Masalah seperti tingginya modal untuk membangun infrastruktur, kompleksitas pengelolaan tenaga kerja ahli, dan risiko kegagalan produksi yang besar sering kali menjadi hambatan utama bagi perusahaan yang baru merintis merek sendiri. Pebisnis baru juga harus menghadapi inefisiensi biaya operasional, lambatnya waktu peluncuran produk ke pasar, hingga kesulitan dalam menjaga konsistensi standar teknis pada setiap unit.
Penerapan model contract manufacturing dan toll manufacturing dapat menjadi solusi yang tepat. Contract manufacturing adalah praktik di mana pihak ketiga mengelola seluruh proses produksi mulai dari pengadaan bahan hingga pengemasan, sementara toll manufacturing memungkinkan pemilik merek menyediakan bahan baku sendiri untuk diproses menggunakan fasilitas pabrik mitra guna menjaga kerahasiaan formula.
Memahami perbedaan contract manufacturing dan toll manufacturing yang tepat dapat membantu menjaga stabilitas pasokan dan mempercepat skalabilitas bisnis Anda. Artikel ini akan menjelaskan pengertian kedua sistem tersebut, perbedaan alur kerjanya, hingga bagaimana kolaborasi manufaktur ini dapat meminimalkan risiko operasional dan memaksimalkan fokus perusahaan pada aspek pemasaran.
- Contract manufacturing adalah praktik bisnis di mana produsen kontrak membuat barang atau produk untuk perusahaan lain dan mengikuti spesifikasi yang telah ditentukan.
- Karakteristik contract manufacturing mulai dari, produk bedasarka spesifikasi, pengadaan bahan baku, pembagian resiko, hingga model kemitraaan yang strategis.
- Toll manufacturing adalah model alih daya di mana pemilik merek menyediakan bahan baku dan formula sendiri, sementara pihak pabrik hanya menyediakan fasilitas dan tenaga kerja.
- Karakteristik toll manufacturing mulai dari penyediaan bahan baku, fokus pada jasa produksi, kepemilikan bahan baku, risiko rendah, hingga fokus pada inti bisnis.
- Software manufaktur ScaleOcean dapat meningkatkan efisiensi dan akurasi setiap proses produksi dalam model bisnis contract maupun toll manufacturing.
Apa itu Contract Manufacturing?
Manufaktur kontrak adalah praktik bisnis di mana produsen kontrak membuat barang atau produk untuk perusahaan lain dan mengikuti spesifikasi yang telah ditentukan. Produsen kontrak mengambil tanggung jawab penuh atas proses manufaktur, mencakup semua langkah dari pengadaan bahan baku hingga pengemasan produk akhir.
Maka dari itu, bisnis-bisnis seringkali menyewa perusahaan kontrak manufaktur untuk memproduksi sebagian ataupun sepenuhnya suatu produk yang mereka miliki. Hal ini dikarenakan produsen kontrak memiliki sumber daya serta keahlian yang dibutuhkan untuk menjalankan proses manufaktur.
Selain contract manufacturing, terdapat juga model OEM (Original Equipment Manufacturer) yang juga melibatkan pihak ketiga dalam proses produksi. Perbedaan utamanya terletak pada kontrol desain produk, contract manufacturing menyewa jasa menentukan spesifikasi dan desain produk. Sementara OEM, produsen membuat produk atau komponen berdasarkan desain dan spesifikasi yang diberikan oleh perusahaan.
Karakteristik Contract Manufacturing
Contract manufacturing memiliki beberapa karakteristik mulai dari, produk bedasarka spesifikasi, fasilitas milik produsen, pengadaan bahan baku, pembagian resiko, hingga model kemitraaan yang strategis.
Berikut adalah penjelasan lebih detail terkait karakteristik yangd dimiliki manufaktur kontrak:
1. Produksi Berdasarkan Spesifikasi
Seluruh alur produksi dikendalikan sepenuhnya oleh instruksi teknis dari klien, mulai dari desain produk, komposisi formula, hingga standar kualitas yang harus dipenuhi. Produsen kontrak berperan sebagai pelaksana teknis yang memastikan hasil akhir identik dengan visi klien, sehingga konsistensi produk tetap terjaga meskipun diproduksi oleh pihak eksternal.
2. Fasilitas Milik Produsen
Pihak produsen menyediakan seluruh infrastruktur produksi secara mandiri, mencakup mesin-mesin canggih, teknologi terbaru, serta tenaga kerja ahli yang kompeten di bidangnya. Hal ini membebaskan klien dari beban investasi aset tetap yang mahal dan biaya pemeliharaan fasilitas, sehingga operasional menjadi lebih ramping dan efisien.
3. Pengadaan Bahan Baku Fleksibel
Model ini menawarkan fleksibilitas tinggi dalam penyediaan material, di mana klien dapat menyuplai bahan baku sendiri atau menyerahkan proses pengadaannya kepada produsen kontrak. Skema ini memungkinkan optimasi biaya melalui jaringan pemasok yang dimiliki produsen atau penggunaan bahan khusus yang telah ditentukan oleh pemegang merek.
4. Fokus Klien pada Merek
Dengan menyerahkan urusan manufaktur kepada mitra, perusahaan klien dapat mengalokasikan sumber daya dan energinya secara maksimal untuk aktivitas bernilai tambah seperti riset pasar dan promosi. Strategi ini mempercepat pertumbuhan bisnis karena perusahaan tidak lagi terbebani oleh kerumitan manajemen pabrik dan urusan teknis produksi harian.
5. Pembagian Risiko
Sistem ini menciptakan distribusi tanggung jawab yang jelas, di mana produsen bertanggung jawab atas kegagalan teknis produksi, sementara klien menanggung risiko terkait fluktuasi pasar dan stok. Pembagian ini meminimalkan kerugian besar bagi satu pihak dan mendorong kedua belah pihak untuk menjaga standar kerja demi keberhasilan produk di pasaran.
6. Proses Lengkap
Layanan ini mencakup solusi end-to-end yang komprehensif, mulai dari tahap awal pengadaan bahan, proses perakitan atau pengolahan, hingga pengemasan produk siap jual. Integrasi seluruh tahapan ini memberikan kemudahan bagi klien karena mereka menerima produk dalam kondisi jadi dan siap didistribusikan.
7. Model Kemitraan Strategis
Hubungan ini bukan sekadar transaksi jual-beli jasa biasa, melainkan kolaborasi jangka panjang yang bertujuan untuk inovasi dan keunggulan kompetitif bersama. Produsen sering kali memberikan masukan teknis untuk meningkatkan efisiensi produk, sehingga tercipta sinergi yang memperkuat posisi kedua perusahaan di industri terkait.
Pihak yang Terlibat dalam Contract Manufacturing
Pihak-pihak yang terlibat dalam model bisnis contract manufacturing mulai dari pemberi kontrak, penerima kontrak, vendor bahan baku, lembaga terkat, hingga konsumen. Berikut adalah penjelasan terkait pihak yang terlibat dalam manufaktur kontrak:
- Pemberi kontrak (brand owner): Sebagai pemilik ide, merek ini bertanggung jawab penuh atas konsep produk, spesifikasi teknis, serta strategi pemasaran dan penjualan kepada konsumen.
- Penerima kontrak (contract manufacturer): Produsen ahli yang menyediakan fasilitas pabrik dan tenaga kerja untuk mengeksekusi proses produksi, mulai dari pengolahan formula hingga pengemasan akhir.
- Vendor bahan baku (supplier): Penyedia material atau komponen mentah yang kualitasnya harus sesuai dengan standar yang telah disepakati oleh pemilik merek dan pabrik.
- Lembaga terkait (regulator dan sertifikasi): Instansi pemerintah atau lembaga otoritas (seperti BPOM atau ISO 9001) yang memastikan produk aman, legal, dan layak edar melalui berbagai izin serta sertifikasi.
- Konsumen: Target pasar atau pengguna akhir yang membeli produk jadi, yang kepuasannya menjadi tolok ukur keberhasilan kerja sama antara semua pihak di atas.
Bagaimana Cara Kerja Contract Manufacturing?
Cara kerja contract manufacturing meliputi pembuatan desain produk, memilih perusahaan kontrak manufaktur, penulisan kontrak, pelaksanaan produksi, kontrol kualitas, higga distribusi produk.
Berikut adalah penjelasan lebih detail terkait cara kerja contract manufacturing:
1. Pembuatan Desain Produk
Suatu perusahaan menentukan desain atau spesifikasi produk, serta juga tingkat kualitas dan bahan baku yang diinginkan. Dengan adanya konsep yang konkrit, pihak ketiga lebih mudah menjalankan proses produksi.
2. Memilih Perusahaan Kontrak Manufaktur
Kontraktur memilih perusahaan produsen kontrak yang sesuai dengan dana yang telah ditetapkan. Perusahaan juga serta memilih sesuai dengan spesialisasi dan jeniscontract manufacturer.
3. Penulisan Kontrak
Konten kontrak disusun dan disepakati sesuai dengan persetujuan kedua pihak. Konten kontrak dapat berisi volume produksi, harga, tenggat waktu, distribusi, penjualan, dan lain-lain.
4. Pengadaan Bahan Baku
Sesuai dengan persetujuan kontrak, perusahaan kontraktor menyediakan bahan baku untuk pihak ketiga atau produsen kontrak mempersiapkan bahan bakunya sendiri dengan atau tanpa spesifikasi dari pihak pertama.
5. Pelaksanaan Produksi
Produksi dijalankan sesuai dengan spesifikasi dan desain produk akhir yang telah diberikan kontraktor. Proses pengerjaan berlangsung sesuai dengan tenggat waktu yang telah ditetapkan sebelumnya.
Untuk memastikan setiap detail spesifikasi terpenuhi, alur kerja efisien, dan pemanfaatan sumber daya optimal, pelaksanaan produksi ini sering dipandu dan dipantau melalui program manufaktur maklon.
6. Kontrol Kualitas
Prototype diuji dan diinspeksi untuk menjamin kualitas yang telah disepakati bersama di dalam kontrak. Bila kualitas tidak sesuai dengan yang diekspetasi, hal tersebut akan membuat produsen kontrak kelihatan kurang kompeten.
Dalam praktiknya, perusahaan juga perlu mempertimbangkan risiko cacat produksi saat menjalankan kontrak manufaktur. Oleh karena itu, memahami cara mengatasi mengatasi defective product sangat penting untuk menjaga reputasi dan kepuasan pelanggan.
7. Pengemasan Produk Akhir
Produk akhir dikemas sesuai dengan regulasi kontraktor, serta melabel masing-masing kemasan produk dengan merek perusahaan pihak pertama. Hal ini berarti walaupun produk dirakit oleh puhak eksternal, produk tersebut tetap merupakan hak cipta perusahaan kontraktur.
Aspek lain yang penting dalam pengemasan adalah memastikan manufacturing date dicantumkan dengan benar, sebagai bagian dari standar pelabelan yang memengaruhi kepatuhan dan kepercayaan pelanggan.
8. Distribusi dan Pengiriman
Hasil akhir produk dikirim ke pihak penjual atau secara langsung kepada konsumen sesuai dengan kesepakatan kontrak. Proses ini penting terutama di perusahaan manufaktur dengan industri pakaian yang menggunakan contract manufacturing. Proses ini bisa opimalkan software pabrik garmen dan tekstil yang mendukung pemantauan produksi secara real-time.
Apa Manfaat Menggunakan Contract Manufacturing?
Menerapkan model manufaktur kontrak membawa sejumlah keuntungan signifikan bagi perusahaan manufaktur pemilik merek. Manfaat yang didapatkan ketika menggunakan contract manufacturing mulai dari, penghematan biaya investasi dan operasional, peningkatan fleksibilitas, ideal untuk sklaa bisnis baru, dan akses ke keahlian, teknologi, dan kecepatan pasar.
Berikut adalah penjelasan lebih detail terkait manfaat menggunakan contract manufacturing:
1. Penghematan Biaya Investasi dan Operasional
Salah satu manfaat utama contract manufacturing adalah penghematan biaya yang substansial. Perusahaan klien dapat menghindari investasi besar untuk membangun atau mengembangkan fasilitas manufaktur sendiri, membeli peralatan mahal, serta merekrut dan melatih tenaga kerja produksi dalam jumlah besar.
Dana dan sumber daya yang seharusnya dialokasikan untuk produksi in-house dapat dibebaskan dan digunakan untuk area penting lain seperti riset produk baru, pemasaran, penjualan, atau bahkan membangun kapabilitas bisnis inti secara bertahap.
2. Peningkatan Fleksibilitas dan Skalabilitas
Manufaktur kontrak memberikan perusahaan manufaktur klien tingkat fleksibilitas dan skalabilitas yang tinggi dalam operasional produksi mereka. Klien dapat dengan mudah menyesuaikan volume produksi naik atau turun secara signifikan (skalabilitas) sesuai dengan fluktuasi permintaan pasar tanpa perlu mengubah kapasitas fasilitas mereka sendiri.
Selain itu, klien memiliki fleksibilitas untuk beralih atau mencoba produksi desain atau konsep produk yang berbeda, memanfaatkan fasilitas contract manufacturer yang serbaguna tanpa terikat pada satu lini produksi in-house yang spesifik.
3. Akses ke Keahlian, Teknologi, dan Kecepatan Pasar
Bermitra dengan contract manufacturer yang berpengalaman memberikan perusahaan manufaktur klien akses langsung ke keahlian spesialis, pengalaman bertahun-tahun dalam proses produksi, dan seringkali penerapan teknologi manufaktur paling canggih. Contract manufacturer berinvestasi pada peralatan dan proses untuk bersaing.
Pemanfaatan keahlian dan teknologi ini memungkinkan perusahaan manufaktur klien untuk memproduksi produk dengan kualitas terjamin secara efisien, bahkan mempercepat peluncuran produk baru ke pasar karena contract manufacturer sudah memiliki infrastruktur dan sumber daya yang siap.
4. Ideal untuk Berbagai Skala Bisnis, Terutama yang Baru
Model ini juga bisa disesuaikan dengan karakteristik perusahaan manufaktur dengan berbagai skala, terutama terutama yang memiliki keterbatasan sumber daya produksi. Ini termasuk bisnis rintisan (startup) atau perusahaan kecil yang belum memiliki sumber daya finansial atau infrastruktur yang memadai untuk produksi in-house berskala besar.
Manufaktur kontrak juga merupakan pilihan tepat bagi perusahaan besar yang ingin meluncurkan lini produk baru dengan cepat tanpa mengganggu atau memerlukan perluasan fasilitas produksi utama mereka.
Risiko Utama dalam Contract Manufacturing
Implementasi contract manufacturing memberikan sejumlah risiko yang harus diperhatikan. Risikonya mencakup kebocoran intelektual, kualitas dan kontrol, rantai pasok dan operasional, keuangan dan kontrak, hingga ketergantungan terhadap pihak ketiga.
Berikut adalah rincian dari risiko-risiko tersebut:
- Intelektual properti (IP): Adanya potensi pencurian rahasia dagang atau penyalahgunaan desain oleh pihak produsen untuk menciptakan produk serupa yang menjadi pesaing merek Anda.
- Kualitas dan kontrol: Risiko terjadinya cacat produk akibat perbedaan standar kualitas atau kurangnya transparansi produsen dalam melaporkan kendala teknis di pabrik.
- Rantai pasok dan operasional: Ketergantungan penuh pada fasilitas pihak ketiga membuat operasional Anda rentan terhenti jika terjadi gangguan teknis, pemogokan kerja, atau masalah logistik di pihak produsen.
- Keuangan dan kontrak: Kerentanan terhadap kenaikan biaya bahan baku yang tidak terduga serta potensi sengketa hukum terkait pemenuhan klausul kontrak dan target kinerja.
- Komunikasi dan budaya: Hambatan bahasa dan perbedaan etika kerja dapat memicu salah paham terhadap spesifikasi teknis produk maupun ketepatan jadwal pengiriman.
- Ketergantungan dan kehilangan kontrol: Melemahnya kendali langsung atas proses inovasi dan operasional harian yang membuat posisi tawar perusahaan menjadi lemah jika hubungan kerja sama memburuk.
Apa Saja Jenis Contract Manufacturing?
Jenis-jenis contract manufacturing sangat beragam, mulai dari private label manufacturing, individual component manufacturing, labor or service sub-contracting, hingga end-to-end manufacturing.
Berikut adalah penjelasan lebih detail terkait jenis contract manufacturing:
1. Private Label Manufacturing
Produk yang telah diproduksi oleh suatu produsen kontrak kemudian diberikan merek perusahaan kontraktor. Hal ini seringkali perusahaan kontraktor adalah perusahaan makanan dan minuman atau kosmetik.
2. Individual Component Manufacturing
Sesuai dengan namanya, produsen yang termasuk dalam jenis ini adalah produsen yang disewa oleh perusahaan otomotif atau elektronik untuk memproduksi komponen-komponen individu sebuah desain yang kemudian diserahkan kepada perusahaan kontraktor untuk perakitan akhir.
3. Labor or Service Sub-Contracting
Berbolak-balik dengan jenis sebelumnya, jenis berikut berfokus pada ketenagakerjaan seperti perakitan atau pengemasan produk akhir. Kategori ini sering digunakan dalam industri farmasi atau peralatan medis.
4. End-to-End Manufacturing
Dibandingkan dengan jenis-jenis lain yang berkontribusi sebagian dalam pembuatan produk, contract manufacturer di sini bertanggung jawab atas segala tahap produksi dari konsep atau desain produk dan perakitan, hingga distribusi produk akhir dan pengelolaan limbah.
Contoh Penerapan Contract Manufacturing di Industri
Contoh penerapan contract manufacturing dalam berbagai industri mencakup industri elektronik, makanan dan minuman, otomotif, kosmetik, konstruksi, hingga pakaian. Berikut adlaah penjelasan lebih detail terakit contoh produk penerapan contract manufacturing di berbagai industri:
1. Elektronik
Salah satu produk paling terkenal pada masa ini adalah IPhone dari Apple. Produk tersebut merupakan hasil kolaborasi Apple dengan Foxconn, salah satu perusahaan manufaktur elektronik paling besar di dunia.
2. Makanan dan Minuman
Perusahaan-perusahaan kopi seperti Starbucks seringkali tidak mengolah biji kopinya sendiri, melainkan mereka menyewa contract manufacturer untuk melakukan hal tersebut.
3. Otomotif
Sebuah mobil memiliki banyak komponen yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk jadi. Maka dari itu, perusahaan-perusahaan otomotif selalu menyewa beberapa produsen kontrak.
4. Kosmetik dan Perawatan
Bisnis kosmetik dan perawatan cenderung hanya melakukan riset mengenai formula atau komposisi baru untuk krimer atau setara. Proses produksi dijatuhkan kepada contract manufacturer.
5. Obat-obatan
Seperti kasusnya kosmetik dan perawatan, perusahaan obat-obatan seringkali melakukan riset pada skala kecil, dan saat riset tersebut membuahkan hasil, maka hasil riset tersebut akan diberikan kepada pihak ketiga untuk produksi skala besar.
6. Alat-alat Konstruksi
Mesin-mesin berat seperti alat konstruksi memiliki kompartemen yang sangat rumit, sehingga produksi dilakukan dengan menyewa produsen kontrak yang paham dengan struktur integral alat konstruksi.
7. Pakaian
Suatu organisasi setelah menyelesaikan desain akhir baju, celana, dll., menyerahkan proses produksi kepada contract manufacturer dengan spesifikasi bahan yang digunakan, template warna, dll. Di sini juga penting untuk memaksimalkan cara mengatasi limbah pabrik manufaktur sehingga dapat mengoptimalkan proses contract manufacture.
8. Peralatan Medis
Peralatan-peralatan medis biasanya dijatuhkan kepada pihak ketiga yang sudah memiliki pengalaman dalam perakitan alat medis. Hal ini dilakukan untuk menjamin kualitas dan fungsionalitas peralatan.
Apa itu Toll Manufacturing?
Toll manufacturing adalah model alih daya di mana pemilik merek menyediakan bahan baku dan formula sendiri, sementara pihak pabrik hanya menyediakan fasilitas dan tenaga kerja untuk memprosesnya dengan imbalan biaya jasa (toll fee). Pihak ketiga bertanggung jawab atas kualitas produk setelah diproses, sementara bahan baku tetap milik perusahaan pemberi fasilitas.
Dalam model toll manufacturing, perusahaan pemberi toll mempertahankan kendali penuh atas bahan baku dan formula produk, memastikan kualitas tetap terjaga. Ini berbeda dengan contract manufacturing, di mana pihak ketiga mengelola pengadaan bahan hingga pengemasan. Toll manufacturing memberikan fleksibilitas lebih untuk mengontrol kualitas bahan baku dan spesifikasi produk.
Keuntungan utama strategi toll manufacturing adalah perusahaan dapat memanfaatkan peralatan pihak ketiga tanpa membangun infrastruktur sendiri, fokus pada pengembangan produk dan distribusi. Biayanya juga lebih rendah dibanding contract manufacturing, karena perusahaan hanya membayar kapasitas produksi yang digunakan.
Karakteristik Toll Manufacturing
Toll manufacturing memiliki beberapa karakteristik, mulai dari penyediaan bahan baku, fokus pada jasa produksi, kepemilikan bahan baku, risiko rendah, fleksibilitas tinggi, hingga fokus pada inti bisnis.
Berikut adalah penjelasan lebih mendalam terkaitkarakteristik yang dimiliki toll manufacturing:
1. Penyediaan Bahan Baku
Pemilik merek bertanggung jawab penuh dalam menyuplai seluruh material dan formula produk yang dibutuhkan. Hal ini dilakukan untuk menjaga standar kualitas serta kerahasiaan komposisi produk agar tetap konsisten.
2. Fokus pada Jasa Produksi
Pihak pabrik hanya berperan sebagai penyedia fasilitas, mesin, dan tenaga kerja untuk mengolah bahan yang ada. Peran mereka terbatas pada eksekusi teknis produksi sesuai instruksi dan spesifikasi dari pemilik merek.
3. Kepemilikan Bahan Baku
Seluruh bahan baku maupun produk jadi yang dihasilkan secara legal tetap menjadi hak milik perusahaan pemilik merek. Pihak manufaktur tidak memiliki hak atas inventaris tersebut dan hanya bertindak sebagai pengolah.
4. Risiko Rendah
Produsen menanggung risiko finansial yang lebih kecil karena tidak perlu memikirkan modal untuk persediaan atau pemasaran. Tanggung jawab mereka hanya terbatas pada kualitas proses kerja di dalam fasilitas produksi.
5. Fleksibilitas Tinggi
Sistem ini memungkinkan perusahaan untuk merespons fluktuasi permintaan pasar dengan sangat cepat tanpa beban investasi aset tetap. Pemilik merek dapat menambah atau mengurangi volume produksi sesuai kebutuhan operasional.
6. Fokus Inti Bisnis
Dengan menyerahkan urusan teknis pabrikasi kepada ahli, perusahaan dapat mencurahkan sumber dayanya pada strategi pemasaran. Hal ini memperkuat daya saing perusahaan dalam aspek desain, distribusi, dan pengembangan merek.
Bagaimana Cara Kerja Toll Manufacturing?
Cara kerja toll manufacturing meliputi peran pemilik merk, peran pabrik, hingga sistem pembayaran. Berikut adalah penjelasan detail terakit alur kerja operasional dalam model toll manufacturing:
1. Peran Pemilik Merek (Brand Owner)
Pemilik merek bertindak sebagai penyedia input utama dengan mengirimkan seluruh bahan baku, kemasan, hingga formula teknis ke pabrik. Mereka memegang kendali penuh atas standar kualitas material sebelum proses transformasi dilakukan oleh pihak ketiga.
2. Peran Pabrik Toll Manufacturer
Pihak pabrik mengalokasikan fasilitas, mesin produksi, dan tenaga ahli untuk mengolah bahan baku tersebut menjadi barang jadi. Tanggung jawab mereka mencakup seluruh rangkaian teknis, mulai dari pencampuran bahan, kontrol kualitas, hingga tahap pengemasan akhir.
3. Sistem Pembayaran (Toll Fee)
Biaya yang dikeluarkan oleh pemilik merek murni merupakan imbalan jasa atas penggunaan fasilitas dan tenaga kerja produksi. Skema pembayaran biasanya ditentukan berdasarkan volume unit yang dihasilkan atau durasi waktu penggunaan mesin di pabrik.
Keuntungan Penerapan Toll Manufacturing
Strategi ini menawarkan keuntungan dalam implementasinya, yaitu meliputi efisiensi biaya, fokus pada kompetensi inti perusahaan, fleksibilitas porduksi, dan kemudahan produksi untuk porduk khusus.
Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang keuntungan penerapan toll manufacturing:
1. Efisiensi Biaya
Salah satu keuntungan terbesar dari jasa toll manufacturing adalah penghematan biaya. Sebagai contoh, dalam industri energi, dengan meniadakan kebutuhan investasi mesin pemrosesan limbah tambang gas dan fasilitas fisik lainnya, pengelola usaha tidak perlu mengeluarkan modal yang sangat besar untuk memulai produksi.
2. Menghemat Biaya Produksi
Toll manufacturing memungkinkan perusahaan memanfaatkan tenaga kerja terampil dari mitra pihak ketiga dengan biaya lebih rendah, dibandingkan merekrut dan melatih sendiri. Ini menguntungkan di pasar tenaga kerja kompetitif, di mana pekerja terampil mahal. Dengan toll manufacturing, perusahaan dapat menghemat dana produksi.
3. Fokus pada Kompetensi Inti Perusahaan
Dengan proses produksi ditangani mitra, perusahaan dapat fokus pada aspek strategis seperti pengembangan produk dan hubungan pelanggan. Ini memungkinkan alokasi sumber daya yang lebih efisien untuk pertumbuhan, sementara penghematan biaya produksi memberi ruang untuk investasi dalam meningkatkan kompetensi perusahaan.
4. Fleksibilitas Produksi
Sistem toll manufacturing memberikan fleksibilitas yang tinggi dalam hal volume produksi. Ketika permintaan pasar meningkat secara tiba-tiba, kapasitas produksi dapat dengan mudah ditingkatkan tanpa perlu khawatir tentang kapasitas yang tidak terpakai. Sebaliknya, ketika permintaan menurun, biaya produksi pun dapat ditekan karena perusahaan tidak perlu mempertahankan aset produksi yang menganggur.
5. Kemudahan Produksi untuk Produk Khusus
Khusus untuk jenis produksi seperti manufaktur kimia, toll manufacturing menawarkan kenyamanan produksi. Penyedia layanan sering kali memiliki sertifikasi dan peralatan yang diperlukan untuk memproduksi produk kimia dengan standar yang ketat, tanpa perusahaan harus melalui proses sertifikasi yang panjang.
Risiko Utama dalam Toll Manufacturing
Beberapa risiko yang harus di hadapi ketika menggunakan metode toll manufacturing mencakup, ketergantungan pada pihak ketiga, kurangnya kontrol kualitas, keamaan formula dan data, kendala logistik, hingga rusaknya reputasi merk.
Berikut adalah penjelasan dari beberapa risiko utama dalam toll manufacturing:
1. Ketergantungan pada Pihak Ketiga (Dependence)
Stabilitas bisnis sangat dipengaruhi oleh kesehatan operasional pabrik mitra, sehingga masalah internal mereka seperti kebangkrutan atau kerusakan mesin akan berdampak langsung pada kelangsungan stok Anda. Risiko ini menuntut pemantauan berkelanjutan terhadap performa dan kondisi finansial produsen agar pasokan produk tetap terjaga.
2. Kurangnya Kontrol Kualitas
Meskipun spesifikasi telah ditetapkan, pemilik merek tidak memiliki pengawasan fisik harian atas setiap tahap produksi di fasilitas pihak ketiga. Hal ini berpotensi menyebabkan adanya produk cacat atau penurunan standar yang baru terdeteksi setelah barang sampai di gudang distribusi.
3. Keamanan Formula dan Data
Penyerahan resep rahasia atau formula teknis kepada pihak eksternal memperbesar peluang terjadinya kebocoran informasi kepada pesaing atau penyalahgunaan data. Tanpa protokol keamanan yang ketat, aset intelektual paling berharga milik perusahaan berada dalam posisi yang sangat rentan.
4. Kendala Logistik
Mengingat pemilik merek harus mengirimkan bahan baku ke pabrik, ketidakteraturan jadwal pengiriman atau masalah transportasi dapat menghambat proses produksi secara keseluruhan. Sinkronisasi yang buruk antara pasokan bahan dan jadwal mesin pabrik akan memicu inefisiensi biaya serta keterlambatan distribusi.
5. Fleksibilitas Terbatas
Perubahan mendadak pada desain produk atau volume pesanan sering kali sulit dilakukan karena pabrik toll manufacturing memiliki jadwal produksi yang ketat untuk klien lain. Keterikatan pada kontrak jangka panjang dapat membuat perusahaan kehilangan momentum pasar saat terjadi pergeseran tren yang cepat.
6. Risiko Reputasi Merek
Kegagalan produsen dalam memenuhi standar keamanan atau ketepatan waktu pengiriman akan langsung berdampak buruk pada citra merek di mata konsumen. Karena konsumen hanya mengenal pemilik merek, segala kesalahan teknis dari pihak pabrik sepenuhnya menjadi beban reputasi bagi perusahaan Anda.
Contoh Penerapan Toll Manufacturing di Industri Manufaktur
Contoh penerapan toll manufacturing dalam berbagai industri mencakup industri farmasi, kosmetik, hingga makanan dan minuman. Berikut adlaah penjelasan lebih detail terakit contoh produk penerapan toll manufacturing di berbagai industri:
1. Industri Farmasi
Banyak perusahaan besar seperti Kimia Farma, Indofarma, dan Erela membuka fasilitas mereka untuk memproduksi obat-obatan bagi pemilik merek lain. Hal ini memungkinkan perusahaan farmasi baru untuk memproduksi tablet, kapsul, hingga sirup tanpa harus membangun pabrik dengan regulasi kesehatan yang sangat ketat.
2. Industri Kosmetik
Model ini sangat populer di kalangan brand kecantikan lokal yang ingin meluncurkan produk skincare atau makeup secara cepat dan legal. Dengan bekerja sama dengan pabrik yang sudah memiliki izin edar dan sertifikasi BPOM, pemilik merek bisa langsung fokus pada strategi pemasaran dan penjualan.
3. Industri Makanan dan Minuman
Banyak pelaku usaha menggunakan jasa produksi pihak ketiga untuk menghasilkan barang konsumsi massal sesuai standar kualitas tertentu. Strategi ini memungkinkan pengusaha pangan memasarkan produk dengan volume besar tanpa perlu melakukan investasi besar pada aset fisik seperti mesin pengolah dan lahan pabrik.
Perbedaan Contract Manufacturing dengan Toll Manufacturing
Meskipun contract manufacturing dan toll manufacturing sering digunakan bergantian, keduanya merupakan hal yang berbeda. Perbedaan keduanya terletak pada kontrol produksi, bahan baku, pengelolaan risiko, pemanfaat fasilitas produksi, hingga biaya dan keuntungan.
Beberapa penjelasan perbedaan contract manufacturing dan toll manufacturing adalah sebagai berikut:
1. Kontrol produksi
Dalam manufaktur kontrak, perusahaan memiliki kontrol yang lebih terbatas terhadap proses produksi karena produsen pihak ketiga menggunakan metode dan fasilitas produksi mereka sendiri. Kontrol yang lebih rendah ini seringkali membuat manufaktur kontrak lebih cocok bagi perusahaan manufaktur yang ingin fokus pada aspek pemasaran dan distribusi, tanpa terlalu terlibat dalam manajemen produksi.
Sedangkan dalam toll manufacturing, perusahaan memiliki kontrol penuh terhadap bahan baku dan proses produksi karena mereka menyediakan bahan baku dan menetapkan instruksi produksi yang spesifik. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk menjaga kualitas produk dan kerahasiaan formula.
2. Bahan Baku
Dalam contract manufacturing, perusahaan menyerahkan seluruh proses produksi, mulai dari pengadaan bahan baku hingga pengemasan produk akhir, kepada mitra pihak ketiga. Model ini sering digunakan untuk kontrak jangka panjang dengan pengelolaan produksi terintegrasi.
Sedangkan dalam toll manufacturing, perusahaan menyediakan bahan baku dan formula produk, sementara pihak ketiga hanya menangani proses produksi sesuai spesifikasi yang ditetapkan.
3. Pengelolaan Risiko
Dalam manufaktur kontrak, risiko lebih tinggi terkait dengan kehilangan kontrol terhadap kualitas produk, karena perusahaan hanya mengandalkan produsen pihak ketiga untuk menangani seluruh proses. Itulah perbedaan karakteristik kedua sistem manufaktur tersebut.
Dalam toll manufacturing, risiko utama adalah pengelolaan logistik dan ketergantungan pada mitra untuk memenuhi jadwal produksi yang telah ditetapkan. Keterlambatan dalam pengiriman bahan baku atau kapasitas produksi yang terbatas bisa berdampak pada waktu pengiriman produk akhir.
4. Biaya dan Keuntungan
Dalam contract manufacturing, perusahaan harus mempertimbangkan biaya pengadaan bahan baku dan proses sistem produksi yang lebih menyeluruh, yang bisa lebih tinggi. Manufaktur kontrak lebih menguntungkan bagi perusahaan yang ingin menyerahkan seluruh aspek produksi kepada mitra pihak ketiga, sementara toll manufacturing menawarkan penghematan biaya perusahaan yang memiliki akses terhadap bahan baku.
Dalam sistem toll manufacturing, perusahaan hanya membayar biaya tetap yang telah disepakati sebelumnya, yang umumnya mencakup biaya untuk proses produksi dan pengolahan bahan baku. Biaya ini cenderung stabil dan tidak terpengaruh oleh fluktuasi harga bahan baku.
Berikut adalah tabel yang berisi tentang rangkuman perbedaan antara contract manufacturing dengan toll manufacturing:
| Aspek | Contract Manufacturing | Toll Manufacturing |
|---|---|---|
| Kontrol produksi | Kontrol lebih terbatas, produsen menggunakan metode dan fasilitas sendiri. Cocok bagi yang ingin fokus pada pemasaran. | Kontrol penuh, perusahaan menetapkan instruksi spesifik guna menjaga kualitas dan kerahasiaan formula. |
| Bahan baku | Seluruh proses dikelola pihak ketiga, mulai dari pengadaan bahan baku hingga pengemasan akhir. | Bahan baku dan formula disediakan oleh perusahaan, pihak ketiga hanya melakukan proses produksi. |
| Pengelolaan risiko | Risiko lebih tinggi pada aspek kehilangan kontrol kualitas karena mengandalkan produsen sepenuhnya. | Risiko utama terletak pada logistik dan ketergantungan jadwal produksi (keterlambatan pengiriman bahan). |
| Biaya dan keuntungan | Biaya lebih menyeluruh (termasuk pengadaan bahan). Cocok untuk integrasi produksi jangka panjang. | Membayar biaya tetap (toll fee) yang stabil. Menguntungkan jika perusahaan punya akses bahan baku murah. |
Integrasikan Proses Bisnis Manufaktur Kontrak maupul Tol dengan Software Manufaktur ScaleOcean
Software manufaktur ScaleOcean dapat membantu meningkatkan efisiensi dan akurasi setiap proses produksi dalam model bisnis contract maupun toll manufacturing. Mulai dari perencanaan bahan baku yang disediakan sendiri atau oleh mitra, hingga pengiriman produk jadi secara tepat waktu. Dengan perencanaan produksi yang cerdas, sistem ini memastikan ketersediaan material tepat waktu dan produksi berjalan sesuai jadwal.
Sistem ini memberikan visibilitas real-time pada setiap tahapan produksi untuk mengurangi risiko kesalahan operasional dan menjaga standar kualitas merek. Selain itu, fitur multi-level BOM memudahkan pengelolaan detail formula yang kompleks serta pemisahan inventaris milik sendiri dan milik klien. Sistem ini menjamin cost efficient melalui pelacakan biaya produksi yang akurat .
Penerapan ScaleOcean sebagai solusi pabrik produksi akan membantu setiap proses alih daya di perusahaan menjadi lebih transparan dan efisien. Anda bisa menggunakan manufacturing software ScaleOcean dengan menjadwalkan demo gratis terlebih dahulu untuk memahami cara kerja sistem dalam mengoptimalkan lini produksi Anda. Hubungi tim kami untuk informasi selanjutnya.
Berikut beberapa keunggulan utama yang ditawarkan oleh ScaleOcean:
- End-to-end manufacturing integration: Mengelola seluruh operasional dari pengadaan bahan baku, manajemen vendor, hingga akuntansi produksi dalam satu sistem terpusat.
- Real-time production visibility: Memantau langsung performa mesin dan progres lantai produksi untuk mendeteksi bottleneck serta mengurangi downtime.
- Multi-level BOM Management: Mengelola hierarki komponen dan sub-komponen secara mendalam, sangat krusial untuk spesifikasi produk yang beragam.
- Cost management & profitability: Melacak biaya bahan baku, tenaga kerja, dan overhead secara otomatis untuk menghitung HPP (COGM) yang akurat dan strategis.
- Real-time warehouse & inventory management: Menyediakan pembaruan instan mengenai kuantitas dan lokasi stok untuk menghindari kekurangan bahan baku yang menghambat produksi.
- Quality control & batch traceability: Menyediakan sistem inspeksi kualitas di setiap tahap dan riwayat lengkap batch produk untuk memastikan kepatuhan terhadap standar regulasi.
- Smart material requirements planning (MRP): Menghitung kebutuhan material secara otomatis berdasarkan jadwal produksi guna mengoptimalkan rantai pasok dan pemesanan ke supplier.
- Machine performance & maintenance: Memantau kondisi mesin secara real-time dan menjadwalkan perawatan preventif untuk memastikan kelancaran proses manufaktur kontrak.
Kesimpulan
Contract manufacturing adalah praktik bisnis di mana produsen kontrak membuat barang atau produk untuk perusahaan lain dan mengikuti spesifikasi yang telah ditentukan. Sedangkan toll manufacturing adalah model alih daya di mana pemilik merek menyediakan bahan baku dan formula sendiri, sementara pihak pabrik hanya menyediakan fasilitas dan tenaga kerja untuk memprosesnya dengan imbalan biaya jasa (toll fee).
Kedua metode produksi industri manufaktur ini dapat dikelola dengan bantuan teknologi canggih seperti software manufaktur ScaleOcean. Software ini membantu otomatisasi alur kerja, efisiensi penggunaan bahan baku, pelacakan inventaris secara real-time, dan analisis data untuk menjamin kualitas produk serta pengelolaan limbah yang lebih ramah lingkungan.
Menggunakan software manufaktur yang tepat dapat membantu Anda menjaga stabilitas pasokan dan memaksimalkan efisiensi biaya dalam ekosistem manufaktur kontrak. Jadwalkan segera demo gratis dan konsultasi dengan tim ahli kami untuk melihat bagaimana software ini akan membantu mempercepat pertumbuhan bisnis manufaktur Anda.
FAQ:
1. Apa itu contract manufacturing?
Contract manufacturers adalah pihak ketiga yang memproduksi produk sesuai spesifikasi klien untuk menghemat biaya dan sumber daya. Contract manufacturing bermanfaat untuk mengurangi biaya produksi, mempercepat peluncuran produk, dan memungkinkan alokasi dana untuk riset dan pemasaran yang lebih efektif.
2. Apa yang dimaksud dengan toll manufacturing?
Toll manufacturing adalah kerja sama outsourcing di mana perusahaan menyediakan bahan baku atau produk setengah jadi kepada pihak ketiga untuk diproses sesuai spesifikasi.
3. Apa perbedaan antara manufaktur kontrak dan manufaktur toll berdasarkan pesanan?
Dalam manufaktur kontrak, suatu bisnis menggunakan fasilitas produksi perusahaan lain mulai dari pengadaan hingga pengiriman barang jadi. Dalam manufaktur toll, perusahaan induk memasok bahan baku dan desain kepada produsen, sambil mempertahankan kendali atas proses produksi dan rantai pasokan.




