Debt to Equity Ratio (DER): Rumus, Cara, dan Contoh Perhitungannya

ScaleOcean Team
Posted on
Share artikel ini

Di dalam dunia akuntansi maupun investasi, terdapat beberapa metrik yang sangat penting diperhatikan. Metrik-metrik keuangan berikut perlu dilakukan dengan akurat dan tidak dimanipulasi karena mencerminkan kinerja keuangan sebuah perusahaan. Salah satu metrik yang cenderung digunakan untuk menilai tingkat resiko sebuah bisnis adalah Debt to Equity Ratio (DER).

Sesuai dengan namanya, Debt to Equity Ratio atau DER adalah perbandingan nilai utang sebuah bisnis dengan nilai ekuitas yang dipegang. Walaupun utang cenderung dianggap sebagai suatu hal yang negatif, utang piutang seringkali hanya bertindak sebagai wacana alternatif untuk mendanai operasinya.

Namun, tentu saja utang berikut harus terkendali oleh bisnis agar tidak menimbulkan ketidakmampuan untuk membayar kembali utang ataupun meningkatkan ketergantungan operasi pada utang berulang. Simak dengan cermat isi artikel berikut untuk mengetahui mendalam tentang Debt to Equity Ratio dan cara menghitungnya, serta juga makna dari perhitungan akhir DER bagi perusahaan.

requestDemo
Key Takeaways

Coba Demo Gratis!

1. Pengertian Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to Equity Ratio (DER) atau dikenal dalam Bahasa Indonesia sebagai rasio utang dengan modal atau ekuitas, merupakan sebuah rasio antara total utang piutang yang dimiliki perusahaan dengan ekuitasnya. Hal ini cenderung dilakukan untuk mengetahui seberapa besar bagian operasi didanai dengan utang.

Selain dari fungsi internal, sebuah DER yang baik juga merupakan keperluan untuk menjamin hubungan dengan pihak eksternal, yakni investor. Dengan adanya sebuah DER yang baik, maka calon investor dapat mengetahui bahwa sebuah perusahaan memiliki kemampuan untuk membayar utangnya, serta juga tidak terlalu bergantung pada utang untuk menghasilkan pendapatan.

Analisis ini sering dilengkapi dengan perhitungan cost of debt untuk memahami seberapa besar biaya bunga yang harus ditanggung perusahaan, sehingga manajemen dan investor dapat menilai risiko pendanaan secara lebih menyeluruh.

2. Mengapa Debt to Equity Ratio Penting?

Rasio utang terhadap ekuitas (Debt-to-Equity Ratio) adalah salah satu indikator kunci yang digunakan oleh investor, perusahaan, dan pemberi pinjaman untuk menilai kondisi keuangan dan stabilitas suatu perusahaan.

Dalam hal ini, rumus times interest earned ratio bisa menjadi alat penting untuk mengukur solvabilitas perusahaan terkait utang dan beban bunga. Berikut penjelasan singkat mengenai beberapa manfaatnya:

a. Bagi Investor

Bagi investor, rasio D/E membantu menilai profil risiko dan stabilitas keuangan perusahaan sebelum memutuskan untuk berinvestasi. Rasio ini memberikan gambaran tentang seberapa banyak perusahaan mengandalkan utang untuk menjalankan operasionalnya, serta sejauh mana ekuitas perusahaan mampu menanggulangi risiko keuangan.

Rasio D/E yang rendah menunjukkan perusahaan yang lebih stabil dan kurang bergantung pada utang, yang berarti risiko investasi lebih rendah. Sebaliknya, rasio D/E yang tinggi menunjukkan ketergantungan pada utang, yang bisa memperbesar potensi keuntungan tetapi juga meningkatkan risiko kerugian jika perusahaan mengalami kesulitan keuangan.

b. Bagi Perusahaan

Bagi perusahaan, rasio D/E penting untuk menunjukkan tingkat leverage keuangan yang digunakan untuk membiayai operasional dan ekspansi. Rasio ini membantu perusahaan dalam merencanakan strategi keuangan yang lebih baik, dengan memastikan bahwa kombinasi antara utang dan ekuitas tepat.

Perusahaan yang mengelola rasio D/E dengan hati-hati dapat menjaga agar risiko keuangan tetap terkendali, sembari memanfaatkan leverage untuk memperbesar potensi keuntungan. Manajemen yang baik dari rasio ini juga membantu perusahaan dalam mengamankan modal dan menarik investor untuk mendukung inisiatif ekspansi lebih lanjut.

c. Untuk Pemberi Pinjaman

Bagi pemberi pinjaman, rasio D/E yang seimbang membuat perusahaan lebih menarik untuk diberikan pinjaman. Rasio yang terlalu tinggi dapat menunjukkan ketergantungan yang berlebihan pada utang, yang meningkatkan risiko gagal bayar.

Sementara itu, rasio yang terlalu rendah dapat menunjukkan bahwa perusahaan kurang memanfaatkan potensi pembiayaan eksternal. Pemberi pinjaman lebih cenderung memberikan kredit kepada perusahaan dengan rasio D/E yang moderat, karena ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki keseimbangan antara utang dan ekuitas.

Secara keseluruhan, memahami DER tidak hanya penting untuk menilai risiko dan kinerja, tetapi juga membantu manajemen dalam merancang struktur modal perusahaan yang seimbang. Dengan struktur modal yang tepat, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi pendanaan, menjaga fleksibilitas finansial, dan memaksimalkan nilai bagi pemegang saham.

3. Rumus dan Cara Menghitung Debt to Equity Ratio (DER)

Berikut adalah rumus dan cara menghitung DER.

Seperti yang telah dinyatakan, Debt to Equity Ratio hanya melibatkan dua faktor dalam perhitungan, yakni utang dan ekuitas. Namun, ekuitas bukan merupakan aset yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Bila tidak, apa itu ekuitas?

Sebelum melanjut ke pembahasan, perlu diketahui terlebih dahulu tentang 3 pondasi neraca, yakni aset, liabilitas dan ekuitas. Aset merupakan segala hal dengan nilai yang sedang dipegang oleh perusahaan, sedangkan liabilitas meliputi jumlah utang yang perlu dibayar oleh perusahaan, baik utang jangka pendek maupun pajak.

Ekuitas atau cenderung lebih dikenal sebagai shareholders’ equity merupakan jumlah aset yang telah dikurangi dengan liabilitas. Hal berikut bersifat sebagai segala sisa uang perusahaan yang dapat dikembalikan kepada pemegang kepemilikan. Maka dari itu, diketahui bahwa rumus dari ekuitas adalah:

Ekuitas = Aset – Liabilitas

Untungnya, nominal liabilitas dan ekuitas cenderung sudah disertakan dalam sebuah laporan keuangan perusahaan, sehingga tidak memerlukan perhitungan sendiri. Namun, perlu diketahui juga darimana kedua angka tersebut muncul untuk melakukan proses analisis laporan keuangan dan perhitungan Debt to Equity Ratio dengan yakin.

Setelah mengetahui angka liabilitas dan ekuitas sebuah perusahaan, maka dapat dilakukan perhitungan DER. Berikut adalah rumus dari Debt to Equity Ratio:

Debt to Equity Ratio (DER) = Liabilitas / Ekuitas

4. Contoh Perhitungan Debt to Equity Ratio (DER)

Sebelum melanjutkan pembahasan, artikel berikut ingin menyatakan bahwa perhitungan di bawah dan keseluruhan artikel bukan merupakan financial advice dan ajakan. Isi artikel hanya bersifat informatif dan bertujuan untuk memberikan suatu penjelasan dan pemahaman mengenai Debt to Equity Ratio (DER).

Laporan Keuangan Astra Internasional ASII 2019 - 2023.

Untuk memberikan gambaran, artikel berikut akan menyertakan perhitungan DER sebuah perusahaan publik, yakni salah satu bisnis blue chip, Astra Internasional. Sebuah neraca atau laporan keuangan merupakan salah satu “senjata” utama seorang investor dalam menentukan kesehatan keuangan dan kinerja perusahaan tertentu dalam analisis fundamental.

Neraca mengandung banyak hal yang dapat diperhitungkan juga untuk mengetahui metrik keuangan lain, tetapi untuk DER, yang akan digunakan adalah “jumlah Pinjaman” dan “Ekuitas yang Dapat Diatribusikan kepada Pemilik Entitas Induk”.

Mengapa yang digunakan bukan “Jumlah Ekuitas”? Hal ini dikarenakan ekuitas yang dimaksud adalah ekuitas yang dipegang oleh pemilik saham, yakni nama Bahasa Inggrisnya – shareholders’ equity.

Untuk gambaran lebih jelas tentang kinerja ekuitas, Anda juga dapat melihat return on equity, yang mengukur seberapa efektif perusahaan menghasilkan laba dari ekuitas pemegang saham.

Jadi, apabila kita ingin menghitung Debt to Equity Ratio saham ASII pada tahun 2023, maka, proses perhitungannya adalah:

DER = Liabilitas : Ekuitas

DER = Rp 93.310.000.000.000,00 : Rp 196.640.000.000.000,00

DER = 0.46974426097 atau 0.47

Maka dapat dinyatakan secara umum bahwa DER Astra International menunjukkan bahwa perusahaan berikut merupakan perusahaan yang bagus untuk dilakukan investasi. Dan jika diketahui DER-nya dari 2019 – 2023, maka, DER rata-rata periodik 5 tahunnya adalah:

DER 5 Tahun = (0.62 + 0.51 + 0.42 + 0.37 + 0.47) : 5

DER 5 Tahun = 2.39 : 5

DER 5 Tahun = 0.48

Sekarang, Anda sudah mendapatkan angka perhitungan DER dari perusahaan Astra Internasional. Namun, apakah maksud dari angka tersebut? Apakah hasil itu merupakan signal positif atau buruk kinerja bisnis? Jawabannya, iya dan tidak.

Selain rasio ini, penting juga bagi Anda untuk memahami DAR (Debt to Asset Ratio) yang mengukur proporsi utang yang digunakan oleh perusahaan untuk membiayai asetnya. Rasio ini memberikan gambaran tentang seberapa banyak perusahaan bergantung pada utang dibandingkan dengan ekuitas untuk mendanai asetnya.

5. Menafsirkan Hasil Debt to Equity Ratio (DER)

Perhitungan DER akan memunculkan hasil yang berbeda-beda untuk masing-masing perusahaan sesuai dengan situasi kondisi keuangannya. Hasil perhitungan tersebut akan menjadi patokan bagi calon investor untuk melakukan investasi kepada sebuah perusahaan. Berikut adalah penjelasan umum lanjut mengenai hasil akhir DER:

  • Kurang dari 1.0: Hal ini cenderung menunjukkan bahwa sebuah perusahaan mampu menutupi utang piutangnya, serta menjalankan operasinya apabila tidak melakukan pinjaman lebih lanjut.
  • Lebih dari 1.0, kurang dari 2.0: Rasio berikut menyatakan bahwa sebuah perusahaan mempunyai resiko mengalami kendala dari jumlah utangnya yang melebihi ekuitas. Akan tetapi, hal ini cenderung masih sesuai bagi perusahaan dengan skala lebih besar karena seringkali membutuhkan dana yang lebih besar untuk menjalankan operasi atau proyek-proyeknya.
  • Lebih dari 2.0: Angka berikut menandakan bahwa sebuah perusahaan berisiko tinggi dan terlalu bergantung pada utang piutang, sehingga calon investor tidak akan memilih untuk berinvestasi di perusahaan tersebut.

Walaupun penjelasan di atas dapat dijadikan sebagai patokan umum, perlu diingat lagi bahwa pasar saham merupakan suatu hal yang volutil atau sering mengalami perubahan. Dalam analisis solvabilitas ratio, perhitungan yang melebihi 2.0 belum tentu menandakan kinerja perusahaan buruk, melainkan bisa menjadi hal positif saat dibandingkan dengan bisnis lain di industri yang sama.

Contohnya, bisnis di slow moving industries cenderung memiliki angka DER yang tinggi. Daripada menjadi signal buruk, hal tersebut malahan merupakan signal baik bahwa perusahaan mampu menggunakan utang dengan baik dalam sebuah kondisi yang kurang dinamis.

Selain itu, sebuah rasio leverage yang rendah tidak selalu bersifat positif. Hal berikut dikarenakan DER yang rendah bukan merupakan hasil dari pengelolaan aset yang efektif, melainkan merupakan ketidakmampuan pihak manajemen dalam menggunakan utang untuk mengembangkan bisnis atau untuk mengambil keuntungan pajak.

Berdasarkan informasi-informasi di atas, dapat Anda nyatakan bahwa PT Astra Internasional Tbk. termasuk salah satu perusahaan manufaktur yang mampu mengelola utang dan ekuitas dengan efisien. Namun, rasio 0.48 belum tentu memiliki arti yang sama dalam industri lain.

6. Keterbatasan Debt to Equity Ratio (DER)

Berikut adalah keterbatasan DER.

Artikel berikut telah memberikan sebuah patokan umum angka DER yang baik pada bagian sebelumnya. Akan tetapi, di dalam dunia bisnis yang terus menerus berkembang, patokan tersebut cenderung tidak merefleksikan kenyataan pasar. Berikut adalah keterbatasan dari DER:

  • Tergantung Industri: Sebuah angka DER yang dianggap rendah pada sebuah industri berkemungkinan termasuk di sebuah tinggi lain, begitu juga sebaliknya. Hal ini dikarenakan masing-masing industri memerlukan jumlah modal yang beragam untuk menjalankan operasi.
  • Tidak Menyertakan Faktor Lain: Walaupun DER penting, metrik berikut bukan merupakan satu-satunya alat pertimbangan seorang investor dalam mengevaluasi kinerja sebuah perusahaan. Terdapat juga metrik-metrik lain seperti EBITDA / EBIT, P/E Ratio, ROE, EPS, dan lain sebagainya dalam analisis laporan keuangan suatu bisnis.
requestDemo

7. Strategi Mengelola Debt to Equity Ratio (DER) yang Sehat

Untuk mengatasi segala permasalahan yang muncul dari DER yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, maka perlu diimplementasi beberapa strategi untuk menanganinya. Strategi-strategi tersebut adalah:

a. Pengendalian Utang

Walaupun setiap perusahaan tentunya ingin berkembang lebih lanjut, perlu diketahui bahwa hal tersebut hanya dapat dilakukan apabila perusahaan berada dalam kondisi stabil. Apabila ekuitas perusahaan rendah, namun tetap melakukan pinjaman jangka pendek dan panjang, maka hal tersebut akan menyebabkan ketidakmampuan untuk membayar kembali utang. Jadi, harusnya sebuah bisnis hanya melakukan pinjaman sesuai dengan leverage bisnis mereka.

b. Peningkatan Ekuitas

Untuk meningkatkan ekuitas, bisnis harus meningkatkan jumlah dan nilai aset yang dimiliki. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui financial leverage, yang memungkinkan perusahaan untuk memperbesar potensi keuntungan dengan menggunakan utang.

Hal ini dapat dilakukan melalui penjualan barang atau investasi ulang laba ke operasi perusahaan. Suatu cara lain adalah dengan meningkatkan insentif bagi calon investor untuk melakukan investasi ke perkembangan perusahaan melalui aksi korporasi seperti pembagian dividen yang konsisten dan stock split.

c. Pengelolaan Arus Kas

Dalam sebuah contoh cash flow, manajemen perusahaan harus pintar dalam mengatur masuk-keluarnya kas bisnis. Hal ini yakni meliputi hal seperti memantau dan menentukan anggaran yang diperlukan untuk menjalankan operasi, meningkatkan pendapatan berdasarkan kondisi pasar dan tentu saja, manajemen utang jangka pendek dan panjang untuk mengetahui utang piutang yang akan dijadikan prioritas pembayaran.

d. Otomatisasi Proses Perhitungan dengan Software Akuntansi ScaleOcean

Optimalkan perhitungan Debt to Equity Ratio dengan software akuntansi ScaleOcean.

Dikarenakan sebuah laporan keuangan, terutama juga laporan keuangan tahunan, merupakan suatu hal yang menjadi patokan penilaian risiko dan kinerja perusahaan, maka hasil perhitungan yang akurat itu penting. Apabila tidak, hal tersebut akan memberikan informasi yang salah kepada investor dan juga otoritas pemerintahan setempat, sehingga nilai saham mengalami perosotan dan perusahaan dikenakan sanksi.

Maka dari itu, diperlukanlah sebuah alat yang dapat mengoptimalkan proses akuntansi bisnis. Software akuntansi ScaleOcean merupakan solusi terbaik yang dapat di implementasi ke dalam bisnis Anda. Sistem berikut memberikan pengguna kemampuan untuk melakukan pelacakan secara real time pada arus kas perusahaan, sehingga dapat melacak pendapatan, pengeluaran, piutang, dll. secara efisien.

Tidak hanya itu, software akuntansi ScaleOcean juga menyertakan jumlah user unlimited, sehingga dapat diakses oleh setiap anggota karyawan dengan mudah dan berskala dengan perkembangan perusahaan. Dikarenakan setiap perusahaan dan industri memiliki komponen perhitungan yang berbeda-beda, sistem berikut dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan proses perhitungan keuangan bisnis.

Segala hal di atas tidak memerlukan pembayaran terlebih dahulu, melainkan dapat diuji coba terlebih dahulu melalui demo gratis yang ditawarkan. Terdapat juga beberapa fitur spesifik yang dapat membantu dalam perhitungan Debt to Equity Ratio (DER), yakni adalah:

  • Accounts Receivable and Payable: Mempermudah pencatatan piutang dari pelanggan dan utang perusahaan, meningkatkan kepatuhan pada tenggat waktu dan kelancaran arus kas.
  • Cash Flow Forecasting: Mencatat transaksi keuangan, serta memprediksi arus kas masa depan secara akurat berdasarkan data historis penerimaan dan pengeluaran.
  • Budget Planning: Membantu perencanaan anggaran keuangan jangka pendek dan panjang dengan menetapkan batas pengeluaran, untuk meminimalkan biaya overhead.
  • Bank Reconciliation: Memeriksa kesesuaian data keuangan perusahaan dengan catatan bank secara cepat dan tepat, serta mengidentifikasi perbedaan untuk penyesuaian.
  • Comprehensive Report: Memungkinkan pembuatan laporan keuangan lengkap seperti laba rugi, neraca, dan arus kas dengan metrik yang dapat dipilih, disajikan dalam bentuk visual atau grafik untuk memudahkan analisis.

8. Kesimpulan

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan salah satu metrik keuangan paling penting dalam sebuah laporan keuangan perusahaan. Hal ini dikarenakan metrik berikut memberikan sebuah gambaran kepada pihak eksternal mengenai tingkat risiko perusahaan, sehingga berkemungkinan menarik atau mendorong calon investor, suatu hal yang serupa dengan cash flow forecasting.

Demikian hal tersebut, maka perhitungan rumus Debt to Equity Ratio yang tepat sangatlah penting bagi pihak pemilik atau staf akuntansi sebuah perusahaan. Dengan adanya perhitungan yang salah, maka bisnis akan kehilangan kepercayaan masa dan memungkinkan munculnya juga audit dari pemerintah setempat.

Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mencegah terjadi peristiwa tersebut adalah software akuntansi ScaleOcean. Implementasi sistem berikut dapat memudahkan, serta mempercepat proses perhitungan dan penyusunan laporan keuangan secara keseluruhan, termasuk juga DER. Maka dari itu, lakukanlah demo gratis Anda sekarang dan optimalkan penyusunan neraca bisnis Anda sekarang!

FAQ:

1. Apa itu Debt to Equity Ratio (DER)?

Debt to Equity Ratio (DER), atau rasio utang terhadap ekuitas, adalah rasio keuangan yang mengukur seberapa besar utang perusahaan dibandingkan dengan modal ekuitasnya. Rasio ini memberikan gambaran tentang struktur permodalan perusahaan dan seberapa besar perusahaan membiayai asetnya melalui utang. DER adalah indikator penting dari leverage keuangan dan risiko finansial sebuah perusahaan.

2. Bagaimana cara menghitung Debt to Equity Ratio?

Untuk menghitung DER, Anda membagi total utang (jangka pendek dan jangka panjang) dengan total ekuitas pemegang saham. Kedua angka ini dapat ditemukan di neraca perusahaan.
DER = Total Ekuitas / Total Utang
​Contoh: Jika sebuah perusahaan memiliki total utang sebesar Rp 500.000.000 dan total ekuitas sebesar Rp 1.000.000.000, maka DER-nya adalah:
DER= Rp 1.000.000.000 / Rp 500.000.000 = 0,5 atau 50%

3. Bagaimana cara menginterpretasi Debt to Equity Ratio?

Interpretasi DER sangat bergantung pada industri dan rata-rata industrinya, tetapi ada pedoman umum yang dapat digunakan:
1. DER yang Tinggi: Menunjukkan bahwa perusahaan membiayai asetnya sebagian besar melalui utang. Ini bisa menjadi sinyal risiko yang lebih tinggi bagi investor dan kreditur, karena perusahaan memiliki kewajiban utang yang besar yang harus dibayar.
2. DER yang Rendah: Menunjukkan bahwa perusahaan membiayai asetnya lebih banyak dari modal ekuitasnya. Ini umumnya dianggap sebagai posisi keuangan yang lebih aman karena perusahaan tidak terlalu bergantung pada utang.
Meskipun demikian, DER yang terlalu rendah juga bisa berarti perusahaan tidak memanfaatkan utang untuk meningkatkan pertumbuhan. Idealnya, perusahaan harus menemukan keseimbangan yang tepat antara utang dan ekuitas

Jadwalkan Demo Gratis

Error message
Error message
Error message
Error message
Error message
Error message

Rekomendasi Artikel Terkait

Temukan Artikel Serupa untuk Solusi Bisnis Lebih Lengkap