Tahukah Anda bahwa manajemen biaya inventory sering menjadi tantangan utama bagi banyak perusahaan? Pengelolaan biaya ini bisa sangat kompleks, terutama jika melibatkan volume barang yang besar atau operasional yang rumit. Kesalahan kecil dalam manajemen inventory dapat berdampak signifikan pada biaya penyimpanan, pemesanan, hingga pengiriman.
Memahami jenis-jenis inventory cost dan faktor-faktor yang memengaruhinya sangat penting bagi bisnis Anda. Dengan wawasan yang tepat, Anda dapat mengidentifikasi area yang membutuhkan perbaikan dan mengoptimalkan pengelolaan inventaris secara keseluruhan.
Melalui artikel ini, Anda akan mempelajari berbagai informasi tentang jenis, metode, dan strategi efektif untuk mengurangi biaya persediaan. Langkah-langkah ini dapat membantu meningkatkan efisiensi operasional dan memberikan pengalaman pelanggan yang lebih baik.
1. Jenis-Jenis Biaya dalam Manajemen Inventory
Biaya inventory adalah pengeluaran yang terkait dengan pembelian, pengelolaan, dan penyimpanan persediaan barang pada periode sebelumnya dalam suatu perusahaan. Pengelolaan biaya ini sangat penting untuk memastikan efisiensi operasional dan meminimalkan pemborosan sumber daya.
Manajemen inventory melibatkan berbagai jenis biaya yang harus dipertimbangkan untuk menjaga efisiensi operasional dan mengoptimalkan sumber daya perusahaan. Berikut adalah empat jenis biaya utama dalam manajemen inventory:
- Biaya Pemesanan (Ordering Costs): Biaya ini timbul setiap kali perusahaan melakukan pemesanan barang. Termasuk di dalamnya adalah biaya administrasi, pengiriman, serta biaya komunikasi dengan pemasok. Pengelolaan biaya pemesanan yang efektif dapat mengurangi frekuensi pemesanan dan menekan pengeluaran.
- Biaya Penyimpanan (Holding Costs): Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menyimpan persediaan barang. Komponen biaya penyimpanan meliputi biaya gudang, asuransi, serta risiko kerusakan atau kehilangan barang. Optimalisasi ruang penyimpanan dan pengelolaan stok yang baik dapat menurunkan biaya ini.
- Biaya Kekurangan Stok (Stockout Costs): Biaya inventory ini terjadi ketika persediaan barang habis dan tidak dapat memenuhi permintaan pelanggan. Dampaknya dapat berupa kehilangan penjualan, penurunan kepuasan pelanggan, serta potensi kehilangan pangsa pasar. Strategi peramalan yang akurat dan sistem manajemen stok yang responsif penting untuk meminimalkan biaya ini.
- Biaya Pembelian (Purchasing Costs): Meliputi semua biaya operasional yang terkait dengan pembelian barang, termasuk harga beli, biaya transportasi, dan biaya transaksi lainnya. Negosiasi harga yang baik dengan pemasok dan pembelian dalam jumlah besar dapat membantu mengurangi biaya pembelian.
Untuk mencapai efisiensi operasional yang optimal, perusahaan perlu mengelola keempat jenis biaya inventaris secara cermat. Aplikasi inventaris terbaik dapat membantu perusahaan dalam melacak dan menganalisis data inventaris secara real-time. Maka dari itu, perusahaan dapat meningkatkan visibilitas rantai pasokan dan mengidentifikasi potensi masalah lebih awal.
Baca Juga: Konsep Gudang Manufaktur Sebagai Pusat Logistik
2. Metode Penghitungan Biaya Inventory
Ada beberapa metode penghitungan biaya biaya inventory yang umum digunakan oleh perusahaan untuk mencatat dan mengelola nilai persediaan. Pemilihan metode yang tepat bergantung pada jenis bisnis, sifat produk, dan kebutuhan pelaporan keuangan. Berikut adalah beberapa metode utama:
a. First-In, First-Out (FIFO)
Metode FIFO mengasumsikan barang yang pertama kali masuk ke gudang adalah barang yang pertama dijual. Artinya, nilai persediaan akhir mencerminkan biaya barang yang dibeli atau diproduksi terakhir. Metode inventory cost ini umum digunakan ketika harga barang cenderung meningkat karena memberikan gambaran laba yang lebih tinggi.
Berikut rumus FIFO dan contoh perhitungannya:
HPP = Jumlah unit terjual × Biaya per unit dari pembelian pertama
Contohnya, sebuah toko memiliki persediaan awal 100 unit dengan harga Rp10.000 per unit. Pada bulan berikutnya, toko membeli 200 unit dengan harga Rp12.000 per unit. Jika toko menjual 150 unit, menurut metode FIFO, 100 unit pertama dihitung dengan harga Rp10.000, dan 50 unit berikutnya dengan harga Rp12.000. Dengan demikian, diperoleh HPP sebesar Rp1.600.000.
b. Last-In, First-Out (LIFO)
Sementara itu, LIFO berlawanan dengan FIFO, di mana barang yang terakhir masuk dianggap sebagai yang pertama dijual. Metode biaya persediaan satu ini sering digunakan dalam kondisi inflasi karena mencerminkan biaya barang terbaru dalam harga pokok penjualan, sehingga menurunkan laba kena pajak.
Berikut rumus LIFO dan contoh perhitungannya:
HPP = Jumlah unit terjual × Biaya per unit dari pembelian terakhir
Misalnya, dengan data yang sama seperti contoh sebelumnya, jika toko menjual 150 unit, menurut metode LIFO, 150 unit dihitung dengan harga Rp12.000 per unit. Dengan demikian, HPP adalah 150 × Rp12.000 = Rp1.800.000.
c. Weighted Average Cost (WAC)
Metode WAC inventory cost adalah menghitung rata-rata biaya barang dengan membagi total biaya persediaan dengan jumlah unit yang tersedia. Pendekatan ini cocok untuk bisnis dengan volume tinggi dan harga barang yang cenderung stabil, menawarkan kesederhanaan dalam pencatatan.
Berikut rumus WAC dan contoh perhitungannya:
Biaya Rata-Rata per Unit = Total Biaya Persediaan / Total Unit Persediaan
Misalnya, jika toko memiliki persediaan awal 100 unit dengan total biaya Rp1.000.000 dan membeli 200 unit dengan total biaya Rp2.400.000, total biaya persediaan adalah Rp3.400.000 untuk 300 unit. Biaya rata-rata per unit adalah Rp3.400.000 / 300 = Rp11.333. Jika toko menjual 150 unit, HPP adalah 150 × Rp11.333 = Rp1.699.950.
d. Specific Identification
Terakhir, metode ini mengaitkan biaya langsung dengan barang tertentu, ideal untuk produk bernilai tinggi atau unik seperti perhiasan atau kendaraan. Meskipun sangat akurat, metode specific identification membutuhkan pencatatan yang detail, sehingga kurang praktis untuk volume barang yang besar.
Sebagai contoh, dealer mobil Anda memiliki tiga mobil dengan biaya masing-masing Rp200.000.000, Rp250.000.000, dan Rp300.000.000. Jika mobil dengan biaya Rp250.000.000 terjual, maka HPP untuk penjualan tersebut adalah Rp250.000.000.
Pemilihan metode yang tepat akan memengaruhi laporan keuangan, evaluasi profitabilitas, dan pengambilan keputusan strategis. Kombinasi manajemen yang baik dan metode penghitungan yang akurat membantu perusahaan mengoptimalkan efisiensi persediaan.
3. Strategi Mengurangi Biaya Inventory
Sementara itu, mengelola biaya persediaan secara efektif menjadi tantangan utama bagi banyak bisnis. Dengan strategi yang tepat, perusahaan dapat mengoptimalkan persediaan tanpa mengorbankan layanan pelanggan, sekaligus meningkatkan efisiensi operasional untuk mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan.
a. Perencanaan dan Pengendalian Persediaan yang Baik
Pertama, strategi ini mencakup penentuan tingkat persediaan optimal berdasarkan permintaan pasar, siklus produksi, dan kapasitas penyimpanan. Dengan perencanaan yang matang dan kontrol yang ketat, perusahaan dapat menghindari overstocking atau kekurangan stok, yang seringkali meningkatkan biaya.
b. Penggunaan Sistem Manajemen Persediaan Otomatis
Mengadopsi sistem otomatisasi, seperti software ERP atau sistem inventory, memungkinkan perusahaan memantau stok secara real-time. Sistem ini mengurangi risiko kesalahan manusia, meningkatkan efisiensi proses, dan memberikan data yang akurat untuk pengambilan keputusan terkait persediaan.
c. Peningkatan Akurasi Forecasting
Berikutnya, strategi mengurangi biaya inventory adalah dengan analisis data historis dan tren pasar yang membantu perusahaan memprediksi kebutuhan persediaan secara lebih akurat. Dengan forecast yang baik, perusahaan dapat merencanakan pengadaan barang sesuai kebutuhan, sehingga meminimalkan biaya penyimpanan dan risiko kelebihan stok.
d. Implementasi Klasifikasi ABC
Metode ini membagi produk ke dalam kategori berdasarkan nilai kontribusi terhadap pendapatan. Produk kategori A memerlukan perhatian lebih, sementara kategori B dan C dapat dikelola dengan sumber daya yang lebih sedikit. Strategi ini membantu memprioritaskan alokasi sumber daya secara efisien.
e. Pengurangan Produk dengan Rotasi Lambat
Terakhir, mengidentifikasi dan mengurangi barang yang jarang terjual dapat mengurangi biaya penyimpanan yang tidak produktif. Perusahaan dapat menawarkan diskon untuk menghabiskan stok atau menghentikan pengadaan produk yang tidak menguntungkan, sehingga alokasi dana lebih optimal.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Biaya Persediaan
Umumnya, cost inventory dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling terkait. Memahami elemen-elemen ini membantu perusahaan mengidentifikasi peluang efisiensi, mengurangi pemborosan, dan merancang strategi pengelolaan inventory yang lebih efektif. Berikut penjelasannya:
a. Estimasi Kebutuhan Bahan Baku
Pertama-tama. perhitungan kebutuhan bahan baku yang akurat berdasarkan permintaan produksi dan pasar sangat penting. Ketidakakuratan dalam estimasi dapat menyebabkan overstocking, yang meningkatkan biaya penyimpanan, atau stockout, yang mengganggu proses operasional.
b. Harga Bahan
Harga bahan baku memiliki dampak langsung pada biaya biaya inventory. Fluktuasi harga akibat kondisi pasar, inflasi, atau perubahan pemasok dapat meningkatkan biaya. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan negosiasi dan memilih pemasok yang stabil untuk mengurangi risiko.
c. Lead Time
Kemudian, faktor lain yang mempengaruhi biaya inventory adalah waktu yang dibutuhkan pemasok untuk mengirimkan bahan baku memengaruhi tingkat persediaan. Lead time yang panjang memaksa perusahaan untuk menyimpan stok tambahan sebagai cadangan, sementara lead time yang lebih pendek memungkinkan pengelolaan stok yang lebih efisien.
d. Frekuensi Penggunaan
Tidak hanya itu, barang dengan tingkat penggunaan yang tinggi membutuhkan perencanaan persediaan yang lebih sering untuk menghindari kehabisan stok. Sebaliknya, barang dengan penggunaan rendah memerlukan strategi penyimpanan yang tepat agar tidak menimbulkan biaya penyimpanan yang berlebihan.
5. Efisiensikan Pengelolaan Biaya Inventory dengan Software WMS ScaleOcean
Software Warehouse Management System (WMS) ScaleOcean adalah solusi canggih yang dirancang khusus untuk mendukung integrasi sistem inventory dan akuntansi. Dengan menggabungkan fungsi WMS dan pengelolaan data keuangan, software ini memungkinkan perhitungan biaya inventory seperti pembelian dan pemesanan menjadi lebih akurat, mengurangi risiko human-error.
Keunggulan customizable dan adaptive dari WMS ScaleOcean memastikan fitur-fiturnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan spesifik industri manufaktur Anda. Dengan integrasi data secara real-time, aplikasi inventory barang ini mendukung sinkronisasi yang lebih cepat antara operasi gudang dan manufaktur, sekaligus mencegah kelebihan biaya melalui perencanaan berbasis forecast.
Untuk memahami lebih lanjut bagaimana WMS ScaleOcean dapat mengoptimalkan proses bisnis Anda dengan fitur-fitur canggihnya, vendor ScaleOcean menawarkan demo gratis yang dapat diklaim secara mudah. Berikut fitur-fitur canggih dalam Software WMS ScaleOcean:
- RFID Warehouse Rack Stock Automation: Memanfaatkan teknologi RFID untuk otomatisasi pengelolaan stok rak, meningkatkan akurasi dan efisiensi operasional.
- 3D Warehouse Visualization: Menampilkan tata letak gudang dalam bentuk 3D untuk memudahkan navigasi dan perencanaan ruang penyimpanan.
- Barcode Scanning: Mempercepat pelacakan dan pencatatan data barang secara akurat dengan teknologi pemindaian kode batang.
- Run Rate Reordering Rules: Mengoptimalkan proses pemesanan ulang barang berdasarkan analisis tingkat konsumsi dan kebutuhan stok secara otomatis.
- Fast Moving & Slow Moving Stocks Analysis: Menganalisis barang dengan pergerakan cepat atau lambat untuk memaksimalkan pengelolaan inventaris dan efisiensi gudang.
- Pick, Pack, and Delivery Management: Mengelola proses pengambilan, pengepakan, dan pengiriman barang untuk memastikan pengiriman tepat waktu dan akurat.
Baca Juga: 17 Rekomendasi Aplikasi WMS Terbaik di Indonesia 2025
6. Kesimpulan
Secara keseluruhan, efisiensi dalam pengelolaan inventory cost adalah langkah tepat yang dapat mengurangi pemborosan, mengoptimalkan sumber daya, dan meningkatkan efisiensi operasional. Memanfaatkan solusi berbasis teknologi seperti WMS yang terintegrasi membantu perusahaan menghadapi tantangan logistik dengan lebih baik.
Untuk meningkatkan pengelolaan biaya inventory Anda, coba demo gratis Software Warehouse Management System (WMS) ScaleOcean. Lihat bagaimana solusi terintegrasi ini dapat membantu bisnis Anda lebih efisien dan mengurangi biaya operasional secara signifikan