strategi terakhir dalam pengelolaan biaya depresiasi, sehingga perusahaan perlu melakukan alokasi dana dengan cermat untuk perawatan, penggantian, dan perbaikan mesin.
Otomatiskan Perhitungan Biaya Penyusutan dengan Manufacturing Software ScaleOcean

Perhitungan biaya penyusutan aset secara manual bisa menjadi rumit dan memakan waktu, terutama dengan banyaknya aset yang dimiliki perusahaan. Software Manufaktur ScaleOcean menawarkan solusi terbaik untuk mengotomatiskan perhitungan biaya penyusutan, membantu perusahaan manufaktur mengelola aset dengan lebih efisien.
Dengan keunggulan End-to-End Automation, ScaleOcean mengintegrasikan semua aspek proses manufaktur, mulai dari perencanaan produksi hingga pengelolaan bahan baku dan biaya overhead, tanpa intervensi manual. Ditambah dengan Real-Time Reporting and Analytics, ScaleOcean memberikan laporan dan analisis langsung, untuk membuat keputusan berbasis data dengan cepat dan akurat.
Sebagai vendor ERP tanpa pihak ketiga yang terpercaya di Indonesia, ScaleOcean juga menawarkan layanan uji coba gratis yang dapat diklaim dan dimanfaatkan oleh perusahaan untuk merasakan langsung bagaimana software ini mengoptimalkan proses kerja dan mengurangi biaya penyusutan dalam manufaktur.
Berikut fitur-fitur canggih Software Manufaktur ScaleOcean:
- BOM (Bill of Materials) Management: Memudahkan pembuatan dan pengelolaan daftar bahan baku serta komponen untuk produksi secara otomatis.
- Cost Management and Tracking: Mengotomatiskan perhitungan biaya produksi dan memantau pengeluaran untuk kontrol anggaran yang lebih akurat.
- Production Scheduling and Tracking: Mengoptimalkan penjadwalan produksi dan memantau progres secara real-time untuk efisiensi waktu.
- Automated Replenishment: Mengatur pemesanan ulang bahan baku secara otomatis berdasarkan tingkat persediaan dan kebutuhan produksi.
- Quality Control and Compliance Management: Memastikan setiap produk memenuhi standar kualitas dan kepatuhan dengan mengelola inspeksi secara otomatis.
Kesimpulan
Biaya penyusutan (depresiasi) merupakan pembagian biaya perolehan aset tetap, seperti gedung, mesin, atau kendaraan, ke dalam beban selama masa manfaatnya. Pencatatan biaya ini penting untuk menggambarkan penurunan nilai aset seiring waktu akibat penggunaan, keausan, atau faktor lainnya.
Untuk membantu Anda mengelola aset, mencatat depresiasi, dan mengoptimalkan proses produksi secara terintegrasi, ScaleOcean menghadirkan software manufaktur yang dirancang khusus untuk kebutuhan bisnis Anda.
Dengan fitur pelacakan aset, perhitungan penyusutan otomatis, dan laporan real-time, pengelolaan keuangan jadi lebih mudah dan akurat. Coba demo gratis ScaleOcean sekarang dan lihat bagaimana sistem kami bisa mendukung pengambilan keputusan yang lebih cerdas di perusahaan Anda.
Referensi:
- Silitonga et al. (2024). Literature Study of Fixed Asset Depreciation Calculation On Profit in Financial Statements. Jurnal Indonesian Management Vol 4 No 4.
- Domínguez S. et al. (2024). A Depreciation Method Based on Perceived Information Asymmetry in the Market for Electric Vehicles in Colombia. World Electric Vechile Journal.
- Sahu A.K. et al. (2016). Machine economic life estimation based on depreciation and maintenance costs. Cogent Engineering.
FAQ:
1. Apa yang dimaksud penyusutan dan contohnya?
Penyusutan merupakan proses yang memengaruhi nilai aktual dari aset tetap seiring berjalannya waktu. Contohnya seperti gedung pabrik, mesin produksi, atau peralatan kerja yang dianggap sebagai beban selama masa penggunaan aset tersebut.
2. Kapan penyusutan mulai dihitung?
Pencatatan penyusutan dimulai sejak bulan terjadinya pengeluaran, kecuali jika aset masih dalam tahap pembangunan, maka penyusutan baru dihitung saat pengerjaan selesai.
3. Apa rumus biaya penyusutan alat?
Rumus umum untuk menghitung biaya penyusutan alat adalah Biaya Penyusutan = (Biaya Perolehan Aset – Nilai Residu) ÷ Masa Manfaat Aset







