Pengertian dan Contoh Produksi Terputus Putus di Manufaktur

ScaleOcean Team
Posted on
Share artikel ini

Dalam pengelolaan bisnis manufaktur, terdapat beberapa metode dan strategi yang dapat dipilih dan digunakan sesuai dengan jenis dan kebutuhan dalam proses produksi. Ada sebuah strategi produksi yang dapat menjadi salah satu solusi bagi pengelolaan produksi Anda, yaitu produksi terputus putus atau intermittent process.

Konsep ini merujuk pada metode produksi yang melibatkan siklus kerja yang terbagi menjadi beberapa tahap atau langkah terpisah. Dalam artikel kali ini, kita akan membahas secara mendalam definisi dari konsep ini, sesrta contoh produksi terputus putus pada bisnis manufaktur. Simak artikel berikut!

starsKey Takeaways

Coba Demo Gratis!

requestDemo

1. Pengertian Produksi Terputus Putus

Proses produksi terputus-putus, atau intermittent production, adalah pendekatan di mana produksi dilakukan dalam batch atau kelompok produk yang terpisah. Berbeda dengan produksi terus-menerus yang mengikuti urutan kerja yang tetap, intermittent production membagi proses produksi menjadi prosedur terpisah yang dijalankan secara mandiri. Contoh proses produksi terputus putus termasuk industri otomotif, industri elektronik, dan industri farmasi, di mana setiap komponen barang modal diproduksi secara terpisah.

Pentingnya intermittent production terletak pada fleksibilitas dan pemisahan fungsi-fungsi tertentu dalam rantai produksi. Memahami jargon manajemen produksi seperti ini membantu perusahaan untuk mengembangkan spesialisasi pekerjaan yang lebih mendalam dan meningkatkan kinerja di setiap bagian.

Dengan membagi proses menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, perusahaan dapat lebih efisien dan dapat menyesuaikan produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar yang berubah dengan cepat.

Analisis produksi marginal juga dapat diterapkan untuk mengukur efisiensi setiap unit atau batch yang dihasilkan, membantu mengoptimalkan penggunaan sumber daya. Teknologi dan otomatisasi sering digunakan dalam produksi terputus-putus untuk mendukung masing-masing unit produksi, sehingga meningkatkan efisiensi secara keseluruhan.

Koordinasi yang efektif antar unit menjadi kunci utama untuk memastikan kelancaran seluruh proses. Pendekatan ini memungkinkan perusahaan manufaktur untuk merespons perubahan pasar dengan cepat, meningkatkan efisiensi produksi, dan pada akhirnya, meningkatkan daya saing perusahaan dalam dunia bisnis manufaktur. Dengan demikian, intermittent production menjadi strategi yang relevan untuk perusahaan yang perlu menghadapi fluktuasi permintaan dan mengoptimalkan produksi sesuai dengan keahlian dan peralatan yang dimiliki.

2. Contoh Produksi Terputus Putus

Contoh Produksi Terputus Putus

Produksi terputus putus adalah pendekatan yang memberikan fleksibilitas dan efisiensi dalam mengelola proses produksi. Melalui pemisahan tugas menjadi langkah-langkah terpisah, perusahaan dapat mengoptimalkan spesialisasi, meningkatkan kualitas, dan merespons perubahan pasar dengan lebih responsif. Penjelasan kali ini kita akan membahas berbagai contoh produksi terputus putus di berbagai jenis industri manufaktur. Simak penjelasan berikut!

a. Industri Otomotif

Industri otomotif adalah salah satu sektor manufaktur yang secara luas menerapkan intermittent process. Dalam industri ini, terdapat proses perakitan kendaraan yang melibatkan serangkaian tahapan yang terpisah, mulai dari perakitan mesin, pemasangan bodi, hingga instalasi komponen interior.

Setiap tahapan ini dapat dianggap sebagai unit intermittent process yang berfokus pada tugas spesifik, misalnya unit produksi perakitan mesin dapat memfokuskan perhatiannya pada efisiensi dan kualitas mesin.  Penerapan sistem ini merupakan contoh proses manufaktur yang menuntut koordinasi antardivisi dan penyesuaian kapasitas produksi sesuai dengan kebutuhan masing-masing tahap.

Penerapan intermittent process terdapat pemisahan tugas yang membuat para pekerja di setiap tahapan produksi dapat mengembangkan keahlian khususnya sehingga peruasahaan dapat menyesuaikan volume produksi dan jenis model yang sesuai dengan permintaan pasar secara maksimal. Keseluruhan proses ini dapat dikoordinasikan dengan baik melalui sistem manajemen produksi yang terintegrasi yang dapat memastikan setiap langkah produksi berkontribusi pada hasil akhir yang berkualitas tinggi.

b. Industri Elektronik

Industri selanjutnya yang menjadi contoh produksi terputus putus adalah industri elektronik yang berkaitan dengan proses pembuatan perangkat elektronik dengan langkah-langkah kompleks seperti perakitan PCB (Printed Circuit Board), pemasangan komponen, dan uji kualitas. Masing-masing langkah ini dapat diorganisir sebagai unit intermittent process yang memiliki tanggung jawab khusus.

Pada tahap perakitan PCB, fokus utama dapat diberikan pada keakuratan pemasangan komponen, ketebalan lapisan PCB, dan koneksi yang handal. Unit produksi berikutnya akan menangani pemasangan komponen yang berkonsentrasi pada kualitas dan ketelitian pemasangan untuk memastikan fungsi yang optimal. Pemisahan ini memungkinkan pengembangan dan penerapan teknologi produksi yang sesuai dengan karakteristik masing-masing tahap, menghasilkan produk elektronik yang handal dan berkualitas tinggi.

c. Industri Farmasi

Industri farmasi juga menerapkan intermittent process untuk memastikan kualitas dan keamanan produk obat. Proses pembuatan obat melibatkan langkah-langkah kompleks, termasuk sintesis bahan baku, formulasi, pembuatan tablet atau kapsul, dan pengemasan. Setiap tahap ini dapat dianggap sebagai unit intermittent process dengan perhatian khusus pada standar kualitas dan kepatuhan regulasi.

Unit produksi yang bertanggung jawab untuk sintesis bahan baku dapat fokus pada kebersihan dan akurasi reaksi kimia. Pada tahap formulasi, prioritas dapat diberikan pada proporsi bahan dan proses campuran yang tepat. Pemisahan tugas ini tidak hanya memastikan kualitas produk yang konsisten tetapi juga memenuhi standar ketat dalam industri farmasi terkait dengan Good Manufacturing Practice (GMP) dan regulasi lainnya.

Dalam industri ini, intermittent process juga mendukung upaya kontrol kualitas yang ketat, sehingga setiap tahap produksi dapat dilengkapi dengan uji kualitas untuk memastikan bahwa produk berada dalam batas toleransi yang ditetapkan oleh regulasi. Dengan begitu, pemisahan ini memungkinkan deteksi dini dan perbaikan jika terdapat ketidaksesuaian dengan standar kualitas.

d. Industri Pakaian dan Tekstil

Terakhir ada industri pakaian dan tekstil yang menjadi contoh produksi terputus putus dengan melibatkan berbagai tahap seperti pemotongan kain, jahitan, finishing, dan pengemasan. Masing-masing tahap ini dapat diorganisir sebagai unit discontinous production yang fokus pada aspek tertentu dari pembuatan pakaian. Dengan pemisahan tugas ini, perusahaan dapat mencapai efisiensi yang lebih tinggi dalam setiap tahap dan memastikan bahwa setiap pakaian memenuhi standar kualitas yang diinginkan.

Penerapan intermittent process dalam industri pakaian juga memungkinkan respons yang cepat terhadap tren mode dan perubahan permintaan pelanggan. Perusahaan dapat dengan mudah menyesuaikan desain, warna, dan ukuran produk tanpa menghentikan seluruh rantai produksi. Kecepatan adaptasi ini menjadi kunci dalam menghadapi fluktuasi tren mode dan kebutuhan pasar yang terus berubah.

3. Karakteristik Proses Produksi Terputus Putus

Dalam bisnis manufaktur, intermittent process memainkan peran penting sebagai suatu pendekatan strategis yang melibatkan pemisahan proses produksi menjadi langkah-langkah terpisah, yang memungkinkan perusahaan untuk mengelola alur kerja dengan lebih efektif. Penjelasan kali ini kita akan membahas berbagai karakteristik atau ciri-ciri proses produksi terputus putus yang membentuk dasar operasional bisnis manufaktur yang sukses.

a. Fleksibilitas Produksi

Salah satu ciri ciri proses produksi terputus putus adalah fleksibilitas dalam penerapannya di bisnis manufaktur. Dengan memisahkan langkah-langkah produksi, perusahaan dapat dengan mudah menyesuaikan dan mengubah proses pada satu tahap tanpa mengganggu tahap-tahap lainnya.

Fleksibilitas dalam produksi juga mendukung inovasi dan pengembangan produk baru, sehingga perusahaan dapat dengan mudah menyelaraskan tim kreatif untuk merancang dan menguji prototipe baru tanpa mengganggu produksi produk yang sudah ada. Fleksibilitas produksi juga berkaitan dengan strategi manajemen risiko yang dapat meminimalkan dampak risiko pada produksi keseluruhan. Jika terjadi gangguan pada satu tahap, produksi di tahap lain masih dapat berlanjut, mengurangi potensi kerugian secara keseluruhan.

b. Sekuensialitas Proses

Karakteristik selanjutnya dari proses produksi terputus putus adalah sekuensialitas proses produksi yang melibatkan setiap langkah produksi yang diatur dalam urutan yang logis dan pembuatan produk secara berurutan. Ciri ini menciptakan alur kerja yang terstruktur dan dapat diukur, sehingga dapat memastikan bahwa setiap langkah dapat dilakukan dengan presisi. Hal ini mempermudah pengawasan dan pengendalian kualitas, karena setiap fase dapat diperiksa secara terpisah untuk memastikan produk akhir memenuhi standar yang ditetapkan.

Sebagai contoh, pada tahap awal produksi mobil, perusahaan dapat secara terpisah merakit rangka, kemudian memindahkannya ke tahap selanjutnya di mana mesin dan sistem kelistrikan dipasang. Dengan sekuensialitas ini, efisiensi produksi dapat ditingkatkan karena setiap tim dapat fokus pada spesialisasi mereka masing-masing.

c. Pemisahan Fisik dan Fungsional

Ciri lain yang mencirikan intermittent process adalah pemisahan fisik dan fungsional dalam ruang kerja. Pemisahan ini memungkinkan setiap tim atau departemen untuk fokus pada tugas masing-masing tanpa terganggu oleh kegiatan lain yang berlangsung pada tahap produksi lainnya.

Pemisahan fisik dan fungsional juga mendukung keamanan dan ketertiban di tempat kerja. Tim yang bertanggung jawab atas tahap tertentu memiliki kendali penuh terhadap lingkungannya, sehingga meminimalkan risiko kecelakaan dan memastikan kepatuhan terhadap standar keselamatan kerja. Pemisahan ini juga memungkinkan pengelolaan sumber daya yang lebih efektif, karena setiap tim dapat mengorganisir dan mengoptimalkan area kerja mereka sesuai dengan kebutuhan spesifik proses produksi.

d. Adanya Standarisasi Proses

Standarisasi proses adalah ciri ciri proses produksi terputus putusyang membantu perusahaan dalam memudahkan identifikasi, dokumentasi, dan implementasi standar operasional yang konsisten untuk setiap tahap. Standarisasi ini memberikan kejelasan dalam eksekusi tugas, mengurangi variasi hasil, dan meningkatkan konsistensi produk.

Selain itu, adanya standarisasi proses dalam proses ini akan mempermudah perusahaan dalam memantau dan mengukur kinerja. Metrik yang terstandarisasi dapat diterapkan pada setiap tahap produksi, sehingga memungkinkan perusahaan untuk melakukan analisis data yang akurat dan membuat keputusan berdasarkan informasi yang dapat diandalkan.

e. Penyimpanan yang Efisien

Produksi terputus putus juga mencakup manajemen penyimpanan yang efisien sebagai ciri utama. Dengan pemisahan langkah-langkah produksi, perusahaan dapat merancang sistem penyimpanan yang dioptimalkan untuk kebutuhan spesifik setiap tahap yang mencakup penyimpanan bahan baku, produk semi-jadi, dan produk jadi.

Pemisahan ini memungkinkan perusahaan untuk mengorganisir penyimpanan berdasarkan prioritas dan kecepatan akses, meminimalkan waktu pencarian dan pemrosesan. Manajemen penyimpanan yang efisien juga mendukung prinsip just in time, di mana bahan dan produk hanya disimpan sesuai kebutuhan, mengurangi biaya penyimpanan dan pemborosan.

4. Perbedaan Proses Terputus Putus dengan Proses Terus Menerus

Perbedaan utama antara kedua metode ini adalah tingkat fleksibilitas dan kontinuitas, di mana produksi terus-menerus lebih efisien untuk produksi massal, sedangkan produksi terputus-putus memungkinkan variasi dan penyesuaian sesuai permintaan.

Dalam sistem produksi terus menerus (continuous process), alur produksi sudah ditetapkan secara baku dan tidak mengalami perubahan, dengan tahapan kerja yang konsisten sepanjang waktu. Produksi seringkali berjalan tanpa henti, 24 jam sehari, 7 hari seminggu, yang memungkinkan produksi massal dengan biaya rendah karena tidak ada waktu yang terbuang dalam pengaturan ulang mesin.

Sebaliknya, produksi terputus-putus (intermittent production) menghasilkan barang dalam batch atau kelompok yang terpisah, memberikan fleksibilitas lebih dalam menyesuaikan volume dan jenis produk. Sistem ini lebih cocok untuk pabrik yang memproduksi produk dengan variasi tinggi, seperti makanan atau minuman, yang diproduksi dalam sesi tertentu, berbeda dengan produksi terus-menerus yang beroperasi secara kontinu.

Manufaktur

5. Hal yang Dibutuhkan Produksi Terputus Putus

Produksi terputus putus adalah metode produksi yang menuntut perhatian khusus terhadap beberapa aspek kunci yang diperlukan untuk menjalankan proses produksi yang efisien dan efektif. Dalam pendekatan ini, pemisahan tugas menjadi langkah-langkah yang menawarkan potensi keuntungan yang besar, tetapi juga menimbulkan tantangan dalam hal pengelolaan dan integrasi. Untuk itu, kita akan membahas apa saja hal yang perusahaan butuhkan dalam penerapan intermittent process di bisnis manufaktur.

a. Teknologi Produksi yang Terintegrasi

Salah satu unsur kunci dalam produksi terputus putus adalah adopsi teknologi produksi yang terintegrasi. Sistem produksi modern dan software otomasi dapat membantu mengoordinasikan setiap tahap produksi, memastikan kelancaran dan efisiensi operasional. Dengan teknologi yang terintegrasi, perusahaan dapat mengelola intermittent process dengan lebih baik, mengurangi waktu set up, dan meningkatkan responsibilitas terhadap perubahan permintaan.

Penerapan sistem ERP (Enterprise Resource Planning) juga dapat menjadi solusi dalam mengelola produksi ini. ERP dapat menyediakan visibilitas end-to-end ke dalam rantai pasok dan memfasilitasi koordinasi antar unit produksi. Dengan sistem yang terintegrasi, perusahaan dapat mengoptimalkan alokasi sumber daya, meminimalkan kesalahan komunikasi, dan meningkatkan efisiensi operasional.

b. Logistik dan Pengendalian Persediaan

Produksi terputus putus adalah metode yang memungkinkan setiap tahap produksi menyediakan komponen atau produk yang sesuai dan tepat pada waktunya. Sistem logistik dan pengendalian persediaan yang efisien menjadi sangat penting untuk memastikan pasokan material dapat tersedia saat dibutuhkan agar terhindar dari penumpukan persediaan yang tidak diperlukan, dan meminimalkan risiko kekurangan stok.

c. Manajemen Risiko yang Efektif

Dalam penerapan intermittent production, terdapat beberapa tantangan dan risiko tertentu yang harus diatasi perusahaan secara baik. Adanya manajemen risiko dapat menjadi kunci untuk meminimalkan potensi dampak negatif dari perubahan kondisi pasar, perubahan teknologi, atau kegagalan operasional. Perusahaan perlu mengidentifikasi potensi risiko, mengevaluasi dampaknya, dan mengembangkan strategi mitigasi yang sesuai.

Strategi manajemen risiko mencakup diversifikasi penyediaan, business process planning, dan pemahaman mendalam mengenai risiko-risiko kritis yang dapat memengaruhi setiap tahap produksi. Dengan pendekatan proaktif terhadap risiko, perusahaan dapat meningkatkan ketahanan operasional dan mengurangi kerentanannya terhadap perubahan yang tak terduga.

d. Infrastruktur Produksi yang Tersusun dan Terkoordinasi

Infrastruktur produksi yang baik dalam produksi terputus putus adalah elemen penting yang melibatkan penataan fasilitas produksi dan pabrik secara efisien, sehingga perusahaan harus memastikan bahwa setiap unit produksi memiliki peralatan dan mesin yang sesuai dengan tugasnya. Material handling dan barang antarunit juga harus terkoordinasi dengan baik untuk memfasilitasi pergerakan yang lancar antar tahap produksi.

Fleksibilitas dalam tata letak pabrik dan kemampuan untuk dengan cepat mengubah set up produksi menjadi kunci, sehingga perusahaan perlu memastikan bahwa infrastruktur produksi dapat mendukung kemampuan adaptasi. Dengan infrastruktur yang sesuai, perusahaan dapat merespons perubahan permintaan dan memaksimalkan penggunaan ruang dan peralatan.

e. Sistem Pengendalian Produksi yang Efektif

Sistem pengendalian produksi yang efektif sangat penting dalam mengelola
intermittent process yang mencakup pemantauan real-time terhadap setiap tahap produksi, pembaruan status inventaris secara berkala, dan pengidentifikasian potensi bottleneck atau masalah produksi lainnya dengan cepat. Sistem ini dapat memberikan informasi yang akurat dan terkini untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat.

Penggunaan teknologi sensor dan Internet of Things (IoT) dapat memperkuat sistem pengendalian produksi dan dapat memberikan data langsung mengenai performa mesin, kualitas produk, dan kondisi lingkungan produksi. Dengan memanfaatkan informasi ini, perusahaan dapat mengoptimalkan produksi, mencegah potensi kegagalan, dan meningkatkan efisiensi operasional.

6. Kesimpulan

Dari penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa produksi terputus putus adalah pendekatan di mana proses produksi dibagi menjadi langkah-langkah terpisah, memungkinkan spesialisasi, fleksibilitas, dan efisiensi. Ada beberapa contoh produksi terputus putus di berbagai jenis industri manufaktur yang dapat menjadi rujukan dalam menerapkan produksi ini dalam bisnis manufaktur Anda apapun jenis industri manufaktur yang Anda miliki.

Selain itu, dalam penerapan intermittent process, perusahaan harus mengetahui apa saja hal yang dibutuhkan dalam pengelolaan produksi ini agar dapat diterapkan secara maksimal. Sehingga dapat membantu perusahaan dalam mengoptimalkan proses produksi, meningkatkan responsibilitas terhadap perubahan pasar, dan meraih keunggulan kompetitif di dunia bisnis manufaktur yang dinamis.

FAQ:

Apa contoh produksi terputus putus?

Contoh sistem produksi terputus putus dapat ditemukan pada usaha mebel yang membuat furnitur sesuai pesanan pelanggan atau bengkel mobil yang melakukan perbaikan berdasarkan kasus individual. Aktivitas produksinya tidak berjalan konstan melainkan mengikuti adanya permintaan spesifik atau proyek tertentu yang masuk.

Sebutkan ciri-ciri produksi terputus-putus apa saja?

Produksi terputus-putus ditandai dengan aliran proses yang fleksibel dan seringkali tidak standar untuk mengakomodasi keragaman produk atau pesanan khusus. Sistem ini biasanya mengandalkan peralatan yang lebih serbaguna (general purpose) dan jadwal produksinya sangat ditentukan oleh pesanan yang diterima.

Apa perbedaan produksi secara terus menerus dan produksi terputus putus?

Perbedaan utama terletak pada kontinuitas aliran produksi, di mana produksi terus menerus berjalan tanpa henti untuk menghasilkan produk standar dalam volume tinggi. Sebaliknya, produksi terputus-putus memiliki pola aliran yang tidak tetap dan sering berhenti, dirancang untuk membuat berbagai jenis produk dalam batch atau jumlah yang lebih kecil sesuai kebutuhan.

Jadwalkan Demo Gratis

Error message
Error message
Error message
Error message
Error message
Error message

Rekomendasi Artikel Terkait

Temukan Artikel Serupa untuk Solusi Bisnis Lebih Lengkap