Return on Invested Capital (ROIC): Definisi dan Fungsinya

ScaleOcean Team
Posted on
Share artikel ini

Dalam dunia bisnis yang sangat kompetitif, pengelolaan modal yang efektif menjadi salah satu faktor penentu kesuksesan jangka panjang. Banyak perusahaan yang kesulitan untuk mengukur sejauh mana modal yang diinvestasikan memberikan hasil yang maksimal. Tanpa pemahaman yang jelas mengenai Return on Invested Capital (ROIC), perusahaan berisiko membuat keputusan yang tidak optimal.

Metrik ini bukan hanya penting untuk menilai kinerja finansial perusahaan, tetapi juga untuk menentukan arah strategi investasi yang lebih baik. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam apa itu return on invested capital, bagaimana cara menghitungnya, serta mengapa metrik ini krusial bagi pengambil keputusan.

starsKey Takeaways
  • Return on invested capital adalah metrik superior yang mengukur kemampuan perusahaan dalam mengubah seluruh modal yang ditanamkan, baik utang maupun ekuitas, menjadi laba operasional.
  • Pentingnya ROIC terletak pada kemampuannya sebagai indikator penciptaan nilai sejati, di mana nilai baru tercipta saat ROIC melampaui biaya modal (WACC).
  • Software akuntansi ScaleOcean mempermudah proses perhitungan ROIC secara akurat dan otomatis, memberdayakan Anda untuk fokus pada analisis strategis.

Coba Demo Gratis!

requestDemo

1. Apa Itu Return on Invested Capital (ROIC)?

Return on Invested Capital (ROIC) adalah rasio profitabilitas yang mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan laba dari total modal yang diinvestasikan, baik dari utang maupun ekuitas. Metrik ini menjadi indikator utama bagi investor dan manajemen perusahaan untuk menilai nilai dan kinerja bisnis.

Return on invested capital menunjukkan seberapa efisien perusahaan mengubah modal menjadi keuntungan. Semakin tinggi ROIC, semakin efisien penggunaan modal dan semakin besar nilai yang diciptakan oleh perusahaan, yang menandakan kinerja yang solid dan potensi pertumbuhan jangka panjang.

2. Rumus dan Cara Menghitung ROIC

Untuk menghitung return on invested capital, Anda membutuhkan dua komponen utama yang dapat ditemukan di laporan keuangan perusahaan NOPAT (laba operasional setelah pajak) dan modal yang diinvestasikan (invested capital). Secara umum, rumus ROIC adalah NOPAT dibagi dengan invested capital.

Rumus ini dirancang untuk mengisolasi kinerja operasional inti dari struktur permodalan dan kebijakan pajak perusahaan. Berikut rumusnya:

ROIC = NOPAT / Modal yang Diinvestasikan

NOPAT (Net Operating Profit After Tax) merupakan laba yang dihasilkan dari operasi inti perusahaan setelah dikurangi pajak. NOPAT memberikan gambaran tentang profitabilitas perusahaan yang hanya berasal dari operasi utama, tanpa memperhitungkan pengaruh bunga atau pajak. Ini membantu untuk menilai kinerja operasional murni perusahaan. Berikut adalah rumus NOPAT:

NOPAT = EBIT × (1 − Tarif Pajak)

Modal yang diinvestasikan (invested capital) merupakan total modal yang digunakan perusahaan untuk mendanai operasi yang mencakup modal dari pemegang saham (ekuitas) serta utang perusahaan. Modal ini menggambarkan semua sumber daya yang dipergunakan perusahaan untuk menjalankan operasinya dan menghasilkan laba. Berikut rumus invested capital:

Invested Capital = (Total Aset – Liabilitas Lancar Tanpa Bunga) atau (Ekuitas + Utang – Aset Non-Operasi).

Setelah memperoleh kedua komponen tersebut, Anda tinggal membagi NOPAT dengan modal yang diinvestasikan untuk mendapatkan ROIC. Hasilnya, yang umumnya disajikan dalam bentuk persentase, akan memberikan gambaran mengenai tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh perusahaan dari modal yang diinvestasikan.

3. Mengapa ROIC Penting?

Mengapa ROIC Penting?

ROIC bukan sekadar angka dalam laporan keuangan metrik ini memegang peranan krusial dalam pengambilan keputusan strategis dan evaluasi kesehatan finansial perusahaan. Kepentingan utamanya terletak pada kemampuannya untuk memberikan gambaran yang jernih tentang efisiensi alokasi modal dan penciptaan nilai jangka panjang.

Berikut adalah beberapa alasan mengapa ROIC menjadi metrik yang sangat diperhitungkan oleh para CEO, manajer, dan investor:

a. Indikator Penciptaan Nilai (Value Creation)

ROIC berfungsi sebagai indikator penciptaan nilai ekonomi perusahaan. Sebuah perusahaan hanya benar-benar menciptakan nilai jika ROIC lebih tinggi dari biaya modal rata-rata tertimbang (WACC), yang mencerminkan biaya rata-rata untuk mendanai aset melalui utang dan ekuitas.

Jika ROIC lebih tinggi dari WACC, perusahaan menciptakan nilai lebih dari biaya modalnya (economic value added). Sebaliknya, jika ROIC lebih rendah, perusahaan menghancurkan nilai meskipun laba tercatat. Sebagai acuan, ROIC yang sehat idealnya 2% lebih tinggi dari WACC untuk memastikan keberlanjutan bisnis.

b. Mengukur Efisiensi Manajemen

ROIC berfungsi sebagai rapor bagi manajemen dalam mengelola modal operasional. Metrik ini mengukur efektivitas keputusan investasi yang dibuat oleh eksekutif. Manajemen yang baik akan mengalokasikan modal ke proyek dengan pengembalian tinggi, mendukung pertumbuhan perusahaan. Salah satu metrik yang terkait yaitu net profit margin.

Bagi investor, ROIC membantu menilai profitabilitas dan kinerja perusahaan. ROIC yang stabil atau meningkat menunjukkan manajemen yang efektif, sedangkan penurunan ROIC bisa menandakan investasi yang tidak produktif atau penurunan efisiensi operasional.

c. Alat Perbandingan Kompetitif

ROIC adalah alat yang ampuh dalam analisis industri untuk membandingkan kinerja antar perusahaan. Karena menormalisasi perbedaan struktur modal dan tarif pajak, ROIC memberikan perbandingan yang lebih adil daripada rasio profitabilitas lainnya, membantu investor dan analis mengidentifikasi perusahaan yang efisien.

Perusahaan yang konsisten mempertahankan ROIC di atas rata-rata industri sering memiliki keunggulan kompetitif atau ‘economic moat’. Keunggulan ini bisa berasal dari merek kuat, teknologi unggul, atau efisiensi biaya yang sulit ditiru pesaing, menjadikan ROIC penting dalam analisis rasio profitabilitas.

4. Berapa Persentase ROIC yang Baik?

Menilai apakah ROIC tergolong “baik” sangat bergantung pada konteks industri, dan tidak ada angka pasti yang berlaku untuk semua sektor. Secara umum, ROIC harus lebih tinggi dari Weighted Average Cost of Capital (WACC) perusahaan. Jika ROIC > WACC, perusahaan menciptakan nilai, sebaliknya, perusahaan menghancurkan nilai.

Sebagai patokan, ROIC di atas 15% sering dianggap sebagai indikator perusahaan dengan keunggulan kompetitif. Angka antara 10% hingga 15% dianggap solid, sementara ROIC di bawah 10% mungkin memerlukan perhatian lebih, terutama jika berada di bawah WACC. Namun, angka ini sangat bervariasi antar industri.

Industri padat modal seperti manufaktur atau properti mungkin memiliki ROIC yang lebih rendah dibandingkan industri teknologi atau jasa yang lebih ringan aset. Yang lebih penting daripada angka tunggal adalah tren ROIC dari waktu ke waktu. Perusahaan dengan ROIC stabil atau meningkat secara konsisten lebih menarik dibandingkan yang fluktuatif.

Untuk memantau ROIC secara efisien, software akuntansi ScaleOcean dapat membantu perusahaan dengan sistem yang terintegrasi, menyederhanakan pelaporan keuangan dan analisis kinerja secara real-time.

Dengan fitur yang akurat dan mudah diakses, software akuntansi ScaleOcean mendukung pengambilan keputusan yang lebih tepat. Dapatkan demo gratis dan konsultasi untuk menilai kecocokan solusi ini dengan kebutuhan bisnis Anda.

5. Perbedaan ROIC dengan Metrik Profitabilitas Lainnya

Meskipun ada banyak metrik untuk mengukur profitabilitas, ROIC memiliki karakteristik unik yang membedakannya dari rasio populer lainnya seperti ROE, ROI, dan ROCE. Memahami perbedaan ini sangat penting agar tidak salah dalam menginterpretasikan kesehatan keuangan perusahaan. Berikut penjelasannya:

a. Perbedaan ROIC vs ROE (Return on Equity)

Return on Equity (ROE) mengukur seberapa besar laba bersih yang dihasilkan perusahaan untuk setiap rupiah modal yang diinvestasikan oleh pemegang saham. Rumusnya adalah Laba Bersih dibagi Total Ekuitas. Meskipun bermanfaat, kelemahan utama ROE adalah bisa meningkat secara artifisial jika perusahaan menambah utang, yang juga meningkatkan risiko finansial.

Di sisi lain, ROIC memberikan gambaran yang lebih seimbang karena memasukkan utang dalam modal yang diinvestasikan. Ini menjadikan ROIC tidak terpengaruh oleh struktur permodalan perusahaan. Dengan demikian, ROIC menjadi ukuran efisiensi operasional yang lebih murni, terlepas dari bagaimana perusahaan membiayai operasinya.

b. Perbedaan ROIC vs ROI (Return on Investment)

Return on Investment (ROI) adalah metrik yang sangat luas dan fleksibel, biasanya digunakan untuk mengevaluasi profitabilitas dari sebuah investasi atau proyek spesifik. Rumusnya adalah (Laba dari Investasi – Biaya Investasi) / Biaya Investasi. Fokus utama ROI adalah pada pengembalian dari suatu pengeluaran modal tunggal atau terisolasi.

Perbedaan mendasarnya adalah pada cakupannya. Sementara ROI digunakan secara taktis untuk proyek-proyek individual, ROIC adalah metrik strategis yang mengevaluasi kinerja seluruh perusahaan. ROIC mengukur seberapa baik total modal perusahaan—gabungan semua proyek dan aset dikelola untuk menghasilkan keuntungan operasional secara keseluruhan.

c. Perbedaan ROIC vs ROCE (Return on Capital Employed)

ROCE (Return on Capital Employed) mirip dengan ROIC, namun menggunakan EBIT (Laba Sebelum Bunga dan Pajak) sebagai pembilang dan Capital Employed (Total Aset – Utang Lancar) sebagai penyebut. Perbedaan utama terletak pada penggunaan EBIT dalam ROCE.

Sementara itu, ROIC lebih disukai karena menggunakan NOPAT (Laba Operasional Setelah Pajak), memberikan gambaran yang lebih realistis tentang laba yang tersedia untuk penyedia modal setelah kewajiban pajak. Penggunaan NOPAT membuat ROIC lebih konservatif dan akurat.

6. Contoh Perhitungan ROIC untuk Perusahaan Indonesia

Contoh Perhitungan ROIC untuk Perusahaan Indonesia

Untuk memberikan gambaran praktis tentang perhitungan ROIC, mari kita gunakan contoh fiktif dari perusahaan besar di Indonesia, PT Cipta Jaya Tbk. Misalkan perusahaan ini memiliki laporan keuangan dengan data sebagai berikut Laba Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT) sebesar Rp400 miliar, Total Utang Rp1.000 miliar, dan Total Ekuitas Rp1.500 miliar. Kas dan Setara Kas perusahaan tercatat sebesar Rp200 miliar, dengan tarif pajak efektif sebesar 30%.

Langkah pertama adalah menghitung NOPAT. Dengan EBIT sebesar Rp400 miliar dan tarif pajak 30%, maka perhitungannya adalah:

NOPAT = EBIT x (1 – Tarif Pajak) = Rp400 miliar x (1 – 0.30) = Rp280 miliar. Ini adalah laba operasional setelah pajak yang dihasilkan PT Cipta Jaya Tbk.

Langkah berikutnya adalah menghitung Modal yang diinvestasikan. Ini dihitung dengan menjumlahkan total utang dan ekuitas, lalu mengurangi kas yang tidak esensial

Modal yang Diinvestasikan = Total Utang + Total Ekuitas – Kas = Rp1.000 miliar + Rp1.500 miliar – Rp200 miliar = Rp2.300 miliar.

Terakhir, ROIC dihitung dengan membagi NOPAT dengan Modal yang Diinvestasikan

ROIC = Rp280 miliar / Rp2.300 miliar = 0.1217 atau 12.17%.

Jika WACC perusahaan adalah 10%, ini berarti PT Cipta Jaya Tbk berhasil menciptakan nilai sebesar 2.17% di atas biaya modal yang dibutuhkan, menunjukkan bahwa perusahaan mengelola modalnya dengan efektif.

7. Keterbatasan dalam Menggunakan ROIC

Meskipun ROIC adalah metrik analisis yang sangat kuat, penting bagi para pengambil keputusan untuk menyadari keterbatasannya. Mengandalkan ROIC secara eksklusif tanpa mempertimbangkan konteks yang lebih luas dapat mengarah pada kesimpulan yang keliru. Berikut penjelasan metrik ini:

a. Kurangnya Detail

ROIC memberikan gambaran umum kinerja, tetapi tidak menunjukkan segmen bisnis mana yang menciptakan nilai. Misalnya, ROIC yang rendah bisa disebabkan oleh margin keuntungan yang tipis atau perputaran aset yang lambat, tanpa mengungkapkan segmen yang menjadi penyebabnya. Untuk memahami akar masalah, analis perlu menggali lebih dalam ke komponen-komponennya.

Analisis Dupont yang diperluas membantu memecah ROIC menjadi pendorong utama, seperti profitabilitas dan efisiensi aset. Dengan menganalisis metrik seperti gross profit margin dan rasio perputaran aset, manajer dapat mengidentifikasi segmen yang perlu perbaikan. Tanpa analisis ini, ROIC hanya menunjukkan gejala, bukan segmen bisnis yang menciptakan nilai.

b. Sensitivitas Akuntansi

Perhitungan ROIC bergantung pada angka yang dilaporkan dalam laporan keuangan, yang dapat dipengaruhi oleh metode akuntansi yang berbeda. Misalnya, pilihan metode depresiasi atau perlakuan terhadap aset tak berwujud seperti goodwill dapat memengaruhi NOPAT dan modal yang diinvestasikan, menyulitkan perbandingan antar perusahaan.

Selain itu, tidak ada definisi standar untuk ‘modal yang diinvestasikan’. Beberapa analis mungkin memasukkan atau mengeluarkan item tertentu, yang menyebabkan inkonsistensi dalam perhitungan ROIC. Oleh karena itu, penting untuk memahami asumsi di balik perhitungan sebelum menarik kesimpulan.

Dilansir dari analisis dari Investing, ROIC yang dihitung tanpa penyesuaian akuntansi terperinci (GAAP-Based) memiliki kaitan yang lemah dengan valuasi. Penyesuaian data dari catatan kaki laporan dapat menjelaskan variasi valuasi perusahaan hingga 58%. Ini menegaskan bahwa perhitungan ROIC standar rentan terhadap distorsi dan membutuhkan penyesuaian profesional.

c. Mengabaikan Faktor Kualitatif

ROIC adalah metrik kuantitatif yang mengukur efisiensi operasional, namun tidak memperhitungkan aspek kualitatif penting seperti kualitas manajemen, reputasi merek, atau kondisi pasar. Faktor-faktor ini sering kali menjadi penentu utama keberlanjutan keunggulan kompetitif.

Perusahaan dengan ROIC biasa namun memiliki tim manajemen visioner atau produk disruptif bisa menjadi investasi jangka panjang yang lebih baik dibandingkan perusahaan dengan ROIC tinggi tapi stagnan. Oleh karena itu, analisis kualitatif harus melengkapi analisis kuantitatif untuk gambaran yang lebih lengkap.

d. Gambaran Tidak Lengkap

ROIC memberikan gambaran kinerja perusahaan pada satu titik waktu, tetapi mungkin tidak mencerminkan kesehatan jangka panjang, terutama bagi perusahaan dalam fase pertumbuhan. Investasi besar dalam R&D atau ekspansi pabrik bisa menekan NOPAT dan meningkatkan modal, namun diharapkan menghasilkan pengembalian tinggi di masa depan.

Fokus berlebihan pada ROIC jangka pendek dapat menghalangi proyek penting untuk pertumbuhan jangka panjang. Oleh karena itu, analisis ROIC harus diimbangi dengan pemahaman tentang siklus hidup perusahaan dan strategi investasinya, termasuk kapan investasi mencapai break even point (BEP).

8. Kesimpulan

Return on Invested Capital (ROIC) memberikan wawasan tentang efisiensi perusahaan dalam mengubah modal menjadi keuntungan. ROIC membantu mengevaluasi efektivitas manajemen dan perbandingan kompetitif, namun harus digunakan bersama metrik lain dan faktor kualitatif untuk gambaran yang lebih lengkap.

Menghitung ROIC memerlukan data akurat dan terstruktur. Di sinilah teknologi berperan penting. Software akuntansi ScaleOcean menyederhanakan pengumpulan data dan menyajikan ROIC dalam dasbor intuitif. Cobalah demo gratis ScaleOcean untuk mempermudah analisis dan mendukung keputusan strategis yang lebih baik.

FAQ:

Berapa ROIC yang bagus?

ROIC di atas 10-15% umumnya menunjukkan efisiensi dan profitabilitas yang baik. Yang terpenting, ROIC harus melebihi WACC perusahaan untuk menciptakan nilai. Angka ini bervariasi tergantung industri, misalnya, perusahaan teknologi cenderung memiliki ROIC lebih tinggi.

Apa itu ROIC dan WACC?

ROIC mengukur efisiensi perusahaan dalam menghasilkan laba dari modal yang diinvestasikan, sementara WACC adalah biaya rata-rata untuk mendanai operasi melalui utang dan ekuitas.

Apakah ROIC 50% bagus?Apakah ROIC 50% bagus?

ROIC 50% menunjukkan bahwa perusahaan menghasilkan laba yang sangat tinggi dari modal yang diinvestasikan. Setiap $1 yang diinvestasikan dapat menghasilkan $1,50, yang menandakan potensi penciptaan nilai jangka panjang yang besar.

Jadwalkan Demo Gratis

Error message
Error message
Error message
Error message
Error message
Error message

Rekomendasi Artikel Terkait

Temukan Artikel Serupa untuk Solusi Bisnis Lebih Lengkap