Biaya Penyusutan: Arti, Rumus, Contoh, dan Cara Hitungnya

ScaleOcean Team
Posted on
Share artikel ini

Dalam menjalankan bisnis, aset tetap seperti mesin, peralatan produksi, dan kendaraan operasional adalah investasi besar yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Nilainya akan terus menurun seiring waktu karena pemakaian, keausan, atau bahkan perkembangan teknologi.

Namun, mungkin Anda salah satu perusahaan yang belum memahami bahwa penurunan nilai ini harus dihitung dan dicatat secara sistematis agar tidak menimbulkan kesalahan dalam pelaporan keuangan, penetapan harga jual, hingga pengambilan keputusan investasi jangka panjang.

Tanpa memahami perhitungan biaya penyusutan, sebuah perusahaan bisa terlihat lebih untung dari yang sebenarnya, karena tidak mencatat beban depresiasi yang sesungguhnya. Akibatnya, strategi keuangan menjadi tidak akurat dan bisa berdampak pada arus kas atau pajak yang berlebihan.

Itulah mengapa penting bagi setiap perusahaan untuk memahami cara menghitung beban penyusutan dengan metode yang tepat, serta bagaimana penyusutan tersebut berperan dalam efisiensi produksi dan keberlanjutan operasional. Artikel ini akan membahas pengertian biaya penyusutan, fungsi, metode, hingga tips pengelolaan yang bisa langsung diterapkan.

starsKey Takeaways
  • Biaya penyusutan adalah proses akuntansi yang digunakan untuk mengurangi nilai aset tetap secara bertahap (seperti mesin, bangunan, dan kendaraan) sesuai masa manfaatnya.
  • Fungsi biaya penyusutan: mencerminkan penurunan nilai aset tetap, menghitung laba rugi, hingga menentukan HPP.
  • Tiga metode umum untuk menghitung penyusutan: garis lurus, saldo menurun, dan unit produksi, disesuaikan dengan jenis dan pola penggunaan aset.
  • Software Manufaktur ScaleOcean, solusi All-in-One yang membantu mencatat penyusutan, mengelola aset, dan menyusun laporan biaya produksi secara otomatis.

Dapatkan Demo Gratis!

requestDemo

Pengertian Biaya Penyusutan

Biaya penyusutan adalah penurunan nilai aset tetap seiring berjalannya waktu akibat penggunaan, keusangan, atau faktor lainnya. Dalam akuntansi, biaya penyusutan dicatat sebagai beban untuk mendistribusikan biaya aset selama masa manfaatnya, bukan sebagai pengurangan nilai aset secara keseluruhan.

Konsep ini mencerminkan bahwa sebagian nilai aset telah digunakan dalam mendukung operasional bisnis. Dengan mencatat penyusutan, laporan keuangan menjadi lebih akurat dalam merepresentasikan kondisi aset dan biaya perusahaan. Gedung, mesin, dan kendaraan adalah contoh aset tetap yang umumnya mengalami penyusutan dalam kegiatan operasional.

Biaya penyusutan dalam manufaktur perlu dipertimbangkan karena aset seperti mesin, peralatan produksi, dan kendaraan operasional merupakan bagian besar dari investasi awal. Penentuan biaya yang tepat memungkinkan perusahaan menghitung harga pokok produksi secara akurat dan menjaga efisiensi biaya selama proses produksi berlangsung.

Fungsi Menghitung Biaya Penyusutan

Biaya penyusutan bukan sekadar pencatatan akuntansi, tetapi juga berperan penting dalam berbagai aspek manajemen keuangan dan operasional. Berikut ini beberapa fungsi utamanya:

1. Mencerminkan Nilai Aset yang Realistis

Biaya penyusutan digunakan untuk mengurangi nilai aset tetap secara bertahap sesuai masa manfaatnya. Proses ini membantu mencatat nilai aset secara lebih akurat dari waktu ke waktu. Dengan begitu, laporan keuangan mencerminkan kondisi riil aset yang digunakan dalam kegiatan operasional. Nilai aset yang terlalu tinggi atau tidak diperbarui bisa menyesatkan dalam pengambilan keputusan bisnis.

2. Menghitung Laba Bersih secara Akurat

Penyusutan dicatat sebagai beban dalam laporan laba rugi, sehingga turut memengaruhi total laba yang dilaporkan. Tanpa penyusutan, laba bersih akan tampak lebih tinggi dari seharusnya. Ini bisa menyebabkan perencanaan pajak dan strategi bisnis menjadi kurang tepat. Oleh karena itu, penyusutan berperan penting dalam menjaga keakuratan perhitungan laba.

3. Mendukung Perencanaan Investasi Aset

Catatan penyusutan memberi gambaran kapan suatu aset mulai menurun kinerjanya dan perlu diganti. Dengan mencatat biaya penyusutan secara rutin, perusahaan dapat mempersiapkan anggaran untuk investasi baru sebelum aset benar-benar rusak. Informasi ini juga membantu manajemen melihat umur ekonomis aset yang tersisa. Perencanaan aset pun menjadi lebih terstruktur dan terukur.

Seperti contohnya penerapan perawatan mesin produksi air kemasan dalam pabrik air kemasan yang tepat juga dapat memperpanjang umur ekonomis aset, sehingga mengurangi frekuensi penggantian dan membantu perusahaan mengelola investasi dengan lebih efisien.

4. Memahami Nilai Depresiasi Berkala

Biaya penyusutan menggambarkan seberapa besar nilai aset berkurang setiap periode. Dengan melihat tren depresiasi, perusahaan dapat menilai seberapa cepat suatu aset kehilangan nilai. Hal ini juga berguna untuk mengevaluasi apakah aset tersebut masih layak digunakan dalam jangka panjang. Data ini bersifat penting terutama dalam audit atau pengawasan internal.

5. Menentukan Harga Pokok Produksi

Dalam industri yang melibatkan penggunaan mesin dan alat berat, perhitungan ini merupakan bagian dari perhitungan biaya produksi. Nilai penyusutan per periode akan dihitung sebagai komponen beban produksi. Hal ini mempengaruhi harga jual produk yang dihasilkan. Jika tidak dihitung, perusahaan bisa salah menetapkan harga yang justru tidak menutupi seluruh biaya operasional.

Metode Perhitungan Biaya Penyusutan

Biaya penyusutan termasuk dalam anggaran produksi yang penting untuk dikelola secara maksimal, sehingga perusahaan perlu tahu cara menghitung beban penyusutan dengan menggunakan rumus penyusutan aktiva tetap agar dapat menjaga efisiensi produksi di operasional bisnis manufaktur.

Sebagai salah satu komponen biaya overhead pabrik, biaya penyusutan mesin juga berkontribusi pada keseluruhan data biaya produksi manufaktur yang digunakan untuk menghitung harga pokok produksi (HPP).

Berikut metode dan cara menghitung biaya depresiasi mesin yang benar:

1. Metode Garis Lurus

Untuk menghitung biaya penyusutan, terdapat beberapa metode yang dapat digunakan, salah satunya adalah metode garis lurus. Metode ini menghitung penyusutan dengan jumlah yang sama setiap tahun sepanjang masa manfaat aset.

Metode garis lurus (straight line method) yang merupakan cara paling sederhana dan umum digunakan perusahaan manufaktur. Metode garis lurus memiliki rumus cara menghitung penyusutan sebagai berikut:

Biaya Penyusutan = (Biaya Perolehan Aset – Nilai Residu) / (Masa Manfaat Aset)

Sebagai contoh biaya penyusutan, sebuah perusahaan manufaktur membeli mesin produksi seharga Rp120.000.000. Mesin tersebut diperkirakan memiliki masa manfaat selama 10 tahun, dengan nilai residu (nilai sisa) sebesar Rp20.000.000 di akhir masa pakainya. Dengan demikian maka depresiasi asetnya adalah:

Biaya Penyusutan = (Rp120.000.000 – Rp20.000.000) / 10 = Rp10.000.000

2. Metode Saldo Menurun

Metode selanjutnya adalah metode saldo menurun (declining balance method) atau metode penyusutan berakselerasi, pendekatan yang lebih agresif untuk menghitung biaya depresiasi.

Cara menghitung beban penyusutan ini memiliki asumsi dasar bahwa biaya depresiasi akan lebih besar pada tahun awal masa manfaat aset dan berkurang secara bertahap di tahun-tahun berikutnya.

Hal ini didasari pada aset yang cenderung mengalami penurunan efisiensi atau meningkatkan biaya perawatan seiring bertambahnya usia. Berikut cara menghitung penyusutan aset dengan metode saldo menurun:

Biaya penyusutan = Nilai buku bersih X Tarif penyusutan

Misalkan perusahaan membeli mesin seharga Rp100.000.000 dengan masa manfaat 5 tahun. Persentase penyusutan ditetapkan sebesar 40% per tahun menggunakan metode saldo menurun.

Biaya penyusutan = Rp100.000.000 X 40% = Rp40.000.000

Dengan demikian, pada tahun pertama, depresiasi asetnya sebesar Rp40.000.000. Maka nilai buku akhir tahun sebesar Rp60.000.000. Jika dihitung pada tahun kedua, maka nilai penyusutan adalah sebagi berikut:

Biaya penyusutan = Rp60.000.000 X 40% = Rp24.000.000

Nantinya, nilai buku akhir tahun kedua sebesar Rp60.000.000 – Rp24.000.000 = Rp36.000.000. Penyusutan ini terus dihitung setiap tahun dari nilai buku terakhir, bukan dari harga perolehan awal. Metode ini cocok untuk aset seperti mesin produksi yang biasanya mengalami penurunan performa signifikan di awal masa pakainya.

3. Metode Unit Produksi

Metode terakhir adalah metode unit produksi (units of production method), dimana dalam metode penyusutan ini dihubungkan langsung dengan penggunaan atau output aset tersebut.

Cara menghitung beban penyusutan memiliki asumsi dasar bahwa keuasan atau depresiasi aset sangat berkaitan dengan jumlah produksi yaang dihasilkan. Berikut rumus dari metode unit produksi:

Biaya penyusutan = [(Biaya perolehan aset – Nilai sisa yang diharapkan) : Total produksi] X Realisasi Produksi

Sebagai contoh biaya penyusutan, sebuah perusahaan membeli mesin senilai Rp150.000.000 dengan nilai residu Rp30.000.000. Mesin ini diperkirakan dapat memproduksi 120.000 unit selama masa manfaatnya. Pada tahun pertama, mesin digunakan untuk memproduksi 25.000 unit.

Pada langkah pertama, hitung depresiasi per unit. Caranya adalah sebagai berikut:

Biaya penyusutan = (Rp150.000.000 – Rp30.000.000) ÷ 120.000 unit = Rp1.000 per unit

Selanjutnya, hitung biaya penyusutan tahun pertama:

Biaya penyusutan tahun pertama = Rp1.000 × 25.000 unit = Rp25.000.000

Dengan contoh biaya penyusutan di atas, jumlah penyusutan yang dicatat setiap tahun bergantung pada seberapa besar aset digunakan dalam proses produksi, sehingga lebih mencerminkan beban yang sebenarnya berdasarkan aktivitas operasional.

Langkah-Langkah Menghitung Biaya Penyusutan

Penyusutan mesin adalah penurunan nilai ekonomis mesin seiring berjalannya waktu akibat penggunaan, keausan, atau kemajuan teknologi. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung penyusutan mesin meliputi metode garis lurus, saldo menurun, dan unit produksi.

Untuk lebih mudah memahaminya, berikut langkah-langkah umum untuk menghitung penyusutan mesin:

1. Tentukan Nilai Perolehan Mesin

Langkah pertama menghitung penyusutan mesin adalah menetapkan harga beli mesin yang akan digunakan sebagai dasar perhitungan penyusutan. Ini mencakup biaya pembelian, instalasi, serta biaya lain yang terkait dengan pengadaan mesin.

2. Tentukan Nilai Residu

Nilai residu mengacu pada perkiraan harga jual mesin setelah masa manfaatnya berakhir. Angka ini penting untuk mengetahui berapa banyak nilai mesin yang akan terdepresiasi selama masa penggunaannya.

3. Tentukan Masa Manfaat Mesin

Masa manfaat adalah durasi mesin diperkirakan dapat digunakan dalam operasional. Hal ini harus dipertimbangkan dengan hati-hati agar penyusutan dapat dihitung dengan benar sesuai umur ekonomis mesin.

4. Pilih Metode Penyusutan yang Sesuai

Tiga metode umum yang digunakan adalah Metode Garis Lurus, Saldo Menurun, dan Unit Produksi. Metode Garis Lurus memberikan penyusutan yang merata, sedangkan Saldo Menurun mengalokasikan lebih banyak penyusutan di awal masa pakai mesin. Unit Produksi memperhitungkan jumlah unit yang dihasilkan mesin.

5. Hitung Penyusutan untuk Setiap Periode

Setelah memilih metode yang tepat, selanjutnya adalah menghitung penyusutan berdasarkan periode yang diinginkan. Tahap ini dapat dilakukan tiap tahun atau lebih pendek, sesuai kebutuhan perusahaan.

6. Catat Penyusutan dalam Laporan Keuangan

Tahap terakhir untuk menghitung penyusutan mesin adalah penyusutan yang dihitung harus dicatat dalam laporan keuangan secara akurat untuk memastikan transparansi dan kebenaran dalam pelaporan keuangan perusahaan.

Implementasi software manufaktur terbaik seperti yang ditawarkan oleh ScaleOcean, memungkinkan pencatatan ini dilakukan secara otomatis, mengurangi potensi kesalahan manual dan meningkatkan akurasi data keuangan. Dengan sistem yang terintegrasi, perusahaan dapat memastikan laporan laba rugi yang lebih tepat waktu dan efektif.

Manufaktur

Contoh Biaya Penyusutan di Industri Manufaktur

Contoh biaya penyusutan adalah beban dalam laporan laba rugi yang menunjukkan penurunan nilai aset tetap karena pemakaian atau usia. Contohnya meliputi penyusutan mesin, kendaraan, bangunan, dan lain sebagainya.

Perhitungannya dapat menggunakan metode garis lurus, saldo menurun ganda, atau unit produksi, tergantung pada jenis aset dan kebijakan perusahaan. Untuk lebih mudah memahaminya, berikut contoh penerapannya:

1. Penyusutan Mesin

Sebuah perusahaan menginvestasikan Rp 200.000.000 untuk membeli mesin produksi yang diperkirakan memiliki umur manfaat selama 5 tahun dan nilai sisa sebesar Rp 20.000.000. Menggunakan metode penyusutan garis lurus, perusahaan akan membebankan biaya penyusutan tahunan sebesar Rp 36.000.000.

Perhitungan dari contoh biaya penyusutan ini didapat dari selisih antara harga pembelian mesin dan nilai sisa yang dibagi dengan jumlah tahun manfaat mesin, yaitu (Rp 200.000.000 – Rp 20.000.000) / 5 tahun = Rp 36.000.000 per tahun.

2. Penyusutan Kendaraan

Jika perusahaan membeli kendaraan operasional seharga Rp 150.000.000 dengan masa manfaat 8 tahun dan nilai sisa sebesar Rp 15.000.000, maka biaya penyusutan tahunan yang dihitung dengan metode garis lurus adalah sebesar Rp 16.875.000.

Cara menghitung beban penyusutan dilakukan dengan mengurangi harga beli kendaraan dengan nilai sisa dan kemudian membagi selisihnya dengan jangka waktu penggunaan kendaraan, yaitu (Rp 150.000.000 – Rp 15.000.000) / 8 tahun = Rp 16.875.000 per tahun.

Faktor yang Mempengaruhi Biaya Penyusutan

Berdasarkan PPM School, ada beberapa faktor yang mempengaruhi biaya penyusutan. Ini juga bisa mempengaruhi laporan keuangan Anda. Beberapa faktor tersebut yang perlu diperhatikan di antaranya:

1. Harga Perolehan Aset

Harga perolehan meliputi seluruh biaya yang diperlukan untuk memperoleh dan menyiapkan aset hingga siap digunakan, termasuk biaya transportasi dan instalasi. Semakin tinggi biaya perolehan, semakin besar pula jumlah beban penyusutan yang akan dialokasikan sepanjang masa manfaat aset.

2. Umur Ekonomis Aset

Umur ekonomis adalah estimasi jangka waktu aset dapat digunakan secara efektif dalam operasional perusahaan. Aset dengan umur ekonomis lebih panjang biasanya menghasilkan beban penyusutan tahunan yang lebih kecil dibandingkan aset berumur pendek.

3. Nilai Residu Aset

Nilai residu merupakan perkiraan nilai jual aset di akhir masa penggunaannya. Jika nilai residu lebih tinggi, maka nilai penyusutan yang dibebankan setiap periode akan lebih rendah, karena jumlah nilai yang harus dialokasikan menjadi lebih kecil.

4. Metode Penyusutan yang Digunakan

Pilihan metode penyusutan menentukan pola pembebanan biaya sepanjang umur aset. Misalnya, metode garis lurus mengalokasikan biaya secara merata setiap tahun, sedangkan metode saldo menurun membebankan biaya lebih besar di awal masa penggunaan aset.

5. Tingkat Pemakaian dan Kondisi Aset

Tingkat intensitas pemakaian aset dan bagaimana aset tersebut dirawat, termasuk penerapan breakdown maintenance, dapat mempercepat atau memperlambat penyusutan nilai ekonomisnya.

Breakdown maintenance yang sifatnya reaktif biasanya menyebabkan frekuensi kerusakan lebih tinggi dan mempercepat penurunan nilai aset. Sebaliknya, perawatan preventif yang terjadwal dapat memperpanjang umur aset dan menekan biaya penyusutan akibat kerusakan mendadak.

Untuk meminimalkan penurunan nilai, perusahaan dapat memanfaatkan metode peningkatan OEE untuk memastikan pemeliharaan dan efisiensi operasional tetap optimal. Dengan data ini, perusahaan dapat mengevaluasi efektivitas penggunaan aset dan merancang perawatan rutin yang tepat, menjaga nilai ekonomis aset tetap optimal dan berkelanjutan.

6. Perubahan Teknologi atau Kebutuhan Operasional

Inovasi teknologi dan perubahan kebutuhan bisnis dapat membuat aset tertentu menjadi usang sebelum mencapai umur ekonomisnya. Kondisi ini menyebabkan perusahaan harus mempercepat penyusutan agar mencerminkan nilai wajar aset secara lebih realistis dalam laporan keuangan.

Tips Pengelolaan Biaya Penyusutan

Selain menghitung dengan akurat biaya depresiasi mesin, perusahaan juga perlu menerapkan strategi pengelolaan yang efektif untuk mengendalikan biaya ini agar dapat menjaga stabilitas biaya dan produksi di bisnis manufaktur. Berikut beberapa strategi yang dapat dilakukan dalam mengelola depresiasi mesin:

1. Penentuan Metode Penyusutan

Penentuan metode penyusutan seperti metode garis lurus, saldo menurun, dan unit produksi menjadi strategi pertama yang dapat dilakukan untuk mencerminkan secara akurat depresiasi nilai mesin seiring berjalannya waktu. Anda dapat memilih perhitungan dan metode penyusutan tergantung pada pola penggunaan aset dan kebijakan akuntansi perusahaan.

2. Perhitungan Nilai Residu

Strategi selanjutnya adalah perhitungan nilai residu yang merupakan nilai sisa mesin setelah jangka waktu pemakaian tertentu, untuk mengukut nilai ekonomis sesungguhnya dari aset tersebut. Perhitungan yang tepat pada nilai residu dapat memungkinkan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan biaya depresiasi dengan lebih akurat.

3. Estimasi Masa Manfaat Mesin

Strategi selanjutnya adalah estimasi masa manfaat aset dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti penggunaan teknologi berkembang, perubahan kebutuhan produksi, dan kebijakan perusahaan dalam perawatan mesin dan peralatan.

Estimasi pemakaian mesin yang efisien dapat membantu perusahaan dalam mengantisipasi perubahan kondisi operasional dan menyesuaikan strategi investasi mesin, bahkan akan memaksimalkan kinerja mesin dalam jangka panjang.

4. Manajemen Aset

Manajemen aset menjadi strategi penting dalam pengelolaan biaya depresiasi yang melibatkan pemantauan dan pemeliharaan mesin secara teratur, penentuan waktu penggantian yang tepat, dan investasi dalam teknologi terbaru. Dengan mengadopsi strategi manajemen aset yang efektif, perusahaan dapat memastikan bahwa mesin beroperasi secara optimal.

5. Penganggaran untuk Penggantian dan Perbaikan

Penganggaran yang matang untuk penggantian dan perbaikan mesin menjadi strategi terakhir dalam pengelolaan biaya depresiasi, sehingga perusahaan perlu melakukan alokasi dana dengan cermat untuk perawatan, penggantian, dan perbaikan mesin.

Otomatiskan Perhitungan Biaya Penyusutan dengan Manufacturing Software ScaleOcean

Otomatiskan Perhitungan Biaya Penyusutan dengan Manufacturing Software ScaleOcean

Perhitungan biaya penyusutan aset secara manual bisa menjadi rumit dan memakan waktu, terutama dengan banyaknya aset yang dimiliki perusahaan. Maka dari itu, Software Manufaktur ScaleOcean menyediakan solusi terbaik untuk mengotomatiskan perhitungan biaya penyusutan dan memastikan efisiensi biaya produksi.

Dengan keunggulan End-to-End Automation, ScaleOcean mengintegrasikan semua aspek proses manufaktur, mulai dari perencanaan produksi hingga pengelolaan bahan baku dan biaya overhead, tanpa intervensi manual. Ditambah dengan Real-Time Reporting and Analytics, ScaleOcean memberikan laporan dan analisis langsung, untuk membuat keputusan berbasis data dengan cepat dan akurat.

Untuk memberikan gambaran lebih jelas, ScaleOcean menawarkan layanan uji coba gratis yang dapat diklaim dan dimanfaatkan oleh perusahaan untuk merasakan langsung bagaimana software ini mengoptimalkan proses kerja dan mengurangi biaya penyusutan dalam manufaktur.

  • BOM (Bill of Materials) Management: Memudahkan pembuatan dan pengelolaan daftar bahan baku serta komponen untuk produksi secara otomatis.
  • Cost Management and Tracking: Mengotomatiskan perhitungan biaya produksi dan memantau pengeluaran untuk kontrol anggaran yang lebih akurat.
  • Production Scheduling and Tracking: Mengoptimalkan penjadwalan produksi dan memantau progres secara real-time untuk efisiensi waktu.
  • Automated Replenishment: Mengatur pemesanan ulang bahan baku secara otomatis berdasarkan tingkat persediaan dan kebutuhan produksi.
  • Quality Control and Compliance Management: Memastikan setiap produk memenuhi standar kualitas dan kepatuhan dengan mengelola inspeksi secara otomatis.

Kesimpulan

Biaya penyusutan bukan hanya soal mencatat angka dalam laporan keuangan, tapi juga mencerminkan bagaimana perusahaan memahami dan mengelola aset produktifnya secara strategis. Dalam industri manufaktur, perhitungan penyusutan yang akurat membantu menentukan harga pokok produksi, merencanakan penggantian aset, hingga menjaga stabilitas anggaran operasional.

Untuk membantu Anda mengelola aset, mencatat depresiasi, dan mengoptimalkan proses produksi secara terintegrasi, ScaleOcean menghadirkan software manufaktur yang dirancang khusus untuk kebutuhan bisnis Anda.

Dengan fitur pelacakan aset, perhitungan penyusutan otomatis, dan laporan real-time, pengelolaan keuangan jadi lebih mudah dan akurat. Coba demo gratis ScaleOcean sekarang dan lihat bagaimana sistem kami bisa mendukung pengambilan keputusan yang lebih cerdas di perusahaan Anda.

FAQ:

1. Apa yang dimaksud penyusutan dan contohnya?

Penyusutan merupakan proses yang memengaruhi nilai aktual dari aset tetap seiring berjalannya waktu. Contohnya seperti gedung pabrik, mesin produksi, atau peralatan kerja yang dianggap sebagai beban selama masa penggunaan aset tersebut.

2. Kapan penyusutan mulai dihitung?

Pencatatan penyusutan dimulai sejak bulan terjadinya pengeluaran, kecuali jika aset masih dalam tahap pembangunan, maka penyusutan baru dihitung saat pengerjaan selesai.

3. Apa rumus biaya penyusutan alat?

Rumus umum untuk menghitung biaya penyusutan alat adalah Biaya Penyusutan = (Biaya Perolehan Aset – Nilai Residu) ÷ Masa Manfaat Aset

Jadwalkan Demo Gratis

Error message
Error message
Error message
Error message
Error message
Error message

Rekomendasi Artikel Terkait

Temukan Artikel Serupa untuk Solusi Bisnis Lebih Lengkap