Industri manufaktur adalah pilar penting dalam kemajuan peradaban, namun menyimpan berbagai potensi bahaya, seperti penggunaan peralatan berat, material berbahaya, dan proses kerja berisiko tinggi. Oleh karena itu, setiap proyek manufaktur harus dikelola dengan perhitungan matang, mencakup desain, bahan, dan pelaksanaan di lapangan.
Sebagai respons terhadap risiko di industri manufaktur, muncul pendekatan engineering control. Pendekatan ini berperan penting dalam mengurangi kecelakaan dan paparan bahaya di lingkungan kerja. Engineering control menjadi bagian integral dari sistem keselamatan kerja modern, memastikan aktivitas manufaktur berjalan aman, efisien, dan berkelanjutan.
Untuk itulah, engineering control hadir sebagai salah satu pendekatan utama dalam upaya menciptakan lingkungan kerja yang aman. Sebelum membahas lebih jauh mengenai manfaatnya, penting untuk memahami terlebih dahulu apa sebenarnya yang dimaksud dengan engineering control, serta bagaimana peran strategisnya dalam sistem keselamatan kerja modern.
- Engineering control merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengurangi risiko bahaya dalam perindustrian.
- Engineering control berguna untuk memberikan keamanan dan keselamatan kepada pekerja, dan mengurangi kerugian dari kecelakaan kerja.
- Ada lima metode dalam hirarki engineering control yaitu, eliminasi, substitusi, isolasi, pengendalian jarak, dan APD.
1. Apa itu Engineering Control?
Engineering control adalah bagian dari hirarki pengendalian risiko, yang dimulai dengan eliminasi bahaya, diikuti oleh substitusi dengan alternatif yang lebih aman, kemudian engineering control. Jika risiko masih ada, langkah berikutnya adalah pengendalian jarak, seperti pengaturan jadwal dan pelatihan, diakhiri dengan penggunaan alat pelindung diri (APD) sebagai perlindungan terakhir.
Dibandingkan dengan pengendalian jarak dan APD, engineering control lebih diutamakan karena memberikan perlindungan yang lebih konsisten dan tidak terlalu bergantung pada kedisiplinan individu. Dengan kata lain, engineering control memungkinkan terciptanya lingkungan kerja yang lebih aman melalui intervensi teknis yang dirancang secara permanen.
2. Manfaat Engineering Control
Dengan menerapkan engineering control secara langsung ke dalam sistem kerja, engineering control mampu menciptakan lingkungan yang lebih aman, efisien, dan berkelanjutan. Di bawah ini adalah beberapa manfaat utama dari penerapan engineering control dalam konteks keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
a. Memberikan Perlindungan yang Konsisten dan Berkelanjutan
Engineering control dirancang sebagai solusi teknis jangka panjang yang bekerja secara otomatis tanpa intervensi harian, menjadikannya andal dan hemat biaya. Berbeda dengan APD yang bisa rusak, sistem seperti ventilasi otomatis terus mengalirkan udara bersih dan menghilangkan kontaminan selama berfungsi, memberikan perlindungan terus-menerus selama sistem dalam kondisi baik.
b. Meningkatkan Efisiensi dan Produktivitas Kerja
Dengan mengurangi atau menghilangkan bahaya dari sumbernya, engineering control menciptakan lingkungan kerja yang lebih nyaman dan kondusif. Ini berdampak langsung pada produktivitas, karena pekerja tidak perlu lagi menghindari risiko secara sadar. Contohnya, isolasi panas pada mesin memungkinkan pekerja bekerja lebih lama dan fokus tanpa gangguan dari kondisi ekstrem.
c. Mengurangi Potensi Kerugian
Penerapan engineering control yang efektif dapat mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja, menurunkan frekuensi dan keparahan insiden. Hal ini membantu perusahaan mengurangi biaya tak terduga, seperti perawatan medis, kehilangan jam kerja, dan klaim asuransi. Selain itu, dampak tidak langsung seperti kerusakan reputasi dan gangguan operasional juga dapat dicegah.
d. Mendukung Kepatuhan terhadap Regulasi K3
Banyak regulasi nasional dan internasional mengharuskan perusahaan mengutamakan engineering control sebelum metode pengendalian lainnya. Penerapan yang tepat menunjukkan kepatuhan terhadap standar K3, meminimalkan risiko sanksi hukum, dan mencerminkan komitmen perusahaan terhadap keselamatan kerja. Hal ini juga meningkatkan kepercayaan pekerja, mitra bisnis, dan masyarakat.
3. Keterbatasan Engineering Control
Meskipun efektif mengurangi risiko kecelakaan, engineering control tidak dapat sepenuhnya mengatasi semua masalah. Meskipun perangkat keselamatan ada, pekerja tetap harus berhati-hati. Risiko kecelakaan, termasuk cedera atau kematian, tetap ada. Menurut Occupational Health and Safety Blog, ada beberapa keterbatasan yang perlu dipahami sebelum melaksanakan engineering control.
a. Memerlukan Perawatan Rutin
Salah satu keterbatasan engineering control adalah memerlukan pengawasan dan perawatan rutin untuk menjaga efektivitasnya. Jika tidak dirawat dengan baik, sistem dapat mengalami kerusakan atau malfungsi, yang mengurangi efektivitasnya. Hal ini dapat menyebabkan bahaya muncul kembali tanpa disadari.
b. Memunculkan Masalah Baru
Keterbatasan kedua yang dimiliki engineering control adalah berpotensi untuk memunculkan kelemahan yang baru. Contoh kelemahan baru yang akan muncul dengan diimplementasikannya engineering control adalah meningginya rasa kepercayaan diri pekerja. Merasa diri mereka aman berkat perlengkapan engineering control membuat mereka menjadi menyepelekan perangkat keamanan mendasar, yaitu APD.
c. Biaya Investasi yang Tinggi
Selain risiko terhadap SDM, engineering control juga memiliki keterbatasan ekonomis. Implementasinya memerlukan biaya tinggi, terutama untuk perancangan, pemasangan, dan perawatan mesin produksi yang rutin. Bagi perusahaan kecil atau proyek terbatas, hal ini bisa menjadi tantangan.
d. Memerlukan Pendataan yang Mendetail
Setelah melakukan proses maintenance, penanggung jawab lingkungan kerja harus mengetahui siapa yang melakukan proses tersebut dan kapan fase maintenance perlu dilakukan lagi. Hal ini penting untuk memastikan akuntabilitas dan kesinambungan perawatan, terutama dalam lingkungan kerja manufaktur yang sangat bergantung pada keandalan sistem teknis.
Dokumentasi yang akurat tidak hanya mencakup detail aktivitas yang telah dilakukan, tetapi juga identitas teknisi, tanggal pelaksanaan, komponen yang diperiksa atau diganti, serta rekomendasi atau jadwal maintenance selanjutnya. Dengan begitu, manajemen dapat melacak histori perawatan dengan mudah, menganalisis tren kerusakan, dan mengantisipasi risiko kegagalan sistem sebelum terjadi. Maka dari itu, sebuah laporan perawatan atau maintenance merupakan hal yang wajib untuk dimiliki.
Baca juga: Apa itu Breakdown Maintenance Mesin dalam Manufaktur
4. Pendekatan Teknis Engineering Control
Sesuai dengan hirarki engineering control ada lima metode yang bisa digunakan dalam pendekatan engineering control. Lima metode tersebut adalah eliminasi, substitusi, isolasi, pengendalian jarak, dan yang terakhir APD.
a. Eliminasi
Sesuai dengan namanya, metode eliminasi bekerja dengan cara mengeliminasi sumber bahaya dari lingkungan pekerjaan. Misalnya, dalam suatu lingkungan proyek, ada peralatan yang membutuhkan tenaga listrik badannya termakan oleh karat, maka peralatan tersebut lebih baik dihilangkan saja dan diganti dengan yang baru.
b. Substitusi
Jika bahaya tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, maka pendekatan berikutnya adalah substitusi. Substitusi adalah mengganti bahan, alat, atau metode kerja yang berbahaya dengan yang lebih aman.
Sebagai contoh, mengganti bahan kimia beracun dengan senyawa yang lebih ramah lingkungan atau menggunakan mesin yang menghasilkan lebih sedikit kebisingan. Dengan demikian, siapapun yang ada di lingkungan proyek tersebut tidak kehilangan indra pendengarannya atau mengalami keracunan.
c. Isolasi
Jika kedua cara tersebut masih belum dapat melindungi pekerja, maka cara ketiga adalah isolasi. Pendekatan ini bertujuan untuk mengurangi paparan terhadap bahaya dengan cara memisahkan sumber bahaya dalam lingkungan kerja.
Misalnya dalam lingkungan sebuah proyek gedung, ada gardu listrik bertenaga tinggi. Untuk mencegah terjadinya kejadian yang tidak diinginkan seperti seseorang tersengat, pihak pengelola bisa membuat sebuah pagar yang mengelilingi gardu listrik tersebut atau sejak awal, gardu tersebut sengaja diletakkan di titik terjauh lingkungan proyek.
d. Pengendalian Jarak
Jika eliminasi, substitusi, dan isolasi belum cukup menghilangkan risiko secara menyeluruh, maka pendekatan berikutnya adalah pengendalian jarak. Pengendalian jarak (distance control) adalah pendekatan yang dapat dilakukan dengan mengoperasikan proses kerja atau peralatan dari tempat yang aman dan berjauhan dari sumber bahaya.
Tujuan pengendalian jarak adalah menjalankan produksi efisien tanpa mengekspos pekerja pada bahaya. Di industri manufaktur modern, ini dapat dilihat pada mesin manufaktur CNC otomatis, robot lengan untuk pemotongan atau pengelasan, dan sensor otomatis yang mematikan mesin saat ada orang di zona berbahaya. Pendekatan ini meningkatkan keselamatan, produktivitas, dan presisi kerja seiring berkembangnya teknologi.
e. Alat Pelindung Diri (APD)

APD merupakan lapisan terakhir dalam hirarki pengendalian risiko, digunakan saat metode-metode lain tidak mampu menghilangkan bahaya sepenuhnya. APD bertujuan untuk melindungi pekerja secara langsung melalui peralatan yang dikenakan, seperti helm, masker, sarung tangan, sepatu keselamatan, dan pelindung mata.
Efektivitas APD sangat tergantung pada pemilihan jenis alat yang sesuai, kondisi peralatan, serta kepatuhan penggunaannya oleh pekerja. Oleh karena itu, meskipun APD penting, ia seharusnya tidak dijadikan andalan utama, melainkan sebagai pelindung tambahan setelah seluruh langkah pencegahan dilakukan.
6. Contoh Penerapan Engineering Control
Setelah memahami berbagai metode engineering control, penting bagi pelaku manufaktur untuk melihat implementasinya di lapangan. Contoh-contoh berikut menunjukkan bagaimana engineering control mengurangi risiko dari sumbernya, meningkatkan keselamatan dan efektivitas kerja tanpa mengorbankan produktivitas. Setiap contoh mencerminkan pendekatan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan manufaktur.
a. Mengimplementasikan OEE
OEE merupakan kependekan untuk Overall Equipment Effectiveness, atau bisa diartikan menjadi Efektivitas Keseluruhan Peralatan. OEE penting untuk diadakan dalam lingkungan kerja.
Karena dengan OEE, pengelola dapat mengidentifikasi masalah dalam proses pekerjaan secara dini. Sebagai hasil dari mengidentifikasi masalah lebih awal, pengelola juga dapat melakukan perbaikan sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan.
b. Mengganti Perlengkapan yang Bermasalah
Tidak semua peralatan dapat terus digunakan dalam jangka panjang, apalagi jika performanya mulai menurun atau menimbulkan risiko baru bagi pekerja. Dalam konteks engineering control, penggantian perlengkapan yang bermasalah merupakan salah satu bentuk tindakan preventif untuk mencegah kecelakaan kerja maupun kerusakan pada proses produksi.
Misalkan, ada gergaji yang gagangnya sudah retak, maka pekerja bisa saja diberikan alat pelindung tangan. Cara yang lebih efektif adalah dengan memakai gergaji yang baru, karena secara jangka panjang pelindung tangan tersebut juga akan robek akibat gesekan dari gergaji tersebut.
c. Membuat Sistem Otomatis
Salah satu bentuk penerapan engineering control yang semakin umum di dunia manufaktur modern adalah otomatisasi sistem kerja. Dengan menciptakan sistem otomatis, perusahaan dapat mengurangi keterlibatan langsung pekerja dalam aktivitas berisiko tinggi, sekaligus meningkatkan konsistensi dan efisiensi operasional.
Contoh dalam industri otomotif, pabrik kendaraan bermotor dominannya berisikan tangan-tangan mesin dalam area kerjanya. Robot-robot ini diadakan, karena proses perakitan mobil sangat melibatkan elemen-elemen berbahaya. Contohnya, suhu yang ekstrim, listrik, dan juga menghasilkan kebisingan. Dengan adanya robot-robot ini, risiko terjadinya kecelakaan kerja bisa dikurangi.
7. Studi Kasus Engineering Control
Untuk menggambarkan penerapan engineering control, mari kita lihat contoh kasus dari pabrik manufaktur komponen elektronik. Pekerja bagian soldering manual sering mengeluhkan iritasi pernapasan, sakit kepala, dan rasa tidak nyaman di hidung serta mata. Setelah penyelidikan, ditemukan bahwa paparan asap dan debu timah (lead fumes) adalah penyebab utama gangguan kesehatan tersebut.
Dari situasi tersebut, dapat diperkirakan pabrik tidak memiliki ventilasi yang cukup untuk mengeluarkan asap dan debu dari proses soldering. Akibatnya, asap dan debu terjebak di ruang kerja, dan pekerja terpapar residu proses tersebut. Meskipun menggunakan APD seperti masker khusus, intensitas polusi yang dihasilkan membuat APD tidak cukup untuk melindungi sistem pernapasan pekerja.
Salah satu pilihan yang bisa dilaksanakan untuk menjamin keselamatan pekerja adalah dengan menambahkan sistem ventilasi lokal. Jadi di setiap meja kerja karyawan soldering bisa dipasang exhaust fan atau kipas pembuangan. Hasilnya, setiap kali proses menyolder sedang berjalan asapnya akan langsung dibuang melalui kipas tersebut dan tidak terjebak dalam ruang kerja.
8. Kesimpulan
FAQ:
1. Apa itu engineering control?
Engineering control adalah metode pengendalian risiko yang digunakan dalam dunia industri.
2. Apa saja manfaat engineering control?
Engineering control bermanfaat untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan kondusif, hasilnya pihak perusahaan dapat mengurangi biaya tambahan seperti perawatan medis, kehilangan jam kerja, hingga klaim asuransi tenaga kerja
3. Apa saja pendekatan engineering control?
Ada lima teknik pendekatan engineering control, dimulai dari eliminasi, substitusi, isolasi, kontrol jarak dan, APD.


