Purchasing dan Inventory Management untuk Optimalkan Stok

ScaleOcean Team
Posted on
Share artikel ini

Dalam dunia bisnis, proses purchasing atau pembelian adalah hal penting dalam manajemen inventory yang harus dikelola untuk menentukan alur kerja dan profitabilitas perusahaan. Pentingnya purchasing dalam manajemen inventory berdampak pada lebih atau kurangnya stok persediaan, karena proses ini menyangkut kapan harus membeli, berapa banyak, dan kapan waktu untuk menjual.

Di artikel ini akan dibahas mengenai proses ini secara mendalam, mulai dari pengertian, pentingnya bagi perusahaan, hingga fokus pada tujuannya. Pemahaman proses purchasing dalam inventory management adalah hal penting untuk membantu manajemen stok barang Anda di perusahaan. Pahami selengkapnya di sini!

starsKey Takeaways

Coba Demo Gratis

requestDemo

Apa itu Purchasing dalam Manajemen Inventory 

Purchasing dan manajemen inventory adalah dua elemen penting dalam operasional bisnis yang saling berhubungan. Purchasing atau pembelian berfokus pada tanggung jawab atas pengadaan barang dari supplier, sedangkan manajemen inventory berfokus untuk mengelola stok barang yang ada di perusahaan.

Peran purchasing dalam inventory management sangat penting karena membantu menentukan jenis barang yang harus dibeli, jumlah yang tepat, serta waktu pembelian yang sesuai. Semua keputusan ini didasarkan pada data persediaan yang akurat sehingga stok tetap terjaga dan operasional berjalan lancar.

Kolaborasi yang efektif antara keduanya memastikan produk tersedia tepat waktu, dengan biaya yang efisien. Purchasing dalam inventory management merujuk pada proses pengadaan barang atau bahan yang dibutuhkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan operasional.

Sehingga hal ini melibatkan banyak proses, mulai dari pemilihan dan pembelian produk dari supplier atau vendor, hingga pengiriman barang yang tepat waktu untuk menjaga ketersediaan stok persediaan. Karena tujuan dari proses ini adalah untuk memastikan ketersediaan barang sesuai dengan permintaan dan dalam jumlah yang optimal.

Peran Purchasing dalam Inventory Management

Peran Purchasing dalam Inventory Management

Purchasing atau pembelian berperan vital dalam manajemen inventaris, memastikan bahwa perusahaan memiliki bahan baku dan barang yang tepat pada waktu yang tepat. Dengan integrasi yang baik antara kedua fungsi ini, perusahaan dapat mengoptimalkan operasi, mengurangi biaya, dan meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan.

Berikut beberapa peran penting proses purchasing dalam manajemen inventory, diantaranya:

1. Efisiensi Operasional

Purchasing yang tepat waktu memastikan bahwa bahan baku dan barang yang dibutuhkan tersedia ketika diperlukan. Hal ini memungkinkan kelancaran produksi tanpa gangguan, menghindari keterlambatan atau pembatalan produksi akibat kekurangan bahan baku.

Efisiensi dalam proses pengadaan, serta alur keluar masuk barang yang terstruktur juga mengurangi waktu tunggu yang dapat mempengaruhi produktivitas.

2. Pengendalian Biaya

Manajemen pembelian yang efektif berkontribusi dalam menekan biaya pengadaan barang. Dengan memilih pemasok yang menawarkan harga kompetitif dan memanfaatkan strategi pengadaan yang tepat, perusahaan dapat mengurangi beban biaya yang berkaitan dengan pembelian barang, terutama yang menjadi bagian signifikan dari biaya operasional di sektor manufaktur.

3. Peningkatan Kualitas Produk

Purchasing berperan dalam memastikan barang yang dibeli memenuhi standar kualitas yang telah ditentukan oleh perusahaan. Pemilihan pemasok yang terpercaya dan kualitas barang yang terjamin berkontribusi pada hasil produksi yang sesuai dengan harapan, mengurangi kemungkinan retur atau produk cacat yang dapat merugikan perusahaan.

4. Menjaga Kelangsungan Bisnis

Purchasing yang efisien berkontribusi langsung pada kelangsungan bisnis. Dengan memastikan ketersediaan barang yang tepat, perusahaan dapat mempertahankan operasional yang stabil dan menghindari gangguan dalam produksi.

Sistem inventory dalam proses purchasing juga dapat memastikan ketersediaan produk yang efisien mendukung bisnis untuk tetap bersaing di pasar dan meraih keberhasilan jangka panjang.

5. Perencanaan Pembelian

Manajemen inventaris yang baik memungkinkan perusahaan untuk merencanakan pembelian secara efektif. Dengan memantau tingkat persediaan dan menganalisis pola konsumsi barang, perusahaan dapat menentukan kapan dan berapa banyak barang yang perlu dibeli.

Hal ini membantu menghindari risiko kekurangan atau kelebihan stok yang dapat mempengaruhi aliran kas dan efisiensi operasional. Untuk memastikan ketersediaan barang yang cukup tanpa menimbun stok berlebih, perusahaan juga dapat memanfaatkan buffer stock sebagai cadangan untuk mengatasi fluktuasi permintaan.

6. Pemilihan Pemasok

Informasi inventaris yang akurat membantu perusahaan dalam memilih pemasok yang sesuai dengan kebutuhan, kualitas, dan harga yang diinginkan. Dengan menganalisis data stok dan tren permintaan, perusahaan dapat memilih pemasok yang mampu memenuhi standar kualitas dan waktu pengiriman yang ditetapkan, memastikan kontinuitas pasokan barang.

7. Otomatisasi Proses

Aplikasi manajemen inventaris modern memungkinkan otomatisasi berbagai tugas pembelian, mulai dari pembuatan pesanan hingga pelacakan pengiriman dan pembaruan stok.

Otomatisasi ini meningkatkan akurasi, mengurangi kesalahan manusia, dan mempercepat proses pengadaan barang, yang pada akhirnya meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya operasional.

Sinkronisasi Tim Purchasing dan Gudang

Sinkronisasi kerja adalah salah keunggulan dari penerapan sistem purchasing pada gudang. Kolaborasi yang efektif antara tim pengadaan dan gudang akan memastikan lancarnya alur kerja, mulai dari pembelian barang hingga penyimpanan dan pengelolaan barang di gudang.

Jadi, seluruh operasional pun bisa berjalan dengan lebih terintegrasi dan bisa terhindar dari miskomunikasi. Dalam konteks ini, tim purchasing bertugas untuk menentukan barang apa yang perlu dibeli, berapa jumlahnya, dan kapan barang tersebut harus tiba di gudang.

Mereka juga harus memastikan bahwa barang yang dibeli sesuai dengan standar kualitas perusahaan. Sementara itu, tim gudang bertanggung jawab untuk menyimpan dan mengelola barang-barang tersebut dengan cara yang paling efisien.

Dengan sistem ini, kedua tim dapat melakukan komunikasi dengan baik. Misalnya, divisi warehouse harus memberi tau purchasing staff tentang status stok barang, kondisi barang di gudang, dan berapa lama stok yang ada bisa bertahan.

ebaliknya, tim purchasing harus memberi tahu tim gudang tentang rencana pembelian barang, termasuk detail seperti jenis, jumlah, dan waktu kedatangan barang.

Metode Purchasing dalam Manajemen Inventory

Dalam inventory, metode purchasing memainkan peran penting dalam pengadaan barang dan bahan baku yang diperlukan untuk operasional perusahaan. Berbagai metode dapat diterapkan untuk memastikan barang tersedia tepat waktu, dengan biaya yang efisien, dan kualitas yang terjaga.

Pemilihan metode yang tepat akan mempengaruhi efektivitas pengelolaan stok dan kelancaran proses produksi. Berikut in beberapa metode purchasing yang bisa dilakukan untuk mengoptimalkan manajemen inventory di perusahaan, yaitu:

1. Just In Time (JIT)

Just in time (JIT) adalah metode purchasing management pada inventori yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dengan memesan barang hanya ketika dibutuhkan dalam proses produksi. Sehingga mengurangi biaya penyimpanan barang.

Metode ini tidak memfokuskan pada perhitungan kuantitatif, tetapi lebih pada koordinasi yang baik antara pemasok dan produsen sehingga barang datang tepat waktu sesuai kebutuhan.

Misalkan perusahaan pembuat sepeda membutuhkan 100 unit roda setiap hari untuk proses produksinya. Pemasok memerlukan waktu 3 hari untuk mengirimkan roda setelah menerima pesanan.

Dalam situasi ini, Anda harus melakukan pesanan baru setiap kali stok roda tersisa 300 unit (100 unit x 3 hari = 300 unit). Dengan strategi ini, pasokan roda baru akan tiba tepat ketika stok lama hampir habis. Sehingga meminimalkan kebutuhan untuk penyimpanan yang berlebihan.

Metode ini memiliki beberapa keunggulan. Dengan mengatur inventory secara minimum, perusahaan dapat mengurangi biaya penyimpanan, yang mungkin mencakup biaya sewa gudang, asuransi, dan biaya yang terkait dengan kerusakan barang.

Metode JIT juga membantu untuk mengurangi limbah dan meningkatkan efisiensi produksi dengan memastikan bahan baku dan komponen hanya dipesan dan diterima ketika dibutuhkan dalam proses produksi.

2. Economic Order Quantity (EOQ)

Economic order quantity (EOQ) adalah metode yang bertujuan untuk menentukan jumlah optimal dari setiap proses pengadaan, sehingga dapat meminimalkan total biaya yang terkait dengan pemesanan dan penyimpanan inventori. Rumus dasarnya adalah sebagai berikut.

EOQ = √ [(2DS) / H]

dengan:

  • D = Permintaan tahunan
  • S = Biaya pemesanan per pesanan
  • H = Biaya penyimpanan per unit per tahun

Misalkan sebuah toko buku memperkirakan akan menjual 10.000 unit buku dalam satu tahun (D). Biaya untuk melakukan setiap pesanan kepada pemasok adalah Rp500.000 (S), dan biaya untuk menyimpan satu unit buku dalam inventori untuk satu tahun adalah Rp20.000 (H). Maka EOQ toko tersebut yaitu:

EOQ = √ [(2 x 10.000 x 500.000) / 20.000] = 500 unit

Dalam hal ini, toko buku tersebut idealnya harus melakukan pesanan sebanyak 500 buku setiap kali melakukan pesanan untuk meminimalkan total biaya pemesanan dan penyimpanan.

Dengan mengetahui jumlah pembelian yang optimal, perusahaan dapat membuat purchasing management lebih efisien, meningkatkan akurasi data untuk restock barang, dan menghindari overstock atau stockout. Namun, metode tersebut mengasumsikan bahwa permintaan, biaya pembelian dan biaya penyimpanan konstan, yang mungkin tidak selalu berlaku di dunia nyata.

Oleh karena itu, perusahaan harus tetap fleksibel dan menyesuaikan EOQ dengan kondisi pasar dan operasional yang berubah-ubah.

3. Reorder Point

Reorder point adalah tingkat stok dimana pesanan baru harus ditempatkan untuk mencegah kekurangan stok. Ini adalah metode yang membantu menentukan kapan waktu yang tepat untuk melakukan pembelian baru. Rumus dasarnya adalah:

Reorder point = Lead time x Demand

di mana:

  • Lead time adalah waktu yang dibutuhkan dari saat pesanan dilakukan hingga barang diterima.
  • Demand adalah kebutuhan atau konsumsi per hari.

Misalkan sebuah restoran menggunakan rata-rata 50 kg beras setiap hari. Setelah melakukan pesanan kepada pemasok, biasanya dibutuhkan waktu 7 hari untuk pengiriman (lead time).

Reorder Point = 50 kg/hari x 7 hari = 350 kg

Jadi, restoran tersebut harus melakukan pesanan baru ketika stok beras mereka mencapai 350 kg untuk mencegah kehabisan stok. Dengan mengetahui kapan harus melakukan pesanan baru, Anda dapat merencanakan dan mengoptimalkan gudang yang digunakan perusahaan.

Namun, metode ini memerlukan penyesuaian berdasarkan variasi dalam permintaan dan waktu pengiriman. Oleh karena itu, penting untuk tetap memonitor dan menyesuaikan Reorder Point sesuai kebutuhan.

4. Dropshipping

Dropshipping adalah model pembelian dalam manajemen inventori di mana pengecer tidak menyimpan barang yang dijual di inventori sendiri. Sebaliknya, saat pengecer menjual produk, mereka membelinya dari pemasok tiga pihak (umumnya produsen atau wholesaler) dan memiliki produk tersebut untuk dikirim langsung ke pelanggan.

Dengan demikian, pengecer tidak pernah menangani produk secara fisik. Tidak ada perhitungan khusus yang digunakan dalam metode ini karena pengecer tidak perlu mempertimbangkan biaya penyimpanan, pemesanan, atau penanganan barang.

Namun, Anda harus memperhitungkan biaya yang dikenakan oleh pemasok dropshipping. Termasuk harga barang dan biaya pengiriman saat menentukan harga jual. Misalkan Anda memiliki toko online yang menjual aksesoris ponsel dan Anda menggunakan model dropshipping.

Pemasok menjual case ponsel dengan harga Rp50.000 per unit dan biaya pengiriman Rp10.000. Anda memutuskan untuk menjual case ponsel ini dengan harga Rp100.000. Jadi, setiap kali Anda menjual satu unit, Anda akan mendapatkan laba Rp40.000.

Dengan purchasing inventory management tersebut, Anda tidak perlu menginvestasikan banyak uang dalam inventori sebelum Anda memulai bisnis. Anda hanya membeli produk setelah Anda menjualnya kepada pelanggan.

Namun dengan metode ini, Anda harus sangat bergantung pada pemasok. Jika pemasok mengalami masalah dengan inventori atau pengiriman, Anda menjadi kesulitan untuk memantau akurasi persediaan.

5. Consignment

Consignment adalah model purchasing management di mana pemilik barang (biasanya disebut consignor) memberikan barangnya ke pihak ketiga (biasanya disebut consignee atau agen) untuk menjual. Tetapi pemilik barang tetap memiliki hak milik atas barang sampai barang tersebut terjual.

Jika barang tidak terjual dalam periode waktu tertentu, barang biasanya dikembalikan ke consignor. Tidak ada perhitungan khusus dalam model ini. Namun, kedua pihak biasanya akan menyetujui pembagian laba.

Misalkan Anda adalah produsen baju yang membuat pakaian wanita dan Anda memberikan beberapa koleksi Anda ke toko pakaian ritel untuk dijual dengan model consignment. Toko ritel tersebut setuju untuk menjual pakaian Anda dengan harga Rp500.000 per item.

Dalam perjanjian disepakati jika suatu item terjual, toko ritel akan mengambil komisi sebesar 30% atau Rp150.000. Sisanya atau Rp350.000 akan diberikan kepada Anda sebagai produsen. Jadi, setiap kali sebuah item pakaian terjual, Anda akan menerima Rp350.000, dan toko ritel akan menerima Rp150.000.

Keuntungan metode ini, pihak ketiga tidak perlu membayar sampai barang tersebut terjual, yang meminimalisir risiko pengadaan. Untuk Anda sebagai produsen, dapat membantu meningkatkan eksposur produk ke pasar yang lebih luas. Namun perlu diingat pembagian laba harus disepakati sebelumnya. Selain itu, jika barang tidak terjual, Anda harus menanggung biaya untuk mengambil kembali barang tersebut.

Proses Purchasing dalam Inventory Management

Proses Purchasing dalam Inventory Management

Proses purchasing dalam manajemen inventaris merupakan rangkaian langkah yang memastikan barang atau bahan baku tersedia sesuai kebutuhan operasional perusahaan. Setiap tahapan dalam proses ini sangat penting untuk memastikan kelancaran alur pengadaan barang, mulai dari permintaan pembelian hingga penerimaan barang.

1. Permintaan Pembelian (Purchase Requisition)

Permintaan pembelian dimulai dengan pengajuan dari departemen yang membutuhkan barang atau jasa. Setiap departemen memberikan informasi mengenai barang yang dibutuhkan, jumlah, dan waktu pengiriman yang diinginkan.

Permintaan ini kemudian disampaikan kepada bagian purchasing untuk diproses lebih lanjut. Proses ini bertujuan untuk memastikan bahwa semua kebutuhan perusahaan tercatat dengan baik dan dapat diprioritaskan sesuai urgensinya.

2. Pemesanan (Purchase Order)

Setelah permintaan pembelian disetujui, bagian purchasing membuat purchase order yang berisi informasi detail mengenai barang yang akan dibeli, jumlah, harga, dan pemasok yang dipilih.

Purchase order ini berfungsi sebagai dokumen resmi yang mengonfirmasi pesanan dan menjadi dasar bagi pemasok untuk memproses pengiriman. Pemesanan yang tepat akan memastikan barang tiba sesuai spesifikasi dan waktu yang diinginkan.

3. Penerimaan Barang

Setelah barang diterima, tim penerimaan barang memeriksa kesesuaian barang dengan purchase order yang telah dibuat sebelumnya. Proses ini mencakup pemeriksaan jumlah, kualitas, dan kondisi barang.

Jika barang sesuai dengan pesanan, maka barang tersebut diterima dan diinput ke dalam sistem inventaris. Proses penerimaan yang cermat memastikan tidak terjadi kesalahan atau kerugian akibat ketidaksesuaian pesanan.

Penting untuk mengoptimalkan ruang persediaan agar penyimpanan barang dari proses ini dapat dilakukan dengan optimal dan barang tersimpan dengan aman serta sesuai. Untuk memaksimalkan penggunaan ruang, penting juga untuk memahami cara menghitung kapasitas gudang agar pengelolaan stok lebih efisien.

4. Pembayaran

Setelah barang diterima dan diperiksa, bagian keuangan akan melakukan pembayaran kepada pemasok sesuai dengan syarat yang telah disepakati dalam purchase order. Pembayaran ini biasanya dilakukan dalam jangka waktu tertentu, seperti 30 hari setelah penerimaan barang atau sesuai kesepakatan lainnya, tergantung pada perjanjian dengan pemasok.

5. Retur

Jika barang yang diterima tidak sesuai dengan yang dipesan, rusak, atau cacat, perusahaan dapat melakukan retur atau pengembalian barang kepada pemasok. Proses retur ini melibatkan komunikasi dengan pemasok untuk pengembalian barang dan pengaturan pengiriman ulang barang yang sesuai. Retur memastikan perusahaan hanya membayar barang yang sesuai dengan kualitas yang dijanjikan.

Penggunaan retail inventory management system dapat memberikan solusi untuk mengoptimalkan proses purchasing dengan memberikan visibilitas stok secara real-time, mempermudah identifikasi kebutuhan restock, dan mengotomatiskan pemesanan berdasarkan level minimum stok.

Anda dapat menggunakan software ScaleOcean yang dapat menyediakan solusi terbaik sesuai kebutuhan spesifik bisnis Anda, serta menganalisis tren penjualan untuk merencanakan pembelian yang lebih akurat, sehingga mengurangi risiko overstock atau stockout.

Warehouse

Manfaat Integrasi Purchasing dengan Inventory Management System

Integrasi antara purchasing dan inventory management berperan penting dalam menjaga ketersediaan stok tetap optimal, menekan biaya operasional, serta mendukung peningkatan kepuasan pelanggan melalui pengelolaan persediaan yang lebih efisien.

Dengan adanya sinergi antara kedua fungsi ini, perusahaan dapat meningkatkan pengelolaan stok, mengurangi biaya, dan meningkatkan kepuasan pelanggan. Berikut adalah beberapa manfaat utama dari integrasi pembelian dan inventaris:

1. Pengambilan Keputusan yang Lebih Baik

Integrasi purchasing dan inventory management memungkinkan perusahaan memperoleh data persediaan yang akurat dan real-time. Informasi ini membantu tim pembelian menentukan jumlah barang, waktu pemesanan, dan prioritas pengadaan dengan lebih tepat.

Dengan adanya keputusan terkait pembelian dan inventory management yang berbasis data, perusahaan dapat mengurangi risiko pembelian berlebihan maupun kekurangan stok.

2. Pengurangan Biaya

Dengan adanya integrasi, perusahaan dapat menghindari masalah klasik seperti kelebihan stok yang menimbulkan biaya penyimpanan tinggi atau kekurangan stok yang menghambat penjualan.

Software inventory yang terintegrasi dengan sistem purchasing dapat mempermudah perhitungan kebutuhan aktual, sehingga pembelian lebih terkendali dan biaya operasional dapat ditekan secara signifikan.

Dilakukannya integrasi manajemen inventory dengan proses pembelian menggunakan software inventory management terintegrasi ini menghasilkan penghematan biaya yang signifikan, yang berkontribusi pada efisiensi dan profitabilitas perusahaan secara keseluruhan.

3. Peningkatan Efisiensi

Proses pembelian yang terintegrasi dengan manajemen persediaan menciptakan alur kerja yang lebih efisien. Data yang otomatis diperbarui sistem terintegrasi ini dapat mengurangi kebutuhan input manual dan risiko kesalahan.

Selain itu, integrasi ini juga dapat meningkatkan koordinasi antar divisi menjadi lebih lancar, mempercepat siklus pengadaan, serta memastikan barang tersedia tepat waktu tanpa hambatan administratif.

4. Peningkatan Kepuasan Pelanggan

Ketersediaan stok yang konsisten dan sesuai kebutuhan berdampak langsung pada kepuasan pelanggan. Dengan integrasi, perusahaan dapat memastikan barang yang dicari pelanggan selalu tersedia tepat waktu.

Hal ini juga akan membantu perusahaan dalam meningkatkan pengalaman pelanggan, serta memperkuat loyalitas dan reputasi bisnis di pasar yang dinamis dan kompetitif.

5. Optimasi Stok

Integrasi antara software inventory dengan purchasing memungkinkan perusahaan untuk mengelola stok dengan lebih efisien. Dengan informasi yang akurat mengenai kebutuhan barang, perusahaan dapat menghindari kelebihan stok yang tidak perlu, yang seringkali berujung pada biaya penyimpanan yang tinggi.

Selain itu, dengan integrasi sistem yang baik memudahkan perusahaan dalam memastikan ketersediaan barang yang cukup untuk memenuhi permintaan pelanggan tanpa perlu menimbun stok berlebih. Namun, apabila terjadi selisih stok, penting untuk menyusun berita acara selisih stok barang sebagai dokumentasi untuk tindak lanjut dan evaluasi lebih lanjut.

ScaleOcean untuk Integrasi Seamless Sistem Purchasing dan Software Inventory

ScaleOcean untuk Integrasi Seamless Sistem Purchasing dan Software Inventory

ScaleOcean software inventory management dapat menyediakan solusi terintegrasi yang sangat efisien antara sistem Inventory Management dan Purchasing. ScaleOcean menyediakan All-in-One Solution, di mana Anda bisa menyesuaikan sistem dengan kebutuhan spesifik perusahaan ke berbagai aspek operasional bisnis, seperti keuangan, penjualan, inventaris, dan khususnya pembelian atau purchasing.

Untuk melakukan kustomisasi, Anda bisa melakukan demo gratis dan konsultasi terlebih dahulu untuk memahami apa saja sistem yang cocok untuk kebutuhan bisnis, jenis perusahaan, hingga masalah yang yang sering terjadi di perusahaan Anda.

Dengan fitur Automated Purchasing Process yang memungkinkan otomatisasi pengadaan barang, sistem ini memastikan bahwa pembelian dilakukan tepat waktu sesuai dengan kebutuhan yang tercatat di sistem inventaris. Software inventory ScaleOcean juga menyediakan fitur terbaik untuk mengoptimalkan integrasi software inventory dengan purchasing:

  1. Low-Stock Notification: Ketika stok barang mencapai ambang batas minimum, sistem akan mengirimkan pemberitahuan otomatis untuk memastikan pengadaan barang tepat waktu dan menghindari kekurangan stok
  2. Blanket Order Management: Fitur ini memungkinkan perusahaan membuat perjanjian pembelian jangka panjang dengan vendor, mempermudah pengelolaan pesanan berulang, serta menjaga kestabilan harga dan ketersediaan barang
  3. Automated Purchasing Process: Proses pengadaan otomatis mengurangi ketergantungan pada entri manual, mempercepat pembuatan Purchase Order (PO) dan memastikan bahwa barang tiba sesuai dengan kebutuhan
  4. Integrasi Real-Time: Transaksi pembelian yang tercatat secara otomatis akan memperbarui stok di sistem Inventory, yang memungkinkan departemen lain, seperti penjualan dan keuangan, untuk memiliki data yang terkini dan akurat
  5. Evaluasi Vendor Otomatis: Sistem dapat menilai performa vendor berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, seperti ketepatan waktu dan harga, untuk membantu pengambilan keputusan dalam memilih vendor yang terbaik
  6. Perencanaan Restock: Menggunakan data historis dan analisis tren penjualan untuk merencanakan restock barang, yang memungkinkan perusahaan menjaga keseimbangan antara permintaan dan pasokan

Dengan integrasi seamless dan otomatisasi proses inventory dan purchasing, perusahaan dapat mengoptimalkan pengelolaan inventaris serta pengadaan barang, mengurangi kesalahan manual, dan meningkatkan efisiensi operasional secara keseluruhan.

Kesimpulan

Proses purchasing yang efisien dalam manajemen inventaris sangat penting untuk memastikan kelancaran operasional dan pengendalian biaya. Dengan integrasi yang baik antara pengadaan barang dan pengelolaan stok, Anda dapat mengoptimalkan proses restock, menghindari kekurangan atau kelebihan persediaan, serta meminimalkan biaya yang tidak perlu.

Penggunaan software yang tepat untuk menghubungkan modul Inventory dan Purchasing akan memberikan visibilitas real-time, otomatisasi proses, dan kontrol yang lebih baik atas alur pengadaan dan pengelolaan barang.

Software inventory ScaleOcean menawarkan solusi yang sangat sesuai untuk kebutuhan ini, dengan integrasi seamless antar modul dan kemampuan kustomisasi tinggi, memungkinkan perusahaan untuk mengoptimalkan proses pembelian dan manajemen inventaris secara efisien dan terintegrasi. Lakukan demo gratisnya sekarang untuk dapatkan solusi terbaik ini!

FAQ:

1. Apa itu purchasing dan mengapa terhubung dengan manajemen inventaris?

Purchasing, atau pembelian, adalah proses pengadaan barang atau jasa untuk operasional perusahaan. Proses ini sangat terhubung dengan manajemen inventaris. Tanpa pembelian yang terencana, stok di gudang bisa habis, mengganggu produksi dan penjualan. Sebaliknya, tanpa manajemen inventaris yang akurat, tim pembelian tidak tahu kapan atau berapa banyak barang yang harus dipesan.

2. Bagaimana software manajemen inventaris membantu proses purchasing?

Sebuah software manajemen inventaris yang baik mengotomatisasi dan menyederhanakan hubungan antara kedua fungsi ini:
1. Prediksi Permintaan: Sistem dapat menganalisis data penjualan historis dan tren untuk memprediksi kebutuhan stok di masa depan.
2. Reorder Point Otomatis: Sistem dapat secara otomatis memberikan notifikasi kepada tim purchasing saat stok suatu produk mencapai titik pemesanan ulang (reorder point).
3. Visibilitas Stok: Tim purchasing dapat melihat stok yang tersedia secara real-time, sehingga mereka tahu persis apa yang perlu dipesan dan menghindari pembelian berlebihan (overstock).

3. Apa saja manfaat dari integrasi purchasing dengan software inventaris?

Manfaat dari integrasi ini adalah:
1. Efisiensi Biaya: Mengurangi biaya penyimpanan karena pembelian dilakukan hanya saat dibutuhkan, menghindari overstock.
2. Peningkatan Efisiensi: Menghemat waktu dan tenaga karena proses pemesanan menjadi lebih terstruktur dan otomatis.
3. Kelancaran Operasional: Memastikan ketersediaan bahan baku atau produk jadi, sehingga operasional bisnis tidak terhambat.

Jadwalkan Demo Gratis

Error message
Error message
Error message
Error message
Error message
Error message

Rekomendasi Artikel Terkait

Temukan Artikel Serupa untuk Solusi Bisnis Lebih Lengkap