Beban penyusutan merupakan komponen penting dalam akuntansi aset tetap yang mencerminkan biaya penggunaan dan penurunan nilai suatu aset selama periode tertentu. Beban ini membantu perusahaan dalam mengalokasikan biaya aset secara sistematis dan realistis sesuai dengan masa manfaatnya.
Dalam konteks bisnis, memahami depreciation expense sangat krusial untuk mengevaluasi kinerja keuangan dan pengelolaan aset secara efektif. Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai konsep beban penyusutan, metode perhitungan yang umum digunakan, serta peranannya dalam pelaporan.
- Beban penyusutan adalah alokasi biaya aset tetap seiring waktu, yang mencerminkan penurunan nilai akibat penggunaan dan keusangan.
- Aset yang bisa disusutkan adalah aset berwujud yang memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun, seperti mesin, peralatan, dan bangunan.
- Cara menghitung beban penyusutan dapat menggunakan tiga metode umum, yaitu garis lurus, saldo menurun, dan unit produksi, yang dipilih sesuai kebutuhan perusahaan.
- Software akuntansi ScaleOcean dapat mengotomatisasi perhitungan dan pengelolaan beban penyusutan, memastikan data akurat serta efisien bagi perusahaan.
Pengertian Beban Penyusutan
Beban penyusutan adalah proses alokasi biaya untuk aset tetap yang digunakan dalam bisnis, seperti mesin, bangunan, dan kendaraan. Penyusutan mengacu pada penurunan nilai aset seiring waktu karena penggunaan, keausan, atau keusangan. Tujuan utama penyusutan adalah mencocokkan biaya dengan pendapatan yang dihasilkan oleh aset tersebut.
Beban penyusutan (depreciation expense) membantu perusahaan mengurangi pajak penghasilan karena biaya penyusutan mengurangi laba yang terhitung dalam laporan laba rugi. Dengan begitu, perusahaan dapat memanfaatkan pengurangan pajak yang lebih besar dan memperoleh manfaat fiskal.
Total akumulasi penyusutan hingga saat ini disajikan di neraca perusahaan, mengurangi nilai buku dari aset tetap tersebut. Ini memberikan gambaran yang lebih akurat mengenai nilai sisa aset dan membantu dalam pengelolaan nilai aset sepanjang masa manfaatnya.
Tujuan Beban Penyusutan

Depreciation expense memiliki peran yang sangat penting dalam akuntansi, terutama dalam mencatat nilai aset tetap yang digunakan oleh perusahaan. Berikut adalah beberapa tujuan utama dari beban penyusutan:
1. Mencocokkan Biaya dengan Pendapatan
Beban penyusutan mendistribusikan biaya aset sepanjang masa manfaatnya, bukan membebani perusahaan di awal. Dengan cara ini, beban yang timbul menjadi lebih seimbang dengan pendapatan yang dihasilkan oleh aset tersebut, menciptakan laporan yang lebih realistis dan adil.
2. Menyajikan Laporan Keuangan yang Akurat
Penyusutan membantu memastikan bahwa laporan keuangan mencerminkan profitabilitas secara tepat. Dengan mendistribusikan biaya aset ke dalam beberapa periode, perusahaan dapat menunjukkan kinerja yang lebih akurat seiring waktu, yang sangat berguna bagi investor dan pihak terkait lainnya.
3. Pengurangan Pajak
Sebagai beban operasional, penyusutan dapat mengurangi laba kena pajak. Ini memberi perusahaan kesempatan untuk mengurangi kewajiban pajak mereka, yang pada gilirannya membantu meningkatkan arus kas dan memberikan keuntungan fiskal yang dapat digunakan untuk pengembangan lebih lanjut.
Aset yang Bisa Disusutkan
Dalam proses akuntansi, beberapa aset akan mengalami penyusutan aktiva tetap, aset tersebut mencakup berbagai harta berwujud yang digunakan dalam operasi bisnis dan memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun. Berikut adalah beberapa contoh aset yang bisa disusutkan:
1. Mesin dan Peralatan
Mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi atau operasional perusahaan dapat disusutkan. Ini termasuk mesin produksi, peralatan kantor, serta kendaraan yang digunakan dalam operasional bisnis. Penyusutan atas aset-aset ini biasanya dilakukan dengan metode yang disepakati, seperti metode garis lurus atau saldo menurun.
2. Tanah
Secara umum, tanah tidak dapat disusutkan karena tidak mengalami penurunan nilai akibat penggunaan. Hal ini karena tanah merupakan aset yang memiliki nilai tetap sepanjang waktu. Oleh karena itu, tanah yang digunakan dalam bisnis biasanya tidak dimasukkan dalam kategori aset yang dapat disusutkan.
Namun, jika tanah digunakan dalam kegiatan produksi, seperti untuk pembuatan genteng atau keramik, yang menyebabkan penurunan nilai akibat penggunaan, maka tanah tersebut dapat disusutkan. Penggunaan tanah dalam proses produksi ini memungkinkan perusahaan untuk menghitung penyusutan berdasarkan nilai penggunaan tanah tersebut.
Cara Menghitung Beban Penyusutan
Depreciation expense dihitung untuk mencerminkan penurunan nilai aset tetap dari waktu ke waktu. Berikut adalah tiga metode umum yang digunakan untuk menghitung beban penyusutan:
1. Metode Garis Lurus (Straight-Line Method)
Metode ini membagi biaya penyusutan secara merata selama masa manfaat aset. Setiap periode akan memiliki beban penyusutan yang sama, yang memudahkan perusahaan dalam merencanakan dan mengalokasikan biaya aset tetap. Rumusnya adalah:
Beban Penyusutan = (Harga Perolehan – Nilai Sisa) / Masa Manfaat
2. Metode Saldo Menurun (Double Declining Balance Method)
Metode ini menghasilkan beban penyusutan yang lebih tinggi pada awal masa manfaat aset. Depreciation expense dihitung berdasarkan persentase dari nilai buku aset di awal periode. Ini berguna untuk aset yang penurunan nilainya lebih cepat pada tahap awal. Rumusnya adalah:
Beban Penyusutan = 2 x (1 / Masa Manfaat) x Nilai Buku Awal
3. Metode Unit Produksi
Selanjutnya, metode ini menghitung beban penyusutan berdasarkan penggunaan aset, seperti jumlah unit yang dihasilkan atau jam operasional. Metode ini cocok untuk aset yang digunakan dengan intensitas variabel, seperti mesin yang penggunaannya berbeda dari waktu ke waktu. Rumusnya adalah:
Beban Penyusutan = (Harga Perolehan – Nilai Sisa) / Total Produksi yang Diharapkan x Produksi yang Sebenarnya
Cara Memilih Metode Beban Penyusutan yang Tepat
Memilih metode beban penyusutan yang tepat sangat penting untuk mencocokkan biaya dengan pendapatan yang dihasilkan aset dan memastikan pelaporan keuangan yang akurat. Berikut adalah faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode yang sesuai:
1. Karakteristik Depresiasi Aset
Memilih metode penyusutan yang tepat sangat bergantung pada karakteristik depresiasi aset tersebut. Untuk aset yang memiliki umur panjang dan penurunan nilai yang relatif stabil, seperti gedung atau peralatan kantor, metode garis lurus (straight-line) lebih sesuai. Metode ini memberikan distribusi biaya penyusutan yang merata sepanjang umur aset.
Namun, jika aset lebih cepat terdepresiasi dalam beberapa tahun pertama, seperti kendaraan atau teknologi, metode ini tidak optimal. Sebagai alternatif, metode saldo menurun atau unit produksi bisa lebih tepat, karena mereka mengalokasikan penyusutan berdasarkan penggunaan atau penurunan nilai yang lebih cepat pada tahun pertama.
2. Tingkat Depresiasi Awal Aset
Jika aset mengalami depresiasi yang cepat di tahun-tahun awal, seperti kendaraan atau alat berat, metode saldo menurun (double declining balance) sangat berguna. Metode ini menghitung penyusutan berdasarkan persentase yang lebih besar dari nilai awal aset, sehingga memberikan beban penyusutan yang lebih tinggi di awal dan berkurang di tahun-tahun berikutnya.
Metode saldo menurun memungkinkan perusahaan mencocokkan penyusutan dengan penurunan nilai yang cepat, terutama untuk aset yang memiliki umur pendek atau cepat mengalami penurunan fungsionalitas. Hal ini juga dapat membantu perusahaan mengurangi beban pajak dengan mencatatkan biaya yang lebih besar di tahun pertama.
3. Penggunaan atau Produksi Aset
Jika aset digunakan dalam produksi atau berhubungan langsung dengan output yang dihasilkan, seperti mesin produksi atau kendaraan operasional, metode unit produksi lebih tepat. Beban penyusutan dihitung berdasarkan jumlah unit yang dihasilkan atau digunakan, memberikan gambaran yang lebih realistis sesuai tingkat penggunaan.
Metode ini lebih tepat diterapkan pada aset yang digunakan dalam aktivitas produksi atau yang langsung terkait dengan volume produksi. Sebagai contoh, jika mesin lebih banyak digunakan untuk produksi, penyusutan yang dicatat juga lebih tinggi, mencerminkan beban nyata yang ditimbulkan oleh aktivitas operasional tersebut.
4. Pemilihan Berdasarkan Kondisi Keuangan dan Tujuan Bisnis
Selain faktor penggunaan dan jenis aset, pemilihan metode penyusutan juga dipengaruhi oleh tujuan keuangan perusahaan. Perusahaan yang menginginkan pengurangan beban pajak lebih besar di awal akan lebih memilih metode saldo menurun, sementara yang menginginkan kestabilan biaya lebih memilih metode garis lurus.
Pemilihan metode yang tepat bergantung pada proyeksi pendapatan dan pengeluaran perusahaan, serta bagaimana perusahaan ingin menyajikan beban penyusutan dalam laporan keuangan. Menimbang kelebihan dan kekurangan masing-masing metode sangat penting dalam memastikan perusahaan bisa mengelola aset dan laporan keuangan dengan lebih efisien.
5. Fleksibilitas Perusahaan
Tentukan juga sejauh mana perusahaan dapat mengelola perubahan dalam nilai aset. Jika fleksibilitas dalam mengubah beban penyusutan diperlukan karena fluktuasi penggunaan atau nilai, metode saldo menurun atau unit produksi memberikan keunggulan dalam hal penyesuaian dengan kondisi operasional yang berubah.
Pemilihan metode yang tepat akan membantu mencocokkan beban dengan pendapatan yang dihasilkan, memastikan bahwa aset tidak hanya terdepresiasi dengan cara yang sesuai tetapi juga mendukung pencatatan keuangan yang lebih transparan dan akurat.
Baca juga: 7 Perbedaan Aset Lancar dan Aset Tetap di Bisnis Properti
Ciri-Ciri Beban Penyusutan

Depreciation expense merupakan bagian penting dalam akuntansi yang mencerminkan penurunan nilai aset tetap selama masa manfaatnya. Meskipun aset tetap seperti mesin, bangunan, atau kendaraan digunakan dalam jangka panjang, nilainya akan berkurang seiring waktu.
Oleh karena itu, pencatatan depreciation expense yang akurat sangat penting dalam laporan keuangan. Berikut adalah beberapa ciri-ciri utama dari beban penyusutan dalam perusahaan.
1. Pencatatan
Beban penyusutan properti adalah biaya yang terjadi setiap periode untuk mencerminkan penurunan nilai properti dalam laporan laba rugi. Beban ini dicatat sebagai biaya operasional perusahaan dalam laporan laba rugi.
Ketika akumulasi penyusutan lebih menyoroti pengurangan nilai properti dari waktu ke waktu dalam neraca, depreciation expense menggambarkan biaya aktual yang harus dikeluarkan perusahaan untuk menjaga nilai properti dan dicatat dalam laporan laba rugi sebagai elemen biaya operasional.
Beban penyusutan ini mengurangi laba bersih perusahaan, yang dapat mempengaruhi keputusan manajerial dan pajak yang harus dibayar. Sebagai bagian dari laporan laba rugi, beban penyusutan juga memberikan gambaran realistis tentang kinerja perusahaan dengan memperhitungkan biaya penggunaan aset tetap selama periode tertentu.
2. Dampak pada Laporan Keuangan
3. Pengaturan Perpajakan
Selain itu, beban penyusutan properti dapat dipertimbangkan sebagai pengurang pendapatan dalam penghitungan pajak properti. Biaya tersebut dapat diakui sebagai biaya yang dapat dikurangkan dari pendapatan perusahaan saat menghitung pajak properti yang harus dibayarkan.
4. Pengaruh Analisis Kinerja Properti
Berikutnya, depreciation expense properti akan mempengaruhi laba bersih properti dalam laporan laba rugi. Dengan mencatat biaya penyusutan, laporan laba rugi akan mencerminkan biaya aktual yang dikeluarkan perusahaan untuk menjaga nilai properti.
Hal ini memberikan gambaran langsung tentang profitabilitas properti dalam periode tertentu. Tidak hanya itu, analisis kinerja properti seringkali melibatkan evaluasi laba bersih dan ROI (Return on Investment) dan depreciation expense menjadi faktor penting dalam perhitungan tersebut.
5. Pengaruh Nilai Investasi
6. Penentuan Harga Sewa
7. Pengaruh Keputusan Investasi
Terakhir, beban penyusutan properti memiliki pengaruh langsung dalam pengambilan keputusan investasi. Dengan mencatat biaya penyusutan, laporan laba rugi perusahaan properti dapat mencerminkan biaya aktual yang harus dikeluarkan untuk menjaga nilai properti dalam periode tertentu.
Hal ini memungkinkan para pengambil keputusan untuk memperhitungkan biaya operasional yang terkait dengan pemeliharaan properti dalam analisis ROI (Return on Investment) dan mengevaluasi kelayakan investasi.
8. Alokasi Biaya
Baca juga: 7 Kegunaan Utama Sistem ERP untuk Bisnis Properti
Contoh Perhitungan Beban Penyusutan
Penyusutan merupakan proses alokasi biaya perolehan suatu aset tetap selama masa manfaatnya. Perhitungan beban penyusutan aset penting untuk mencerminkan nilai aset yang berkurang seiring waktu dan penggunaannya. Berikut adalah penjelasan yang lebih rinci tentang bagaimana perhitungan depreciation expense dilakukan dengan berbagai metode:
1. Contoh Metode Garis Lurus (Straight-Line Method)
Misalnya, sebuah perusahaan membeli gedung baru senilai 480.000.000 dengan masa manfaat 40 tahun dan tanpa nilai sisa. Dengan menggunakan metode garis lurus, perusahaan akan membagi total biaya dengan jumlah periode dalam tahun atau bulan.
Dalam hal ini, biaya 480.000.000 dibagi dengan 480 bulan (40 tahun x 12 bulan). Hasilnya adalah beban penyusutan bulanan sebesar 1.000.000 (480.000.000 / 480 bulan). Metode ini menghasilkan jumlah depreciation expense yang tetap setiap bulannya sepanjang masa manfaat gedung.
2. Contoh Metode Saldo Menurun Ganda (Double Declining Balance Method)
Sebuah perusahaan membeli kendaraan seharga 100.000.000, dengan rencana penggunaan selama 5 tahun. Menggunakan metode saldo menurun ganda, perusahaan akan menghitung penyusutan berdasarkan dua kali tingkat penyusutan garis lurus.
Pada tahun pertama, beban penyusutan dihitung dengan rumus (nilai awal aset x 2) / masa manfaat, yaitu (100.000.000 x 2) / 5 = 40.000.000. Untuk tahun kedua, nilai kendaraan dikurangi dengan jumlah penyusutan tahun pertama (100.000.000 – 40.000.000).
Kemudian dikalikan dengan dua dan dibagi dengan masa manfaat, yaitu ((100.000.000 – 40.000.000) x 2) / 5 = 24.000.000. Dengan metode ini, beban penyusutan akan berkurang setiap tahunnya, sesuai dengan penurunan nilai kendaraan.
3. Contoh Metode Unit Produksi (Units of Production Method)
Sebuah perusahaan membeli mesin seharga 100.000.000 dengan nilai sisa 5.000.000 dan target produksi 95.000 unit. Dalam hal ini, depreciation expense dihitung berdasarkan penggunaan mesin.
Perusahaan pertama-tama mengurangi nilai sisa (100.000.000 – 5.000.000) menjadi 95.000.000, kemudian membaginya dengan jumlah unit yang diharapkan untuk diproduksi, menghasilkan biaya penyusutan per unit 1.000 (95.000.000 / 95.000 unit).
Jika perusahaan memproduksi 10.000 unit dalam satu tahun, beban penyusutan yang tercatat adalah 10.000.000 (1.000 x 10.000 unit). Metode ini sangat berguna untuk aset yang penyusutannya bergantung pada jumlah produksi, seperti mesin produksi.
Kesimpulan
Beban penyusutan memiliki peran yang sangat penting dalam akuntansi dan pengelolaan aset tetap perusahaan. Dengan memahami konsep depreciation expense, metode perhitungan yang tepat, serta tujuan dan dampaknya, perusahaan dapat mengelola aset mereka dengan lebih efisien.
Hal ini tentu akan mengoptimalkan pengurangan pajak, dan menyajikan laporan keuangan yang lebih akurat. Pemilihan metode yang tepat sesuai dengan karakteristik aset dan tujuan perusahaan akan sangat membantu dalam meningkatkan kinerja keuangan.
Untuk itu, jika Anda ingin mempermudah perhitungan dan pengelolaan penyusutan aset perusahaan Anda, cobalah demo gratis software expense ScaleOcean yang dapat membantu dalam otomatisasi dan perhitungan beban penyusutan secara akurat dan efisien.
FAQ:
1. Apa itu beban penyusutan?
Beban penyusutan adalah alokasi biaya perolehan aset tetap (seperti mesin, gedung, atau kendaraan) ke dalam laporan laba rugi selama masa manfaatnya. Karena aset ini nilainya akan berkurang seiring waktu akibat penggunaan, keausan, atau kemajuan teknologi, akuntansi mencatat penurunan nilai ini sebagai beban. Beban penyusutan adalah biaya non-kas dan merupakan salah satu beban yang diakui dalam laporan keuangan.
2. Bagaimana cara menghitung beban penyusutan?
Ada beberapa metode untuk menghitung beban penyusutan. Dua metode yang paling umum adalah:
1. Metode Garis Lurus (Straight-Line Method): Metode ini membagi biaya aset secara merata sepanjang masa manfaatnya.
Beban Penyusutan=(Harga Perolehan−Nilai Sisa)/Masa Manfaat
Contoh: Sebuah mesin dibeli seharga Rp 100.000.000, memiliki nilai sisa Rp 10.000.000, dan masa manfaat 5 tahun. Beban penyusutan per tahunnya adalah: (Rp 100.000.000−Rp 10.000.000)/5=Rp 18.000.000.
2. Metode Saldo Menurun Ganda (Double-Declining Balance Method): Metode ini mengalokasikan beban penyusutan yang lebih besar di tahun-tahun awal masa manfaat aset. Metode ini cocok untuk aset yang lebih produktif di awal
3. Mengapa beban penyusutan penting bagi bisnis?
Meskipun bukan pengeluaran kas, beban penyusutan memiliki peran penting:
1. Pencerminan Nilai Aset: Memastikan bahwa nilai aset di neraca mencerminkan nilai yang lebih akurat seiring waktu.
2. Dasar Perhitungan Pajak: Beban penyusutan dapat mengurangi laba kena pajak perusahaan.
3. Analisis Profitabilitas: Tanpa penyusutan, laba akan terlihat lebih tinggi di tahun pembelian aset dan lebih rendah di tahun-tahun berikutnya, memberikan gambaran profitabilitas yang tidak akurat.


