Apa itu TKBM? Peran serta Tugasnya

ScaleOcean Team
Posted on
Share artikel ini

Masalah keterlambatan pengiriman atau biaya logistik yang tidak terduga kerap ditemukan di pengiriman logistik. Di balik masalah tersebut, elemen krusial yang menentukan efisiensi bongkar muat kargo yaitu Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM). Bagi perusahaan, kurangnya pemahaman tentang peran, tantangan, dan produktivitas TKBM dapat menjadi bottleneck yang menghambat kelancaran rantai pasok dan daya saing bisnis.

Kelompok pekerja yang dikenal sebagai Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) memegang peranan penting dalam menjamin kelancaran pergerakan barang dan peti kemas melalui upaya fisik mereka. Sebagai elemen kunci yang beroperasi di lapangan, TKBM merupakan faktor penentu utama yang memengaruhi seberapa cepat dan efisien sebuah pelabuhan dapat beroperasi.

Artikel ini akan mengupas tuntas segala hal mengenai TKBM. Mulai dari apa itu TKBM, peran strategis mereka, tantangan operasional yang mereka hadapi, hingga bagaimana teknologi dapat menjadi solusi untuk mentransformasi efisiensi kerja. 

starsKey Takeaways
  • Tenaga Kerja Bongkar Muat adalah pekerja yang bertanggung jawab memindahkan barang di pelabuhan, gudang, atau terminal logistik lainnya.
  • Peran strategis TKBM penting untuk menjaga efisiensi rantai pasok maritim, menangani beragam jenis kargo, dan mendukung kinerja operasional pelabuhan.
  • Tugas utama TKBM mencakup aktivitas fisik bongkar muat, koordinasi peralatan, pengaturan barang, serta memastikan keselamatan kerja dan kualitas kargo.
  • Eksistensi dan operasional TKBM diatur oleh dasar hukum dan regulasi dari pemerintah untuk menyeimbangkan produktivitas pelabuhan dengan kesejahteraan pekerja.
  • Software logistik ScaleOcean dapat membantu mendigitalisasi proses kerja di pelabuhan, memanajemen jadwal TKDM secara real-time, dan memberikan visibilitas dokumen kargo.

Coba Demo Gratis!

requestDemo

1. Apa Itu TKBM (Tenaga Kerja Bongkar Muat)?

TKBM (Tenaga Kerja Bongkar Muat) adalah sekelompok pekerja yang memiliki tugas utama melakukan kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal di pelabuhan. Mereka adalah para profesional yang secara fisik menangani perpindahan kargo, mulai dari peti kemas, barang curah, hingga kargo umum. Kehadiran TKBM menjadi komponen yang tidak terpisahkan dari ekosistem pelabuhan di seluruh Indonesia.

TKBM bekerja dalam sistem terorganisir, umumnya di bawah naungan Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat yang menyalurkan pekerja kepada Perusahaan Bongkar Muat (PBM). Mereka dituntut memiliki keterampilan, kekuatan fisik, dan pemahaman teknis untuk penanganan muatan secara aman dan efisien.

TKDM menjadi elemen penting yang dapat menentukan kecepatan dan efektivitas layanan di pelabuhan. Kinerja mereka secara langsung memengaruhi waktu sandar kapal (turnaround time). Hal ini pada akhirnya berdampak pada biaya logistik dan daya saing perdagangan nasional.

2. Fungsi dan Peran Strategis TKBM dalam Logistik Maritim Indonesia

Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) memegang fungsi yang sangat strategis dalam menjaga roda perekonomian maritim Indonesia tetap berputar. Peran mereka tidak hanya terbatas pada aktivitas fisik, tetapi juga sebagai penentu utama kelancaran dan efisiensi di pelabuhan. Tanpa kinerja TKBM yang optimal, seluruh rantai pasok dapat mengalami hambatan serius yang berujung pada kerugian waktu dan finansial.

Berikut beberapa fungsi dan peran strategis TKBM dalam logistik maritim di Indonesia:

a. Memastikan Kelancaran Arus Barang

Kelancaran arus barang di pelabuhan sangat bergantung pada kecepatan dan ketepatan kerja TKBM saat membongkar muatan dari kapal atau memuatnya ke kapal. Setiap menit keterlambatan dalam proses ini dapat menyebabkan efek domino, mulai dari penumpukan kargo di dermaga hingga keterlambatan jadwal keberangkatan kapal.

Kinerja TKBM yang efisien memastikan bahwa kapal dapat segera meninggalkan pelabuhan setelah proses bongkar muat selesai, memberikan ruang bagi kapal lain untuk bersandar. Hal ini secara langsung mengurangi kepadatan pelabuhan dan mencegah terjadinya kongesti. Dengan demikian, TKBM bertindak sebagai garda terdepan dalam menjaga fluiditas operasional di salah satu titik paling vital dalam rantai distribusi global.

b. Menjaga Efisiensi Rantai Distribusi

Efisiensi dalam rantai distribusi dimulai dari penanganan pertama kargo saat tiba di pelabuhan. Cara TKBM mengelola, memindahkan, dan menyusun barang di area dermaga atau gudang sementara sangat memengaruhi waktu yang dibutuhkan untuk proses selanjutnya, seperti pemeriksaan bea cukai dan pengangkutan darat. Sistem kerja yang terorganisir dari tim TKBM dapat memangkas waktu tunggu secara signifikan.

Mempercepat proses bongkar muat, TKBM membantu perusahaan pelayaran dan pemilik barang menekan berbagai biaya tak terduga. Biaya seperti tambat kapal (demurrage) dan biaya operasional lainnya dapat diminimalkan jika kapal dapat menyelesaikan aktivitasnya sesuai jadwal. Peran mereka dalam mengoptimalkan efisiensi biaya menjadikan TKBM sebagai aset berharga dalam ekosistem logistik nasional.

c. Menangani Berbagai Jenis Kargo

TKBM mampu untuk menangani beragam jenis kargo dengan teknik yang spesifik. Mereka tidak hanya berurusan dengan peti kemas standar, tetapi juga kargo curah (seperti batu bara dan gandum), kargo umum (general cargo), barang berbahaya, hingga kargo proyek berukuran besar. Setiap jenis kargo menuntut pengetahuan dan keahlian penanganan khusus untuk memastikan keamanan dan integritas barang.

Keterampilan ini diperoleh melalui pengalaman bertahun-tahun dan pelatihan informal di lapangan. Misalnya, cara mengikat (lashing) kargo berat berbeda dengan cara menumpuk kargo dalam karung untuk menjaga stabilitas. Kemampuan adaptasi dan pemahaman mendalam terhadap karakteristik kargo inilah yang membuat peran TKBM sulit digantikan sepenuhnya oleh mesin dalam berbagai situasi.

d. Mendukung Operasional Pelabuhan

TKBM merupakan bagian integral dari ekosistem pelabuhan yang kompleks, di mana mereka harus berkolaborasi dengan berbagai pihak. Mereka bekerja sama dengan operator derek (crane), petugas kapal, staf dari perusahaan bongkar muat (PBM), dan otoritas pelabuhan. Kolaborasi yang sinergis antar semua elemen ini adalah kunci keberhasilan seluruh operasi di pelabuhan.

Keberadaan TKBM di lapangan memastikan bahwa instruksi dari menara kontrol atau supervisor dapat dieksekusi dengan baik di tingkat operasional. Mereka menjadi mata dan tangan bagi manajemen pelabuhan di dermaga, memastikan setiap pergerakan barang berjalan sesuai rencana. Dengan demikian, TKBM tidak hanya bekerja untuk PBM, tetapi juga mendukung kelancaran operasional pelabuhan secara keseluruhan.

Logistik

3. Tugas dan Tanggung Jawab Utama TKBM

Untuk memahami kontribusi TKBM secara lebih mendalam, penting untuk mengetahui tugas dan tanggung jawab spesifik yang mereka emban setiap hari. Pekerjaan mereka jauh lebih dari sekadar aktivitas fisik, melainkan melibatkan serangkaian tugas yang memerlukan ketelitian, koordinasi, dan pemahaman prosedur. Tanggung jawab ini memastikan bahwa proses bongkar muat berjalan lancar, aman, dan efisien.

Berikut tugas dan tanggung jawab harus dilakukan oleh seorang TKBM:

a. Membongkar dan Memuat Barang (Stevedoring)

Tugas paling fundamental dari TKBM adalah melakukan aktivitas bongkar (mengeluarkan barang dari kapal) dan muat (memasukkan barang ke kapal). Proses ini dikenal dalam industri maritim sebagai stevedoring, yang merupakan inti dari pekerjaan mereka. Aktivitas cargodoring dan stevedoring ini memerlukan kekuatan fisik yang prima serta pemahaman teknis yang mendalam.

Mereka harus memahami cara memasang alat bantu angkat pada berbagai jenis kargo, mengatur penempatan barang di dalam palka kapal untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas, serta memastikan semua barang terikat dengan aman. Perencanaan strategis pemuatan barang menjadi sangat penting, terutama untuk pelayaran jarak jauh atau saat kapal mengangkut muatan untuk beberapa pelabuhan tujuan yang berbeda.

b. Mengoperasikan atau Membantu Pengoperasian Peralatan

Pekerjaan bongkar muat sangat bergantung pada penggunaan peralatan mekanis seperti derek (crane), forklift, dan konveyor. Meskipun tidak semua TKBM menjadi operator utama, mereka memainkan peran dalam membantu pengoperasian alat-alat tersebut. Mereka bertugas sebagai pemberi sinyal (signalman) kepada operator derek, memastikan pengait terpasang dengan benar, dan memandu penempatan kargo di dermaga.

Seiring dengan modernisasi pelabuhan, tuntutan terhadap keterampilan teknis TKBM pun meningkat. Sebagian dari mereka kini dilatih untuk mengoperasikan peralatan yang lebih kecil atau membantu dalam perawatan dasar. Adaptasi terhadap teknologi peralatan menjadi kunci bagi TKBM untuk tetap relevan dan meningkatkan produktivitas kerja mereka di lapangan.

c. Mengatur Lalu Lintas dan Penempatan Barang

TKBM juga bertanggung jawab untuk mengatur penempatan sementara kargo di dermaga atau di lapangan penumpukan (container yard). Pengaturan ini harus dilakukan secara sistematis agar tidak menghalangi lalu lintas kendaraan lain dan memudahkan proses pemindahan selanjutnya. Pengelolaan yang baik akan mendukung kelancaran alur logistik peti kemas di dalam pelabuhan.

Penempatan yang teratur juga krusial untuk efisiensi pengambilan barang oleh truk atau pemindahan ke gudang. Kesalahan dalam penempatan dapat menyebabkan kemacetan dan keterlambatan yang signifikan. Oleh karena itu, manajemen area kerja di dermaga merupakan salah satu tanggung jawab penting yang seringkali tidak terlihat namun berdampak besar.

d. Memastikan Keselamatan Kerja dan Kualitas Barang

Pelabuhan adalah lingkungan kerja dengan risiko tinggi, sehingga keselamatan dan kesehatan kerja (K3) menjadi prioritas utama. TKBM bertanggung jawab untuk mematuhi semua prosedur keselamatan, termasuk menggunakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai dan mengikuti instruksi kerja yang aman. Penerapan standar K3 yang ketat adalah kewajiban untuk melindungi diri sendiri dan rekan kerja dari potensi kecelakaan.

Selain keselamatan diri, mereka juga memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga kualitas dan keutuhan barang yang ditangani. TKBM harus memastikan bahwa kargo tidak rusak, tergores, atau penyok selama proses bongkar muat. Penanganan kargo yang hati-hati dan profesional adalah cerminan dari kualitas layanan yang diberikan, yang pada akhirnya memengaruhi reputasi pelabuhan.

e. Koordinasi dan Komunikasi

Proses bongkar muat adalah sebuah orkestrasi yang melibatkan banyak pihak, dan TKBM berada di pusat koordinasi lapangan. Mereka harus terus berkomunikasi secara efektif dengan mandor (foreman), operator derek, kru kapal, operator docking kapal dan pengemudi truk. Komunikasi yang jelas dan berkelanjutan sangat vital untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat berakibat fatal atau menyebabkan kerusakan.

Melalui isyarat tangan, radio komunikasi, atau instruksi verbal, TKBM memastikan bahwa setiap pergerakan terkoordinasi dengan baik. Mereka bertindak sebagai penghubung informasi antara dek kapal dan dermaga, memastikan seluruh tim bekerja selaras dengan rencana yang telah ditetapkan. Kemampuan berkoordinasi dalam tim merupakan salah satu soft skill terpenting yang harus dimiliki oleh seorang TKBM.

4. Dasar Hukum dan Regulasi Terkait TKBM di Indonesia

Dasar Hukum dan Regulasi Terkait TKBM di Indonesia

Eksistensi dan operasional Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) di Indonesia berlandaskan regulasi pemerintah yang kompleks. Tujuannya adalah menciptakan keseimbangan antara peningkatan produktivitas pelabuhan, kepastian usaha bagi Perusahaan Bongkar Muat (PBM), dan perlindungan serta kesejahteraan pekerja. Salah satu landasan hukum utamanya adalah Permenhub Nomor 59 Tahun 2021.

Regulasi ini mengatur status kelembagaan Koperasi TKBM, mekanisme pendaftaran pekerja, dan standar kompetensi. Selain Permenhub, terdapat Surat Keputusan Bersama (SKB) antar kementerian yang bertujuan menata Koperasi TKBM dan memastikan efisiensi layanan secara keseluruhan. Kerangka hukum ini mencakup penataan kelembagaan TKBM di bawah koperasi dan penetapan standar operasional.

Selain itu, regulasi secara spesifik mengatur tarif atau upah kerja bongkar muat, yang memengaruhi total biaya bongkar muat di pelabuhan dan menjamin upah layak bagi pekerja. Penataan ekosistem TKBM ini bertujuan menciptakan lingkungan kerja yang lebih adil, transparan, dan berdaya saing tinggi, sekaligus mendukung program strategis nasional untuk menurunkan biaya logistik di Indonesia.

Implementasi program seperti sertifikasi kompetensi, pencatatan pekerja secara digital melalui database, dan peningkatan pengawasan terhadap koperasi adalah beberapa langkah konkret yang sedang diupayakan. Harapannya, penataan ekosistem TKBM yang komprehensif ini dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih adil, transparan, dan berdaya saing tinggi.

5. Tantangan yang Dihadapi Terkait TKBM di Indonesia

Meskipun memiliki peran yang sangat vital, eksistensi Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) di Indonesia dihadapkan pada serangkaian tantangan kompleks. Tantangan ini bersifat multidimensional, mencakup aspek kesejahteraan, kompetensi, produktivitas, hingga adaptasi terhadap kemajuan teknologi.

Berikut beberapa tantangan yang akan dihadapi terkait TKBM di Indonesia:

a. Kesejahteraan dan Perlindungan Kerja yang Belum Optimal

Salah satu isu paling mendasar yang dihadapi TKBM adalah tingkat kesejahteraan yang seringkali masih di bawah standar layak. Banyak dari mereka bekerja dengan status harian lepas, yang berarti pendapatan mereka tidak menentu dan sangat bergantung pada ada atau tidaknya kapal yang bersandar. Ketidakpastian penghasilan ini membuat mereka rentan secara ekonomi dan sulit untuk merencanakan masa depan.

Tingginya risiko kecelakaan kerja di lingkungan pelabuhan tidak selalu diimbangi dengan jaminan sosial dan kesehatan yang memadai. Kurangnya kepatuhan terhadap penggunaan alat pelindung diri (APD) dan implementasi standar K3 yang lemah masih menjadi masalah di banyak pelabuhan, sehingga perlindungan atas keselamatan pekerja menjadi taruhan setiap harinya.

b. Keterbatasan Kompetensi dan Keterampilan

Tantangan signifikan lainnya adalah kesenjangan kompetensi yang dimiliki oleh sebagian besar TKBM. Latar belakang pendidikan yang umumnya rendah dan minimnya akses terhadap program pelatihan formal membuat mereka kesulitan untuk meningkatkan keterampilan. Akibatnya, banyak TKBM yang hanya mengandalkan kekuatan fisik dan pengalaman, tanpa dibekali pengetahuan teknis yang terstandarisasi.

Keterbatasan ini menjadi semakin krusial di era modernisasi pelabuhan, di mana penanganan kargo menjadi lebih kompleks dan memerlukan pemahaman teknologi. Tanpa adanya program upskilling dan sertifikasi yang sistematis, TKBM Indonesia akan kesulitan bersaing dan beradaptasi. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia adalah investasi yang harus dilakukan oleh pemilik perusahaan logistik.

c. Isu Produktivitas dan Efisiensi

Produktivitas TKBM sering menjadi sorotan dan dianggap sebagai salah satu faktor yang menghambat efisiensi pelabuhan di Indonesia. Isu ini dipicu oleh berbagai faktor, mulai dari metode kerja yang masih tradisional, kurangnya insentif berbasis kinerja, hingga struktur kelembagaan Koperasi yang terkadang kaku dan tidak mendorong persaingan sehat.

Akibatnya, biaya logistik menjadi lebih tinggi dan daya saing perusahaan menurun. Upaya untuk meningkatkan produktivitas seringkali terbentur oleh resistensi terhadap perubahan dan sistem yang sudah mengakar selama puluhan tahun. Diperlukan sebuah reformasi struktural yang komprehensif untuk memecahkan masalah efisiensi kerja ini.

d. Digitalisasi dan Otomatisasi Pelabuhan

Gelombang revolusi industri 4.0 yang membawa digitalisasi dan otomatisasi kini telah sampai di sektor kepelabuhanan. Penggunaan automated guided vehicles (AGV), rubber tyred gantry (RTG) yang dioperasikan dari jarak jauh, dan sistem manajemen terminal yang terintegrasi menjadi tren global. Ancaman otomatisasi ini berpotensi mengurangi kebutuhan akan tenaga kerja manual secara drastis.

Namun, tantangan ini juga dapat dilihat sebagai sebuah peluang. Transformasi ini menuntut adanya pergeseran peran TKBM dari pekerja fisik menjadi operator teknologi atau pengawas sistem. Oleh karena itu, program pelatihan ulang (reskilling) dan peningkatan keterampilan (upskilling) menjadi sangat vital agar TKBM tidak tergerus oleh zaman, melainkan menjadi bagian dari ekosistem pelabuhan yang modern.

e. Regulasi yang Tumpang Tindih dan Implementasi yang Lemah

Meskipun pemerintah telah mengeluarkan berbagai regulasi untuk menata TKBM, tantangan besar terletak pada implementasinya di lapangan. Seringkali terjadi tumpang tindih peraturan antara kementerian atau lembaga yang berbeda, sehingga menciptakan kebingungan dan ketidakpastian hukum. Harmonisasi regulasi menjadi pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan.

Di sisi lain, pengawasan terhadap pelaksanaan aturan yang sudah ada juga seringkali lemah. Hal ini membuka celah bagi praktik-praktik yang tidak transparan dan tidak efisien di dalam pengelolaan Koperasi TKBM. Tata kelola yang baik (good governance) dan penegakan hukum yang tegas adalah prasyarat mutlak untuk mewujudkan reformasi TKBM yang berhasil dan berkelanjutan.

Untuk mendukung manajemen TKBM yang efektif, Anda perlu menggunakan sistem digital terintegrasi. Software logistik Scaleocean dapat memberikan visibilitas real-time pada alur kargo, mengelola operasional dengan lebih efisien, manajemen proses dan penjadwalan pekerjaan TKBM, dan manajemen dokumen surat perintah yang menjadi acuan kerja TKBM. Hal ini membantu proses bisnis logistik menjadi efisien dan terstruktur.

Kesimpulan

Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) mempunyai peran penting dalam ekosistem bisnis logistik maritim. Mereka merupakan komponen strategis yang menentukan kecepatan, efisiensi, dan kelancaran arus barang di pelabuhan. Kinerja mereka berdampak langsung pada biaya logistik dan daya saing perusahaan. Namun, di balik peran vital tersebut, TKBM dihadapkan pada berbagai tantangan serius.

Mulai dari isu kesejahteraan, keterbatasan kompetensi, hingga ancaman disrupsi teknologi. Mengintegrasikan tenaga kerja yang terampil dengan teknologi canggih adalah jalan ke depan. Software logistik ScaleOcean dapat membantu menyelesaikan masalah tersebut. ScaleOcean menyediakan visibilitas real-time, otomatisasi proses administratif, dan analisis data yang akurat.

Hal ini membantu perusahaan bongkar muat mengelola operasional dengan lebih efisien, manajemen proses dan penjadwalan pekerjaan TKBM, dan manajemen dokumen surat perintah yang menjadi acuan kerja TKBM.  Jadwalkan demo gratis dan konsultasi dengan tim ahli kami untuk mengetahui bagaimana software ini akan membantu bisnis Anda.

FAQ:

1. Apa pekerjaan TKBM?

TKBM adalah singkatan dari Tenaga Kerja Bongkar Muat, yaitu kelompok pekerja yang bertugas membongkar, memuat, memindahkan, dan menata barang di pelabuhan. Mereka tergabung dalam koperasi TKBM yang berkoordinasi dengan: PBM (Perusahaan Bongkar Muat) sebagai penyedia layanan resmi.

2. TKBM dibawah naungan siapa?

Di Indonesia, keberadaan dan operasional TKBM diatur oleh berbagai regulasi pemerintah, terutama di bawah Kementerian Perhubungan. Organisasi seperti Koperasi TKBM seringkali menjadi wadah resmi yang menaungi para pekerja ini.

3. Berapa gaji buruh TKBM?

Secara umum, gaji TKBM di Indonesia berkisar antara Rp 3 juta hingga Rp 6 juta per bulan.

Jadwalkan Demo Gratis

Error message
Error message
Error message
Error message
Error message
Error message

Rekomendasi Artikel Terkait

Temukan Artikel Serupa untuk Solusi Bisnis Lebih Lengkap