Apa itu Electronic Data Interchange (EDI) dan Manfaatnya?

ScaleOcean Team
Posted on
Daftar Isi [hide]
Share artikel ini

Di dunia bisnis yang serba cepat ini, mengelola aliran data antar perusahaan secara efisien dan akurat sangat penting. Untungnya, ada berbagai solusi teknologi yang dapat membantu Anda mengoptimalkan proses pertukaran dokumen antar mitra bisnis dengan lebih cepat dan tanpa kesalahan. Salah satu solusi terpenting yang membantu mencapai hal ini adalah Electronic Data Interchange (EDI).

Dengan EDI, Anda dapat menggantikan proses manual yang lambat dan rentan kesalahan, memungkinkan pertukaran informasi yang lebih efisien antara sistem perusahaan yang berbeda. Teknologi ini tidak hanya menghemat waktu dan biaya, tetapi juga meningkatkan produktivitas dan memperkuat hubungan bisnis dengan mitra.

Dengan sistem EDI yang terintegrasi dengan baik, Anda dapat mengotomatisasi beberapa bagian operasional yang paling memakan waktu, untuk berbagi data dengan lancar dan memastikan skalabilitas yang tidak tertandingi. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan untuk beradaptasi dengan teknologi terkini, EDI menjadi pilihan utama bagi perusahaan yang ingin tetap kompetitif di pasar global.

starsKey Takeaways
  • EDI adalah metode pertukaran dokumen dan data bisnis secara elektronik antar perusahaan menggunakan sistem komputer yang saling terhubung.
  • Cara kerja EDI melibatkan serangkaian langkah terstruktur, mulai dari pembuatan dokumen, translasi, transmisi, hingga pemrosesan di sistem penerima secara otomatis.
  • Jenis-jenis koneksi EDI meliputi Direct EDI, VAN, dan Web-Based EDI, yang masing-masing menawarkan kontrol, biaya, dan kemudahan integrasi sesuai kebutuhan perusahaan.
  • ScaleOcean ERP terintegrasi dengan EDI untuk mengotomatisasi pertukaran data antar sistem, dan meningkatkan efisiensi operasional.

Coba Demo Gratis!

requestDemo

Apa itu Electronic Data Interchange (EDI)?

Electronic Data Interchange (EDI) adalah metode untuk mentransfer dokumen dan data bisnis antar perusahaan melalui sistem komputer yang saling terhubung. EDI menggantikan dokumen kertas atau email dengan format digital terstruktur, mempercepat transaksi, meningkatkan akurasi, dan mengurangi kesalahan manusia.

Perbedaan utama antara EDI dan metode manual seperti email atau dokumen kertas adalah pada format dan otomatisasi. EDI menggunakan data terstruktur yang dapat diproses otomatis oleh sistem komputer, sementara email mengirimkan data tidak terstruktur yang memerlukan input manual. EDI mengeliminasi kebutuhan entri data manual.

Berbagai industri, termasuk logistik, manufaktur, dan ritel, telah mengadopsi EDI untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya. EDI digunakan untuk melacak pengiriman, mengelola pesanan bahan baku, serta mempercepat komunikasi dengan pemasok. Penerapannya yang luas menunjukkan pentingnya EDI untuk efisiensi operasional dan komunikasi antar perusahaan.

Manfaat Utama EDI bagi Bisnis Anda

Mengimplementasikan EDI memberikan manfaat strategis, seperti penghematan biaya, peningkatan kecepatan, akurasi, dan hubungan bisnis. Dengan mengotomatiskan pertukaran dokumen, sistem ini mengurangi tugas repetitif dan memungkinkan sumber daya manusia fokus pada aktivitas bernilai tambah.

Implementasi EDI akan sangat menguntungkan bagi perusahaan yang ingin memodernisasi operasional dan meningkatkan efisiensi bisnis. Berikut adalah manfaat utama yang bisa Anda peroleh dengan mengadopsi EDI dalam perusahaan.

1. Efisiensi waktu dan biaya

Salah satu manfaat utama EDI adalah penghematan waktu dan biaya yang signifikan. Proses manual seperti pengiriman dokumen fisik, entri data manual, dan pengarsipan arsip fisik bisa memakan waktu dan menambah biaya operasional. EDI dapat meningkatkan efisiensi operasional perusahaan dengan memastikan data yang diterima langsung masuk ke sistem internal.

Sebagai contoh, perusahaan yang mengelola ribuan transaksi pembelian dan pengiriman setiap bulan akan menghemat biaya pengiriman, pencetakan, dan penyimpanan dokumen. EDI juga mengurangi kebutuhan untuk staf administrasi yang memproses transaksi manual, sehingga perusahaan bisa mengalokasikan sumber daya mereka untuk fokus pada aktivitas yang lebih strategis.

2. Mengurangi human error

Kesalahan manusia atau human error adalah salah satu masalah utama dalam proses manual, terutama dalam entri data. Dengan EDI, data dipertukarkan secara otomatis antar sistem yang terintegrasi, mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan yang sering ditemukan pada proses manual. EDI memastikan bahwa data yang diterima sudah terformat dengan benar dan siap diproses oleh sistem.

Misalnya, dalam pengolahan pesanan, kesalahan dalam pengetikan nomor faktur atau jumlah barang yang salah dapat menyebabkan kerugian finansial dan ketidakpuasan pelanggan. EDI menghilangkan risiko tersebut, karena data dipindahkan secara langsung dan otomatis dari sistem satu ke sistem lainnya, tanpa perlu adanya input manual yang bisa menyebabkan kesalahan.

3. Mempercepat siklus bisnis

EDI mempercepat berbagai siklus bisnis, terutama dalam proses order-to-cash, yaitu waktu yang dibutuhkan dari penerimaan pesanan hingga pembayaran diterima. Dengan EDI, transaksi dapat diproses dalam hitungan menit, bukan hari atau minggu. Hal ini mempercepat seluruh proses, mulai dari pemrosesan pesanan hingga pengiriman dan penagihan.

Siklus yang lebih cepat berarti perusahaan dapat mempercepat arus kas dan meningkatkan efisiensi operasional. Dengan EDI, pesanan bisa langsung diproses, barang dikirim lebih cepat, dan faktur diterbitkan segera setelah pengiriman. Kecepatan ini meningkatkan respons terhadap pelanggan dan memberi keuntungan kompetitif di pasar yang bergerak cepat.

4. Peningkatan akurasi data

Akurasi data sangat penting dalam pengambilan keputusan bisnis yang efektif. EDI menjamin bahwa data yang dipertukarkan antara mitra bisnis selalu konsisten dan bebas dari kesalahan. Dengan menggunakan format yang telah disepakati bersama, EDI mengurangi potensi kesalahan akibat entri manual atau data yang tidak terstruktur.

Sebagai contoh, dalam manajemen inventaris, EDI dapat mengirimkan informasi yang akurat tentang barang yang sedang diproses atau dikirim. Ini memungkinkan tim gudang untuk mempersiapkan penerimaan barang secara lebih efisien, serta meminimalkan waktu tunggu atau kesalahan dalam pengelolaan stok, yang pada gilirannya meningkatkan kualitas layanan pelanggan.

5. Meningkatkan keamanan informasi

EDI meningkatkan keamanan data dibandingkan dengan metode pengiriman tradisional seperti email atau fax. Protokol komunikasi yang digunakan dalam EDI, seperti AS2 (Applicability Statement 2) atau jaringan Value-Added Network (VAN), memastikan bahwa data dikirimkan secara terenkripsi dan hanya dapat diakses oleh pihak yang berwenang.

Dengan protokol keamanan ini, perusahaan dapat memastikan bahwa informasi sensitif, seperti pesanan dan faktur, terlindungi dari akses yang tidak sah. EDI juga memberikan jejak audit yang jelas untuk setiap transaksi, memudahkan pelacakan dan memastikan kepatuhan terhadap regulasi keamanan data yang ketat, terutama di sektor yang mengharuskan perlindungan data sensitif.

6. Mendukung transparansi supply chain

EDI membantu menciptakan visibilitas yang lebih baik di sepanjang rantai pasokan dengan memungkinkan semua pihak yang terlibat untuk mengakses informasi secara real-time. Setiap perubahan status pesanan, pengiriman, atau penerimaan dapat langsung diketahui oleh semua pihak terkait, meningkatkan kolaborasi dan responsivitas dalam menghadapi perubahan atau gangguan.

Misalnya, jika ada keterlambatan dalam produksi atau pengiriman, pemasok dapat segera memberi tahu produsen atau pengecer melalui EDI. Informasi ini memungkinkan pihak terkait untuk segera menyesuaikan jadwal produksi atau mencari solusi alternatif, mengurangi dampak negatif pada seluruh rantai pasokan.

7. Kemudahan integrasi dengan sistem ERP

Salah satu manfaat terbesar EDI adalah kemampuannya untuk terintegrasi secara mulus dengan sistem Enterprise Resource Planning (ERP). Data yang diterima melalui EDI, seperti pesanan penjualan, dapat secara otomatis dimasukkan ke dalam modul yang relevan di dalam ERP tanpa perlu campur tangan manual. Integrasi ERP ini menciptakan alur kerja yang sangat efisien dan terpadu.

Dengan sistem ERP yang terintegrasi dengan EDI, perusahaan dapat secara otomatis memperbarui data inventaris, membuat pesanan, dan melakukan pelacakan keuangan tanpa perlu memasukkan data secara manual. Integrasi ini membantu meningkatkan konsistensi data di seluruh departemen dan mendukung pengambilan keputusan yang lebih baik.

8. Skalabilitas untuk pertumbuhan bisnis

Saat bisnis Anda tumbuh, volume transaksi dengan pemasok dan pelanggan juga akan meningkat. Memproses peningkatan volume ini secara manual akan membutuhkan penambahan staf yang signifikan dan meningkatkan risiko kesalahan. EDI adalah solusi yang sangat skalabel, mampu menangani ribuan transaksi per hari tanpa penurunan kinerja.

Sistem EDI memungkinkan perusahaan untuk dengan mudah menambahkan mitra dagang baru (onboarding) tanpa mengubah proses internal secara drastis. Kemampuan untuk beradaptasi dengan volume bisnis yang berfluktuasi tanpa menambah biaya operasional secara proporsional menjadikan EDI sebagai investasi strategis. Infrastruktur yang fleksibel ini mendukung pertumbuhan jangka panjang dan ekspansi bisnis ke pasar baru.

Tanda-tanda Bisnis Anda Membutuhkan EDI

Tanda-tanda Bisnis Anda Membutuhkan EDI

Banyak perusahaan, terutama yang sedang berkembang, mungkin tidak menyadari bahwa proses manual mereka telah menjadi penghambat pertumbuhan. Mengenali tanda-tanda awal bahwa bisnis Anda memerlukan otomatisasi adalah langkah pertama menuju efisiensi yang lebih besar. Berikut ini adalah tandanya, menurut AZ Big Media:

1. Tingginya volume dokumen bisnis manual

Jika tim Anda menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencetak, mengirim, dan memasukkan data dari dokumen seperti pesanan pembelian, faktur, atau nota pengiriman, ini adalah tanda yang jelas bahwa bisnis Anda membutuhkan EDI. Proses manual sangat membatasi kapasitas perusahaan untuk menangani lebih banyak transaksi, terutama saat volume pekerjaan meningkat pada periode tertentu.

Tanpa adanya tranformasi digital, proses tidak hanya menjadi lambat, tetapi juga rawan kesalahan. Dengan menggunakan EDI, pengolahan dokumen bisa dilakukan secara otomatis, mengurangi ketergantungan pada entri data manual dan memungkinkan bisnis untuk memproses volume transaksi yang lebih besar tanpa menambah beban kerja staf.

2. Kesulitan menjaga akurasi data transaksi

Apakah Anda sering menghadapi perselisihan dengan mitra bisnis mengenai jumlah faktur, harga barang, atau kuantitas pengiriman? Kesalahan ini sering kali berasal dari kesalahan entri data manual di salah satu pihak. Ketidakakuratan data secara konsisten dapat merusak reputasi perusahaan dan menyebabkan kerugian finansial akibat koreksi, pengiriman ulang, atau denda.

Dengan EDI, setiap data yang diterima dan dikirim sudah terstruktur dan siap diproses, mengurangi peluang terjadinya kesalahan. Akurasi yang tinggi ini memastikan hubungan yang lebih baik dengan mitra bisnis dan mengurangi risiko kerugian finansial akibat kesalahan yang bisa dihindari.

3. Lambatnya siklus order-to-cash

Siklus order-to-cash mencakup proses dari penerimaan pesanan hingga pembayaran diterima. Jika memakan waktu berminggu-minggu, ini menandakan inefisiensi operasional. Proses manual yang melibatkan banyak tahap memperlambat arus kas dan membebani modal kerja.

EDI memungkinkan setiap langkah dalam siklus ini diproses dengan lebih cepat dan otomatis. Pesanan dapat diproses segera setelah diterima, pengiriman dilakukan lebih cepat, dan faktur diterbitkan seiring dengan pengiriman barang. Dengan mempercepat siklus order-to-cash, perusahaan bisa mendapatkan aliran kas yang lebih lancar dan mengoptimalkan pengelolaan keuangan.

4. Kompleksitas rantai pasok semakin meningkat

Seiring pertumbuhan bisnis, jumlah pemasok, distributor, dan mitra logistik Anda juga akan bertambah. Mengelola komunikasi dengan puluhan atau ratusan mitra menggunakan email dan telepon menjadi sangat tidak efisien dan rumit. Setiap mitra mungkin memiliki format dokumen dan proses yang berbeda, menciptakan kekacauan administratif.

EDI menyediakan platform dan bahasa standar untuk berkomunikasi dengan semua mitra dagang Anda. Ini menyederhanakan proses onboarding mitra baru dan memastikan semua komunikasi bisnis berjalan lancar dan konsisten. Standardisasi komunikasi ini sangat penting untuk mengelola rantai pasok yang kompleks dan memastikan semua pihak memiliki informasi yang sama secara real-time.

6. Mitra bisnis menuntut integrasi digital

Di banyak industri, terutama ritel besar dan manufaktur otomotif, EDI bukan lagi pilihan, melainkan persyaratan. Mitra dagang besar sering kali mewajibkan pemasok mereka untuk dapat bertransaksi melalui EDI untuk menjaga efisiensi operasional mereka. Penolakan untuk mengadopsi EDI dapat berarti kehilangan peluang bisnis yang berharga atau bahkan kehilangan kontrak yang sudah ada.

Penerapan EDI menunjukkan bahwa perusahaan Anda siap untuk beroperasi secara digital dan modern. Jika mitra bisnis mulai menuntut kemampuan untuk bertransaksi melalui EDI, ini adalah waktu yang tepat untuk mengadopsi sistem ini agar tidak ketinggalan dan bisa terus bersaing dalam pasar yang semakin terkoneksi digital.

Bagaimana Cara Kerja EDI?

Memahami cara kerja EDI dapat terlihat teknis, tetapi sebenarnya mengikuti alur yang terstruktur untuk memastikan pertukaran data yang akurat dan aman. EDI memungkinkan perusahaan untuk mengotomatiskan proses pertukaran dokumen, mengubah data dari format internal perusahaan menjadi format standar yang bisa dibaca oleh sistem mitra.

Setiap langkah dalam siklus pertukaran data ini memiliki peran penting dalam memastikan data sampai ke penerima dengan benar. Berikut adalah penjelasan langkah demi langkah bagaimana EDI bekerja.

1. Pembuatan Dokumen (Document Creation)

Langkah pertama dalam proses EDI adalah pembuatan dokumen bisnis, seperti pesanan pembelian (PO), faktur, atau notifikasi pengiriman, yang dibuat di dalam sistem internal perusahaan, seperti ERP. Misalnya, departemen pengadaan membuat PO dalam sistem ERP untuk memesan barang dari pemasok.

Pada titik ini, data masih dalam format yang hanya dapat dipahami oleh sistem perusahaan itu sendiri. Setelah dokumen dibuat, data yang terkandung dalam dokumen tersebut akan menjadi dasar untuk file EDI yang akan dibuat.

Selama tahap ini, tidak ada perbedaan signifikan dengan proses bisnis manual yang sudah biasa dilakukan oleh staf perusahaan. Namun, langkah ini merupakan awal dari digitalisasi data yang akan diterjemahkan ke dalam format standar yang bisa diproses lebih lanjut.

2. Penerjemahan (Translation)

Setelah dokumen dibuat, data tersebut perlu diterjemahkan ke dalam format standar EDI yang telah disepakati antara mitra bisnis, seperti ANSI X12 atau EDIFACT. Proses ini dilakukan oleh perangkat lunak khusus yang disebut EDI translator. Perangkat lunak ini mengambil data dari sistem internal dan memetakannya ke dalam format yang dapat dipahami oleh sistem mitra bisnis.

Sebagai contoh, data dalam format internal tentang, “produk”, dan “jumlah” akan dipetakan ke dalam segmen standar EDI, seperti “PO107” untuk pesanan pembelian. Hasil dari proses ini adalah file EDI yang sudah siap untuk dikirim ke mitra bisnis, memastikan data yang terkirim sesuai dengan format yang dapat diproses oleh sistem penerima.

3. Transmisi (Transmission)

Setelah data diterjemahkan ke dalam format standar EDI, file tersebut siap untuk dikirimkan ke mitra bisnis. Pengiriman file ini dilakukan melalui metode transmisi yang aman, seperti AS2 (Applicability Statement 2) atau melalui Value-Added Network (VAN), yang bertindak sebagai jaringan penghubung antara kedua sistem.

Pemilihan metode transmisi ini bergantung pada kebutuhan teknis dan volume transaksi. Baik menggunakan AS2 atau VAN, tujuan utamanya adalah memastikan bahwa file EDI diterima dengan aman dan andal oleh mitra bisnis. Keamanan transmisi adalah hal yang sangat penting untuk melindungi informasi sensitif selama perjalanan data antara kedua pihak.

4. Penerimaan Data (Data Receipt)

Setelah file EDI dikirim, sistem penerima akan menerima data tersebut. Jika menggunakan VAN, sistem penerima akan secara berkala memeriksa “kotak surat” mereka untuk mengambil file baru. Jika menggunakan koneksi langsung, file akan diterima secara langsung dan diproses oleh sistem penerima secara instan.

Setelah diterima, sistem akan memeriksa integritas data untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan atau kerusakan yang terjadi selama transmisi. Proses penerimaan ini biasanya otomatis, tanpa memerlukan intervensi pengguna, dan sistem penerima akan mencatat waktu penerimaan sebagai bagian dari jejak audit transaksi.

5. Penerjemahan (Receiver Side)

Setelah file diterima, penerima juga perlu menerjemahkan data yang diterima ke dalam format internal yang dapat dipahami oleh sistem mereka. Proses ini mirip dengan penerjemahan di sisi pengirim, tetapi kali ini perangkat lunak EDI akan mengubah data EDI kembali menjadi format yang sesuai dengan sistem bisnis penerima.

Sebagai contoh, jika sistem pembeli mengirimkan pesanan pembelian dalam format ANSI X12, sistem penerima akan mengonversi data tersebut ke dalam format yang bisa langsung diproses oleh sistem ERP mereka, seperti membuat pesanan penjualan. Keakuratan pemetaan di kedua sisi sangat penting untuk memastikan bahwa data diterjemahkan dengan benar.

6. Pemrosesan (Processing)

Setelah data diterjemahkan ke dalam format internal, data tersebut siap untuk diproses oleh aplikasi bisnis penerima. Dalam contoh kita, data PO yang sudah diterjemahkan akan secara otomatis membuat entri Sales Order baru di sistem ERP penjual. Tidak ada lagi entri data manual yang diperlukan pada tahap ini.

Sistem ERP kemudian dapat melanjutkan proses bisnis seperti biasa, seperti memeriksa ketersediaan stok, menjadwalkan pengiriman, dan mempersiapkan faktur. Proses otomatisasi ini tidak hanya menghemat waktu tetapi juga memastikan bahwa pesanan diproses sesuai dengan data yang dikirim oleh pembeli. Ini adalah inti dari efisiensi EDI.

7. Konfirmasi (Confirmation)

Setelah file EDI berhasil diproses, sistem penerima biasanya akan mengirimkan dokumen konfirmasi kepada pengirim. Dokumen konfirmasi ini, yang dikenal sebagai Functional Acknowledgment (FA 997 dalam standar X12), memberi tahu pengirim bahwa file mereka telah diterima dan diproses tanpa kesalahan format.

Penting untuk dicatat bahwa konfirmasi ini hanya menunjukkan bahwa file telah diterima secara teknis, bukan bahwa penerima menyetujui isi dokumen tersebut. Konfirmasi bisnis yang lebih rinci, seperti Purchase Order Acknowledgment (EDI 855), akan dikirimkan kemudian, memastikan adanya jejak audit yang jelas untuk setiap transaksi yang terjadi.

ERP

Jenis-jenis Koneksi EDI

Ketika perusahaan memutuskan untuk mengimplementasikan EDI, salah satu keputusan penting adalah memilih jenis koneksi yang akan digunakan untuk bertukar dokumen dengan mitra bisnis. Pilihan ini bergantung pada berbagai faktor, seperti volume transaksi, jumlah mitra, kemampuan teknis, dan anggaran. Berikut adalah tiga model koneksi utama yang umum digunakan dalam dunia EDI.

1. Direct EDI (point-to-point)

Direct EDI, atau koneksi point-to-point, adalah metode di mana dua perusahaan langsung terhubung untuk bertukar dokumen EDI. Model ini menggunakan protokol internet yang aman, seperti AS2 atau SFTP, untuk memastikan transmisi data yang aman. Dengan menggunakan Direct EDI, perusahaan memiliki kontrol penuh atas komunikasi mereka dan tidak bergantung pada pihak ketiga.

Keuntungan utama dari Direct EDI adalah tidak adanya biaya per transaksi yang biasanya dikenakan oleh penyedia pihak ketiga. Namun, kelemahannya adalah kompleksitas dalam pengaturan dan pemeliharaan. Jika perusahaan memiliki banyak mitra bisnis, setiap koneksi baru harus diatur dan dikonfigurasi secara terpisah, yang bisa memakan waktu dan sumber daya.

2. Value-Added Network (VAN)

Melansir dari Investopedia, Value-Added Network (VAN) adalah jaringan pribadi yang disediakan oleh pihak ketiga yang bertindak sebagai perantara aman untuk transmisi dokumen EDI. Dalam model ini, perusahaan Anda hanya perlu membuat satu koneksi ke VAN. VAN kemudian akan menangani pengiriman dokumen ke semua mitra dagang Anda yang juga terhubung ke VAN tersebut atau VAN lain yang saling terhubung.

VAN menawarkan banyak layanan bernilai tambah, seperti validasi dokumen, pelaporan, dan penyimpanan arsip, yang menyederhanakan manajemen EDI. Meskipun ada biaya berlangganan atau per transaksi, VAN sangat menyederhanakan proses konektivitas, terutama bagi perusahaan dengan banyak mitra. Ini adalah model yang paling tradisional dan masih banyak digunakan hingga saat ini.

3. Web-Based EDI (Internet EDI)

Web-based EDI adalah solusi EDI yang lebih modern dan terjangkau, terutama bagi usaha dengan volume transaksi data yang lebih rendah. Dalam model ini, pengguna hanya perlu mengakses portal web melalui peramban internet untuk melihat, membuat, dan mengirim dokumen EDI. Tidak diperlukan perangkat lunak khusus untuk menggunakan sistem ini.

Keuntungan utama Web-based EDI adalah kemudahan penggunaannya dan biaya yang relatif rendah. Namun, kelemahannya adalah kurangnya otomatisasi dan integrasi langsung dengan sistem backend perusahaan, seperti ERP. Hal ini mengharuskan pengguna untuk mengisi formulir secara manual, yang dapat memperlambat proses dan meningkatkan risiko kesalahan dalam entri data.

Komponen Utama Electronic Data Interchange

Sistem EDI terdiri dari beberapa komponen kunci yang bekerja sama untuk memastikan pertukaran data yang lancar, akurat, dan aman. Memahami komponen-komponen ini akan memberikan gambaran jelas tentang apa yang diperlukan untuk mengimplementasikan EDI, baik secara mandiri (on-premise) atau berbasis layanan (managed service).

1. EDI Translator

Komponen paling fundamental dari setiap sistem EDI adalah EDI translator, yang juga dikenal sebagai perangkat lunak pemetaan (mapping software). Perangkat lunak ini memiliki dua fungsi utama, yaitu mengubah data keluar dari format internal Anda ke format standar EDI, dan mengubah data masuk dari format standar EDI ke format internal Anda.

Translator adalah jantung dari proses EDI. Proses ini memerlukan ‘peta’ (map) yang mendefinisikan bagaimana setiap elemen data dalam sistem Anda berhubungan dengan elemen data yang sesuai dalam standar EDI.

Misalnya, peta akan menentukan bahwa kolom ‘Nomor PO’ di database Anda harus ditempatkan di segmen ‘BEG03’ pada dokumen EDI 850. Pengembangan dan pemeliharaan peta ini adalah salah satu aspek paling teknis dalam manajemen EDI.

2. EDI Mapping Tables

EDI Mapping Tables atau tabel pemetaan adalah seperangkat aturan dan instruksi yang digunakan oleh EDI translator untuk melakukan konversi data. Tabel ini secara spesifik mendefinisikan korespondensi antara bidang data dalam format sumber (misalnya, database ERP Anda) dan format target (misalnya, standar ANSI X12).

Tabel ini adalah cetak biru untuk setiap proses translasi. Setiap pasangan mitra dagang dan jenis dokumen mungkin memerlukan peta yang sedikit berbeda, tergantung pada spesifikasi mereka.

Misalnya, meskipun sama-sama menggunakan dokumen invoice EDI 810, Walmart mungkin memiliki persyaratan data yang berbeda dari Target. Fleksibilitas dalam pemetaan sangat penting untuk mengakomodasi kebutuhan unik dari setiap mitra bisnis.

3. Secure Transaction Network

Setelah dokumen diterjemahkan, dokumen tersebut harus dikirim melalui jaringan yang aman. Komponen ini mencakup infrastruktur dan protokol komunikasi yang digunakan untuk mentransfer data antara Anda dan mitra Anda. Pilihan jaringan ini menentukan kecepatan, keandalan, dan keamanan pertukaran data Anda.

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, pilihan umum termasuk Value-Added Networks (VANs), yang menawarkan platform pihak ketiga yang aman dan andal, atau koneksi langsung menggunakan protokol seperti AS2, SFTP, atau FTPS. Jaringan yang aman memastikan kerahasiaan dan integritas data bisnis Anda selama transit, melindunginya dari akses yang tidak sah.

4. Support and Maintenance Services

EDI bukanlah sistem ‘atur dan lupakan’ sistem ini memerlukan pemantauan, pemeliharaan, dan dukungan yang berkelanjutan. Komponen layanan ini mencakup semua aktivitas yang diperlukan untuk menjaga agar sistem EDI Anda berjalan lancar. Dukungan yang andal sangat penting untuk meminimalkan gangguan pada alur kerja bisnis Anda.

Layanan ini mencakup pemantauan transmisi, pemecahan masalah, dan onboarding mitra baru. Banyak perusahaan memilih layanan EDI terkelola (managed EDI services) untuk menangani aspek teknis, sehingga mereka dapat fokus pada bisnis inti.

Format Standar Electronic Data Interchange

Agar dua komputer dari perusahaan berbeda dapat saling memahami, mereka harus menggunakan format standar EDI. Standar ini mendefinisikan aturan sintaksis tentang cara menyusun informasi, termasuk urutan segmen, elemen data, dan pemisah. Berikut adalah beberapa standar EDI yang paling umum digunakan.

1. EDIFACT

EDIFACT adalah singkatan dari Electronic Data Interchange for Administration, Commerce and Transport. Ini adalah standar internasional yang dikembangkan di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). EDIFACT diadopsi secara luas di luar Amerika Utara, terutama di Eropa dan Asia.

Standar ini mencakup serangkaian pesan yang sangat komprehensif untuk hampir semua fungsi bisnis, mulai dari perdagangan dan transportasi hingga bea cukai dan keuangan. Karena sifatnya yang global, EDIFACT sering menjadi pilihan bagi perusahaan multinasional yang beroperasi di berbagai wilayah di dunia.

2. ANSI X12

American National Standards Institute (ANSI) X12 adalah standar dominan di Amerika Utara yang dikembangkan pada 1979. Standar ini telah menjadi dasar transaksi B2B di AS dan Kanada, dengan hampir semua perusahaan besar di wilayah ini menggunakannya.

Standar X12 mencakup ratusan jenis dokumen (disebut transaction sets) yang diidentifikasi dengan nomor tiga digit, seperti ‘850’ untuk Purchase Order dan ‘810’ untuk Invoice. Meskipun strukturnya mirip dengan EDIFACT, keduanya tidak kompatibel secara langsung dan memerlukan translasi jika perusahaan perlu berkomunikasi lintas standar.

3. XML/JSON for EDI

Seiring dengan perkembangan internet, format berbasis teks seperti XML (eXtensible Markup Language) dan JSON (JavaScript Object Notation) telah menjadi populer untuk pertukaran data. Meskipun secara teknis bukan standar EDI tradisional, XML dan JSON sering digunakan untuk tujuan yang sama, yaitu mengotomatiskan pertukaran data B2B, terutama melalui API (Application Programming Interface).

Format ini lebih mudah dibaca oleh manusia dan lebih fleksibel daripada format EDI tradisional yang kaku. Banyak platform modern dan startup lebih memilih menggunakan API berbasis XML atau JSON daripada EDI tradisional. Namun, EDI tradisional tetap menjadi standar di banyak industri besar karena keandalan dan keamanannya yang telah terbukti.

4. TRADACOMS

TRADACOMS adalah standar EDI awal yang dikembangkan di Inggris dan sebagian besar digunakan oleh industri ritel di sana. Meskipun sekarang dianggap sebagai standar warisan (legacy), masih banyak perusahaan ritel besar di Inggris yang terus menggunakannya untuk berkomunikasi dengan jaringan pemasok mereka yang luas.

Namun, seiring waktu, banyak perusahaan yang beralih dari TRADACOMS ke subset EDIFACT yang lebih modern, yang dikenal sebagai EANCOM. Transisi ini mencerminkan tren global menuju standardisasi yang lebih luas untuk memfasilitasi perdagangan internasional yang lebih mudah.

5. ODETTE

ODETTE adalah singkatan dari Organisation for Data Exchange by Tele-Transmission in Europe dan merupakan standar yang digunakan oleh industri otomotif di seluruh Eropa. Standar ini dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan unik dari rantai pasok otomotif yang sangat kompleks dan terintegrasi. ODETTE memainkan peran penting dalam mendukung metodologi manufaktur seperti Just-In-Time (JIT).

Mirip dengan standar industri lainnya, ODETTE memastikan bahwa produsen mobil dan ribuan pemasok komponen mereka dapat berkomunikasi dengan lancar dan efisien. Standar ini adalah contoh bagus tentang bagaimana EDI dapat disesuaikan untuk memenuhi tuntutan spesifik dari suatu sektor industri.

Jenis Dokumen yang Umum Dipertukarkan Melalui EDI

Kekuatan EDI terletak pada kemampuannya untuk menstandarkan dan mengotomatiskan pertukaran berbagai jenis dokumen bisnis. Hampir setiap dokumen yang secara tradisional dikirim melalui pos, faks, atau email dapat digantikan oleh padanannya dalam format EDI. Berikut adalah beberapa dokumen EDI yang paling umum digunakan dalam siklus transaksi B2B.

1. Purchase Order (PO)

Ini adalah salah satu dokumen EDI yang paling fundamental, digunakan oleh pembeli untuk memesan barang atau jasa dari penjual. Dalam standar ANSI X12, dokumen ini dikenal sebagai ‘850 Purchase Order’, sedangkan dalam EDIFACT disebut ‘ORDERS’. PO elektronik ini memulai siklus transaksi.

Dengan mengirimkan PO melalui EDI, pembeli dapat memastikan pesanannya diterima dan diproses oleh sistem penjual secara instan. Ini mengurangi waktu tunggu dan risiko kesalahan input data. Otomatisasi pemrosesan PO memungkinkan penjual untuk memulai proses pemenuhan pesanan dengan lebih cepat.

2. Invoice

Setelah barang dikirim atau jasa diberikan, penjual akan mengirimkan invoice atau faktur kepada pembeli untuk meminta pembayaran. Dokumen ini adalah ‘810 Invoice’ dalam X12 atau ‘INVOIC’ dalam EDIFACT. Faktur elektronik ini mempercepat proses penagihan secara signifikan.

Di sisi pembeli, invoice EDI dapat secara otomatis dicocokkan dengan PO dan bukti penerimaan barang (proses yang dikenal sebagai three-way matching). Ini menyederhanakan proses persetujuan dan pembayaran. Proses yang lebih cepat ini membantu penjual meningkatkan arus kas mereka.

3. Advanced Shipping Notice (ASN)

Advanced Shipping Notice (ASN) adalah dokumen yang dikirim oleh penjual kepada pembeli untuk memberitahukan bahwa pengiriman sedang dalam perjalanan. ASN, atau ‘856 Ship Notice/Manifest’ (X12) dan ‘DESADV’ (EDIFACT), berisi detail lengkap tentang isi pengiriman. Informasi ini sangat berharga untuk perencanaan logistik.

Dengan ASN, pusat distribusi atau gudang pembeli dapat mengetahui secara pasti barang apa yang akan tiba, kapan, dan dalam kemasan seperti apa. Hal ini memungkinkan mereka untuk merencanakan tenaga kerja dan ruang penyimpanan untuk menerima barang dengan efisien. ASN meningkatkan visibilitas rantai pasok secara dramatis.

4. Inventory Report

Dokumen ‘846 Inventory Inquiry/Advice’ (X12) atau ‘INVRPT’ (EDIFACT) digunakan untuk mengkomunikasikan informasi tingkat stok. Pemasok dapat mengirimkan laporan ini secara berkala kepada pelanggan mereka untuk memberitahukan ketersediaan produk. Ini membantu pembeli dalam membuat keputusan pembelian yang lebih baik.

Di sisi lain, dalam skema seperti Vendor-Managed Inventory (VMI), pelanggan mengirimkan data inventaris dan penjualan mereka kepada pemasok. Pemasok kemudian menggunakan informasi ini untuk secara proaktif mengisi kembali stok pelanggan. EDI adalah teknologi kunci yang memungkinkan model kolaboratif seperti ini.

5. Customs Documents

Untuk perdagangan internasional, EDI sangat penting untuk memperlancar proses kepabeanan. Dokumen seperti deklarasi impor atau ekspor, manifes kargo, dan informasi keamanan dapat dikirimkan secara elektronik kepada otoritas bea cukai. Ini mempercepat proses clearance dan mengurangi penundaan di perbatasan.

Banyak lembaga pemerintah di seluruh dunia telah mengamanatkan penggunaan EDI untuk pengajuan dokumen kepabeanan. Menggunakan EDI memastikan bahwa informasi yang diserahkan akurat dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Kepatuhan terhadap regulasi menjadi lebih mudah dengan sistem EDI.

6. Payment Instructions

Dokumen ‘820 Payment Order/Remittance Advice’ (X12) atau ‘REMADV’ (EDIFACT) digunakan oleh pembeli untuk memberitahukan kepada penjual bahwa pembayaran telah dilakukan. Dokumen ini berisi detail tentang faktur mana yang sedang dibayar dan jumlah diskon yang diambil. Ini menyederhanakan proses rekonsiliasi pembayaran.

Ketika penjual menerima dokumen ini, sistem akuntansi mereka dapat secara otomatis mencocokkan pembayaran yang masuk dengan faktur yang terbuka. Ini mengurangi pekerjaan manual bagi tim piutang (accounts receivable). Otomatisasi rekonsiliasi menghemat waktu dan meningkatkan akurasi pencatatan keuangan.

7. Sales Reports

Dalam industri ritel, pengecer sering kali membagikan data penjualan (point-of-sale data) dengan pemasok mereka melalui EDI. Dokumen ‘852 Product Activity Data’ (X12) memberikan wawasan kepada pemasok tentang bagaimana produk mereka terjual di tingkat toko. Data ini sangat berharga untuk peramalan permintaan.

Dengan menganalisis laporan penjualan ini, pemasok dapat merencanakan produksi dan inventaris mereka dengan lebih baik untuk memenuhi permintaan pasar. Kolaborasi berbasis data ini mengarah pada pengurangan kasus kehabisan stok (stockouts) dan kelebihan stok (overstocks). Berbagi data penjualan memperkuat kemitraan strategis.

8. Product Catalog

Dokumen ‘832 Price/Sales Catalog’ (X12) atau ‘PRICAT’ (EDIFACT) digunakan oleh penjual untuk mengirimkan informasi katalog produk mereka kepada pembeli secara elektronik. Ini termasuk deskripsi produk, harga, dan informasi logistik lainnya. Ini memastikan pembeli selalu memiliki data produk yang terbaru.

Setiap kali penjual memperbarui harga atau menambahkan produk baru, mereka dapat dengan mudah mendistribusikan katalog yang diperbarui ke semua mitra dagang mereka. Ini menghilangkan kebutuhan untuk mengirim katalog cetak atau spreadsheet melalui email. Manajemen data produk menjadi jauh lebih efisien dengan EDI.

Siapa Saja yang Menggunakan EDI di Indonesia?

Adopsi EDI di Indonesia semakin pesat seiring dengan digitalisasi dan kompleksitas rantai pasok yang terus berkembang. Berbagai sektor industri kini menyadari pentingnya otomatisasi pertukaran dokumen untuk menjaga daya saing. Mulai dari perusahaan logistik besar hingga sektor ritel, EDI telah menjadi standar utama untuk transaksi B2B yang efisien.

Industri logistik di Indonesia, termasuk perusahaan ekspedisi besar, merupakan pengguna EDI utama. Mereka menggunakan EDI untuk pertukaran informasi pengiriman, status pelacakan, dan faktur, memungkinkan penanganan jutaan pengiriman setiap hari dengan akurasi tinggi dan visibilitas real-time bagi pelanggan.

Sektor manufaktur, khususnya industri otomotif, sangat bergantung pada EDI untuk mengelola pesanan bahan baku dan komponen. Di industri otomotif, di mana produksi Just-In-Time (JIT) sangat umum, pertukaran data pesanan dan jadwal pengiriman secara instan melalui EDI menjadi sangat penting, memastikan kelancaran lini produksi tanpa gangguan.

Di sektor ritel modern, perusahaan seperti MAP (Mitra Adiperkasa) menggunakan EDI untuk berkomunikasi dengan ribuan pemasok mereka. EDI menyederhanakan proses pemesanan, penerimaan barang, dan pembayaran, yang sangat krusial dalam lingkungan bisnis bervolume tinggi.

Sektor keuangan dan perbankan juga memanfaatkan EDI, terutama untuk transaksi pembayaran massal antar perusahaan. Instruksi pembayaran dan laporan rekonsiliasi dikirim melalui jaringan yang aman, memastikan efisiensi dan keamanan dalam transaksi keuangan bernilai besar.

EDI menjadi kunci dalam penyelesaian pembayaran B2B. Lembaga pemerintah, seperti Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, mengimplementasikan EDI untuk dokumen impor dan ekspor, mempercepat proses customs clearance, dan mendukung business process management yang efisien di sektor publik.

Panduan Implementasi EDI untuk Perusahaan Anda

Mengadopsi EDI adalah langkah strategis yang memerlukan perencanaan yang matang. Proses implementasi melibatkan lebih dari sekadar membeli perangkat lunak, ini adalah proyek yang memengaruhi proses bisnis, teknologi, dan hubungan dengan mitra. Berikut adalah panduan singkat untuk membantu Anda menavigasi proses implementasi EDI.

1. Perencanaan dan Kebutuhan Infrastruktur

Langkah pertama adalah melakukan analisis mendalam terhadap kebutuhan bisnis Anda. Identifikasi proses mana yang paling diuntungkan dari otomatisasi, dokumen apa yang paling sering dipertukarkan, dan dengan mitra mana Anda akan mulai bertransaksi via EDI. Penilaian awal ini akan membentuk dasar dari strategi implementasi Anda.

Selanjutnya, evaluasi infrastruktur TI Anda saat ini. Apakah Anda memiliki sistem ERP yang dapat diintegrasikan dengan solusi EDI? Apakah tim TI Anda memiliki keahlian untuk mengelola sistem EDI secara internal, atau apakah lebih masuk akal untuk menggunakan layanan terkelola (managed service) dari pihak ketiga? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini akan menentukan pendekatan teknis yang akan Anda ambil.

2. Memilih Jenis Koneksi dan Partner EDI

Berdasarkan volume transaksi dan jumlah mitra, Anda perlu memilih model koneksi yang paling sesuai di antara Direct EDI, VAN, atau Web EDI. Untuk perusahaan dengan banyak mitra, VAN sering kali menjadi pilihan yang paling praktis karena menyederhanakan konektivitas. Untuk bisnis yang lebih kecil dengan beberapa mitra kunci, Direct EDI atau Web EDI bisa menjadi alternatif yang lebih hemat biaya.

Memilih penyedia atau partner EDI yang tepat sangatlah krusial. Carilah penyedia dengan rekam jejak yang terbukti, dukungan pelanggan yang responsif, dan keahlian di industri Anda. Partner yang baik akan bertindak sebagai perpanjangan tim Anda, membantu Anda melalui proses onboarding mitra, pemetaan, dan pemecahan masalah teknis.

3. Mengatasi Tantangan Umum (Biaya, Kompleksitas, Keahlian)

Tantangan paling umum dalam implementasi EDI adalah biaya awal, kompleksitas teknis, dan kebutuhan akan keahlian khusus. Biaya bisa mencakup perangkat lunak, biaya koneksi jaringan, dan biaya layanan implementasi. Penting untuk melihat ini sebagai investasi jangka panjang yang akan memberikan pengembalian (ROI) melalui efisiensi operasional.

Kompleksitas teknis, terutama dalam hal pemetaan data dan kepatuhan terhadap standar mitra, bisa sangat menantang. Inilah mengapa banyak perusahaan memilih untuk bekerja sama dengan penyedia EDI yang ahli. Mengalihdayakan aspek teknis memungkinkan perusahaan untuk fokus pada adopsi proses bisnis baru dan manajemen hubungan dengan mitra.

Mengapa Integrasi EDI dan ERP Sangat Penting?

Meskipun EDI dapat berfungsi sebagai sistem yang berdiri sendiri, nilai sebenarnya baru terbuka ketika diintegrasikan secara penuh dengan sistem Enterprise Resource Planning (ERP) Anda. Integrasi ini menciptakan sebuah ekosistem digital yang mulus di mana data mengalir secara otomatis dari mitra eksternal langsung ke jantung operasional perusahaan Anda.

Tanpa integrasi, Anda hanya memindahkan bottleneck dari satu titik ke titik lainnya. Dengan integrasi sistem yang solid, data dari dokumen EDI yang masuk, seperti Purchase Order (EDI 850), dapat secara otomatis membuat Sales Order di dalam sistem ERP Anda.

Ini menghilangkan kebutuhan bagi staf untuk secara manual mengetik ulang informasi dari satu sistem ke sistem lainnya. Sinkronisasi alur data ini adalah kunci untuk mencapai otomatisasi end-to-end yang sesungguhnya.

Integrasi yang erat antara EDI dan ERP secara dramatis mengurangi duplikasi proses dan mempercepat waktu siklus. Misalnya, ketika departemen gudang menandai pesanan sebagai ‘telah dikirim’ di ERP, sistem dapat secara otomatis memicu pengiriman Advanced Shipping Notice (EDI 856) dan Invoice (EDI 810) kepada pelanggan.

Kecepatan pengambilan keputusan meningkat karena manajer memiliki akses ke informasi yang akurat dan real-time di dalam ERP mereka. Pada akhirnya, kombinasi EDI dan ERP memperkuat visibilitas rantai pasok dari ujung ke ujung.

Anda dapat melacak pesanan dari saat diterima melalui EDI, melalui proses pemenuhan di dalam ERP, hingga konfirmasi pengiriman. Visibilitas yang komprehensif ini memungkinkan perusahaan untuk menjadi lebih proaktif, mengidentifikasi potensi masalah lebih awal, dan memberikan layanan pelanggan yang lebih baik.

Perkembangan Teknologi EDI di Masa Depan

Meskipun telah ada selama beberapa dekade, teknologi EDI terus berevolusi untuk memenuhi tuntutan bisnis modern. Inovasi baru tidak menggantikan EDI, tetapi justru memperkuat dan memperluas kemampuannya. Masa depan EDI adalah tentang konektivitas yang lebih fleksibel, keamanan yang lebih kuat, dan wawasan yang lebih dalam dari data yang dipertukarkan.

Integrasi dengan teknologi cloud membuat solusi EDI lebih terjangkau dan skalabel. Cloud EDI, yang sering ditawarkan sebagai SaaS, menghilangkan kebutuhan akan perangkat keras mahal, memungkinkan implementasi cepat dan pemeliharaan lebih mudah.

Teknologi blockchain juga memiliki potensi untuk merevolusi EDI di masa depan. Dengan menyediakan buku besar transaksi yang tidak dapat diubah dan terdesentralisasi, blockchain dapat meningkatkan transparansi dan keamanan dalam rantai pasok. Setiap langkah dalam siklus transaksi EDI dapat dicatat di blockchain, menciptakan jejak audit yang sepenuhnya dapat dipercaya oleh semua pihak.

Kecerdasan Buatan (AI) dan machine learning mulai digunakan untuk menganalisis volume besar data EDI yang mengalir antara mitra dagang. AI dapat mengidentifikasi pola, memprediksi permintaan, mendeteksi anomali yang mungkin mengindikasikan penipuan, dan memberikan wawasan preskriptif untuk mengoptimalkan tingkat inventaris.

Ini mengubah EDI dari sekadar alat pertukaran data menjadi sumber intelijen bisnis yang strategis. Di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, tren adopsi EDI diperkirakan akan terus meningkat pesat.

Didorong oleh pertumbuhan e-commerce, perluasan basis manufaktur, dan inisiatif pemerintah untuk digitalisasi perdagangan, semakin banyak perusahaan akan melihat EDI sebagai kebutuhan kompetitif. Permintaan akan rantai pasok yang lebih efisien, transparan, dan tangguh akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ini.

Kelola Transaksi Dokumen B2B Anda dengan Software ERP ScaleOcean

Kelola Transaksi Dokumen B2B Anda dengan Software ERP ScaleOcean

Seiring berkembangnya bisnis dan teknologi, perusahaan dihadapkan pada tantangan mengelola aliran data yang semakin kompleks. Tanpa sistem yang efektif, komunikasi antar perusahaan menjadi tidak efisien dan rawan kesalahan. EDI adalah solusi untuk mengotomatiskan pengelolaan data transaksi dan komunikasi bisnis, mengurangi ketergantungan pada metode manual.

Software ERP ScaleOcean membantu perusahaan mengelola operasional bisnis dalam satu platform terintegrasi dengan modul yang dapat disesuaikan. Keunggulannya termasuk unlimited user tanpa biaya tambahan, harga flat, dan lebih dari 200 modul yang dapat dipilih. Software ini mendukung efisiensi biaya dan implementasi cepat, memungkinkan perusahaan berkembang tanpa batasan.

ScaleOcean ERP dilengkapi konektor EDI bawaan untuk memudahkan integrasi langsung dengan mitra bisnis, mengurangi kompleksitas dan kesalahan. Sistem ini juga mendukung integrasi dengan provider VAN, mempercepat komunikasi antar pihak. ScaleOcean menawarkan demo gratis dan konsultasi gratis untuk merasakan manfaat ERP terintegrasi EDI.

Berikut ini adalah contoh-contoh fitur dari software ini yang akan mendukung EDI:

  • E-Procurement untuk Tender dan RFQ or ITQ Online: Memungkinkan perusahaan untuk melakukan pengadaan barang melalui sistem digital, yang mempercepat proses negosiasi dan pembelian barang antara perusahaan dan vendor secara online.
  • Vendor Portal: Sistem ini memberikan portal bagi vendor untuk mengelola informasi mereka, memudahkan pengadaan barang dan layanan, serta memantau status transaksi secara digital.
  • OCR untuk RFQ (Optical Character Recognition): Teknologi OCR digunakan untuk mengekstrak data dari RFQ (Request for Quotation) fisik dan mengonversinya ke dalam format digital, yang mengurangi kesalahan manusia dan mempercepat input data.
  • Integrasi E-Commerce dengan Platform: Integrasi ini memungkinkan sinkronisasi data produk, stok, pesanan, dan pelanggan secara otomatis antara sistem ERP dan platform e-commerce.
  • Evaluasi Vendor Otomatis: Vendor dinilai berdasarkan kriteria seperti ketepatan waktu, harga, dan kelengkapan layanan. Ini memungkinkan perusahaan untuk memilih vendor yang lebih baik berdasarkan kinerja masa lalu.

Kesimpulan

Di era digital, penerapan Electronic Data Interchange (EDI) mengotomatiskan pertukaran dokumen, menghemat waktu dan biaya, serta meningkatkan akurasi dan efisiensi. Mengadopsi EDI adalah langkah strategis untuk tetap kompetitif dan efisien di pasar global yang terhubung.

ScaleOcean ERP merupakan solusi EDI terintegrasi untuk memaksimalkan efisiensi operasional dengan pengelolaan data transaksi otomatis. Dengan lebih dari 200 modul yang dapat disesuaikan dan fitur seperti Vendor Portal dan E-Procurement, software ini mendukung transformasi digital bisnis Anda. Manfaatkan demo gratis dan konsultasi gratis untuk mempelajarinya lebih lanjut.

FAQ:

1. Apa itu Electronic Data Interchange (EDI)?

Electronic Data Interchange (EDI) adalah metode pertukaran dokumen dan data bisnis antar perusahaan menggunakan sistem komputer yang saling terhubung. EDI menggantikan proses manual seperti pengiriman dokumen kertas dengan format digital yang dapat diproses otomatis.

2. Apa contoh EDI?

Contoh EDI adalah pertukaran Purchase Order (PO) dan faktur antara pemasok dan pembeli. Dokumen tersebut dikirim dalam format digital terstruktur yang dapat langsung diproses oleh sistem komputer kedua belah pihak, mengurangi kebutuhan entri data manual dan meningkatkan efisiensi.

3. Apa saja tiga jenis EDI?

Tiga jenis EDI adalah Direct EDI (point-to-point), Value-Added Network (VAN), dan Web-Based EDI. Direct EDI menghubungkan dua sistem langsung, VAN menggunakan jaringan pihak ketiga, sementara Web-Based EDI memungkinkan penggunaan portal berbasis web untuk transaksi EDI.

4. Untuk apa digunakan perangkat lunak EDI?

Perangkat lunak EDI digunakan untuk mengotomatiskan pertukaran dokumen bisnis antara perusahaan. Ini mengubah data dari format internal menjadi format standar EDI dan sebaliknya, memfasilitasi transaksi yang lebih cepat, akurat, dan aman.

5. Bagaimana cara kerja EDI?

EDI bekerja dengan mengubah data internal menjadi format standar, kemudian mengirimkannya secara aman melalui jaringan yang terhubung ke sistem mitra. Setelah diterima, data diterjemahkan kembali ke format internal dan diproses secara otomatis tanpa campur tangan manusia, menghemat waktu dan mengurangi kesalahan.

Jadwalkan Demo Gratis

Error message
Error message
Error message
Error message
Error message
Error message

Rekomendasi Artikel Terkait

Temukan Artikel Serupa untuk Solusi Bisnis Lebih Lengkap