Pernahkah Anda menghadapi situasi ketika pesanan pelanggan terus berdatangan, tetapi stok barang sudah habis? Kondisi seperti ini cukup sering terjadi, terutama dalam bisnis ritel, manufaktur, atau ecommerce. Untuk mengantisipasinya, banyak perusahaan menerapkan sistem backorder sebagai solusi menjaga kelangsungan penjualan.
Backlog adalah proses menerima pesanan meski stok barang belum tersedia, dengan komitmen akan memenuhi pesanan begitu stok kembali. Sistem ini menjadi strategi penting bagi bisnis modern untuk menjaga kepercayaan pelanggan sekaligus mempertahankan arus penjualan.
Dalam artikel ini akan dibahas lebih dalam apa itu backlog, mulai dari pengertiannya, cara kerjanya, hingga dampaknya bagi operasional bisnis. Selain itu, Anda juga akan menemukan strategi praktis agar bisnis lebih siap dalam mengelola backorder secara efektif.
 Key Takeaways
Key Takeaways- Backorder adalah situasi dimana suatu bisnis tetap menerima permintaan konsumen meski stok produk sudah habis.
- Backlog bermanfaat untuk membentuk loyalitas pelanggan, mempertahankan potensi pemasukan, membantu perencanaan kapasitas stok, dan membantu manajemen stok barang.
- Backorder dapat disebabkan oleh melesetnya prediksi permintaan, gangguan produksi, kesalahan inventaris dan keterlambatan supplier.
- Inventory Management ScaleOcean menjadi solusi untuk meminimalisir backlog.
1. Pengertian Backorder
Backorder adalah sebuah situasi di mana permintaan para pelanggan tidak dapat dipenuhi oleh perusahaan dikarenakan kurangnya ketersediaan stok barang. Overselling adalah kondisi di mana perusahaan menjual lebih banyak produk daripada yang tersedia, yang berisiko menyebabkan kekurangan stok dan ketidakmampuan memenuhi pesanan. Istilah ini umum muncul dalam konteks bisnis dan digunakan untuk menyatakan bahwa angka permintaan melampaui angka ketersediaan.
Pada praktiknya, sistem ini umumnya dipakai dalam industri dengan tingkat permintaan yang fluktuatif, seperti ritel, manufaktur, hingga e-commerce. Ketika pelanggan melakukan pembelian, sistem akan mencatat pesanan secara real-time. Produk tersebut akan dikirimkan setelah persediaan kembali tersedia. Biasanya, tanggal estimasi pengiriman juga diinformasikan agar pelanggan tetap mendapatkan kepastian.
Jika dilihat dari sudut pandang bisnis, apa itu backlog berkaitan erat dengan pengelolaan rantai pasok dan strategi inventory. Sistem ini memungkinkan bisnis untuk tetap menjaga potensi pendapatan, meskipun barang yang dibutuhkan sedang dalam proses produksi atau pengiriman. Selain itu, metode ini membantu bisnis mencegah hilangnya penjualan hanya karena keterlambatan restock barang.
Namun, perlu dipahami bahwa backorder bukan berarti perusahaan bebas dari risiko. Manajemen yang kurang tepat dapat menimbulkan keluhan pelanggan akibat keterlambatan pengiriman. Oleh karena itu, pengelola perlu memastikan proses backlog berjalan transparan, terinformasi dengan jelas, dan sesuai komitmen pengiriman.
Dengan pengelolaan yang baik, backorder dapat menjadi solusi efektif dalam menjaga kepuasan pelanggan dan keberlangsungan penjualan. Sistem ini juga menjadi indikator bahwa permintaan pasar melebihi stok yang tersedia, sehingga bisa menjadi pertimbangan untuk menyusun strategi produksi atau pembelian lebih akurat di masa mendatang.
2. Perbedaan Backorder dan Out of Stock (OOS)

Banyak orang mengira backlog dan kehabisan stok adalah hal yang sama, padahal keduanya memiliki perbedaan yang jelas. Kehabisan stok terjadi ketika barang benar-benar tidak tersedia dan perusahaan tidak menerima pemesanan baru.
Biasanya, produk yang out of stock akan dinonaktifkan dari katalog atau diberi keterangan tidak tersedia karena belum ada kepastian kapan stok akan kembali. Dalam situasi ini, pelanggan tidak dapat memesan produk tersebut sama sekali.
Sementara itu, backorder merupakan kondisi saat pelanggan tetap diperbolehkan melakukan pemesanan meskipun barang sedang kosong. Namun, berbeda dengan kehabisan stok, backlog memberikan kepastian bahwa pesanan akan dipenuhi setelah stok tersedia kembali.
Biasanya, perusahaan sudah memiliki estimasi waktu kapan produk akan tiba, sehingga pelanggan bisa mengetahui kapan barang akan dikirimkan. Sistem ini sering digunakan pada produk dengan permintaan tinggi yang stoknya belum tersedia untuk sementara waktu.
Berikut ini adalah contoh sederhana agar lebih mudah dipahami, sebuah toko online menampilkan produk tas yang sudah habis. Jika statusnya out of stock, pembeli tidak bisa memasukkan produk tersebut ke dalam keranjang.
Sebaliknya, jika toko tersebut membuka backorder, pembeli tetap bisa memasukkan produk ke keranjang namun, pihak pengelola akan memberitahu bahwa pesanan tidak dapat dikirimkan langsung. Dalam pengelolaan bisnis, memahami perbedaan ini sangat penting.
Backlog masih memberikan peluang penjualan meski ada keterlambatan stok. Sedangkan kehabisan stok cenderung membuat pelanggan beralih ke kompetitor karena tidak ada opsi untuk memesan.
3. Dampak Positif Backorder
Meskipun sering dianggap sebagai kendala, backlog sebenarnya dapat memberikan sejumlah manfaat bagi bisnis. Menurut Investopedia, jika dikelola dengan baik, sistem ini justru mampu mendukung keberlanjutan penjualan dan membantu bisnis memahami pola permintaan pasar secara lebih akurat. Berikut penjelasan lebih lanjutnya:
a. Menjaga Loyalitas Pelanggan
Penerapan sistem backlog dapat membantu menjaga loyalitas pelanggan. Ketika bisnis tetap menerima pesanan meski stok kosong, pelanggan merasa lebih dihargai karena tetap diberikan kepastian. Dengan catatan, pengelola harus memberikan informasi yang jelas terkait estimasi waktu pengiriman.
Pendekatan ini membangun kepercayaan dan memperkuat hubungan jangka panjang. Pelanggan yang bersedia menunggu biasanya adalah pelanggan setia yang memahami karakter bisnis Anda.
b. Mempertahankan Potensi Penjualan
backlog juga bermanfaat dalam menjaga potensi penjualan. Bisnis tetap bisa mencatat pendapatan dari pesanan yang masuk, meski barang baru akan dikirimkan nanti. Tanpa sistem ini, peluang penjualan bisa hilang karena pelanggan memilih beralih ke kompetitor. Dengan membuka backlog, penjualan tetap berjalan dan arus kas bisnis bisa lebih stabil. Ini juga membantu bisnis memetakan biaya inventaris dan penjualan secara lebih akurat.
c. Memberi Sinyal Permintaan Tinggi ke Tim Produksi
Jumlah pesanan dalam sistem backlog memberikan sinyal langsung ke tim produksi. Hal ini mempermudah perusahaan dalam merencanakan kapasitas produksi dan jadwal restock. Backorder menunjukkan produk mana yang diminati pasar, sehingga memudahkan pengambilan keputusan produksi berdasarkan data nyata, bukan sekadar prediksi.
d. Mendorong Efisiensi Manajemen Stok Barang Masuk dan Keluar
Sistem ini juga mendorong efisiensi pengelolaan stok barang masuk dan keluar. Dengan adanya backlog, bisnis dapat lebih akurat menghitung kebutuhan stok ke depan. Perusahaan dapat menyesuaikan pengadaan barang sesuai volume permintaan riil, bukan sekadar perkiraan. Ini membantu meminimalisir risiko overstock atau kekurangan stok di masa mendatang.
4. Dampak Negatif Backorder
Meskipun backorder dapat memberikan keuntungan bagi bisnis, risiko yang ditimbulkan juga tidak bisa diabaikan. Tanpa pengelolaan yang tepat, backlog justru berpotensi merugikan bisnis dalam jangka panjang. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk memahami sisi negatif dari praktik ini agar dapat mempersiapkan strategi mitigasi yang lebih efektif.
a. Risiko Keluhan Pelanggan
Salah satu dampak paling nyata dari backlog adalah meningkatnya risiko keluhan dari pelanggan. Waktu tunggu yang terlalu lama sering memicu ketidakpuasan karena pelanggan berharap produk tersedia lebih cepat. Jika ekspektasi ini tidak dikelola dengan komunikasi yang baik, keluhan pelanggan bisa semakin banyak dan memengaruhi reputasi bisnis.
b. Potensi Kehilangan Kepercayaan
Backorder yang dikelola buruk dapat menurunkan kepercayaan pelanggan. Pelanggan yang kecewa cenderung mencari alternatif lain yang mampu memberikan layanan lebih cepat. Kondisi ini bisa berdampak pada loyalitas pelanggan yang sudah terbentuk sebelumnya, bahkan mendorong mereka beralih ke kompetitor.
c. Mengganggu Arus Kas Bisnis
Proses backlog juga dapat mempengaruhi arus kas bisnis. Adanya keterlambatan pengiriman membuat aliran pemasukan menjadi tertunda, terutama jika sistem pembayaran baru diproses saat barang dikirim. Selain itu, pembatalan pesanan yang terjadi di tengah proses akan berdampak pada efisiensi operasional dan keuangan perusahaan.
d. Kaitan dengan Laporan Stok Barang Gudang
Pengelolaan backorder yang kurang baik bisa membuat laporan stok barang gudang menjadi tidak akurat. Stok yang tercatat belum tentu mencerminkan kondisi fisik di lapangan karena adanya pesanan tertunda yang belum terpenuhi. Hal ini mempersulit perencanaan pengadaan dan distribusi barang di masa mendatang.
5. Faktor Penyebab Terjadinya Backorder
Ada berbagai faktor yang dapat memicu terjadinya backlog dalam proses operasional bisnis. Umumnya, penyebab ini berkaitan dengan ketidakseimbangan antara permintaan pasar dan ketersediaan stok. Memahami penyebabnya akan membantu bisnis melakukan evaluasi agar proses tersebut bisa diminimalkan dan pengelolaan stok lebih akurat. Berikut beberapa faktor yang sering memicu terjadinya hal tersebut.
a. Prediksi Permintaan Meleset
Salah satu penyebab paling umum backlog adalah kesalahan dalam memprediksi permintaan pasar. Banyak bisnis mengalami lonjakan pesanan di luar perkiraan, sementara stok yang tersedia tidak memadai.
Kondisi ini sering terjadi karena kurangnya analisis tren, musim, atau dampak promosi yang memicu lonjakan penjualan secara tiba-tiba. Akibat dari kesalahan prediksi ini, bisnis akan mengalami kekurangan stok (understock).
b. Gangguan Produksi atau Pengiriman
Selain prediksi yang kurang akurat, gangguan produksi juga kerap memicu backorder. Kendala seperti keterlambatan pasokan bahan baku, peralatan rusak, hingga hambatan logistik dapat menghambat proses produksi. Akibatnya, pengiriman ke pelanggan menjadi tertunda dan pesanan harus diproses setelah stok tersedia kembali.
c. Supplier Terlambat
Keterlambatan dari pemasok juga sering kali menjadi penyebab. Situasi ini biasanya disebabkan oleh hambatan produksi, kendala pengiriman, atau ketidakpastian kondisi pasar. Jika supplier gagal memenuhi target waktu, stok perusahaan akan terganggu dan backlog menjadi langkah sementara untuk menjaga peluang penjualan.
d. Kegagalan Sistem Inventory
Pengelolaan stok yang buruk, khususnya pada pencatatan stock on hand, sering menyebabkan kesalahan data. Data yang tidak diperbarui secara real-time bisa membuat stok tampak tersedia, padahal barang sudah habis. Akibatnya, perusahaan tetap menerima pesanan tanpa kepastian ketersediaan barang dan harus memprosesnya melalui backorder.
e. Kesalahan Perencanaan Persediaan
Selain itu, perencanaan persediaan yang tidak tepat atau adanya kesalahan dalam pengelolaan juga mengakibatkan backorder. Ketika perusahaan salah dalam memprediksi berapa banyak produk yang harus disimpan di gudang, atau kapan harus melakukan pemesanan ulang, maka ada kemungkinan gudang kekurangan stok ketika permintaan datang.
f. Kapasitas Penyimpanan Terbatas
Penyebab lainnya yaitu kapasitas penyimpanan yang terbatas. Dengan keterbatasan ruang gudang, perusahaan bisa saja terpaksa menolak pesanan tambahan atau menunda pengiriman hingga ruang penyimpanan tersedia kembali atau persediaan baru tiba. Hal ini tidak hanya menyebabkan backorder, tapi juga kehilangan penjualan yang mempengaruhi finansial perusahaan.
g. Fluktuasi Permintaan
Fluktuasi permintaan yang tiba-tiba dapat memicu backorder, terutama jika permintaan melampaui prediksi. Hal ini bisa disebabkan oleh perubahan musiman, tren pasar, atau promosi yang tak terduga, yang mengakibatkan ketidakseimbangan antara stok dan pesanan.
h. Tidak adanya Buffer Stock atau Safety Stock
Tidak memiliki buffer stock atau safety stock dapat menyebabkan backorder ketika permintaan tak terduga terjadi. Barang yang seharusnya disiapkan sebagai cadangan untuk mengantisipasi fluktuasi pasokan dan permintaan tidak tersedia.
i. Produk yang Sangat Populer
Produk yang sangat populer sering kali menghadapi backorder karena permintaan yang melebihi stok yang tersedia. Ketika sebuah barang ternyata terjual lebih cepat dari yang diprediksi, perusahaan sering kali kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pasar yang tiba-tiba melonjak.
6. Cara Kerja Backorder dalam Perusahaan
Untuk memahami manfaat dan tantangan backlog secara menyeluruh, penting juga mengetahui bagaimana sistem ini bekerja dalam operasional bisnis. Setiap perusahaan mungkin memiliki alur yang berbeda, tetapi secara umum proses tersebut mengikuti tahapan yang serupa. Dengan pengelolaan yang tepat, proses backlog dapat membantu bisnis memenuhi permintaan pelanggan tanpa mengganggu arus kerja yang sudah berjalan:
a. Memeriksa Kecukupan Barang
Proses dimulai dengan memeriksa apakah stok barang yang dipesan cukup untuk memenuhi permintaan. Jika stok tidak mencukupi, pesanan akan masuk ke status backorder, dan perusahaan akan segera mengidentifikasi kapan barang tersebut dapat tersedia kembali.
b. Memberitahukan Backorder kepada Pelanggan
Begitu diketahui bahwa pesanan tidak dapat dipenuhi tepat waktu, pelanggan harus dikabari tentang status backorder. Pemberitahuan ini penting untuk mengatur ekspektasi pelanggan dan memberikan opsi mengenai pengiriman atau penggantian produk.
c. Mengatur Pesanan Barang Backorder
Perusahaan kemudian akan memprioritaskan pemesanan barang yang mengalami backlog. Ini bisa mencakup menghubungi pemasok untuk mempercepat pengiriman atau memproduksi barang sesuai permintaan. Semua langkah ini dilakukan untuk memastikan barang dapat segera dikirim.
d. Menyusun Pengiriman Barang Backorder
Setelah barang tersedia, pengiriman barang backorder disusun. Proses ini melibatkan pengemasan dan pengiriman yang dilakukan dengan prioritas tinggi agar barang yang tertunda sampai ke pelanggan secepat mungkin.
e. Berkomunikasi dengan Pelanggan Mengenai Status Backorder
Selama proses backorder, penting untuk terus berkomunikasi dengan pelanggan tentang status pengiriman. Memberikan informasi terbaru terkait progres dan estimasi pengiriman untuk memastikan pelanggan tetap merasa dihargai dan mengurangi ketidakpuasan.
a. Alur Kerja Backorder
Secara umum, proses backlog dimulai saat pelanggan memesan produk yang stoknya sedang kosong. Sistem tetap mencatat pesanan tersebut dan akan memprosesnya begitu stok tersedia kembali. Setelah barang diterima dari pemasok atau selesai diproduksi, pesanan akan langsung dikirim ke pelanggan. Biasanya, informasi mengenai estimasi pengiriman juga disampaikan sejak awal kepada pelanggan.
b. Ilustrasi Sederhana Proses Backorder
Misalnya, pelanggan memesan sepatu yang saat ini stoknya habis. Toko online tetap menerima pemesanan dengan keterangan “pengiriman 2 minggu ke depan”. Setelah stok datang, sistem akan secara otomatis memproses pengiriman. Pelanggan akan menerima pemberitahuan saat produk dikirim. Inilah gambaran sederhana dari proses backlog yang umum diterapkan.
c. Peran Komunikasi ke Pelanggan
Komunikasi memegang peran penting dalam proses backlog. Pelanggan perlu mendapatkan informasi jelas terkait status pesanan, estimasi pengiriman, hingga pemberitahuan saat produk telah dikirim. Dengan begitu, kepercayaan pelanggan tetap terjaga. Komunikasi yang terbuka juga membantu meminimalisir potensi keluhan akibat keterlambatan pengiriman.
Baca juga: Inventory Valuation: Pengertian, Tujuan, Metode & Strateginya
7. Strategi untuk Mengelola Backorder
Agar dampak negatif backlog tidak mengganggu operasional bisnis, diperlukan strategi yang tepat dalam pengelolaannya. Tujuannya bukan hanya untuk memenuhi pesanan pelanggan, tetapi juga menjaga kestabilan arus kerja, keuangan, dan kepuasan pelanggan. Dengan perencanaan yang matang, proses backorder dapat dikelola secara efektif tanpa mengorbankan kualitas layanan:
a. Modifikasi Demand Forecasting
Akurasi peramalan permintaan bergantung pada data inventaris yang valid dan terkini. Dengan memanfaatkan data penjualan, pola musiman, dan tren pasar, perusahaan dapat membuat prediksi yang lebih akurat. Penelitian Jakšič & Fransoo menekankan pentingnya pengelolaan inventori terintegrasi dengan supply backlog untuk menjaga efisiensi rantai pasok dan meminimalkan risiko stok kosong.
b. Gunakan Buffer Stock
Salah satu strategi paling sederhana dan efektif adalah menyiapkan buffer stock. Buffer stock atau stok cadangan berfungsi sebagai penyangga ketika permintaan tiba-tiba melonjak atau pasokan terganggu. Dengan adanya stok cadangan, bisnis tetap dapat memenuhi sebagian pesanan tanpa harus langsung menghadapi kondisi tersebut.
b. Memiliki Supplier Alternatif
Strategi berikutnya adalah dengan memiliki lebih banyak supplier alternatif. Mengandalkan pada satu supplier saja cukup berisiko bagi bisnis. Terutama jika terjadi gangguan rantai pasokan dari supplier tersebut. Oleh karena itu, pastikan memiliki pemasok alternatif untuk menjaga ketersediaan barang. Jadi, ketika satu supplier mengalami masalah, perusahaan tetap memiliki opsi lain untuk mendapatkan barang yang diperlukan.
c. Buat Prioritas Pengiriman
Perusahaan juga bisa menentukan prioritas pengiriman. Tapi, sebelumnya Anda perlu mengidentifikasi sejumlah kriteria, seperti urgensi pesanan, nilai pesanan, atau loyalitas pelanggan. Dengan menentukan prioritas, bisa dipastikan produk yang diminati di pasar atau paling laku tetap tersedia.
d. Software Warehouse Management
Pemanfaatan software warehouse management juga sangat penting dalam mengelola backorder. Sistem ini membantu memantau ketersediaan stok secara real-time, mencatat data inventaris, dan mempermudah penjadwalan restock. Dengan informasi yang akurat, bisnis dapat mengatur prioritas pengiriman lebih cepat dan menekan potensi keterlambatan.
e. Menerapkan Kebijakan Refund
Menghadapi backorder sering kali memerlukan kebijakan refund yang jelas dan adil untuk pelanggan. Jika pesanan tidak dapat dipenuhi dalam waktu yang wajar, perusahaan perlu menawarkan pengembalian dana atau solusi lain untuk memastikan kepuasan pelanggan. Kebijakan ini memberi pelanggan pilihan untuk mendapatkan kembali uang mereka, yang dapat mengurangi ketidakpuasan dan meningkatkan loyalitas mereka.
f. Mengelola Rantai Pasokan secara Proaktif
Mengelola rantai pasokan secara berkala membantu perusahaan mencegah backorder dengan lebih efektif. Ini melibatkan memonitor ketersediaan bahan baku, menjaga komunikasi yang baik dengan pemasok, dan merencanakan cadangan bahan yang cukup. Dengan perencanaan yang matang dan pemantauan yang tepat, perusahaan dapat memitigasi risiko kekurangan stok dan memastikan pasokan tetap stabil.
8. Contoh Rumus dan Perhitungan Backorder
Untuk memantau dan mengelola backlog dengan lebih baik, pengelola perlu memahami cara menghitung backlog pesanan secara akurat. Dengan perhitungan yang tepat, perusahaan bisa memetakan seberapa besar ketertinggalan pengiriman dan menyesuaikan strategi pengadaan barang secara lebih efektif.
Rumus praktis yang sering digunakan adalah:
Jumlah Backorder = Jumlah Permintaan − Jumlah Stok yang Tersedia
Contohnya, jika total permintaan pelanggan sebanyak 500 unit, sementara stok tersedia hanya 400 unit, maka perhitungannya:
Jumlah backorder = 500 − 400
Jumlah backorder = 100 unit
Artinya, terdapat 100 unit yang masuk dalam daftar backlog dan perlu dipenuhi setelah stok tersedia.
Selain itu, perusahaan juga bisa mengukur backlog rate untuk mengetahui seberapa sering pesanan tidak dapat segera dipenuhi. Rumusnya:
Backorder Rate = (Jumlah backorder / Total Permintaan) × 100%
Misalnya, dari total permintaan 800 unit, terdapat 100 unit backlog, maka perhitungannya:
Backorder Rate = (100/800) × 100%
Backorder Rate = 12,5%.
Perhitungan ini berkaitan erat dengan penerapan rumus stok level inventaris. Dengan memahami batas minimum dan optimal stok, perusahaan dapat mengurangi risiko kekurangan barang yang memicu backlog. Manajemen stok yang akurat akan membantu menjaga ketersediaan barang, mengurangi potensi keterlambatan, dan meningkatkan kepuasan pelanggan.
9. Cara Mengurangi Kemungkinan Terjadinya Backorder
Agar backlog tidak terjadi secara berulang, bisnis perlu menerapkan strategi yang lebih proaktif. Tujuannya adalah memastikan stok selalu tersedia sesuai kebutuhan, sehingga pesanan dapat diproses tepat waktu tanpa perlu menunggu restock. Dengan pengelolaan yang baik, perusahaan juga akan lebih mudah menjaga kepuasan pelanggan sekaligus menjaga stabilitas proses operasional.
a. Optimasi Pengelolaan Stok
Langkah pertama yang penting dilakukan adalah mengoptimalkan pengelolaan stok. Perusahaan perlu menetapkan reorder point yang jelas dan melakukan perencanaan stok berbasis data historis penjualan. Selain itu, penting untuk memiliki buffer stock yang memadai, terutama untuk produk dengan permintaan tinggi. Strategi ini akan membantu meminimalisir risiko keterlambatan pengiriman akibat kekurangan stok.
b. Pemantauan Stok Lebih Akurat
Memanfaatkan teknologi seperti software stok inventory akan memudahkan pemantauan stok secara real-time. Dengan pemantauan yang akurat, perusahaan dapat mengetahui kapan stok mendekati batas minimum sehingga proses pengadaan dapat dilakukan lebih cepat. Teknologi ini juga membantu mengidentifikasi produk mana yang paling rentan kehabisan stok, sehingga perusahaan bisa lebih waspada.
c. Gunakan Laporan Stok Berkala
Menggunakan laporan stok barang gudang secara rutin membantu bisnis mengevaluasi kondisi stok dengan lebih akurat. Laporan ini memberikan gambaran stok aktual, perputaran barang, serta potensi kekurangan stok. Dengan laporan yang rapi dan konsisten, perusahaan dapat mengambil keputusan lebih cepat untuk menghindari terjadinya backorder di masa mendatang.
10. Contoh Backorder
Agar lebih mudah dipahami, berikut contoh nyata penerapan backlog dalam dunia bisnis, khususnya di industri retail dan manufaktur. Studi kasus ini menunjukkan bagaimana perusahaan memanfaatkan backorder untuk menjaga penjualan tetap berjalan meskipun stok kosong.
Sebuah perusahaan retail pakaian mengalami lonjakan penjualan saat promo besar berlangsung, khususnya untuk produk jaket warna netral yang sedang menjadi tren. Awalnya, perusahaan sudah memperkirakan kebutuhan stok berdasarkan data penjualan sebelumnya. Namun, permintaan pasar kali ini melebihi prediksi, sehingga stok cepat habis sebelum masa promo berakhir.
Untuk mempertahankan momentum penjualan, perusahaan menerapkan sistem backlog bagi pelanggan yang ingin tetap membeli produk. Pelanggan diberi informasi bahwa produk akan dikirim dalam waktu seminggu setelah stok tersedia. Dengan sistem ini, perusahaan menjaga arus penjualan meski stok kosong sementara, sambil memberikan pembaruan status pesanan agar pelanggan merasa aman dan terlayani.
Dari sisi bisnis, langkah ini membantu perusahaan memaksimalkan penjualan, menjaga kepercayaan pelanggan, dan mencegah kehilangan konsumen ke kompetitor. Tim operasional menggunakan data backlog untuk mempercepat restock dari pemasok. Contoh ini menunjukkan bahwa hal tersebut bukan hanya solusi sementara, tetapi juga strategi keberlanjutan bisnis jika dikelola dengan transparan dan profesional.
11. Optimalkan Pengendalian Backorder dengan Software WMS ScaleOcean
Perusahaan sering menghadapi tantangan dalam mengelola persediaan yang dapat memicu backlog, seperti kesulitan memantau stok yang akurat, ketidaksesuaian antara pesanan dan ketersediaan stok, serta risiko kehabisan stok yang mengganggu kelancaran operasional. Masalah-masalah ini dapat berdampak pada produktivitas, kepuasan pelanggan, dan pendapatan perusahaan.
Bila anda menggunakan demo gratis yang kami tawarkan, anda dapat merasakan fitur – fitur yang kami tawarkan. Dengan Inventory Management ScaleOcean ERP, perusahaan dapat memanfaatkan fitur seperti Real-Time Stock Visibility, yang memastikan ketersediaan barang selalu terpantau secara akurat.
- 
Real-Time Stock Visibility 
 Memastikan ketersediaan stok terpantau secara akurat di seluruh gudang dan lokasi penyimpanan, mengurangi risiko kehabisan stok dan backorder.
- 
Automated Stock Replenishment (Reorder Point) 
 Memberikan notifikasi dan/atau membuat perintah untuk stock replenishment ketika stok mencapai batas minimum, mencegah kekurangan stok yang memicu backlog.
- 
Integrated with Sales & Purchasing 
 Menyinkronkan data stok dengan modul penjualan dan pembelian, mencegah overcommitment, dan memastikan kelancaran alur bisnis antara pesanan dan pengadaan.
Untuk memahami lebih jauh bagaimana Inventory Management ScaleOcean ERP dapat membantu mengatasi masalah backorder dan mengoptimalkan manajemen stok, kami menyediakan penggunaan tak terbatas. Tim kami juga siap memberikan konsultasi gratis untuk membantu Anda menyesuaikan solusi ERP dengan kebutuhan spesifik bisnis Anda.
12. Kesimpulan
Backorder bukan selalu menjadi hambatan bagi bisnis, justru dapat menjadi solusi untuk menjaga penjualan tetap berjalan meski stok belum tersedia. Dengan pengelolaan yang tepat, backlog membantu perusahaan mempertahankan kepercayaan pelanggan dan meminimalisir potensi kehilangan penjualan.
Namun, agar prosesnya berjalan lancar, dibutuhkan strategi yang terukur dan sistem yang mendukung. Pemanfaatan teknologi seperti software warehouse management akan mempermudah pemantauan stok dan pengelolaan pesanan secara real-time.
Bagi bisnis yang ingin mengelola backorder lebih efektif, Anda dapat mempertimbangkan solusi modern dari ScaleOcean. Dengan sistem yang terintegrasi, proses pengadaan dan distribusi akan lebih terstruktur, sehingga risiko keterlambatan dapat diminimalkan. ScaleOcean menawarkan demo gratis yang bisa anda coba untuk bisnis anda.
FAQ:
1. Apa itu backorder?
Backorder merupakan istilah yang mengacu pada situasi ketika pesanan pelanggan tetap diterima meskipun stok barang sedang kosong.
2. Apa dampak negatif dari backorder?
Backlog dapat mengurangi rasa kepercayaan pelanggan, memicu ketidakpuasan pelanggan, dan membuat penghasilan tersendat.
3. Bagaimana cara meminimalisir backorder?
Untuk meminimalisir backlog dapat dilakukan dengan cara, mengadakan buffer stock, mengimplementasikan software inventory management, dan rutin melihat laporan stok.


 
	

 
				 
			.png) 
			 
         
             
             
             
             
             
             
             PTE LTD..png) 
            .png) 
             
            .png) 
             
             
             
             
             
             
             
             
            .png) 
            .png) 
             
             
             
             
             
             
             
                 
                 
                 
                 
                 
                 
                