Banyak perusahaan kini memahami bahwa mengelola shift kerja secara efektif sangat penting untuk menjaga kelancaran operasional. Tanpa manajemen yang baik, perusahaan akan menghadapi masalah serius, mulai dari turunnya produktivitas, ketidakseimbangan antara kebutuhan operasional dan kesejahteraan karyawan, hingga konflik jadwal.
Akibatnya, bisnis bisa terganggu, tingkat turnover meningkat, dan kerugian jangka panjang tidak terhindarkan. Oleh karena itu, perusahaan harus merancang sistem shift kerja yang terstruktur agar dapat menyeimbangkan kepentingan operasional dengan kebutuhan karyawan.
Untuk membantu menjawab tantangan tersebut, artikel ini akan mengulas secara mendalam pengertian shift kerja, regulasi yang berlaku, serta strategi efektif untuk mengelolanya. Dengan begitu, perusahaan dapat mempertahankan produktivitas sekaligus memastikan kesejahteraan karyawan tetap terjaga.

- Shift kerja adalah sistem pembagian waktu kerja yang dirancang untuk menjaga operasional bisnis berjalan terus-menerus di luar jam kerja konvensional.
- Tujuan utama shift kerja, memaksimalkan operasional, meningkatkan produksi, dan memenuhi permintaan pelanggan.
- Aturan shift kerja di Indonesia mencakup batas jam kerja, perhitungan upah lembur, serta perlindungan khusus bagi pekerja perempuan di shift malam.
- Mengelola jadwal shift kerja yang kompleks dan adil menjadi lebih mudah dengan memanfaatkan teknologi HR yang tepat untuk otomatisasi dan kepatuhan regulasi.
- Software HR ScaleOcean atasi tantangan penjadwalan shift dan pastikan kepatuhan dengan solusi HR terintegrasi yang dirancang untuk efisiensi operasional maksimal.

1. Apa Itu Shift Kerja?
Shift kerja adalah sistem penjadwalan waktu kerja karyawan yang dibagi menjadi beberapa periode atau “shift” dalam sehari. Sistem ini memungkinkan perusahaan tetap beroperasi 24 jam atau di luar jam kerja standar 9-5, guna memenuhi kebutuhan operasional yang berkelanjutan.
Sistem ini banyak diterapkan di industri seperti layanan kesehatan, keamanan, retail, dan manufaktur. Dengan shift kerja, perusahaan dapat memaksimalkan produktivitas, memastikan ketersediaan layanan, serta menyesuaikan diri dengan periode permintaan tinggi, sehingga mendukung kelancaran operasional secara optimal.
2. Tujuan dan Pentingnya Penerapan Shift Kerja bagi Bisnis
Tujuan utama penerapan shift kerja adalah memastikan operasional bisnis berjalan tanpa henti selama 24 jam, memaksimalkan produktivitas, serta mengoptimalkan penggunaan sumber daya. Melalui sistem ini, perusahaan dapat meningkatkan ketersediaan layanan, meminimalkan waktu henti, dan menekan biaya operasional. Selain itu, keberlangsungan layanan juga menciptakan keunggulan kompetitif di pasar.
Bagi perusahaan, shift kerja menghadirkan fleksibilitas dalam mengelola tenaga kerja sekaligus menjamin layanan pelanggan selalu tersedia. Di sisi lain, bagi karyawan, sistem ini menawarkan struktur kerja yang lebih teratur dan peluang mencapai keseimbangan kerja-hidup.
Namun, agar manfaat tersebut benar-benar terasa, perusahaan harus tetap memperhatikan isu kelelahan, kesehatan, dan keselamatan kerja yang melekat pada sistem shift.
3. Aturan Shift Kerja Karyawan di Indonesia
Di Indonesia, pengelolaan shift kerja diatur secara ketat melalui Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan serta Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2021. Regulasi ini bertujuan melindungi hak pekerja sekaligus memberikan kepastian hukum bagi pengusaha.
Aturan tersebut mencakup pembatasan jam kerja, ketentuan lembur, hingga aspek perlindungan khusus yang wajib dipatuhi. Oleh karena itu, departemen HR bersama manajemen perusahaan harus memastikan seluruh kebijakan shift selalu sesuai dengan regulasi.
Dengan kepatuhan yang baik, perusahaan dapat menghindari sanksi hukum maupun denda, serta menciptakan lingkungan kerja yang lebih adil dan transparan. Berikut ini penjelasan lebih detail mengenai ketentuan yang berlaku:
a. Batas Jam Kerja Kumulatif
Peraturan pemerintah menetapkan bahwa jam kerja kumulatif karyawan maksimal 40 jam per minggu. Skema ini dapat diterapkan dalam dua pilihan, yakni 8 jam kerja per hari selama 5 hari kerja atau 7 jam kerja per hari selama 6 hari kerja. Perusahaan bebas memilih skema sesuai kebutuhan operasional, selama total jam kerja tidak melampaui 40 jam per minggu.
Jika karyawan bekerja melebihi batas tersebut, waktu tambahan dihitung sebagai lembur dan hanya boleh dilakukan dengan persetujuan karyawan. Oleh karena itu, perusahaan harus mencatat jam kerja secara akurat. Pemahaman yang tepat mengenai cara hitung jam kerja menjadi dasar utama dalam menjaga kepatuhan hukum sekaligus memastikan keadilan bagi seluruh karyawan.
b. Ketentuan dan Perhitungan Upah Lembur
Ketika karyawan bekerja melebihi jam kerja yang telah ditentukan dalam jadwal shift-nya, perusahaan wajib membayar upah lembur. Secara umum, untuk jam lembur pertama, upah dihitung 1,5 kali upah sejam, sementara untuk jam lembur berikutnya, upahnya menjadi 2 kali upah sejam.
Perhitungan yang akurat dan pembayaran tepat waktu sangat penting untuk menghindari perselisihan hubungan industrial. Kesalahan dalam menghitung upah lembur dapat dianggap pelanggaran hak karyawan yang serius. Oleh karena itu, perusahaan perlu memiliki sistem pencatatan waktu yang andal dan transparan untuk memastikan kompensasi yang tepat.
c. Aturan Khusus untuk Pekerja Perempuan di Shift Malam
Pengelolaan shift kerja di Indonesia diatur secara ketat oleh undang-undang ketenagakerjaan. Aturan ini melindungi hak-hak pekerja dan memberikan kepastian hukum bagi pengusaha. Beberapa aturan umum yang wajib dipatuhi mencakup batasan jam kerja, ketentuan lembur, serta aspek-aspek mendasar lainnya yang memastikan kelancaran operasional dan kesejahteraan pekerja.
Menurut Better Work, kepatuhan terhadap regulasi ini merupakan kunci untuk menciptakan lingkungan kerja yang adil. Selain aturan umum, terdapat perlindungan khusus bagi pekerja perempuan yang bekerja pada shift malam, antara pukul 23.00 hingga 05.00, sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kepmenakertrans).
Perusahaan harus memastikan keselamatan pekerja perempuan dengan fasilitas tambahan, seperti makanan bergizi, keamanan, dan transportasi. Pekerja hamil tidak boleh bekerja pada shift malam jika membahayakan kesehatan mereka. Kepatuhan ini menunjukkan komitmen perusahaan terhadap kesejahteraan dan peraturan.
Baca juga: Sistem Kerja Roster: Jadwal Kerja dan Cuti Pekerja Tambang
4. Jenis-jenis Shift Kerja yang Umum Diterapkan di Perusahaan
Setiap perusahaan memiliki kebutuhan operasional yang berbeda, sehingga model shift kerja yang digunakan pun beragam. Memahami berbagai jenis shift kerja sangat membantu pengambil keputusan dalam memilih sistem yang paling efektif dan efisien. Pemilihan model yang tepat tidak hanya berdampak pada produktivitas, tetapi juga pada biaya operasional serta tingkat kepuasan karyawan.
Oleh karena itu, analisis kebutuhan bisnis harus selalu menjadi langkah awal sebelum menentukan sistem shift yang akan diterapkan. Berikut penjelasannya:
a. Jenis Shift Kerja Berdasarkan Waktu
Berikut adalah klasifikasi shift kerja berdasarkan waktu pelaksanaannya dalam sehari. Setiap jenis shift memiliki karakteristik yang mempengaruhi produktivitas dan kebutuhan operasional perusahaan.
- Shift Pagi: Dimulai sekitar pukul 07.00 atau 08.00 dan berakhir sore. Umum di perkantoran dan manufaktur.
- Shift Siang: Dimulai sekitar pukul 15.00 atau 16.00, berlangsung hingga tengah malam. Cocok untuk kelanjutan operasional.
- Shift Malam: Berlangsung dari tengah malam hingga pagi. Diperlukan untuk industri yang beroperasi 24 jam, seperti rumah sakit dan pabrik.
Setiap shift kerja memiliki tantangan dan dinamika yang berbeda. Memahami kebutuhan bisnis dan karyawan akan membantu perusahaan memilih model shift yang tepat.
b. Jenis Shift Kerja Berdasarkan Pola
Setiap pola memiliki kelebihan dan tantangan tersendiri yang perlu dipertimbangkan oleh perusahaan. Berikut adalah pola shift kerja yang umum diterapkan dalam berbagai industri:
- Shift Tetap (Fixed): Karyawan bekerja pada shift yang sama secara konsisten, seperti selalu di shift pagi atau malam. Pola ini memberikan stabilitas bagi ritme sirkadian karyawan, tetapi kurang fleksibel bagi perusahaan.
- Shift Bergantian (Rotating): Karyawan berganti-ganti antar shift pagi, siang, dan malam secara berkala. Pola ini menawarkan fleksibilitas bagi perusahaan, namun bisa mengganggu jam biologis karyawan.
Setiap pola shift memiliki dampak berbeda terhadap produktivitas dan kesejahteraan karyawan. Pemilihan pola yang tepat harus disesuaikan dengan kebutuhan operasional dan keseimbangan kerja-karyawan.
c. Jenis Shift Kerja Berdasarkan Durasi dan Fleksibilitas
Berikut adalah berbagai jenis shift kerja yang dibedakan berdasarkan durasi dan tingkat fleksibilitasnya. Masing-masing model menawarkan keuntungan dan tantangan yang berbeda bagi perusahaan dan karyawan.
- Long Shift: Karyawan bekerja lebih dari 8 jam, misalnya 10 atau 12 jam per hari. Model ini umum diterapkan di sektor darurat, seperti pemadam kebakaran atau tenaga medis, dengan imbalan hari libur lebih banyak.
- Split Shift: Jam kerja dibagi menjadi dua bagian dengan jeda panjang di antaranya, sering ditemukan di industri seperti restoran. Model ini memungkinkan fleksibilitas dalam mengelola waktu kerja.
- Waktu Fleksibel: Karyawan bekerja dengan jam harian lebih panjang (misalnya 10 jam selama 4 hari) untuk mendapatkan hari libur tambahan dalam seminggu. Shift ini memberikan fleksibilitas bagi karyawan.
Pemilihan jenis shift yang tepat sangat bergantung pada kebutuhan operasional dan keinginan untuk memberikan fleksibilitas kepada karyawan.
5. Cara Mengatur dan Membuat Jadwal Shift Kerja
Mengatur jadwal shift kerja yang efektif merupakan seni dalam menyeimbangkan kebutuhan operasional perusahaan dengan kesejahteraan karyawan. Proses ini jauh lebih kompleks daripada sekadar menempatkan nama pada slot waktu, karena kesalahan penjadwalan dapat memicu kelelahan, menurunkan produktivitas, hingga menimbulkan pelanggaran hukum.
Agar jadwal yang dibuat benar-benar optimal, manajer HR dan operasional perlu mempertimbangkan beberapa faktor penting, seperti analisis beban kerja, kepatuhan pada regulasi, serta pemanfaatan teknologi yang mendukung. Berikut cara mengaturnya:
a. Analisis Kebutuhan Operasional
Langkah pertama yang fundamental adalah menganalisis kebutuhan operasional bisnis Anda secara mendalam. Identifikasi jam-jam sibuk, periode dengan permintaan tertinggi, serta target produksi yang harus dicapai. Data historis mengenai volume penjualan atau lalu lintas pelanggan dapat menjadi acuan yang sangat berharga.
Berdasarkan analisis tersebut, tentukan jumlah karyawan dengan keahlian spesifik yang dibutuhkan untuk setiap shift. Hal ini memastikan ketersediaan sumber daya yang cukup tanpa kekurangan atau kelebihan staf, sehingga kualitas layanan dan kelancaran operasi tetap terjaga.
Untuk mengoptimalkan manajemen shift kerja, Anda memerlukan sistem terintegrasi untuk penjadwalan akurat. Software HR ScaleOcean menyediakan fitur penjadwalan otomatis yang terhubung dengan absensi dan timesheet management. Cobalah demo dan konsultasi gratis untuk melihat kecocokannya dengan bisnis Anda.
b. Pertimbangkan Kesejahteraan Karyawan
Jadwal shift yang efektif tidak hanya berorientasi pada kebutuhan perusahaan, tetapi juga harus memperhatikan kesejahteraan karyawan. Oleh karena itu, manajemen sebaiknya menghindari pola clopening serta mempertimbangkan preferensi karyawan ketika memungkinkan.
Selain itu, pastikan adanya waktu istirahat yang memadai antar shift, terutama saat rotasi dari malam ke pagi. Karyawan yang memperoleh cukup waktu istirahat akan bekerja lebih produktif, memiliki moral yang tinggi, serta lebih loyal terhadap perusahaan.
c. Pahami dan Patuhi Regulasi Pemerintah
Setiap jadwal yang Anda buat harus sepenuhnya patuh pada regulasi ketenagakerjaan yang berlaku di Indonesia. Ini mencakup batasan jam kerja harian dan mingguan, ketentuan istirahat, serta perhitungan dan pembayaran upah lembur yang akurat. Kesalahan dalam aspek ini dapat membawa perusahaan Anda ke dalam masalah hukum yang serius.
Pastikan tim HR Anda selalu ter-update dengan peraturan terbaru terkait ketenagakerjaan. Gunakan aplikasi pembuat shift kerja yang dapat secara otomatis menandai potensi pelanggaran jadwal, seperti jam kerja yang berlebihan atau waktu istirahat yang tidak memadai. Kepatuhan hukum bukanlah pilihan, melainkan sebuah kewajiban yang harus dipenuhi.
d. Gunakan Alat Bantu yang Tepat
Membuat jadwal shift manual dengan spreadsheet mungkin masih bisa untuk tim kecil, tetapi rentan kesalahan dan memakan banyak waktu. Seiring pertumbuhan bisnis, penggunaan alat bantu atau perangkat lunak khusus sangat penting untuk mengotomatiskan penjadwalan yang kompleks.
Sistem manajemen tenaga kerja modern memudahkan pembuatan jadwal, pelacakan ketersediaan, dan pengelolaan permintaan cuti atau tukar shift. Banyak solusi ini terintegrasi dengan alat absensi karyawan untuk pencatatan waktu yang lebih akurat, memberikan efisiensi jangka panjang.
e. Komunikasi dan Fleksibilitas
Setelah jadwal dibuat, komunikasi yang jelas kepada seluruh tim sangat penting. Pastikan setiap karyawan dapat mengakses jadwal mereka melalui portal online, aplikasi seluler, atau papan pengumuman. Sediakan saluran komunikasi yang jelas untuk menangani pertanyaan atau masalah terkait jadwal, serta mekanisme permintaan tukar shift antar karyawan yang mudah dan terkontrol.
Selain itu, fleksibilitas dalam pengelolaan shift dapat meningkatkan kepuasan karyawan dan retensi. Dengan sistem yang terkelola dengan baik, kebutuhan tak terduga dapat diatasi dengan lebih mudah. Integrasi dengan fitur timesheet management memastikan data kehadiran tercatat akurat, sehingga proses penggajian lebih efisien dan bebas kesalahan.
6. Contoh Model Shift Kerja yang Populer di Indonesia
Perusahaan yang beroperasi 24 jam sehari, 7 hari seminggu, memerlukan model shift terstruktur untuk menjaga kelancaran operasional. Di Indonesia, berbagai model shift yang populer telah terbukti efektif di sektor manufaktur dan layanan, dengan tujuan membagi beban kerja secara adil antar tim.
Pemilihan model yang tepat bergantung pada faktor-faktor seperti jumlah karyawan, intensitas pekerjaan, dan kebijakan hari istirahat. Setiap model memiliki kelebihan dan kekurangannya dalam hal efisiensi operasional dan kesejahteraan karyawan, yang perlu dipertimbangkan secara cermat. Berikut beberapa contoh jadwal kerja:
a. 3 Grup 2 Shift
Model 3 grup 2 shift biasanya digunakan untuk operasional selama 16 jam sehari. Dalam sistem ini, karyawan dibagi menjadi tiga grup (A, B, C). Setiap harinya, dua grup bekerja dalam dua shift, sementara satu grup libur. Di pabrik manufaktur, model ini memastikan produksi berjalan terus-menerus dengan rotasi yang menjaga efisiensi dan keseimbangan waktu istirahat.
Siklus rotasi memastikan setiap grup mendapatkan jatah kerja dan libur yang seimbang. Misalnya, grup A dan B bekerja, grup C libur, lalu keesokan harinya grup B dan C bekerja, grup A libur. Model ini memastikan operasional lancar selama 16 jam dengan alokasi istirahat yang jelas.
b. 3 Grup 3 Shift
Model 3 grup 3 shift adalah salah satu model klasik untuk operasional 24 jam. Tiga grup karyawan mencakup tiga shift 8 jam (pagi, sore, malam). Setiap grup bekerja 5-6 hari berturut-turut dan libur 1-2 hari. Di industri transportasi, model ini memastikan operasional 24 jam, meski perusahaan harus memperhatikan potensi kelelahan akibat rotasi yang padat.
Kelemahan model ini adalah hari libur yang relatif sedikit dan sering tidak jatuh pada akhir pekan. Pola rotasi yang padat dapat melelahkan, meskipun model ini efisien dalam hal jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan.
c. 4 Grup 3 Shift
Model 4 grup 3 shift dianggap alternatif yang lebih ramah karyawan untuk operasional 24/7. Dengan empat grup yang mencakup tiga shift, satu grup selalu libur, memberikan lebih banyak waktu istirahat. Di rumah sakit besar, model ini diterapkan untuk memastikan layanan 24 jam, dengan waktu libur yang lebih banyak.
Salah satu pola populer dalam model ini adalah siklus “2-2-2”, di mana karyawan bekerja 2 hari di shift pagi, sore, dan malam, lalu mendapatkan libur 2-4 hari. Pola ini membantu menjaga kesejahteraan karyawan medis dan mengurangi burnout meskipun memerlukan lebih banyak staf.
7. Manfaat Penerapan Shift Kerja bagi Perusahaan dan Karyawan
Penerapan sistem shift kerja yang dikelola dengan baik memberikan manfaat signifikan bagi perusahaan dan karyawan. Bagi perusahaan, manfaat utamanya terletak pada optimalisasi sumber daya dan peningkatan daya saing, sementara bagi karyawan, shift kerja menawarkan fleksibilitas dan peluang lebih dari jam kerja tradisional.
Berikut penjelasan lebih rinci tentang manfaat penerapan:
a. Peningkatan Produktivitas dan Efisiensi Operasional
Bagi perusahaan, manfaat paling nyata dari sistem shift kerja adalah kemampuan untuk beroperasi secara terus-menerus. Hal ini memungkinkan pemanfaatan maksimal mesin, peralatan, dan fasilitas, yang meningkatkan output produksi secara signifikan. Waktu henti mesin yang mahal dapat diminimalkan, meningkatkan return on investment (ROI) atas aset modal.
Dengan operasional yang lebih panjang, perusahaan dapat menyelesaikan pesanan lebih cepat dan merespons perubahan pasar dengan lebih gesit. Efisiensi ini mengurangi biaya per unit produksi dan memperkuat posisi perusahaan di pasar. Produktivitas yang lebih tinggi berkontribusi langsung pada pertumbuhan pendapatan dan profitabilitas.
b. Peningkatan Layanan Pelanggan
Di banyak industri, terutama layanan dan ritel, ketersediaan menjadi faktor pembeda yang krusial. Dengan menerapkan shift kerja, perusahaan dapat menawarkan dukungan atau layanan pelanggan 24/7. Hal ini sangat penting untuk bisnis yang melayani pasar global dengan zona waktu berbeda atau untuk layanan darurat yang memerlukan respons cepat kapan saja.
Kemampuan untuk selalu tersedia bagi pelanggan dapat meningkatkan kepuasan dan loyalitas secara signifikan. Pelanggan merasa lebih dihargai dan aman ketika tahu bahwa bantuan selalu tersedia. Pada akhirnya, layanan pelanggan yang unggul akan membangun reputasi merek yang kuat dan mendorong pertumbuhan bisnis jangka panjang.
c. Fleksibilitas bagi Karyawan
Dari sudut pandang karyawan, manfaat terbesar dari kerja shift adalah fleksibilitas jadwal yang lebih besar. Bekerja di luar jam 9-ke-5 memungkinkan mereka mengurus urusan pribadi, seperti janji temu medis atau acara sekolah anak, tanpa mengambil cuti. Ini menciptakan keseimbangan kehidupan kerja yang lebih baik.
Bagi karyawan lain, seperti mahasiswa atau yang memiliki pekerjaan sampingan, jadwal shift memberi kebebasan untuk mengatur komitmen lain. Fleksibilitas ini sering menjadi daya tarik utama bagi talenta, memungkinkan perusahaan mengakses kumpulan bakat yang lebih luas.
d. Peluang Tambahan Penghasilan
Bekerja pada shift yang kurang diminati, seperti shift malam atau hari libur, sering kali disertai kompensasi tambahan. Perusahaan biasanya memberikan tunjangan shift atau tarif upah lebih tinggi untuk jam kerja non-standar ini, memberi karyawan kesempatan untuk mendapatkan penghasilan tambahan.
Selain tunjangan, peluang untuk mengambil jam kerja lembur lebih banyak tersedia dalam sistem shift. Bagi karyawan yang termotivasi oleh insentif finansial, ini menjadi cara efektif untuk meningkatkan pendapatan. Kompensasi yang adil untuk kerja pada jam-jam tidak biasa juga mengakui pengorbanan yang mereka buat.
8. Tantangan dan Risiko Penerapan Shift Kerja
Penerapan sistem shift kerja membawa manfaat, namun juga tantangan dan risiko yang signifikan. Mengabaikan tantangan ini bisa berdampak negatif pada kesehatan karyawan dan kinerja bisnis. Berikut penjelasan lebih rincinya:
a. Dampak Kesehatan dan Kesejahteraan Karyawan
Salah satu risiko terbesar dari kerja shift, terutama shift malam dan rotasi adalah dampaknya terhadap kesehatan karyawan. Bekerja di luar jam biologis normal tubuh dapat mengganggu ritme sirkadian, yang mengatur siklus tidur-bangun. Gangguan ini dapat menyebabkan masalah tidur kronis, kelelahan, dan peningkatan stres.
Dalam jangka panjang, pekerja shift berisiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan seperti penyakit kardiovaskular, gangguan pencernaan, serta masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan. Perusahaan memiliki tanggung jawab untuk mempromosikan gaya hidup sehat dan menyediakan dukungan kesehatan yang memadai bagi pekerja shift.
b. Penurunan Kinerja dan Peningkatan Risiko Kesalahan
Kelelahan dan kurang tidur yang sering dialami pekerja shift dapat menurunkan kinerja kognitif secara langsung. Penurunan konsentrasi, kewaspadaan, dan kemampuan pengambilan keputusan yang cepat meningkatkan risiko kesalahan manusia dan kecelakaan kerja, terutama selama shift malam.
Di industri seperti manufaktur, konstruksi, atau transportasi, kesalahan kecil dapat berakibat fatal. Oleh karena itu, perusahaan harus menerapkan protokol keselamatan yang ketat, memastikan waktu istirahat yang cukup, dan mempertimbangkan untuk membatasi tugas-tugas kritis pada jam-jam di mana karyawan paling rentan mengalami kelelahan.
c. Kesulitan dalam Koordinasi dan Komunikasi Tim
Ketika tim bekerja dalam shift yang berbeda, koordinasi dan komunikasi yang efektif bisa menjadi tantangan besar. Informasi yang tidak tersampaikan dengan baik saat serah terima shift dapat menyebabkan kesalahan, penundaan, atau pekerjaan yang tumpang tindih, yang menghambat alur kerja dan menurunkan efisiensi. Oleh karena itu, penting untuk memperkuat proses serah terima shift.
Untuk mengatasi hal ini, perusahaan perlu membangun proses serah terima yang terstruktur dan menggunakan alat komunikasi yang andal. Sebagai contoh, rapat singkat di awal dan akhir shift, penggunaan logbook digital, atau sistem kolaborasi dapat memastikan semua anggota tim memiliki informasi yang sama dan terkini, terlepas dari shift mereka.
d. Tingkat Turnover yang Tinggi
Sifat kerja shift yang menuntut baik secara fisik maupun sosial dapat menyebabkan kelelahan (burnout) yang tinggi di antara karyawan. Jam kerja yang tidak teratur menyulitkan mereka menjaga keseimbangan kehidupan sosial dan keluarga, sehingga banyak pekerja shift mencari pekerjaan dengan jam kerja yang lebih konvensional.
Hal ini menyebabkan tingkat turnover yang tinggi yang pada gilirannya meningkatkan biaya rekrutmen dan pelatihan bagi perusahaan. Untuk mempertahankan talenta, perusahaan harus berinvestasi dalam menciptakan lingkungan kerja yang suportif, menawarkan kompensasi kompetitif, dan memberikan peluang pengembangan karier bagi para pekerja shift.
9. Kesimpulan
Shift kerja adalah strategi penting untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing bisnis, namun keberhasilannya bergantung pada pengelolaan yang efektif. Setiap aspek, mulai dari pemahaman regulasi hingga pemilihan jenis shift yang tepat, memerlukan perhatian cermat agar keseimbangan antara operasional dan kesejahteraan karyawan tercapai.
Mengelola kompleksitas ini secara manual menimbulkan tantangan, seperti memastikan kepatuhan hukum, mengakomodasi preferensi karyawan, dan menjaga komunikasi antar-shift. Tanpa sistem yang tepat, hal ini bisa menyebabkan inefisiensi dan ketidakpuasan.
Untuk itu, Software HR ScaleOcean hadir untuk mengotomatiskan proses penjadwalan, memastikan kepatuhan, dan meningkatkan efisiensi. Cobalah demo gratisnya untuk melihat bagaimana solusi ini bisa mendukung pertumbuhan bisnis Anda sambil menjaga kesejahteraan tim.
FAQ:
Berapa lama waktu kerja setiap shift?
Setiap shift maksimal 7 jam untuk 6 hari kerja atau 8 jam untuk 5 hari kerja dalam seminggu.
Apa itu shift 1, shift 2, dan shift 3?
Shift 1 berlangsung pukul 09.00–17.00, Shift 2 pukul 17.00–01.00, dan Shift 3 pukul 00.00–08.00, masing-masing berdurasi 8 jam kerja.
Apa itu shift 12 jam 4 aktif 3 libur?
Pola 4 on 3 off berarti karyawan bekerja 12 jam selama 4 hari berturut, lalu libur 3 hari sebelum kembali masuk shift berikutnya.