Biaya Implisit: Pengertian, Contoh, dan Ciri-cirinya

ScaleOcean Team
Posted on
Share artikel ini

Pemilik bisnis dan manajer keuangan sering kali kurang memperhatikan biaya implisit dalam operasi perusahaan mereka. Biaya implisit adalah jenis biaya yang tidak terlihat secara langsung dalam laporan keuangan, namun dapat mempengaruhi profitabilitas perusahaan.

Masalah utama yang muncul adalah ketidaktahuan terhadap biaya peluang yang terlibat dalam penggunaan sumber daya internal. Contohnya, penggunaan aset atau waktu tanpa menghitung nilai yang hilang dari alternatif terbaik lainnya.

Tanpa pemahaman yang baik tentang biaya implisit, perusahaan bisa membuat keputusan yang salah dan merugi dalam jangka panjang. Artikel ini akan membahas apa itu biaya implisit, cara menghitungnya, memberikan contoh penerapannya, serta menjelaskan pentingnya memperhitungkan biaya implisit dalam pengambilan keputusan dan perencanaan keuangan yang lebih efektif.

starsKey Takeaways
  • Biaya implisit merupakan biaya peluang tak terlihat yang timbul dari penggunaan sumber daya internal, bukan transaksi tunai yang tercatat secara formal.
  • Ciri-ciri dari biaya implisit adalah sifatnya yang non-moneter dan subjektif, sangat penting untuk analisis keuangan yang komprehensif dan akurat.
  • Perbedaan utama biaya implisit terletak pada ketiadaan transaksi tunai dan pencatatannya dalam pembukuan resmi.
  • Contoh biaya implisit mencakup pengorbanan peluang, seperti penggunaan aset perusahaan atau waktu yang tidak digaji, yang dapat mempengaruhi profitabilitas bisnis secara signifikan
  • Software Akuntansi ScaleOcean membantu perusahaan mengelola biaya implisit dan eksplisit dengan lebih transparan, memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih cerdas.

Coba Demo Gratis!

requestDemo

Apa Itu Biaya Implisit?

Biaya implisit adalah biaya peluang yang muncul ketika perusahaan menggunakan sumber daya internal tanpa mengeluarkan uang tunai. Hal ini melibatkan pengorbanan sumber daya, seperti waktu atau aset, yang seharusnya bisa dialokasikan untuk kegiatan lain yang lebih menguntungkan.

Biaya eksplisit, berbeda dengan biaya implisit, selalu tercatat dalam pembukuan dan melibatkan pembayaran uang, baik secara tunai atau kredit. Biaya-biaya inilah yang digunakan untuk menghitung laba akuntansi. Laba akuntansi adalah metrik laba yang umum disajikan dalam laporan keuangan resmi.

Sementara itu, biaya implisit tidak melibatkan transaksi moneter langsung dan tidak tercatat dalam laporan keuangan. Biaya implisit lebih bersifat subyektif dan sulit untuk dihitung, karena berkaitan dengan peluang yang hilang dari keputusan yang diambil.

Memahami biaya implisit penting untuk pengambilan keputusan bisnis yang lebih cerdas. Dengan memperhitungkan biaya implisit, manajer dapat membuat keputusan yang lebih strategis, meningkatkan perencanaan keuangan, dan meminimalkan risiko kerugian yang tidak terlihat.

Ciri-ciri Utama Biaya Implisit

Ciri-ciri Utama Biaya Implisit

Untuk lebih memahami konsep biaya implisit, penting untuk mengenali karakteristik unik yang membedakannya dari jenis biaya lainnya. Ciri-ciri ini membantu kita mengidentifikasi dan memperkirakan nilainya, meskipun tidak tercatat secara formal dalam dokumen keuangan. Berikut adalah beberapa ciri utama yang melekat pada biaya implisit.

1. Tidak Melibatkan Pembayaran Tunai

Karakteristik paling fundamental dari biaya implisit adalah tidak adanya transaksi uang tunai atau transfer dana secara langsung. Biaya ini muncul dari penggunaan sumber daya internal yang sudah dimiliki, bukan dari pembelian barang atau jasa dari pihak eksternal. Karena tidak ada kas yang keluar dari perusahaan, biaya ini tidak dicatat sebagai pengeluaran dalam sistem akuntansi.

Sebagai contoh, jika pemilik bisnis bekerja penuh waktu tanpa mengambil gaji, waktu dan tenaganya adalah sumber daya internal yang digunakan. Tidak ada pembayaran gaji yang tercatat, tetapi ada biaya implisit berupa gaji yang bisa ia peroleh jika bekerja di tempat lain. Ketiadaan aliran kas keluar inilah yang membuatnya ‘implisit’ atau tidak dinyatakan secara gamblang.

Hal ini berbeda dengan biaya non-tunai lainnya seperti depresiasi, yang meskipun tidak melibatkan pembayaran tunai pada periode berjalan, tetap diakui dan dicatat dalam laporan keuangan. Biaya implisit sepenuhnya berada di luar lingkup pencatatan akuntansi tradisional. Sifatnya yang non-moneter menjadikannya tantangan tersendiri untuk diukur secara akurat.

2. Merupakan Biaya Peluang (Opportunity Cost)

Melansir dari Entrepeneur, setiap biaya implisit pada dasarnya adalah sebuah biaya peluang atau opportunity cost. Konsep ini merujuk pada nilai dari alternatif terbaik yang harus dikorbankan ketika memilih suatu tindakan. Biaya implisit mengukur keuntungan yang hilang karena sumber daya tidak digunakan pada pilihan alternatif yang paling menguntungkan.

Menginvestasikan modal pribadi Rp100 juta ke dalam bisnis berarti kehilangan potensi keuntungan lain, seperti Rp10 juta per tahun dari reksa dana. Ini adalah contoh biaya implisit, yaitu pengorbanan peluang dari penggunaan sumber daya.

Oleh karena itu, analisis biaya implisit sangat erat kaitannya dengan pengambilan keputusan strategis. Manajer harus selalu bertanya, “Apa hal terbaik lainnya yang bisa kita lakukan dengan sumber daya ini?” Jawaban atas pertanyaan itu akan membantu mengungkap biaya tersembunyi dari setiap pilihan yang diambil.

3. Tidak Tercatat dalam Laporan Keuangan Akuntansi

Karena tidak ada transaksi keuangan yang mendasarinya, biaya implisit tidak diakui dalam prinsip akuntansi yang berlaku umum (PABU). Laporan laba rugi, neraca, dan laporan arus kas hanya mencatat biaya eksplisit yang dapat diverifikasi melalui faktur, kuitansi, atau bukti transaksi lainnya. Akibatnya, biaya implisit sepenuhnya tidak terlihat dalam laporan keuangan resmi perusahaan.

Ketiadaan pencatatan ini menciptakan perbedaan penting antara laba akuntansi dan laba ekonomi. Laba akuntansi, yang dilaporkan kepada investor dan otoritas pajak, seringkali lebih tinggi karena hanya menghitung biaya eksplisit. Sebaliknya, laba ekonomi memberikan gambaran yang lebih realistis karena turut memperhitungkan pengorbanan ekonomi yang tidak tercatat.

Seorang analis atau manajer yang bijak akan melihat melampaui angka-angka akuntansi. Mereka akan mencoba memperkirakan biaya implisit untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang profitabilitas riil dari suatu proyek atau bisnis secara keseluruhan.

4. Bersifat Subjektif dan Sulit Diukur

Salah satu tantangan terbesar dalam menangani biaya implisit adalah sifatnya yang subyektif dan sulit diukur dengan presisi. Berbeda dengan biaya eksplisit yang memiliki nilai pasti, nilai biaya implisit seringkali berupa estimasi. Pengukurannya bergantung pada asumsi tentang “alternatif terbaik yang dikorbankan”.

Misalnya, berapa nilai waktu seorang pendiri yang tidak digaji? Nilainya bisa diperkirakan berdasarkan gaji yang bisa ia dapatkan di perusahaan lain, tetapi angka pastinya sulit ditentukan dan bisa bervariasi. Demikian pula, berapa pendapatan sewa yang hilang dari sebuah gedung? Angkanya tergantung pada kondisi pasar properti saat itu, yang bisa berfluktuasi.

Karena kesulitan ini, perhitungan biaya implisit memerlukan penilaian dan pertimbangan yang cermat. Meskipun tidak bisa diukur dengan akurasi 100%, melakukan estimasi yang wajar tetap lebih baik daripada mengabaikannya sama sekali. Estimasi ini memberikan informasi berharga untuk analisis keputusan yang lebih komprehensif.

Perbedaan Utama Biaya Implisit vs Biaya Eksplisit

Biaya implisit dan biaya eksplisit adalah dua jenis biaya yang berbeda meskipun keduanya berhubungan dengan pengeluaran perusahaan. Biaya eksplisit tercatat dalam laporan keuangan dan melibatkan pembayaran langsung, sementara biaya implisit tidak tercatat dan lebih bersifat subyektif, meskipun berdampak pada profitabilitas perusahaan.

Melansir dari Economics Online, berikut ini adalah perbedaan antara Biaya Implisit dengan Biaya Eksplisit.

Aspek Biaya Implisit Biaya Eksplisit
Bentuk Tidak melibatkan transaksi uang langsung. Melibatkan pembayaran uang langsung.
Pencatatan Tidak tercatat dalam laporan keuangan. Tercatat dalam laporan keuangan.
Sifat Subjektif dan sulit diukur. Jelas dan terukur.

Contoh Umum Biaya Implisit dalam Bisnis

Untuk membuat konsep biaya implisit lebih mudah dipahami, mari kita telaah beberapa contoh konkret yang sering terjadi dalam dunia bisnis. Contoh-contoh ini menunjukkan bagaimana sumber daya internal yang digunakan dalam operasional sehari-hari sebenarnya memiliki biaya peluang yang perlu dipertimbangkan. Mengenali contoh ini dalam bisnis Anda sendiri adalah langkah pertama untuk analisis keuangan yang lebih mendalam.

1. Penggunaan Aset Milik Sendiri

Ini adalah salah satu contoh biaya implisit yang paling umum. Banyak bisnis yang menggunakan aset yang sudah dimiliki oleh pendirinya, seperti gedung, kendaraan, atau peralatan komputer. Karena tidak ada uang yang dikeluarkan untuk menyewa aset tersebut, tidak ada biaya eksplisit yang dicatat.

Namun, ada biaya implisit yang signifikan di sini. Biaya implisitnya adalah pendapatan yang bisa diperoleh jika aset tersebut disewakan kepada pihak ketiga atau dijual. Jika sebuah perusahaan menggunakan ruko milik sendiri yang memiliki potensi sewa Rp120 juta per tahun, maka Rp120 juta tersebut adalah biaya implisit dari penggunaan ruko itu untuk kantor.

2. Waktu Pemilik Bisnis yang Tidak Digaji

Banyak pemilik bisnis yang mendedikasikan seluruh waktu dan energinya untuk mengembangkan usaha tanpa menarik gaji formal, terutama di tahap awal. Dari sudut pandang akuntansi, tidak ada biaya gaji untuk pemilik. Namun, secara ekonomi, ada biaya implisit yang signifikan terkait dengan penggunaan waktu dan sumber daya pribadi tersebut.

Biaya implisit dalam kasus ini adalah gaji yang bisa didapatkan oleh pemilik bisnis jika ia bekerja di perusahaan lain dengan keahlian dan pengalamannya. Jika seorang pemilik bisnis bisa mendapatkan gaji Rp20 juta per bulan di tempat lain, maka biaya implisit dari waktunya adalah Rp240 juta per tahun. Mengabaikan biaya ini akan membuat laba bisnis terlihat lebih besar dari yang sebenarnya.

3. Penggunaan Modal Sendiri untuk Investasi

Ketika seorang pengusaha menyuntikkan dana pribadi sebagai modal awal atau tambahan untuk bisnisnya, tidak ada biaya bunga eksplisit yang harus dibayarkan seperti saat meminjam dari bank. Dana tersebut dianggap sebagai ekuitas.

Namun, tetap ada biaya investasi lain yang tersirat dan perlu diperhitungkan meskipun tidak terlihat secara langsung. Implicit cost dari modal sendiri adalah potensi keuntungan yang hilang dari alternatif investasi lain yang paling aman, seperti deposito atau obligasi pemerintah.

Jika modal yang diinvestasikan sebesar Rp500 juta bisa memberikan imbal hasil 7% per tahun di instrumen investasi lain, maka ada implicit cost sebesar Rp35 juta per tahun. Keuntungan bisnis harus bisa melampaui angka ini untuk dianggap benar-benar menguntungkan.

4. Waktu Karyawan untuk Pelatihan Internal

Perusahaan sering mengadakan pelatihan internal untuk meningkatkan keterampilan karyawan. Selama waktu pelatihan, karyawan tersebut tidak secara langsung menghasilkan produk atau layanan yang bisa dijual. Waktu yang mereka habiskan dalam pelatihan memiliki biaya implisit.

Biaya tersiratnya adalah nilai produktivitas yang hilang selama jam pelatihan tersebut. Meskipun perusahaan tetap membayar gaji mereka (biaya eksplisit), output yang seharusnya dihasilkan selama waktu itu tidak ada. Biaya ini harus dipertimbangkan dan dibandingkan dengan manfaat jangka panjang yang diharapkan dari peningkatan keterampilan karyawan.

Mengapa Biaya Implisit Penting dalam Pengambilan Keputusan?

Memahami dan menghitung biaya implisit bukanlah sekadar latihan akademis dalam ilmu ekonomi, pemahaman ini adalah alat praktis yang sangat penting untuk pengambilan keputusan bisnis yang cerdas dan strategis. Mengabaikan biaya tersirat dapat menyebabkan pandangan yang terdistorsi tentang kinerja perusahaan dan mengarah pada pilihan yang tidak optimal.

Peran utamanya adalah membantu manajer melihat gambaran profitabilitas yang sesungguhnya. Perbedaan paling krusial terletak pada cara menghitung laba.

Dalam akuntansi, laba dihitung dengan rumus sederhana:

Laba Akuntansi = Total Pendapatan – Total Biaya Eksplisit

Angka inilah yang muncul di laporan laba rugi dan digunakan untuk keperluan pajak serta pelaporan kepada pemegang saham. Namun, angka ini tidak menceritakan keseluruhan cerita tentang kinerja ekonomi suatu usaha.

Di sinilah konsep laba ekonomi berperan, yang dihitung dengan rumus:

Laba Ekonomi = Total Pendapatan – (Total Biaya Eksplisit + Total Biaya Implisit)

Dengan memasukkan implicit cost, laba ekonomi memberikan ukuran yang lebih akurat tentang seberapa baik perusahaan menggunakan sumber dayanya dibandingkan dengan alternatif terbaik lainnya. Laba ekonomi adalah indikator sejati dari penciptaan nilai.

Sebagai contoh, sebuah toko kelontong menghasilkan laba akuntansi sebesar Rp150 juta setahun. Namun, pemiliknya bekerja penuh waktu tanpa gaji (biaya implisit waktu Rp100 juta/tahun) dan menggunakan ruko miliknya (biaya implisit sewa Rp80 juta/tahun). Total biaya implisitnya adalah Rp180 juta.

Dalam kasus ini, laba ekonominya adalah Rp150 juta – Rp180 juta = -Rp30 juta. Meskipun secara akuntansi bisnis ini untung, secara ekonomi bisnis ini merugi karena pemiliknya bisa mendapatkan total Rp180 juta jika ia bekerja di tempat lain dan menyewakan rukonya. Keputusan untuk melanjutkan bisnis ini menjadi patut dipertanyakan setelah mempertimbangkan biaya implisit.

Analisis ini sangat relevan dalam disiplin akuntansi manajemen, yang fokus pada penyediaan informasi untuk pengambilan keputusan internal. Manajer menggunakan perhitungan biaya implisit untuk mengevaluasi apakah suatu proyek atau lini produk benar-benar layak secara ekonomi.

Ini membantu mereka mengalokasikan sumber daya langka perusahaan ke area yang paling produktif dan menguntungkan. Lebih jauh lagi, pemahaman biaya implisit sangat penting saat melakukan analisis biaya-manfaat atau cost-benefit analysis.

Sebuah proyek mungkin menunjukkan manfaat yang lebih besar dari biaya eksplisitnya, tetapi jika biaya tersiratnya (seperti waktu manajerial yang dialihkan dari proyek lain yang lebih penting) sangat tinggi, proyek tersebut mungkin tidak sepadan. Memasukkan implicit cost memastikan bahwa semua pengorbanan, baik yang terlihat maupun tidak, dipertimbangkan secara penuh.

Konsep ini juga menyoroti perbedaan akuntansi biaya dan akuntansi manajemen dalam praktiknya. Sementara akuntansi biaya lebih fokus pada pelacakan dan pengendalian biaya eksplisit untuk pelaporan keuangan, akuntansi manajemen mengambil pandangan yang lebih luas dengan memasukkan biaya relevan seperti biaya implisit untuk tujuan perencanaan strategis.

Memperhitungkan biaya terisrat membantu perusahaan untuk melihat gambaran yang lebih lengkap tentang dampak keputusan yang diambil. Hal ini memungkinkan perusahaan membuat keputusan jangka panjang yang lebih sehat, berkelanjutan, dan menguntungkan.

Cara Memperkirakan (Menghitung) Biaya Implisit

Menghitung biaya implisit memang tidak semudah menghitung biaya eksplisit yang angkanya sudah pasti. Proses ini lebih bersifat estimasi atau perkiraan, karena kita mencoba memberi nilai moneter pada sesuatu yang tidak melibatkan transaksi uang. Namun, meskipun hanya perkiraan, hasilnya tetap memberikan wawasan yang sangat berharga untuk pengambilan keputusan.

Fokus utama dalam perhitungan implicit cost adalah menentukan nilai pasar sumber daya yang digunakan atau pendapatan yang hilang akibat memilih alternatif lain. Kuncinya adalah menjawab pertanyaan, “Berapa nilai yang dapat diperoleh jika sumber daya ini digunakan untuk tujuan lain?” Metode perhitungan akan berbeda-beda, bergantung pada jenis sumber daya yang dianalisis.

Untuk aset fisik seperti gedung atau kendaraan, cara termudah adalah dengan mencari tahu harga sewa pasar saat ini untuk aset serupa di lokasi yang sama. Misalnya, jika perusahaan menggunakan gedung kantor milik sendiri seluas 200 meter persegi, Anda bisa mencari informasi harga sewa per meter persegi di area tersebut.

Jika harga sewa pasar adalah Rp500.000 per meter persegi per tahun, maka biaya implisit penggunaan gedung adalah 200 m² x Rp500.000 = Rp100 juta per tahun.

Untuk memperkirakan biaya tersirat dari waktu pemilik bisnis yang tidak digaji, riset gaji standar di industri serupa dapat membantu. Misalnya, jika manajer dengan kualifikasi yang sama digaji Rp30 juta per bulan, angka tersebut dapat digunakan sebagai estimasi biaya implisit bulanan.

Untuk modal yang diinvestasikan sendiri, biaya implisit dapat diperkirakan menggunakan tingkat pengembalian investasi bebas risiko, seperti suku bunga deposito, imbal hasil obligasi pemerintah, atau rata-rata imbal hasil pasar saham. Angka ini menggambarkan keuntungan minimum yang dikorbankan dengan menanamkan modal di bisnis sendiri.

Software Akuntansi ScaleOcean hadir dengan fitur pelaporan dan analisis biaya yang mendalam, membantu perusahaan mengidentifikasi dan menghitung biaya eksplisit maupun implisit yang tidak terdeteksi dalam laporan keuangan tradisional.

Dengan pengelolaan biaya yang lebih transparan, termasuk pemantauan fixed cost seperti sewa, gaji tetap, dan utilitas, Anda dapat merencanakan strategi investasi serta memilih alternatif terbaik untuk bisnis Anda.

Kesimpulan

Memahami biaya implisit penting untuk pengambilan keputusan bisnis yang lebih cerdas. Meskipun sulit diukur, biaya ini memberikan gambaran lebih lengkap tentang dampak ekonomi keputusan yang diambil, membantu perusahaan membuat keputusan jangka panjang yang lebih strategis dan akurat dalam perencanaan keuangan.

Selain itu, pemahaman yang baik mengenai cost structure perusahaan yang mencakup porsi biaya tetap dan variabel juga penting untuk diperhatikan. Hal ini akan membantu manajemen menilai seberapa besar pengaruh biaya implisit terhadap profitabilitas dan efisiensi operasional secara keseluruhan.

Dengan software Akuntansi ScaleOcean perusahaan dapat mengelola biaya implisit dan eksplisit dengan lebih transparan dan efisien. Fungsionalitas pelaporan dan analisis biaya dalam software ini memungkinkan Anda membuat keputusan yang lebih baik. Vendor ini menawarkan demo gratis dan konsultasi gratis, bagi Anda yang mau mencobanya secara langsung.

FAQ:

1. Apa perbedaan biaya eksplisit dan implisit?

Biaya eksplisit tercatat dalam laporan keuangan dan melibatkan pembayaran langsung, seperti gaji atau sewa. Sedangkan biaya implisit tidak tercatat dan lebih bersifat subyektif, seperti pengorbanan peluang yang timbul dari penggunaan sumber daya internal.

2. Biaya implisit apa saja?

Biaya implisit meliputi waktu pemilik yang tidak digaji, penggunaan aset milik sendiri, pengorbanan peluang dari investasi internal, serta waktu karyawan untuk pelatihan yang tidak dibayar langsung, yang semuanya tidak tercatat dalam laporan keuangan.

3. Biaya implisit apakah sama dengan biaya peluang?

Ya, biaya implisit sering dianggap sebagai biaya peluang, yaitu keuntungan yang hilang akibat memilih satu alternatif dibandingkan dengan alternatif terbaik lainnya, yang tidak tercatat dalam laporan keuangan.

4. Kapan suatu bisnis memiliki biaya implisit?

Bisnis memiliki biaya implisit ketika menggunakan sumber daya internal, seperti waktu atau aset milik sendiri, tanpa kompensasi langsung, yang mengorbankan peluang pendapatan atau keuntungan dari alternatif lain yang bisa diambil.

Jadwalkan Demo Gratis

Error message
Error message
Error message
Error message
Error message
Error message

Rekomendasi Artikel Terkait

Temukan Artikel Serupa untuk Solusi Bisnis Lebih Lengkap