Tim quality control pabrik sering kali menghadapi tantangan besar dalam memastikan setiap produk memenuhi standar kualitas. Tantangan yang dihadapi tim QC semakin kompleks dengan perubahan alur proses produksi yang dinamis dan ekspektasi konsumen yang semakin tinggi.
Oleh karena itu, tim quality control perlu beradaptasi secara berkelanjutan untuk tetap menjaga kualitas produk yang dihasilkan. Penggunaan teknologi, seperti software manufaktur, dapat menjadi solusi efektif dalam mendukung tim QC untuk bekerja lebih efisien dan akurat.
Artikel ini akan membahas lebih lanjut mengenai tugas quality control yang spesifik di lingkungan pabrik serta berbagai tantangan yang dihadapi oleh tim QC, sehingga bisnis manufaktur dapat lebih siap dalam mendukung mereka untuk mencapai kualitas produk yang unggul.
- Tim quality control manufaktur adalah profesional yang bertanggung jawab memverifikasi kesesuaian kualitas produk dengan standar spesifikasi dan berkontribusi dalam pengendalian biaya produksi.
- Alur kerja staf QC produksi dimulai dari penerimaan bahan baku, inspeksi awal, pemantauan selama produksi, pengujian produk dan dokumentasi, serta tindakan korektif dan pencegahan.
- Tantangan umum yang dihadapi tim QC manufaktur termasuk tekanan waktu produksi, perubahan standar kualitas, dan pemeliharaan peralatan produksi yang kurang optimal.
- Software Manufaktur ScaleOcean dapat mengoptimalkan proses quality control melalui fitur seperti manajemen kualitas, end-to-end traceability, serta pemeliharaan mesin produksi preventif.
Apa itu Tim Quality Control Manufaktur?
Tim quality control manufaktur adalah proses pengujian dan pemeriksaan yang sistematis untuk memastikan bahwa produk atau layanan yang dihasilkan sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan sebelum dipasarkan. Tujuan utamanya adalah untuk mendeteksi dan memperbaiki cacat, menjaga kepuasan pelanggan, serta memperbaiki reputasi perusahaan.
Keberadaan tim QC sangat krusial dalam operasional bisnis. Mereka tidak hanya memastikan kualitas produk, tetapi juga berkontribusi dalam mengendalikan biaya produksi dan biaya overhead dengan mencegah produk cacat yang memerlukan perbaikan atau pembuangan. Dengan demikian, tim QC berperan vital dalam efisiensi dan profitabilitas perusahaan.
Secara umum, tim quality control di perusahaan manufaktur terdiri dari berbagai posisi. Beberapa di antaranya adalah inspektur kualitas yang bertugas melakukan pemeriksaan fisik, teknisi QC yang melakukan pengujian teknis, analis kualitas produk yang menganalisis data hasil pemeriksaan, serta supervisor atau manajer QC yang mengawasi keseluruhan operasional tim.
Seluruh anggota tim QC manufaktur bekerja secara kolaboratif untuk melaksanakan tugas quality control mereka di berbagai tahapan proses produksi, mulai dari pemeriksaan bahan baku hingga inspeksi produk jadi sebelum dikirimkan ke pelanggan.
Apa Tugas Tim Quality Control Produksi di Manufaktur?

Quality control pabrik adalah serangkaian proses pengujian dan pengawasan yang dilakukan untuk memastikan produk sesuai dengan standar kualitas yang ditetapkan perusahaan, mendeteksi cacat, mengurangi kesalahan, dan menjaga kepuasan pelanggan.
Fungsinya mencakup pengawasan bahan baku, pemeriksaan produk pada berbagai tahap produksi, serta analisis data untuk memberikan rekomendasi perbaikan. Berikut adalah beberapa tugas tim QC yang mereka lakukan:
1. Melakukan Inspeksi Bahan Baku dan Komponen
Tim QC manufaktur memiliki tanggung jawab krusial untuk melakukan inspeksi menyeluruh terhadap bahan baku dan komponen yang diterima sebelum memasuki lini produksi. Inspeksi ini meliputi verifikasi kualitas visual (keretakan, kerusakan), pengukuran dimensi (kesesuaian dengan spesifikasi), dan bahkan pengujian material (kekuatan, komposisi) jika diperlukan.
Tindakan ini sangat penting kvarena bahan baku yang tidak memenuhi standar dapat menyebabkan cacat pada produk akhir, meningkatkan biaya produksi akibat rework atau pembuangan, serta berpotensi menyebabkan downtime produksi.
Menurut sebuah studi oleh ASQ (American Society for Quality), biaya kualitas buruk (Cost of Poor Quality – CoPQ) bisa mencapai 15 hingga 20 persen dari pendapatan penjualan bagi perusahaan. Sebagian besar CoPQ ini dapat dicegah dengan inspeksi bahan baku yang efektif.
2. Memantau Proses Produksi
Salah satu tugas tim QC yang berkelanjutan adalah memantau secara aktif jalannya proses produksi di berbagai tahapan. Ini melibatkan inspeksi in-process untuk memastikan bahwa operator produksi mengikuti prosedur yang ditetapkan, mesin berfungsi dengan baik, dan standar kualitas terjaga.
Teknik seperti Statistical Process Control (SPC) sering digunakan untuk memantau variasi proses dan mengidentifikasi potensi masalah sebelum menghasilkan produk cacat. Selain itu, penerapan metode mistake proofing juga penting untuk mencegah terjadinya kesalahan sejak awal, sehingga pendekatan proaktif ini mampu mengurangi akumulasi cacat dan menekan biaya perbaikan di kemudian hari.
3. Melakukan Pengujian Produk
Tugas tim quality control pabrik yang lain yaitu bertanggung jawab untuk melakukan berbagai pengujian terhadap produk, baik yang masih dalam tahap produksi maupun produk jadi.
Pengujian ini dapat meliputi pengujian fungsional (memastikan produk bekerja sesuai desain), pengujian dimensi (memastikan ukuran dan bentuk sesuai spesifikasi), pengujian ketahanan (misalnya, uji kekuatan atau daya tahan), dan pengujian visual (memeriksa cacat permukaan).
Pengujian yang komprehensif ini memastikan bahwa produk akhir memenuhi ekspektasi pelanggan dan standar keamanan yang berlaku.
Menurut salah satu artikel Business Dasher, ternyata sebanyak 74% konsumen menganggap kualitas brand sebagai faktor penting yang menentukan loyalitas pelanggan. Produk yang lolos pengujian kualitas yang ketat memiliki tingkat kepuasan pelanggan yang lebih tinggi dan potensi return yang lebih rendah.
4. Mendokumentasikan Hasil Pemeriksaan
Pencatatan yang akurat dan detail dari setiap inspeksi dan pengujian adalah tanggung jawab tim quality control pabrik yang sangat penting. Dokumentasi ini bisa berupa checklist manual, laporan inspeksi digital, atau entri data ke dalam sistem software manufaktur.
Data ini tidak hanya memberikan catatan historis tentang kualitas produk tetapi juga menjadi dasar untuk analisis tren, identifikasi area yang perlu ditingkatkan, dan penelusuran kembali jika terjadi masalah di kemudian hari. Dokumentasi yang baik mendukung transparansi dan akuntabilitas dalam manajemen kualitas total.
5. Mengidentifikasi dan Menganalisisi Ketidak-sesuaian
Ketika tim QC menemukan produk atau proses yang tidak sesuai dengan standar kualitas, tugas tim QC adalah mengidentifikasi akar penyebab masalah tersebut. Mereka menggunakan berbagai alat analisis seperti diagram Ishikawa (fishbone) atau analisis Pareto untuk memahami faktor-faktor yang berkontribusi terhadap ketidaksesuaian.
Analisis yang mendalam ini penting untuk mengembangkan solusi yang efektif dan mencegah terulangnya masalah serupa, yang pada akhirnya berkontribusi pada manajemen risiko.
6. Memberikan Rekomendasi Tindakan Korektif dan Pencegahan
Berdasarkan hasil analisis ketidaksesuaian, tim quality control pabrik memiliki tanggung jawabuntuk merekomendasikan tindakan korektif (untuk mengatasi masalah yang sudah terjadi) dan tindakan pencegahan (untuk mencegah masalah serupa di masa depan).
Rekomendasi ini bisa berupa perubahan pada prosedur kerja, peningkatan pelatihan operator produksi, atau modifikasi pada desain produk atau peralatan. Implementasi rekomendasi ini sangat penting untuk perbaikan berkelanjutan dalam sistem kualitas.
Perusahaan yang secara aktif menerapkan tindakan korektif dan preventif cenderung memiliki tingkat cacat yang lebih rendah dan efisiensi produksi yang lebih tinggi. Praktik ini adalah inti dari siklus PDCA (Plan-Do-Check-Act) dalam manajemen kualitas total.
7. Berkolaborasi dengan Tim Lain
Tim QC tidak bekerja secara terisolasi, kolaborasi yang efektif dengan tim lain juga sangat penting. Mereka perlu berkomunikasi secara teratur dengan tim produksi untuk memberikan feedback tentang kualitas dan bekerja sama dalam implementasi tindakan perbaikan.
Keterlibatan tim QC dengan tim teknik juga penting dalam hal desain produk dan spesifikasi kualitas. Kerja sama yang baik memastikan pemahaman yang sama tentang standar kualitas di seluruh organisasi.
8. Berkontribusi pada Implementasi Manajemen Kualitas
Tim quality control manufaktur memainkan peran sentral dalam implementasi dan pemeliharaan sistem manajemen kualitas total (TQM). Mereka membantu dalam mengembangkan dan memperbarui prosedur kualitas, memberikan pelatihan kepada karyawan tentang standar kualitas dan teknik inspeksi.
Tidak hanya itu, tim QC juga turut serta berpartisipasi dalam audit kualitas internal dan eksternal. Keterlibatan aktif dalam quality control pabrik memastikan bahwa pendekatan sistematis terhadap kualitas diterapkan di seluruh organisasi.
9. Melaksanakan Prinsip Manajemen Risiko
Melalui identifikasi potensi risiko kualitas di berbagai tahap proses produksi, tim QC dapan menggunakan SPC yang secara langsung berkontribusi pada manajemen risiko perusahaan. Mereka membantu dalam mengembangkan strategi mitigasi untuk mengurangi kemungkinan terjadinya masalah kualitas yang signifikan dan dampaknya terhadap bisnis.
Pendekatan proaktif ini membantu melindungi perusahaan dari kerugian finansial dan reputasi. Salah satu pendekatan penting untuk meningkatkan kualitas dan stabilitas produksi adalah dengan memahami proses manajemen risiko di industri manufaktur secara sistematis
Bagaimana Alur Kerja Staf Quality Control Produksi?

Tim QC manufaktur mengikuti alur kerja yang sistematis untuk memastikan kualitas produk di setiap tahapan manufaktur. Berikut adalah rincian tahapan atau alur kerja yang umumnya dilakukan oleh tim QC:
1. Penerimaan Bahan Baku
Saat bahan baku tiba, tugas tim quality control pabrik tidak hanya memverifikasi dokumen pengiriman, tetapi juga memeriksa kesesuaian jumlah, jenis, dan spesifikasi bahan dengan pesanan pembelian.Mereka juga memastikan kondisi kemasan tidak rusak dan bahan baku terlindungi dengan baik selama transportasi.
Dalam proses ini, penggunaan contoh flowchart perusahaan sangat membantu menggambarkan alur pemeriksaan dan koordinasi antar tim. Tim QC pun berkolaborasi erat dengan tim logistik dan pengadaan untuk segera mengatasi masalah seperti perbedaan kuantitas atau kerusakan bahan sejak tahap awal.
2. Inspeksi Awal
Setelah bahan baku diterima, tim QC manufaktur mengambil sampel secara acak untuk melakukan inspeksi awal yang lebih mendalam. Mereka menggunakan form quality control untuk mencatat hasil pemeriksaan visual seperti warna, tekstur, dan kebersihan.
Tidak hanya itu, mereka juga melakukan pengukuran dimensi menggunakan alat ukur yang sesuai. Untuk komponen elektronik, pengujian fungsional dasar mungkin juga dilakukan. Jika ditemukan ketidaksesuaian yang signifikan, tim QC pabrik akan segera berkoordinasi dengan tim pengadaan dan pemasok untuk mencari solusi terbaik.
3. Pemantauan Selama Proses Produksi
Selama proses produksi berlangsung, tim QC pabrik secara proaktif memantau kualitas produk di berbagai stasiun kerja. Mereka melakukan inspeksi berkala dengan frekuensi tertentu, memeriksa parameter kualitas yang relevan untuk setiap tahapan.
Tim quality control produksi juga memastikan adanya production control yang menyeluruh dan efektif, sehingga tim dapat mengikuti instruksi kerja dan standar kualitas. Jika ditemukan potensi penyimpangan, tim QC akan segera memberikan umpan balik kepada tim produksi untuk tindakan korektif cepat.
4. Pengujian Produk
Setelah produk melewati tahapan perakitan atau proses inti lainnya, tim QC melakukan pengujian yang lebih spesifik dan komprehensif. Jenis pengujian ini sangat bergantung pada jenis produk yang diproduksi, bisa berupa pengujian fungsional untuk memastikan semua fitur bekerja dengan baik.
Selain itu ada juga pengujian ketahanan untuk mengukur daya tahan produk terhadap tekanan atau kondisi lingkungan tertentu, atau pengujian kinerja untuk memverifikasi bahwa produk memenuhi spesifikasi teknis yang diharapkan. Semua hasil pengujian dicatat secara detail dalam form quality control.
5. Pemeriksaan Produk Jadi
Sebelum produk siap untuk dikemas dan dikirim ke pelanggan, tim QC manufaktur melakukan pemeriksaan akhir yang menyeluruh terhadap setiap unit atau sampel dari batch produksi.
Mereka memeriksa kembali aspek visual, fungsionalitas, kelengkapan, serta memastikan kemasan produk dalam kondisi baik dan label terpasang dengan benar. Pemeriksaan ini adalah tahap terakhir untuk memastikan hanya produk berkualitas tinggi yang mencapai pelanggan.
6. Dokumentasi dan Pelaporan
Seluruh hasil inspeksi, pengujian, dan temuan didokumentasikan secara sistematis dalam form quality control atau sistem digital. Tim QC kemudian menganalisis data ini untuk mengidentifikasi tren masalah kualitas, menghitung tingkat cacat, dan membuat laporan berkala yang disajikan kepada manajemen produksi dan departemen terkait. Laporan ini menjadi dasar untuk pengambilan keputusan terkait perbaikan proses dan peningkatan kualitas.
7. Penanganan Produk yang Tidak Sesuai
Ketika tim QC menemukan produk yang tidak memenuhi standar kualitas, langkah selanjutnya adalah mengelola produk tersebut dengan tepat. Mereka akan memberikan label atau menandai produk yang tidak sesuai, memisahkannya dari produk yang lolos, dan mencatat detail ketidaksesuaiannya.
Tim quality control pabrik kemudian berkolaborasi dengan tim produksi dan teknik untuk menentukan apakah produk dapat diperbaiki (rework) sesuai standar atau harus ditolak dan dihentikan penggunaannya.
8. Tindakan Korektif dan Pencegahan
Berdasarkan analisis data kualitas dan temuan ketidaksesuaian, tim QC memiliki peran penting dalam merekomendasikan dan membantu implementasi tindakan korektif untuk mengatasi akar penyebab masalah kualitas yang berulang.
Mereka juga berpartisipasi dalam pengembangan tindakan pencegahan untuk menghindari terulangnya masalah serupa di masa depan, yang mungkin melibatkan perubahan pada prosedur kerja, pelatihan tambahan untuk operator produksi, atau modifikasi pada peralatan atau desain produk.
Contoh Penerapan Quality Control di Pabrik
Setiap industri memiliki cara berbeda untuk menerapkan QC untuk memastikan bahwa produk akhir sesuai dengan harapan konsumen dan peraturan yang berlaku. Berikut adalah beberapa contoh penggunaan QC di berbagai jenis industri:
1. Pabrik Makanan
Di pabrik makanan, proses QC memastikan bahwa produk yang dihasilkan memenuhi standar kesehatan dan keamanan pangan yang ketat. Proses ini mencakup pemeriksaan bahan baku, proses produksi, dan produk jadi untuk memastikan tidak ada kontaminasi dan juga produk memenuhi persyaratan gizi serta kualitas yang terstandarisasi.
2. Pabrik Otomotif
Industri otomotif menjalankan proses pengujian QC untuk memastikan bahwa setiap komponen dan produk akhir dari kendaraan, seperti mesin, sistem rem, dan sistem keamanan, berfungsi dengan baik dan aman untuk digunakan. QC dilakukan di setiap tahap proses produksi, mulai dari pengujian komponen hingga inspeksi kendaraan akhir.
3. Pabrik Tekstil
Dalam industri tekstil, QC ini berfokus pada kualitas bahan baku, proses penenunan, dan produk jadi (finished goods) seperti pakaian. Proses pemeriksaan dilakukan untuk memastikan bahwa bahan yang digunakan berkualitas tinggi, jahitannya rapi, ukuran dan desain sesuai dengan spesifikasi yang sudah ditentukan. Selain itu, proses QC memastikan bahwa produk jadi tidak memiliki cacat yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan.
Apa Tantangan yang Umum Dihadapi Tim Quality Control Manufaktur?
Dalam usaha untuk menjalankan tanggung jawabnya secara efektif, tim quality control manufaktur seringkali berhadapan dengan berbagai kendala. Berikut adalah beberapa tantangan umum yang dihadapi oleh tim QC:
1. Tekanan Waktu Produksi
Tim QC seringkali dihadapkan pada dilema antara menyelesaikan inspeksi secara menyeluruh dan memenuhi tenggat waktu produksi yang ketat. Adanya target produksi harian atau mingguan dapat menciptakan tekanan bagi tim QC untuk mempercepat proses pemeriksaan.
Hal ini berpotensi mengorbankan ketelitian dan meningkatkan risiko terlewatnya potensi cacat pada produk. Inspeksi yang terburu-buru dapat mengakibatkan produk berkualitas rendah lolos ke tahap berikutnya atau bahkan sampai ke tangan pelanggan.
2. Volume Produksi Tinggi
Dalam fasilitas manufaktur dengan tingkat produksi yang sangat tinggi, tim QC manufaktur menghadapi tantangan besar dalam memastikan kualitas setiap produk. Meskipun dengan metode pengambilan sampel, risiko terlewatnya produk cacat dalam batch besar tetap ada.
Tim QC perlu mengembangkan strategi inspeksi yang efisien dan efektif untuk mengatasi volume yang besar tanpa mengorbankan standar kualitas yang telah ditetapkan.
3. Kurangnya Sumber Daya
Keterbatasan sumber daya, baik dalam hal jumlah personel yang kompeten maupun ketersediaan peralatan inspeksi yang memadai, seringkali menjadi hambatan bagi tim quality control pabrik.
Jumlah staf QC yang tidak mencukupi dapat menyebabkan beban kerja yang berlebihan dan inspeksi yang kurang optimal. Selain itu, penggunaan peralatan inspeksi yang sudah usang atau tidak akurat dapat mengurangi efektivitas pengujian kualitas.
4. Variabilitas Bahan Baku
Kualitas bahan baku yang diterima dari berbagai pemasok dapat menunjukkan tingkat variabilitas yang signifikan. Perbedaan dalam kualitas material ini dapat mempengaruhi proses produksi dan kualitas produk akhir.
Tim QC harus memiliki prosedur inspeksi yang ketat untuk mengidentifikasi dan menangani variasi ini, serta bekerja sama dengan tim pengadaan untuk memastikan kualitas pasokan yang konsisten.
5. Tingkat Kesalahan Manusia
Meskipun standar operasional prosedur (SOP) telah ditetapkan dan pelatihan telah diberikan, potensi terjadinya kesalahan manusia dalam proses produksi maupun selama inspeksi oleh tim QC tidak dapat sepenuhnya dihilangkan.
Faktor-faktor seperti kelelahan, kurangnya fokus, atau kurangnya pemahaman yang mendalam tentang standar kualitas dapat berkontribusi pada terlewatnya ketidaksesuaian atau kesalahan dalam penilaian.
6. Kurangnya Komunikasi yang Efektif
Komunikasi yang efektif dan tepat waktu antara tim quality control dengan departemen lain, seperti produksi, teknik, dan bahkan manajemen, sangat penting untuk mengatasi masalah kualitas secara efisien. Kurangnya informasi yang jelas atau keterlambatan dalam menyampaikan temuan inspeksi dapat menunda tindakan perbaikan dan memperburuk masalah kualitas.
7. Standar Kualitas yang Berubah
Standar kualitas produk tidak bersifat statis. Mereka dapat berubah seiring dengan adanya inovasi teknologi, perubahan regulasi industri, umpan balik dari pelanggan, atau peningkatan ekspektasi pasar.
Tim QC manufaktur harus selalu proaktif dalam memantau dan memahami perubahan standar ini, serta memastikan bahwa prosedur inspeksi dan kriteria penerimaan produk selalu diperbarui.
8. Keterbatasan Peralatan Inspeksi
Efektivitas tim QC sangat bergantung pada ketersediaan peralatan inspeksi yang tepat dan berfungsi dengan baik. Keterbatasan dalam hal akurasi, kecepatan, atau cakupan kemampuan peralatan inspeksi dapat menghambat kemampuan tim untuk melakukan pengujian yang diperlukan. Investasi yang tepat pada peralatan inspeksi modern dan pemeliharaannya yang rutin sangat penting.
9. Kurangnya Kesadaran akan Standar Kualitas
Budaya kualitas yang kuat di seluruh organisasi sangat penting untuk keberhasilan upaya tim quality control di pabrik. Jika kesadaran akan pentingnya kualitas tidak meresap ke semua tingkatan karyawan, tim QC mungkin menghadapi resistensi atau kurangnya dukungan dalam menjalankan tugas mereka secara efektif. Pelatihan dan komunikasi yang berkelanjutan diperlukan untuk membangun budaya kualitas yang positif.
10. Pemeliharaan Peralatan Produksi yang Kurang Optimal
Merawat kondisi mesin yang digunakan produksi adalah hal yang esensial. Ketika peralatan produksi tidak dirawat mesin secara teratur atau tidak dipelihara dengan baik, hal ini dapat menyebabkan ketidakstabilan dalam proses produksi dan menghasilkan produk dengan kualitas yang bervariasi.
Sistem manajemen produksi dapat membantu mengatasi tantangan ini dengan menyediakan fitur untuk menjadwalkan pemeliharaan preventif, melacak riwayat pemeliharaan, dan memberikan peringatan jika ada potensi masalah pada mesin. Dengan demikian, risiko produk cacat akibat masalah peralatan dapat diminimalisir, sehingga tim quality control dapat lebih fokus pada aspek kualitas lainnya.
5. Bagaimana Software Manufaktur ScaleOcean Mengoptimalkan Proses Quality Control?

ScaleOcean adalah software manufaktur terbaik yang menyediakan integrasi menyeluruh dari berbagai fungsi, termasuk fitur-fitur canggih untuk mengoptimalkan proses quality control yang dihadapi oleh tim QC manufaktur. Dengan ScaleOcean, tim QC dapat mengatasi berbagai tantangan dan meningkatkan efektivitas kerja mereka.
Salah satu fitur inti ScaleOcean adalah integrated quality management and standardization. Fitur ini sangat krusial bagi industri seperti kosmetik, di mana standar formulasi, kebersihan, dan pengemasan sangat ketat.
Software pabrik kosmetik ScaleOcean memungkinkan tim QC untuk mendigitalkan semua standar kualitas, prosedur inspeksi, dan checklist, memastikan semua proses terdokumentasi dan diikuti secara konsisten.
ScaleOcean juga menawarkan fitur end-to-end traceability. Dalam industri produksi minyak kelapa sawit, di mana kualitas minyak dipengaruhi oleh berbagai faktor mulai dari panen hingga pengolahan, fitur software pabrik kelapa sawit ini memungkinkan tim QC untuk melacak setiap batch dari bahan baku hingga produk akhir. Kemampuan menelusuri riwayat produksi ini sangat membantu dalam mengidentifikasi sumber masalah kualitas dengan cepat.
Fitur krusial lainnya adalah real-time monitoring and alerts. Ini sangat bermanfaat bagi industri seperti produksi garmen, di mana menjaga konsistensi ukuran, warna, dan kualitas jahitan pada volume produksi tinggi menjadi tantangan.
Software pabrik garmen ScaleOcean memungkinkan tim QC untuk memantau data kualitas secara langsung dan menerima notifikasi otomatis jika ada penyimpangan, sehingga tindakan korektif dapat diambil dengan segera.
Tidak kalah penting juga, ScaleOcean memiliki fitur preventive maintenance. Fitur ini membantu semua jenis perusahaan manufaktur dalam menjadwalkan dan mengelola kegiatan merawat mesin secara teratur.
Dengan pemeliharaan yang terencana, risiko kerusakan peralatan produksi yang dapat menyebabkan produk cacat dapat diminimalisir, sehingga mendukung tim quality control pabrik dalam menghasilkan produk yang konsisten dan berkualitas tinggi.
Anda bisa mengetahui secara lengkap bagaimana cara kerja software ScaleOcean mengoptimalkan proses bisnis dengan melakukan demo gratis dengan tim profesional kami. Lebih lanjutnya, hubungi ScaleOcean untuk konsultasikan bisnis Anda.
6. Kesimpulan
Quality control adalah proses penting yang harus dilalui dengan tahapan terstruktur dan jenis yang sesuai dengan perusahaan manufaktur. Setiap prosesnya akan memberikan manfaat signifikan bagi keberlangsungan bisnis, dan membantu mengurangi berbagai masalah dan hambatan dalam aspek kualitas di perusahaan manufaktur.
Anda bisa dengan mudah mengelola dan mengendalikan manajemen kualitas dengan penerapan ScaleOcean software manufaktur. Kemampuan canggih dan fitur terbaik dari ScaleOcean akan menjadi solusi unggulan yang dapat mengoptimalkan setiap tahapan kontrol kualitas di proses manufaktur.
ScaleOcean juga menyediakan layanan demo gratis dan konsultasi, untuk perusahaan manufaktur dapat lebih memahami bagaimana sistem bekerja secara optimal di pabrik produksi. Hubungi tim kami secepatnya!
FAQ:
1. Apa prinsip quality control dalam manufaktur?
Ada tujuh prinsip quality control dalam manufaktur, yaitu:
1. Customer Focus: Memprioritaskan kepuasan pelanggan dengan memastikan produk memenuhi kebutuhan dan harapan mereka.
2. Leadership: Pemimpin harus memberi arah yang jelas dan menciptakan lingkungan yang mendukung kualitas.
3. Engagement of People: Melibatkan semua pihak dalam proses untuk mencapai tujuan kualitas yang diinginkan.
4. Process Approach: Mengelola aktivitas sebagai proses yang saling terkait untuk meningkatkan efisiensi dan hasil.
5. Improvement: Berfokus pada perbaikan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas produk dan proses.
6. Evidence-Based Decision Making: Pengambilan keputusan didasarkan pada data dan bukti yang valid untuk mencapai hasil yang lebih baik.
7. Relationship Management: Membangun hubungan yang saling menguntungkan dengan pemasok dan mitra untuk meningkatkan kualitas keseluruhan.
2. Apa saja metode quality control yang digunakan bisnis manufaktur?
Berikut adalah beberapa metode quality control yang digunakan dalam bisnis manufaktur:
1. Inspection: Proses pemeriksaan produk secara langsung untuk memastikan apakah sesuai dengan standar kualitas yang ditetapkan.
2. Statistical Process Control (SPC): Menggunakan data statistik untuk memonitor dan mengontrol proses produksi guna memastikan kualitas yang konsisten.
3. Six Sigma: Metode yang bertujuan untuk mengurangi variabilitas dan cacat dalam proses produksi, dengan target mencapai hanya 3,4 cacat per juta unit.
4. Failure Mode and Effects Analysis (FMEA): Teknik untuk mengidentifikasi potensi kegagalan dalam suatu proses dan menilai dampaknya untuk mengambil langkah pencegahan.
5. Total Quality Management (TQM): Pendekatan manajerial yang melibatkan seluruh organisasi dalam upaya perbaikan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas produk dan layanan.
6. Kaizen: Filosofi perbaikan terus-menerus yang melibatkan karyawan di semua tingkat untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas secara bertahap.
7. Kanban: Menyediakan visualisasi alur kerja, membatasi pekerjaan yang sedang berlangsung (WIP), dan memfasilitasi perbaikan berkelanjutan.
3. Apa saja jenis quality control di manufaktur?
Jenis-jenis quality control di industri manufaktur ada empat, yaitu:
1. Incoming QC: Memeriksa bahan baku atau komponen yang diterima dari pemasok untuk memastikan kualitasnya sebelum digunakan dalam produksi.
2. In-process QC: Mengawasi kualitas produk selama proses produksi, untuk memastikan produk yang dihasilkan tetap sesuai standar.
3. Final QC: Melakukan pemeriksaan kualitas pada produk jadi untuk memastikan bahwa produk memenuhi spesifikasi dan siap dijual.
4. Out-going QC: Memeriksa produk sebelum pengiriman untuk memastikan bahwa barang yang dikirim ke pelanggan sesuai dengan standar kualitas yang ditetapkan.
4. Apa perbedaan quality control dan quality assurance?
Perbedaan utama antara quality control (QC) dan quality assurance (QA) terletak pada fokus dan tahap penerapannya. QC berfokus pada inspeksi hasil akhir produk untuk memastikan kualitasnya sesuai standar. Sementara QA lebih bersifat preventif, dilakukan selama proses produksi untuk menjamin bahwa metode dan prosedur yang digunakan dapat menghasilkan produk yang berkualitas secara konsisten.


