Perusahaan sering menghadapi ketidakpastian karena harus mengambil keputusan strategis tanpa data keuangan yang akurat dan rapi. Tanpa informasi finansial yang valid, mengukur profitabilitas, merencanakan investasi, dan mengelola arus kas menjadi jauh lebih sulit. Di sinilah buku besar akuntansi dapat membantu Anda.
Buku besar akuntansi mengambil peran fundamental sebagai fondasi dari sistem akuntansi perusahaan. Buku besar adalah alat esensial yang merangkum dan mengelompokkan setiap transaksi keuangan mulai dari kas hingga utang, pendapatan hingga biaya ke dalam akun yang terstruktur.
Artikel ini membahas secara lengkap tentang buku besar akuntansi, mulai dari pengertian, fungsi, hingga cara pembuatannya. Dengan pemahaman ini, Anda dapat membaca data keuangan dengan lebih baik dan membuat keputusan yang mendukung pertumbuhan bisnis.
- Buku besar akuntansi adalah sistem pencatatan yang mengelompokkan semua transaksi berdasarkan akun untuk analisis dan pelaporan yang terstruktur.
- Perbedaan buku besar dan jurnal umum merujuk pada pencatatan transaksi dan klasifikasi data menjadi informasi keuangan yang terstrutur.
- Fungsi buku besar adalah sebagai dasar penyusunan laporan keuangan, alat kontrol kondisi finansial, dan sumber data akurat yang mempermudah proses audit.
- Terdapat dua jenis utama buku besar, yaitu buku besar umum yang merangkum semua akun dan buku besar pembantu yang merinci akun-akun tertentu.
- Software akuntansi ScaleOcean dapat mengotomatisasi proses pembuatan buku besar dengan memastikan akurasi, efisiensi, dan kemudahan dalam pengambilan keputusan strategis.
1. Apa Itu Buku Besar Akuntansi?
Buku besar (general ledger) adalah catatan utama yang memuat seluruh akun yang digunakan dalam operasional bisnis. Setiap akun seperti kas, piutang, utang, pendapatan, dan biaya disusun secara terklasifikasi sehingga memudahkan perusahaan melihat posisi keuangannya pada akhir periode.
Informasi ini menjadi dasar penting dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan. Proses pemindahan data dari jurnal ke buku besar, atau posting, dilakukan dengan prinsip akuntansi berpasangan untuk menjaga keseimbangan setiap transaksi.
Dengan sistem ini, perusahaan dapat memastikan bahwa persamaan akuntansi tetap terjaga. Dengan begitu, buku besar dapat diandalkan sebagai sumber informasi yang akurat dan konsisten.
Agar pengelompokan akun berjalan rapi, penggunaan chart of account sangat membantu dalam memastikan setiap transaksi dicatat pada kategori yang tepat. Struktur ini membuat data lebih mudah dianalisis dan mendukung proses pengambilan keputusan berbasis laporan keuangan perusahaan yang lebih informatif dan terarah.
2. Perbedaan Jurnal Umum vs Buku Besar Akuntansi

Dalam siklus akuntansi, jurnal umum berfungsi mencatat transaksi secara kronologis, sedangkan buku besar mengelompokkan transaksi tersebut berdasarkan akun. Keduanya memiliki peran berbeda, tetapi saling melengkapi dalam proses pencatatan keuangan.
Setelah dicatat di jurnal umum, setiap transaksi kemudian diposting ke buku besar agar terkumpul dalam akun yang relevan, seperti kas, utang, atau persediaan. Proses ini mengubah catatan mentah berbasis waktu menjadi informasi yang terklasifikasi dan mudah dianalisis.
Secara sederhana, jurnal umum adalah titik awal pencatatan, sedangkan buku besar adalah titik akhir pengelompokan yang menunjukkan dampak kumulatif setiap transaksi. Tanpa kedua komponen ini, perusahaan tidak dapat menyusun laporan keuangan yang akurat dan dapat dipercaya.
3. Komponen-Komponen dalam Buku Besar Akuntansi
Agar buku besar dapat menyediakan informasi keuangan yang akurat dan mudah ditelusuri, setiap akun di dalamnya disusun menggunakan beberapa komponen penting. Masing-masing komponen memiliki fungsi yang saling melengkapi dalam proses pencatatan akuntansi. Berikut penjelasannya:
- Nomor Akun: Kode unik untuk mengidentifikasi akun dalam Chart of Accounts.
- Nama Akun: Nama yang menunjukkan jenis akun, seperti Kas, Piutang, Pendapatan, atau Beban.
- Tanggal: Waktu terjadinya transaksi, dicatat secara kronologis.
- Keterangan: Deskripsi singkat mengenai transaksi.
- Referensi (Posting Ref): Nomor atau kode yang merujuk kembali ke jurnal umum atau dokumen sumber.
- Debit: Jumlah yang dicatat pada sisi debit dan memengaruhi penambahan atau pengurangan saldo sesuai jenis akun.
- Kredit: Jumlah yang dicatat pada sisi kredit dengan efek berlawanan terhadap saldo akun tertentu.
- Saldo: Jumlah akhir akun setelah penyesuaian debit dan kredit.
4. Fungsi dan Manfaat Utama Buku Besar Akuntansi bagi Bisnis
Buku besar berperan sebagai sumber kebenaran tunggal yang mengklasifikasikan seluruh transaksi, sehingga memastikan data laporan keuangan tetap andal dan terverifikasi. Keandalan ini sangat penting, terutama bagi instansi pemerintah yang harus mematuhi PP No. 71 Tahun 2010 untuk menjaga akuntabilitas dan transparansi laporan keuangan.
Hal ini menjadikan buku besar memegang peranan krusial dalam sistem akuntansi bisnis, tidak hanya sebagai catatan tetapi manfaatnya dirasakan di berbagai level. Mulai dari operasional harian hingga pengambilan keputusan strategis di tingkat eksekutif.
Memahami fungsi-fungsi ini akan membuka wawasan tentang mengapa menjaga integritas buku besar adalah sebuah keharusan. Berikut adalah beberapa fungsi dan manfaat utama yang ditawarkan oleh buku besar yang terkelola dengan baik bagi kelangsungan dan pertumbuhan bisnis Anda:
a. Mengklasifikasikan dan Meringkas Data Transaksi Keuangan
Setiap hari, perusahaan melakukan puluhan, ratusan, bahkan ribuan transaksi keuangan yang tercatat dalam jurnal umum. Tanpa adanya sistem klasifikasi, data ini akan menjadi lautan informasi yang tidak terstruktur dan sulit diinterpretasikan.
Di sinilah fungsi pertama buku besar berperan, yaitu mengklasifikasikan setiap transaksi ke dalam akun yang sesuai, seperti kas, piutang, persediaan, atau biaya sewa. Setelah diklasifikasikan, buku besar secara otomatis meringkas dampak seluruh transaksi dan menghasilkan satu saldo untuk setiap akun.
Proses ini mengubah data yang sangat detail menjadi ringkasan yang lebih ringkas dan bermakna. Proses ini memberikan gambaran yang jelas mengenai posisi keuangan setiap komponen bisnis seperti total pendapatan atau biaya gaji tanpa perlu menelusuri setiap entri jurnal secara individual.
b. Menjadi Dasar Utama Penyusunan Laporan Keuangan
Fungsi paling krusial dari buku besar adalah sebagai satu-satunya sumber data untuk penyusunan laporan keuangan utama. Setelah semua transaksi diposting dan saldo akhir setiap akun dihitung, langkah selanjutnya adalah menyusun neraca saldo.
Laporan internal ini berfungsi untuk memverifikasi bahwa total saldo debit sama dengan total saldo kredit di seluruh akun. Dengan demikian, laporan ini membantu memastikan tidak ada kesalahan matematis dalam proses posting.
Dari neraca saldo yang telah seimbang inilah, laporan keuangan formal seperti laporan laba rugi, neraca, dan laporan arus kas dapat disusun. Saldo akun-akun pendapatan dan beban akan digunakan untuk menghitung laba atau rugi bersih, sementara saldo akun-akun aset, liabilitas, dan ekuitas akan membentuk neraca yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan.
c. Sebagai Alat untuk Memantau dan Mengendalikan Kondisi Keuangan
Buku besar berfungsi sebagai dasbor keuangan yang membantu manajemen memantau kesehatan finansial perusahaan dan mendeteksi tren atau potensi masalah sejak dini. Perubahan mencolok pada akun tertentu, seperti piutang yang meningkat atau kas yang menurun, dapat menjadi sinyal perlunya perhatian khusus.
Selain pemantauan, buku besar juga menjadi alat pengendalian yang efektif karena memungkinkan perusahaan membandingkan anggaran dengan realisasi pengeluaran. Melalui analisis varians ini, manajemen dapat mengendalikan biaya dan mengambil langkah korektif untuk menjaga stabilitas serta profitabilitas bisnis.
d. Mempermudah Proses Audit dan Menjamin Akurasi Data
Baik untuk keperluan audit internal maupun eksternal, buku besar adalah dokumen pertama yang akan diperiksa oleh auditor. Sebuah buku besar yang terorganisir dengan baik menyediakan jejak audit (audit trail) yang jelas dan lengkap.
Hal ini memungkinkan auditor menelusuri setiap angka dalam laporan keuangan kembali ke transaksi aslinya di jurnal umum. Pemeliharaan buku besar yang disiplin membantu menjamin akurasi dan integritas data keuangan secara keseluruhan.
Proses rekonsiliasi rutin, seperti rekonsiliasi bank, memastikan bahwa catatan internal perusahaan sesuai dengan catatan eksternal, yang pada gilirannya memperkuat keandalan data di buku besar. Kepercayaan investor, bank, dan otoritas pajak bergantung pada data keuangan yang akurat dan dapat diverifikasi.
5. Mengapa Buku Besar Akuntansi Penting dalam Bisnis?
Buku besar memegang peran sentral dalam sistem akuntansi karena berfungsi sebagai pusat seluruh data transaksi perusahaan. Tanpa buku besar yang tertata, bisnis akan kesulitan memahami kondisi keuangan aktual serta mengambil keputusan strategis.
Selain itu, buku besar juga menjadi dasar dari berbagai laporan penting. Mulai dari laporan laba rugi, neraca, hingga arus kas, sehingga kualitasnya langsung memengaruhi kualitas laporan keuangan perusahaan.
- Penting untuk Akurasi Data: Buku besar memastikan setiap transaksi dicatat dan diklasifikasikan dengan benar sehingga laporan keuangan bebas dari duplikasi dan kesalahan angka.
- Penting untuk Compliance: Pencatatan yang konsisten di buku besar membantu perusahaan memenuhi standar akuntansi, audit, dan kewajiban perpajakan.
- Penting untuk Cash Flow: Buku besar memberikan gambaran jelas tentang arus kas sehingga bisnis dapat merencanakan pembayaran, kebutuhan modal, dan menjaga likuiditas.
- Dampak Kesalahan Buku Besar Akuntansi: Kesalahan pencatatan dapat menghasilkan laporan keuangan yang tidak akurat dan berdampak pada keputusan bisnis, audit, serta kepercayaan pemangku kepentingan.
6. Jenis-jenis Buku Besar Akuntansi
Meskipun sering disebut sebagai satu kesatuan, buku besar sebenarnya dapat dibedakan menjadi dua jenis utama yang bekerja secara sinergis untuk menyajikan gambaran keuangan yang komprehensif. Keduanya adalah buku besar umum (general ledger) dan buku besar pembantu (subsidiary ledger).
Berikut adalah penjelasan mendalam mengenai kedua jenis buku besar tersebut:
a. Buku Besar Akuntansi Umum (General Ledger)
Buku besar umum adalah inti dari sistem akuntansi. Hal ini berisi ringkasan dari semua akun keuangan, yang tercantum dalam chart of accounts. Akun-akun ini mencakup seluruh spektrum keuangan, mulai dari aset seperti kas, piutang, dan persediaan, mulai dari liabilitas seperti utang usaha dan utang bank, hingga ekuitas seperti modal disetor dan laba ditahan.
Selain itu, terdapat pula akun pendapatan seperti penjualan dan pendapatan jasa, serta akun beban seperti biaya gaji, sewa, dan pemasaran. Setiap akun dalam buku besar umum disebut sebagai akun pengendali (control account) jika akun tersebut memiliki rincian lebih lanjut di buku besar pembantu.
Misalnya, akun piutang usaha di buku besar umum hanya akan menunjukkan satu angka total dari seluruh piutang perusahaan. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran yang ringkas dan tidak membebani buku besar utama dengan detail yang berlebihan.
b. Buku Besar Akuntansi Pembantu (Subsidiary Ledger)
Subsidiary ledger berfungsi memberikan rincian dari akun pengendali di buku besar umum dengan memecah saldo ringkasan menjadi data yang lebih detail. Dalam akuntansi perusahaan dagang, ledger ini umum digunakan untuk akun seperti piutang dan utang usaha.
Misalnya, buku besar umum hanya menampilkan total piutang, sedangkan subsidiary ledger merinci saldo setiap pelanggan dan memastikan totalnya selalu sesuai dengan akun pengendalinya. Dengan cara ini, perusahaan dapat melacak transaksi secara lebih terstruktur sekaligus menjaga keringkasan dan keterbacaan buku besar umum.
c. Buku Besar Akuntansi Khusus (Special Ledger)
Buku Besar Khusus digunakan untuk mencatat transaksi dengan frekuensi tinggi dan sifat yang spesifik, seperti transaksi kas, penjualan, atau pembelian. Dengan memisahkan transaksi-transaksi ini ke dalam buku yang lebih terfokus, proses pencatatan menjadi lebih efisien dan cepat.
Selain itu, Buku Besar Khusus membantu tim akuntansi mengelompokkan transaksi dengan pola tertentu sehingga analisis dapat dilakukan dengan lebih mudah. Jika suatu akun menghasilkan ratusan transaksi per bulan, pencatatan ke buku khusus memastikan Buku Besar Umum tidak menjadi terlalu padat dan tetap mudah dibaca.
d. Buku Besar Akun Kontrol (Control Account Ledger)
Buku Besar Akun Kontrol berisi saldo ringkasan dari akun-akun yang rincian detailnya dicatat dalam Buku Besar Pembantu. Misalnya, total saldo piutang pelanggan dalam Buku Besar Pembantu akan diringkas dalam satu akun kontrol “Piutang Usaha” di Buku Besar Umum.
Akun kontrol ini berfungsi untuk memastikan konsistensi data antara buku besar umum dan pembantu. Ketika dilakukan rekonsiliasi, selisih antara saldo akun kontrol dan total rincian pembantu dapat langsung mengindikasikan adanya kesalahan pencatatan. Dengan demikian, akun kontrol memainkan peran penting dalam menjaga integritas sistem akuntansi perusahaan.
7. Bentuk-bentuk Buku Besar Akuntansi dan Contohnya
Secara konseptual, fungsi buku besar tetap sama, yaitu untuk mengelompokkan transaksi berdasarkan akun. Namun, dalam praktiknya, format atau bentuk penyajiannya bisa bervariasi tergantung pada kebutuhan dan tingkat kompleksitas pencatatan.
Memahami berbagai format buku besar ini membantu dalam memilih metode yang paling sesuai, baik untuk tujuan edukasi maupun pelaporan formal. Ada tiga bentuk utama yang umum dikenal dalam akuntansi Bentuk T (T-Account), Bentuk skontro (2 Kolom), dan Bentuk staffel (3 atau 4 Kolom). Berikut penjelasan dari masing-masing bentuk buku besar:
a. Bentuk T (T-Account)
Bentuk T adalah format buku besar yang paling sederhana dan sering digunakan dalam konteks akademik atau untuk analisis cepat. Seperti namanya, format ini menyerupai huruf T besar, di mana nama akun ditulis di bagian atas.
Sisi kiri dari garis vertikal digunakan untuk mencatat transaksi debit, sedangkan sisi kanan untuk kredit. Misalnya, untuk akun Kas, setoran tunai dari pelanggan akan dicatat di sisi kiri (debit), dan pembayaran kepada pemasok akan dicatat di sisi kanan (kredit).
Meskipun sangat praktis untuk memvisualisasikan dampak transaksi pada setiap akun, format buku besar ini jarang digunakan dalam praktik bisnis formal. Alasannya, format ini kurang menyediakan detail penting seperti tanggal, deskripsi transaksi, dan kolom saldo berjalan.
b. Bentuk Skontro (2 Kolom)
Bentuk skontro adalah versi yang lebih formal dan terstruktur dari Bentuk T. Istilah skontro berasal dari bahasa Italia scontro yang berarti pertemuan atau perbandingan. Format ini memisahkan halaman menjadi dua sisi secara simetris sisi debit di sebelah kiri dan sisi kredit di sebelah kanan.
Setiap sisi memiliki kolom-kolom yang identik, biasanya terdiri dari tanggal, keterangan, referensi (Ref.), dan jumlah. Bentuk ini memberikan informasi yang lebih lengkap dibandingkan Bentuk T, karena setiap entri memiliki detail tanggal dan keterangan.
Namun, kekurangannya adalah tidak adanya kolom saldo berjalan. Untuk mengetahui saldo akhir, seseorang harus menjumlahkan total debit dan total kredit terlebih dahulu, lalu menghitung selisihnya.
c. Bentuk Staffel (3 atau 4 Kolom)
Bentuk staffel adalah format buku besar yang paling umum digunakan dalam sistem akuntansi manual maupun terkomputerisasi saat ini karena paling informatif. Istilah staffel berarti tumpukan atau berurutan, yang mencerminkan adanya kolom saldo yang terus diperbarui. Terdapat dua variasi utama dari bentuk ini, yaitu format 3 kolom dan 4 kolom.
Format 3 kolom memiliki kolom untuk debit, kredit, dan saldo. Setiap kali ada transaksi baru, saldo akan langsung dihitung dan diperbarui, memberikan informasi saldo terkini setiap saat. Format 4 kolom merupakan pengembangannya, dengan kolom debit, kredit, saldo debit, dan saldo kredit.
Format ini sangat berguna untuk mengetahui sifat saldo normal dari sebuah akun secara langsung, apakah itu saldo debit (untuk aset dan beban) atau saldo kredit (untuk liabilitas, ekuitas, dan pendapatan). Ini adalah tabel buku besar akuntansi yang paling efisien dan informatif untuk pelaporan dan analisis.
d. Bentuk Staffel 4 Kolom
Buku besar staffel 4 kolom merupakan format paling detail karena menyediakan dua kolom saldo, saldo debit dan saldo kredit. Format ini mempermudah pencatatan akun yang dapat memiliki saldo positif maupun negatif, seperti piutang usaha atau utang usaha. Dengan struktur ini, perusahaan dapat mencatat perubahan akun dengan lebih presisi.
Bentuk ini banyak digunakan oleh perusahaan besar yang membutuhkan ketelitian tinggi dalam pelaporan. Setiap transaksi dicatat lengkap beserta pembaruan saldo debit dan kredit, sehingga analisis posisi akun dapat dilakukan dengan lebih akurat.
8. Bagaimana Proses Pembuatan Buku Besar Akuntansi?
Proses pembuatan buku besar, atau yang lebih dikenal dengan istilah posting, adalah langkah krusial dalam siklus akuntansi yang menjembatani pencatatan transaksi awal dengan penyusunan laporan keuangan. Proses ini secara sistematis memindahkan informasi dari jurnal umum ke dalam akun-akun individual di buku besar.
Berikut adalah lima langkah utama dalam proses pembuatan dan pemeliharaan buku besar:
a. Menyiapkan Daftar Akun (Chart of Accounts)
Langkah pertama sebelum proses posting dimulai adalah memastikan perusahaan memiliki daftar akun atau Chart of Accounts (CoA) yang terstruktur dengan baik. CoA adalah daftar lengkap semua akun yang digunakan oleh perusahaan, yang dikelompokkan ke dalam kategori utama aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan, dan beban.
Setiap akun diberi nomor atau kode unik untuk mempermudah identifikasi dan mencegah kesalahan klasifikasi. Tanpa CoA yang jelas, proses posting akan menjadi kacau dan rawan kesalahan. Daftar ini berfungsi sebagai cetak biru atau kerangka kerja untuk buku besar, memastikan bahwa setiap transaksi keuangan dapat dialokasikan ke akun yang tepat.
b. Mencatat Transaksi ke dalam Jurnal Umum
Semua proses akuntansi dimulai dengan pencatatan transaksi keuangan ke dalam jurnal umum. Setiap kali transaksi terjadi baik itu penjualan, pembelian, pembayaran gaji, atau penerimaan pinjaman transaksi tersebut harus dianalisis untuk menentukan akun mana yang terpengaruh dan dicatat sebagai entri jurnal.
Entri ini harus mematuhi prinsip double-entry, di mana total debit harus sama dengan total kredit. Jurnal umum mencatat detail penting seperti tanggal transaksi, akun yang didebit, akun yang dikredit, jumlah, dan deskripsi singkat.
Keakuratan pada tahap ini sangat penting, karena setiap kesalahan yang dibuat dalam jurnal umum akan terbawa ke buku besar dan akhirnya ke laporan keuangan. Jurnal berfungsi sebagai catatan kronologis resmi dari semua aktivitas keuangan perusahaan.
c. Melakukan Proses Posting ke Buku Besar Akuntansi
Ini adalah inti dari proses pembuatan buku besar. Posting adalah tindakan memindahkan atau menyalin setiap entri debit dan kredit dari jurnal umum ke akun yang bersangkutan di buku besar. Misalnya, jika sebuah entri jurnal mendebit akun Kas sebesar Rp10 juta, maka angka Rp10 juta tersebut akan dicatat di sisi debit pada akun Kas di buku besar.
Proses ini dilakukan untuk setiap baris dalam setiap entri jurnal. Pada sistem manual, kolom referensi (Ref.) di jurnal dan buku besar digunakan untuk saling merujuk, memudahkan penelusuran (cross-referencing).
Di jurnal, nomor akun buku besar akan dicatat, dan di buku besar, halaman jurnal akan dicatat. Langkah ini secara sistematis mengubah catatan kronologis menjadi catatan yang terorganisir berdasarkan akun.
d. Menghitung Saldo Akhir Setiap Akun
Setelah semua transaksi untuk suatu periode (misalnya, satu bulan) selesai di-posting ke buku besar, langkah selanjutnya adalah menghitung saldo akhir untuk setiap akun. Proses ini melibatkan penjumlahan semua angka di kolom debit dan semua angka di kolom kredit untuk setiap akun.
Saldo akhir kemudian ditentukan dengan menghitung selisih antara total debit dan total kredit. Jika total debit lebih besar dari total kredit, akun tersebut memiliki saldo debit (umum untuk aset dan beban).
Sebaliknya, jika total kredit lebih besar, akun tersebut memiliki saldo kredit (umum untuk liabilitas, ekuitas, dan pendapatan). Perhitungan ini sangat penting karena saldo-saldo inilah yang akan digunakan pada langkah selanjutnya dalam siklus akuntansi.
e. Menyusun Neraca Saldo (Trial Balance)
Langkah akhir dalam siklus buku besar adalah penyusunan neraca saldo, yaitu daftar seluruh akun beserta saldo debit dan kredit untuk memastikan keduanya seimbang. Jika terdapat selisih, berarti terjadi kesalahan pada proses penjurnalan atau posting yang harus diperbaiki sebelum membuat laporan keuangan.
Meski neraca saldo yang seimbang tidak menjamin bebas dari semua kesalahan, dokumen ini tetap menjadi alat verifikasi internal yang penting. Dengan bantuan software akuntansi ScaleOcean, proses posting hingga penyusunan neraca saldo dapat diotomatisasi secara real-time sehingga lebih cepat dan minim risiko.
9. Contoh Sederhana Pembuatan Buku Besar Akuntansi dari Jurnal Umum
Untuk memahami bagaimana proses posting dari jurnal umum ke buku besar bekerja dalam praktiknya, mari kita lihat sebuah contoh sederhana. Bayangkan sebuah perusahaan jasa konsultasi baru bernama PT Cipta Solusi yang memulai operasinya pada bulan Desember 2023.
Berikut adalah beberapa transaksi yang terjadi selama bulan tersebut, yang pertama kali dicatat dalam jurnal umum. Jurnal Umum PT Cipta Solusi – Desember 2023:
- 1 Desember: Tuan Budi menyetor modal awal sebesar Rp100.000.000 ke rekening bank perusahaan. Jurnalnya adalah: Kas (Debit) Rp100.000.000, Modal Tuan Budi (Kredit) Rp100.000.000.
- 5 Desember: Membeli perlengkapan kantor secara kredit dari Toko ATK Jaya senilai Rp5.000.000. Jurnalnya adalah: Perlengkapan (Debit) Rp5.000.000, Utang Usaha (Kredit) Rp5.000.000.
- 15 Desember: Menerima pembayaran tunai dari klien atas jasa konsultasi yang telah diberikan sebesar Rp20.000.000. Jurnalnya adalah: Kas (Debit) Rp20.000.000, Pendapatan Jasa (Kredit) Rp20.000.000.
- 25 Desember: Membayar sebagian utang kepada Toko ATK Jaya sebesar Rp2.000.000. Jurnalnya adalah: Utang Usaha (Debit) Rp2.000.000, Kas (Kredit) Rp2.000.000.
Ini adalah contoh buku besar dari jurnal umum yang sangat mendasar.
Selanjutnya, kita akan melakukan proses posting setiap entri dari jurnal umum di atas ke dalam buku besar masing-masing akun menggunakan format T-Account untuk simplisitas. Setiap baris dalam jurnal akan dipindahkan ke akun yang sesuai. Proses ini adalah inti dari pembuatan contoh buku besar akuntansi.
Berikut adalah hasil posting ke buku besar:
Dari contoh buku besar di atas, kita dapat melihat bagaimana setiap akun sekarang memiliki saldo akhirnya masing-masing. Saldo-saldo ini (Kas Rp118 juta, Perlengkapan Rp5 juta, Utang Usaha Rp3 juta, Modal Rp100 juta, dan Pendapatan Jasa Rp20 juta) kemudian akan digunakan untuk menyusun neraca saldo dan laporan keuangan lainnya.
10. Kesalahan Umum dalam Mengelola Buku Besar Akuntansi
Dalam praktiknya, pengelolaan buku besar sering kali menemui berbagai kendala teknis yang dapat memengaruhi akurasi laporan keuangan. Banyak kesalahan muncul bukan karena kurangnya kemampuan, tetapi karena minimnya ketelitian dan tidak adanya prosedur pengecekan rutin.
Memahami kesalahan-kesalahan umum ini membantu bisnis menyiapkan langkah pencegahan yang lebih baik. Dengan demikian, kualitas data keuangan tetap terjaga dan proses audit dapat berjalan lebih lancar.
- Salah Klasifikasi Akun: Terjadi ketika transaksi dimasukkan ke akun yang salah sehingga laporan keuangan menjadi tidak akurat.
- Salah Posting Debit-Kredit: Kesalahan arah atau nominal debit-kredit menyebabkan saldo akun tidak seimbang.
- Duplikasi Pencatatan: Transaksi tercatat lebih dari sekali sehingga saldo tidak mencerminkan kondisi sebenarnya.
- Tidak Melakukan Rekonsiliasi: Selisih antara catatan internal dan eksternal tidak terdeteksi jika rekonsiliasi jarang dilakukan.
- Tidak Konsisten dengan Kode Akun: Penggunaan kode akun yang berubah-ubah membuat data sulit dilacak dan membingungkan.
- Posting Tidak Mengikuti Jurnal: Mencatat transaksi langsung ke buku besar tanpa jurnal membuat jejak audit menjadi tidak jelas.
11. Tips Membuat Buku Besar Akuntansi yang Rapi dan Akurat
Pengelolaan buku besar yang baik bergantung pada konsistensi, ketepatan, serta penggunaan metode pencatatan yang terstruktur. Semakin rapi prosesnya, semakin mudah perusahaan menyusun laporan keuangan yang dapat dipercaya. Berikut adalah beberapa tips praktis yang dapat membantu menjaga buku besar tetap akurat dan mudah diaudit.
a. Gunakan Software Akuntansi
Software akuntansi dapat membantu mempercepat proses pencatatan dan meminimalkan risiko kesalahan manusia dalam memasukkan data. Sistem ini umumnya sudah dilengkapi fitur otomatisasi posting sehingga transaksi dari jurnal langsung dipindahkan ke buku besar tanpa harus dilakukan secara manual.
Selain itu, penggunaan software juga memudahkan pemantauan saldo akun secara real-time. Perusahaan dapat melihat perubahan saldo setiap saat, menyusun laporan keuangan lebih cepat, serta menjaga konsistensi data antarperiode.
b. Tentukan Chart of Accounts yang Jelas
Chart of accounts (CoA) yang terstruktur memastikan setiap transaksi dicatat pada akun yang tepat. Struktur akun yang jelas akan membantu menghindari salah klasifikasi dan menjaga konsistensi dalam pencatatan keuangan.
Selain itu, CoA yang rapi memudahkan proses pelacakan transaksi serta mempermudah proses analisis laporan keuangan. Perusahaan juga dapat melakukan penyesuaian akun sesuai kebutuhan bisnis tanpa mengganggu sistem pencatatan yang sudah ada.
c. Lakukan Pencatatan Harian
Melakukan pencatatan transaksi secara harian membantu mengurangi risiko lupa, kehilangan bukti transaksi, atau penumpukan pekerjaan. Semakin cepat transaksi dicatat, semakin akurat saldo akun yang ditampilkan dalam buku besar.
Kebiasaan ini juga membantu menjaga aliran data tetap teratur sehingga memudahkan proses posting dan rekonsiliasi bulanan. Selain itu, tim akuntansi dapat mendeteksi kesalahan lebih cepat sebelum berdampak pada laporan keuangan akhir periode.
d. Rekonsiliasi Secara Rutin
Rekonsiliasi bertujuan membandingkan saldo buku besar dengan bukti eksternal seperti rekening bank, laporan vendor, atau laporan pelanggan. Proses ini penting untuk memastikan tidak ada transaksi yang terlewat, ganda, atau salah input.
Dengan rekonsiliasi rutin, perusahaan dapat segera menindaklanjuti selisih saldo dan memperbaiki kesalahan sebelum menjadi lebih besar. Selain itu, rekonsiliasi meningkatkan akurasi laporan keuangan dan memperkuat kontrol internal.
e. Gunakan Akun Kontrol
Akun kontrol membantu memantau total saldo dari akun-akun rinci yang berada di buku besar pembantu. Dengan adanya akun ini, akuntan dapat dengan mudah memverifikasi apakah catatan di buku besar umum sudah sesuai dengan buku besar pembantu.
Selain itu, akun kontrol sangat berguna untuk transaksi dengan volume besar seperti piutang dan utang. Akun ini memberikan ringkasan yang rapi sehingga manajemen dapat memantau pergerakan saldo tanpa harus membuka rincian satu per satu.
f. Simpan Bukti Transaksi
Bukti transaksi seperti invoice, kwitansi, dan nota pembayaran adalah dasar pencatatan akuntansi. Menyimpan bukti ini secara rapi membantu memastikan setiap transaksi yang diposting ke buku besar memiliki dasar yang valid.
Selain itu, bukti transaksi sangat diperlukan saat audit internal maupun eksternal. Dokumentasi yang tertata memudahkan proses verifikasi, mempercepat audit, dan meningkatkan kredibilitas laporan keuangan perusahaan.
Baca juga: Siklus Akuntansi: Pengertian, Tujuan, Tahapan & Jenisnya
12. Kesimpulan
Buku besar akuntansi adalah pilar yang menopang struktur pelaporan keuangan, berfungsi sebagai alat klasifikasi, peringkasan, dan kontrol yang vital. Ia adalah sumber kebenaran tunggal (single source of truth) yang mengelompokkan data transaksi menjadi saldo yang bermakna. Akurasi ini memungkinkan perusahaan menavigasi bisnis dengan percaya diri.
Untuk memaksimalkan penggunaan buku besar, penting menguasai dasar-dasarnya—mulai dari memahami perbedaan jurnal dan buku besar, jenis serta formatnya, hingga proses posting. Keahlian ini membantu mengubah data mentah menjadi analisis dan laporan keuangan yang akurat.
Kini, banyak proses manual tersebut dapat diotomatisasi berkat teknologi digital. Software akuntansi ScaleOcean dapat membantu mengotomatisasi proses posting hingga penyusunan neraca saldo.
Dengan data yang akurat dan real-time, ScaleOcean mengubah buku besar menjadi alat analisis strategis untuk pengambilan keputusan yang tepat. Jadwalkan demo gratis dan konsultasi dengan tim ahli kami untuk merevolusi pengelolaan buku besar perusahaan Anda.
FAQ:
1. Apa saja buku besar akuntansi?
Macam-macam buku besar akuntansi adalah Buku Besar Umum (General Ledger) yang berisi seluruh akun perusahaan, dan Buku Besar Pembantu (Subsidiary Ledger) yang merinci transaksi pada akun-akun tertentu, seperti piutang, utang, persediaan, dan aset tetap. Ada juga klasifikasi berdasarkan bentuknya, yaitu buku besar bentuk T, bentuk skontro, dan bentuk staffel.
2. Apa saja urutan buku besar?
Urutan buku besar dalam siklus akuntansi adalah tahap posting dari jurnal umum, di mana setiap transaksi yang sudah dicatat di jurnal dipindahkan (diposting) ke akun-akun yang sesuai di buku besar, kemudian dihitung saldo akhir akun tersebut, dan setelah itu baru menyusun neraca saldo.
3. Apa saja 5 elemen buku besar?
Buku besar adalah sistem pencatatan keuangan komprehensif yang mengkategorikan setiap transaksi yang dilakukan bisnis menjadi lima bagian utama: aset, kewajiban, ekuitas pemilik, pendapatan, dan beban.







