Istilah revolusi industri 4.0 menjadi suatu hal yang sering muncul dalam pembahasan internasional, karena menandakan awal mulanya revolusi pada tata cara pengerjaan operasional bisnis, termasuk juga proses produksi dan manufaktur. Hal ini merupakan tahapan selanjutnya dari industri 3.0 yang muncul pada ke-20.
Industri 3.0 menerapkan banyak sekali teknologi ke dalam siklus smart manufacturing pabrik dengan tujuan untuk mengurangi keterlibatan manusia dalam produksi. Banyak juga yang menganggap pula industri 3.0 sebagai awal terjadinya era digitalisasi dunia.
Meskipun begitu, manusia masih cenderung memegang posisi-posisi kritis dalam struktur perusahaan karena teknologi belum dapat mengerjakan segala kegiatan yang terlibat, terutama kegiatan administratif secara optimal. Untuk lebih meminimalisir lagi campur tangan manusia, maka praktik perakitan perlu berevolusi juga, sehingga muncul konsep revolusi industri 4.0.
Agar pemahaman Anda akan istilah tersebut meningkat, artikel ini akan membahas secara mendalam tentang industri 4.0 dan dampaknya dalam bisnis Anda. Beberapa contoh teknologinya juga akan disertakan agar Anda dapat menerapkannya ke dalam operasi perusahaan dan meningkatkan kemampuan beradaptasi.
- Revolusi industri 4.0 adalah sebuah transformasi digital yang melibatkan teknologi untuk mengoptimalkan operasi manufaktur bisnis.
- Pemerintahan Indonesia masih belum memungkinkan penerapan teknologi industri yang optimal pada produksi di Tanah Air.
- Contoh penerapan industri 4.0 di Indonesia: E–Commerce, service aggregator, digital marketing agency, online courses.
- Penerapan SaaS seperti ScaleOcean merupakan salah satu bentuk jenis teknologi revolusi industri 4.0.
1. Pengertian Revolusi Industri 4.0
Revolusi industri 4.0 adalah sebuah evolusi digital yang menerapkan teknologi paling baru dan canggih ke dalam perusahaan untuk meningkatkan efisiensi produksi. Teknologi yang dimaksud cenderung berupa IOT (Internet of Things), AI (Artificial Intelligence), big data dan SaaS.
Istilah ini sebenarnya bukan merupakan hal yang sangat baru, yakni pertama kali muncul pada tahun 2011 di Hannover Fair, Jerman. Untuk waktu yang sangat lama, hal tersebut cenderung hanya dianggap sebagai sebuah konsep dan tidak akan terjadi dalam waktu yang dekat.
Namun, dengan perkembangan pesat teknologi pada belakangan ini, terutama AI, salah satu bentuk tren ERP, semakin banyak negara dan bisnis di dunia mulai menerapkan teknologi industri 4.0 untuk mengoptimalkan proses manufaktur di pabrik. Dengan adanya revolusi industri 4.0, keterlibatan manusia berkurang dan otomatisasi meningkat, sehingga kemungkinan terjadinya human error berkurang.
2. Kondisi Revolusi Industri 4.0 di Indonesia
Melalui pembahasan singkat sebelumnya, dapat dinyatakan bahwa partisipasi persiapan demi industri 4.0 merupakan suatu hal yang wajib dilakukan oleh negara-negara di dunia untuk bersaing dari era globalisasi ini. Namun, alangkah sayangnya, hal ini masih belum direalisasi di Indonesia.
Meskipun Tanah Air merupakan salah satu negara di dunia dengan jumlah pengguna internet di dunia, praktik-praktik bisnis dan industrinya masih kalah jauh bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. Dampak-dampaknya akan dijelaskan secara lebih lengkap pada bagian selanjutnya, namun secara rinci, hal ini termasuk suatu hal kritis diperhatikan oleh pejabat negara.
Bahkan, dampaknya sudah pernah dirasakan oleh bisnis lokal sebelumnya. Pada bulan Maret 2025, PT Sritex, sebuah perusahaan tekstil ternama di Indonesia, resmi bangkrut. Hal ini terjadi dikarenakan adanya beberapa faktor, yakni impor tekstil ilegal yang lebih murah dari Cina dan praktiknya yang kurang kompetitif.

Mengapa barang-barang impor dari Cina jauh lebih murah dibandingkan dengan tekstil Tanah Air? Sesuai dengan isi video CNA Insider, perbedaan siklus produksi pabrik-pabrik di Cina dan Indonesia dapat dilihat dengan sangat jelas.
Pabrik-pabrik negara bambu berjalan tanpa adanya campur tangan manusia, melainkan perakitan tekstil sepenuhnya dilakukan oleh mesin. Hanya terdapat beberapa manusia yang bekerja di lapangan dan bertanggung jawab atas pemantauan penggunaan teknologi. Adanya otomatisasi ini memberikan perusahaan Cina kemampuan untuk melakukan produksi tanpa henti, yakni 24 jam sehari, 7 hari seminggu.
Keunggulan tersebut tentu saja sangat menekankan produsen lokal seperti PT Sritex yang masih melibatkan banyak jumlah manusia ke dalam proses produksi tekstil. Tidak hanya manufaktur yang kurang efisien, hal ini juga dapat meningkatkan harga produk akhir untuk menutupi gaji tenaga kerja yang berlimpah, yakni berada di kisaran 10.600 yang juga kena PHK pada bulan Maret lalu.
Hal ini sebenarnya tidak dapat sepenuhnya dapat dikendalikan oleh PT Sritex dan bisnis manufaktur tekstil lainnya, karena memerlukan insentif besar dari pemerintah untuk mengembangkan industri-industri negara. Namun, tindakan-tindakan pemerintah yang bersifat melindungi industri lokal dari negara lain malahan dapat mencegah terjadinya perkembangan tersebut.
Contohnya, negara-negara lain, termasuk Cina telah menerapkan teknologi canggih seperti traktor untuk menanam dan mengolah pertaniannya. Sedangkan petani-petani di Tanah Air masih menggunakan kerbau untuk melakukan proses yang sama, karena mereka tentu saja tidak mampu membeli teknologi-teknologi canggih tersebut.
Kasus E-Fishery yang belakangan ini muncul sangat mengharukan para investor, namun ide dan konsep dari bisnis itu sebenarnya bagus. Sistem dan mesinnya tidak hanya dapat memberi makan kepada ikan secara periodik dan otomatis, namun juga merupakan produk anak bangsa yang dapat menjadi salah satu komponen inti dalam penerapan revolusi industri 4.0 di Indonesia.
Bayangkan sejenak, apabila pemerintah memilih untuk melakukan akuisisi pada E-Fishery dan menjadikannya sebagai BUMN. Pemerintah kemudian memberikan subsidi kepada pemilik perkebunan ikan untuk membeli mesin feeder tersebut, sehingga lebih mudah terjangkau oleh mereka. Hasil akhirnya? Industri perikanan di Indonesia tentu saja akan berkembang dengan sangat pesat dan menjadi lebih kompetitif.
3. Dampak Revolusi Industri 4.0 Terhadap Bisnis
Sudah diketahui bahwa tiadanya industri 4.0 dalam perusahaan dapat membawa banyak dampak negatif bagi perusahaan. Sebaliknya pula, bisnis akan mengalami peningkatan kinerja manufaktur dan daya saing bila adanya penerapan teknologi seperti enterprise systems. Simak berikut pembahasannya:
a. Dampak Positif Industri 4.0
- Meningkatkan Efisiensi dan Produktivitas: Pabrik akan berjalan secara otomatis sehingga memaksimalkan angka dan kualitas produksi, dan meminimalisir risiko terjadinya human error. Hal berikut biasanya dicapai dengan penerapan software ERP terbaik.
- Daya Saing lebih Kuat: Melihat dari contoh perusahaan Cina vs. PT Sritex, dapat dilihat bahwa daya saing perusahaan cina jauh lebih unggul daripada produsen lokal dikarenakan adanya penerapan industri 4.0.
- Memaksimalkan Pendapatan: Meskipun memerlukan investasi awal untuk teknologi, perusahaan cenderung akan menghasilkan lebih banyak pendapatan dalam jangka waktu lama.
- Jangkauan Pasar lebih Luas: Dengan mengintegrasikan online platform seperti sosial media dan e–commerce, bisnis dapat menjangkau jumlah pelanggan yang lebih besar.
- Biaya Tenaga Kerja Berkurang: Assembly line tradisional melibatkan banyak sekali angka tenaga kerja sehingga membutuhkan pembayaran berulang yang berpotensi mahal, sedangkan penerapan teknologi revolusi industri 4.0. hanya membutuhkan biaya awal dan perawatan.
b. Dampak Negatif Industri 4.0
- Biaya Implementasi yang Tinggi: Perusahaan perlu membeli teknologi paling canggih dan baru untuk mengoptimalkan produksi pabriknya, sehingga biaya yang diperlukan cenderung sangat besar.
- Investasi Infrastruktur: Meskipun unggul, penyimpanan data ke server atau cloud digital memungkinkan terjadinya serangan siber terhadap perusahaan yang memaksa bisnis untuk melakukan investasi pada infrastruktur dan tenaga kerja yang terampil.
- Resistensi Terhadap Perubahan: Perusahaan bila menerapkan teknologi untuk otomatisasi proses tentunya akan menghadapi tantangan dari tenaga kerja karena bisnis akan melakukan PHK dalam skala besar yang menghapus pendapatan mereka.
4. Contoh Penerapan Revolusi Industri 4.0 di Indonesia
Indonesia adalah negara peringkat ke-4 di dunia dengan jumlah pengguna internet paling besar, yang berarti mempunyai potensi penerapan industri 4.0 paling besar di dunia. Meskipun revolusi industri 4.0 belum sepenuhnya diterapkan dalam Tanah Air, terutama dalam konteks manufaktur, sudah terdapat beberapa contoh penerapannya yang yakni berupa hal-hal seperti:
a. 3D Printing
3D printing atau juga dikenal sebagai additive manufacturing adalah proses manufaktur di mana objek dibuat dengan menambahkan material lapis demi lapis berdasarkan desain digital. Proses ini berbeda dari metode tradisional seperti pemotongan atau pengecoran, yang justru mengurangi atau membentuk bahan dari blok besar. Hal tersebut dapat menghemat biaya yang dikeluarkan, dan merancang prototipe dengan lebih mudah.
b. E-Commerce Platform
Hal ini merupakan suatu hal yang sangat umum di Indonesia, dan sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari kalangan warga. Platform–platform seperti Shopee miliki Alibaba dan Tokopedia milik GoTo merupakan dua contoh utama e–commerce di Indonesia. Meskipun begitu, terdapat beberapa permasalahan seputar penjualan barang-barang impor ilegal yang melanda platform–platform berikut.
c. Service Aggregator
Sebuah aggregator layanan adalah pihak yang mengumpulkan beberapa informasi, jasa atau bisnis menjadi satu agar lebih mudah diakses oleh orang tertentu. Contoh service aggregator paling umum di Indonesia adalah aggregator keuangan seperti GoPay dan ShopeePay yang mengintegrasikan berbagai metode pembayaran ke dalam satu platform.
d. Digital Marketing Agency
Agensi ini bertanggung jawab atas pemasaran jasa dan/atau produk sebuah perusahaan, dan merupakan pihak eksternal atau ketiga yang dikontrak. Jenis-jenisnya beragam, dapat berupa agensi spesialis periklanan, sosial media, talent atau SEO (Search Engine Optimization).
e. Online Courses
Kursus online cenderung dipandang sebagai sumber pembelajaran ilmu spesifik di Indonesia dan diikuti oleh pihak-pihak muda atau pihak yang ingin mengganti karirnya. Keunggulan utama dari online courses berada di namanya, yakni dapat dilakukan dari mana dan kapan saja secara online.
Baca juga: Industri Manufaktur: Pengertian, Jenis, dan Contohnya
5. Jenis Teknologi yang Membantu Bisnis dalam Industri 4.0
Teknologi-teknologi yang diterapkan ke dalam masing-masing bisnis cenderung bervariasi dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan, dari teknologi yang terintegrasi ERP hingga database. Beberapa contoh dari teknologi industri 4.0 tersebut adalah:
a. SaaS Manufaktur ScaleOcean
SaaS atau Software as a Service adalah sebuah jasa pelayanan perangkat lunak yang membantu perusahaan meningkatkan kinerja operasionalnya. Fungsi dari software-nya adalah untuk memberikan bisnis kemampuan dalam memantau segala proses yang sedang berjalan secara lebih mudah.
Terdapat banyak jumlah penyedia SaaS di Indonesia, dengan salah satunya yang paling unggul adalah ScaleOcean. Dengan asal-usul dari Singapura, sistemnya kini hadir di Tanah Air dan telah diterapkan ke dalam banyak jumlah bisnis lokal maupun global.
Software-nya, terutama software manufaktur, menjadi pilihan banyak perusahaan karena fitur dan modulnya yang beragam, sehingga dapat memenuhi kebutuhan apa saja yang dimiliki bisnis. Kemudahan integrasi antar cabang perusahaan dan sistem seperti aplikasi akuntansi juga merupakan beberapa pertimbangan lain yang sering muncul.
Vendor tersebut menyediakan demo gratis bagi perusahaan-perusahaan yang belum pernah menggunakan SaaS untuk merasakan secara langsung manfaat dari penerapan perangkat lunak. Terdapat juga beberapa fiturnya yang sering digunakan dalam pabrik manufaktur:
- Production Planning and Scheduling: Membuat jadwal produksi dengan mempertimbangkan kemampuan mesin, ketersediaan bahan, serta permintaan pelanggan, agar terhindar dari hambatan dan waktu kosong dalam proses produksi.
- Machine Monitoring System (Integrasi IIoT): Memantau kinerja dan keadaan mesin secara langsung, mengirimkan pemberitahuan jika ada penurunan kinerja mesin atau memerlukan perawatan.
- Quality Control (QC): Mengawasi pemeriksaan kualitas di setiap tahapan produksi, mencatat langkah-langkah perbaikan dan laporan kualitas barang.
- Smart MRP (Material Requirement Planning): Mengotomatiskan penghitungan kebutuhan bahan baku sesuai dengan rencana produksi dan waktu pengiriman, membantu menjamin bahwa bahan tersedia pada waktu yang tepat dan dalam jumlah yang sesuai.
- BOM Management (Bill of Materials): Mengatur daftar bahan baku, elemen, dan elemen kecil secara otomatis, membuat proses perencanaan dan pengendalian produksi menjadi lebih mudah.
- Integrated SCM (Supply Chain Management): Menggabungkan semua aspek rantai pasokan mulai dari pengaturan waktu hingga pengolahan pesanan dalam satu sistem.
- Cost Management: Menghitung Harga Pokok Produksi (HPP) dengan cara otomatis dan tepat, serta mengawasi semua elemen pengeluaran seperti bahan utama, tenaga kerja, dan biaya tambahan.
b. Internet of Things (IoT)
IoT dalam produksi adalah penggunaan perangkat yang saling terhubung untuk mengawasi, mengontrol, dan mengoptimalkan proses manufaktur secara real time. Perangkat ini bisa berupa sensor mesin, alat pemantau suhu, kamera kualitas produk, atau alat pemantau energi. Dengan IoT, pabrik bisa meningkatkan efisiensi, menekan biaya, mengurangi downtime, dan meningkatkan kualitas produksi.
c. Big Data dan Analitik
Big data merujuk pada volume data besar yang berhubungan dengan segala operasi bisnis. Informasi-informasi tersebut kemudian dianalisis secara mendalam untuk membantu dalam pengambilan keputusan strategis perusahaan. Contohnya dalam konteks produksi, data-data seperti permintaan pasar, siklus produksi dan pasokan, dan lain sebagainya akan dianalisa untuk menjadwalkan produksi dengan lebih matang.
d. AI (Artificial Intelligence)
AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan merupakan suatu hal yang semakin merajalela pada belakangan tahun ini. Teknologi berikut lah yang menjadi tulang punggung yang memungkinkan otomatisasi manufaktur total pada industri 4.0. Kecerdasan buatan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu generative AI dan agentic AI. Gen AI berfungsi untuk membuat suatu hal, sedangkan agentic AI berperan dalam mengambil keputusan.
6. Kesimpulan
Revolusi industri 4.0 merupakan sesuatu yang masih berada dalam tahapan-tahapan awal, namun penting bagi bisnis untuk menerapkan teknologi-teknologi yang ada ke dalam operasinya untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing dalam era perdagangan internasional sekarang yang sangat kompetitif. Bila tidak, perusahaan yang Anda bangun dari dulu hingga sekarang berpotensi runtuh seperti PT Sritex.
Jika Anda tidak ingin hal tersebut terjadi, sebaiknya Anda mulai menerapkan teknologi industri 4.0 ke dalam bisnis Anda dengan segera. Jenis teknologi yang biasanya diimplementasi terlebih dahulu adalah sistem ERP manufaktur seperti ScaleOcean yang memberikan gambaran lebih jelas terhadap keseluruhan produksi. Anda dapat mencoba terlebih dahulu sistemnya melalui demo gratis yang ditawarkan oleh vendor tersebut.
FAQ:
1. Apa saja contoh industri 4.0 yang ada?
Industri 4.0 mencakup penggunaan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), big data, dan cloud computing. Tujuannya adalah untuk mendorong otomatisasi dan digitalisasi dalam berbagai sektor, seperti manufaktur, layanan publik, perdagangan (e-commerce), dan kesehatan.
2. Bagaimana penerapan Revolusi Industri Keempat (IR4.0) dapat memecahkan masalah dalam industri?
Penerapan IR4.0 memecahkan masalah industri dengan mengumpulkan lebih banyak data dari lantai pabrik dan menggabungkannya dengan data operasional perusahaan lainnya. Pabrik pintar yang memanfaatkan data terintegrasi ini dapat mencapai transparansi informasi untuk keputusan yang lebih baik.
3. Apa dampak revolusi industri 4.0 dalam kehidupan pekerjaan di masa kini?
Dampak utamanya bukan menggantikan manusia, melainkan memungkinkan manusia untuk bekerja lebih cerdas, efisien, dan kreatif. Revolusi Industri 4.0 bertujuan menciptakan dunia kerja yang lebih dinamis dan inovatif melalui kolaborasi antara manusia dan teknologi baru.



