Pemahaman mengenai proses depresiasi atau penyusutan dan amortisasi dalam pengelolaan finansial bisnis properti adalah suatu hal penting untuk mengoptimalkan penggunaan aset properti dan meningkatkan keuntungan. Tetapi, apa Anda tahu perbedaan depresiasi dan amortisasi?
Depresiasi dan amortisasi adalah dua proses penurunan nilai aset seiring berjalannya waktu, dan kedua aspek ini memiliki perbedaan mendasar yang penting untuk dipahami pelaku bisnis properti. Artikel ini akan membahas perbedaan amortisasi dan depresiasi secara mendalam, sehingga Anda dapat memanfaatkan kedua proses ini untuk kelangsungan properti Anda.
1. Depresiasi dan Amortisasi Adalah
Depresiasi dan amortisasi adalah proses dan alat yang digunakan dalam akuntansi properti untuk membantu perusahaan dalam memahami dan mengelola nilai aset tetap yang dimiliki secara efektif. Depresiasi dan amortisasi adalah konsep penting yang dilakukan untuk memastikan bahwa laporan keuangan properti dapat menggambarkan realitas menyeluruh operasional properti yang dimiliki, juga bagaimana finansial properti secara akurat.
Depresiasi atau penyusutan aset adalah proses akuntansi yang digunakan untuk memberikan gambaran mengenai penurunan nilai aset fisik atau berwujud (tangible), seperti bangunan, peralatan, dan infrastruktur lainnya yang
digunakan dalam operasional bisnis seiring berjalannya waktu. Ada beberapa alasan mengapa nilai aset ini mengalami penyusutan, dapat terjadi karena faktor usia, penggunaan, dan keausan yang terjadi pada aset properti.
Sedangkan amortisasi adalah proses akuntansi yang diterapkan pada aset yang tidak berwujud (intangible) dalam properti, seperti pengembangan lahan, hak paten, atau nilai goodwill yang diperoleh dari akuisisi. Proses amortisasi ini akan mengalokasikan biaya aset tidak berwujud tersebut selama periode umur manfaatnya, sehingga memungkinkan perusahaan untuk mencatat
pengeluaran ini secara sistematis dan realistis terhadap pendapatan yang dihasilkan oleh aset tersebut.
Secara sederhana depresiasi dan amortisasi adalah dua konsep akuntansi sering digunakan pelaku bisnis properti untuk mengetahui gambaran akurat dan menyeluruh, bagaimana penurunan nilai aset yang dimiliki, dan bagaimana cara mengalokasikan biaya aset tersebut selama masa manfaatnya seiring berjalannya waktu.
2. Perbedaan Depresiasi dan Amortisasi
Dalam bisnis properti, depresiasi dan amortisasi adalah dua proses yang dapat Anda lakukan untuk mengelola dan mengalokasikan keuangan properti Anda secara akurat. Namun, Anda perlu mengetahui terlebih dahulu perbedaan amortisasi dan depresiasi agar dapat memanfaatkan kedua proses ini sebaik mungkin. Simak pembahasan berikut ini!
a. Jenis Aset
Perbedaan amortisasi dan depresiasi yang paling mendasar adalah jenis aset yang dikelola, proses depresiasi berhubungan dengan aset berwujud (tangible), seperti bangunan, tanah, peralatan, dan infrastruktur properti lainnya. Jenis aset depresiasi ini memiliki karakter fisik yang jelas dan mengalami penurunan nilai seiring berjalannya waktu, baik karena faktor fisik maupun teknologi yang menjadi usang.
Sedangkan amortisasi berhubungan dengan jenis aset tidak berwujud, seperti hak cipta, merek dagang, paten, atau bahkan goodwill
yang diperoleh melalui akuisisi.
Aset tidak berwujud ini tidak memiliki komponen fisik tetapi memiliki nilai yang signifikan bagi perusahaan, dengan amortisasi yang membantu dalam mengalokasikan biaya ini sepanjang masa manfaatnya.
b. Basis Penyusutan
Perbedaan amortisasi dan depresiasi selanjutnya dapat ditemukan dari basis penyusutannya, depresiasi merupakan proses yang diterapkan pada aset fisik atau berwujud dengan basis penyusutannya sering kali bergantung pada umur ekonomis aset tersebut. Hal ini memberikan gambaran bahwa aset fisik seperti bangunan atau peralatan dapat mengalami penurunan nilai karena umur, penggunaan, atau keusangan seiring berjalannya waktu.
Sedangkan amortisasi menjadi proses yang diterapkan pada aset tidak berwujud, dengan basis penyusutan yang umumnya ditentukan dari bagaimana nilai aset seperti pengembangan lahan, hak paten, atau nilai goodwill yang diperoleh dari akuisisi dapat menurun seiring masa manfaatnya. Amortisasi ini memungkinkan perusahaan untuk mengalokasikan biaya intangible secara merata selama masa manfaatnya, dan ditentukan berdasarkan estimasi atau regulasi industri.
c. Peraturan Pajak
Pajak menjadi perbedaan amortisasi dan depresiasi selanjutnya, terdapat perbedaan pengakuan penyusutan dan amortisasi secara pajak maupun akuntansi.
Pemerintah Indonesia menetapkan tarif depresiasi dalam pasal 11 UU PPh, bahwa pajak depresiasi mulai dihitung pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk aset yang masih dalam proses pengerjaan.
Peraturan ini disederhanakan oleh administrasi perpajakan dalam PP No. 55 tahun 2022, Bab V Pasal 21, bahwa aset yang memiliki umur ekonomis lebih dari 20 tahun, maka pajak depresiasi dilakukan dalam bagian yang sama dengan umur ekonomis 20 tahun atau sesuai dengan umur ekonomis sebenarnya dalam pembukuan wajib pajak.
Sedangkan untuk amortisasi aset tidak berwujud ditentukan dalam pasal 11A UU PPh No. 38 Tahun 2008, dengan penyederhanaan peraturan perpajakan pada pasal 11A, bahwa aset tidak berwujud memiliki umur ekonomis lebih dari 20 tahun, dengan pajak amortisasi dilakukan menyesuaikan dengan umur ekonomis aset tidak berwujud sebenarnya dalam pembukuan wajib pajak dengan syarat taat asas.
d. Pengaruh terhadap Nilai Buku
Perbedaaan depresiasi dan amortisasi yang terakhir adalah perbedaan dalam pengaruhnya terhadap nilai buku, depresiasi dalam properi dapat mengurangi nilai buku aset berwujud secara bertahap, sehingga dapat menggambarkan penurunan nlai aset seiring berjalannya waktu. Nilai buku yang lebih rendah pada laporan keuangan, menggambarkan realitas fisik bahwa aset tersebut tidak lagi bernilai sama seperti saat pembelian awal.
Sedangkan dalam amortisasi properti, proses ini memiliki efek yang serupa dengan nilai buku aset tidak berwujud, dengan mengurangi nilainya secara sistematis selama masa manfaatnya. Meskipun aset tidak berwujud dalam properti tidak mengalami penurunan nilai fisik, pengakuan amortisasi mencerminkan konsumsi manfaat ekonomi yang diharapkan dari aset tersebut.
3. Tantangan Depresiasi dan Amortisasi
Setelah memahami perbedaan amortisasi dan depresiasi, kita menjadi tahu bagaimana sifat dan karakteristik kedua proses tersebut dalam bisnis properti. Meskipun kedua proses ini penting untuk mengakui penurunan nilai aset properti, namun ada tantangan yang harus dihadapi perusahaan properti dalam memaksimalkan kedua proses ini.
a. Tantangan dalam Depresiasi
Tantangan dalam proses depresiasi adalah dalam menentukan umur ekonomis yang melibatkan prediksi akurat mengenai berapa lama aset akan berfungsi atau relevan dengan penggunaannya, seperti dipengaruhi berbagai faktor seperti inovasi teknologi, perubahan permintaan, dan kondisi aset. Perusahaan dapat menggunakan pedoman standar industri dan konsultasi dengan ahli untuk menilai umur ekonomis dengan akurat, dan memperbarui estimasi secara berkala berdasarkan pengalaman dan perubahan kondisi pasar.
Selain itu, nilai pasar dari aset fisik yang sering berfluktuasi juga dapat menjadi tantangan dalam proses properti, yang memungkinkan biaya tidak selalu menggambarkan jumlah depresiasi yang diakui. Perusahaan dapat melakukan penilaian ulang aset secara berkala untuk menyesuaikan nilai buku dengan nilai pasar yang sebenarnya, dan juga menggunakan metode depresiasi fleksibel yang sesuai dengan perubahan kondisi pasar.
b. Tantangan dalam Amortisasi
Dalam amortisasi, penilaian aset tidak berwujud menjadi tantangan utama yang lebih kompleks dibandingkan dengan aset fisik. Nilai aset seperti goodwill, hak cipta, atau merek dagang bergantung pada faktor subjektif seperti ekspektasi pendapatan masa depan atau posisi kompetitif, yang dapat berubah karena kondisi pasar atau perubahan strategis perusahaan. Perusahaan dapat menerapkan metode penilaian konsisten yang didukung oleh data pasar dan analisis mendalam. Bisa juga melakukan konsultasi untuk memastikan bahwa asumsi dan metode yang digunakan telah sesuai dengan praktik industri.
Perubahan preferensi pasar juga dapat menjadi tantangan, yang memungkinkan aset tidak berwujud kehilangan nilai lebih cepat karena perubahan teknologi atau perubahan preferensi tersebut, sehingga membuat proses amortisasi awal tidak lagi relevan. Solusinya adalah dengan memonitor perkembangan industri dan tren pasar dengan lebih aktif, juga mengidentifikasi perubahan yang dapat mempengaruhi nilai dan relevansi aset amortisasi.
4. Kesimpulan
Dari penjelasan ini, dapat disimpulkan bahwa depresiasi dan amortisasi adalah dua konsep akuntansi yang dapat menjadi kunci dalam membantu perusahaan mengakui penurunan nilai aset seiring berjalannya waktu. Kedua konsep ini memiliki perbedaan signifikan, baik itu dari jenis, basis penyusutannya, pengaturan pajak, hingga pengaruhnya pada nilai buku dalam laporan keuangan properti, juga berbagai tantangannya yang juga berbeda.
Pemahaman mengenai perbedaan depresiasi dan amortisasi ini penting bagi pelaku bisnis properti, karena dapat membantu dalam memberikan gambaran akurat dan pengelolaan penurunan nilai aset untuk perencanaan bisnis jangka panjang dan efisiensi perusahaan properti secara menyeluruh.