Pekerjaan purchasing memegang peran vital dalam rantai pasok perusahaan, melibatkan pengelolaan pengadaan barang dan jasa, negosiasi dengan pemasok, dan memastikan pengiriman tepat waktu. Namun, pekerjaan ini juga memiliki resiko tinggi yang dapat mempengaruhi operasional perusahaan secara keseluruhan.
Resiko pekerjaan purchasing meliputi hubungan dengan pemasok, pengelolaan anggaran, kesalahan administrasi, dan ketidakpatuhan terhadap peraturan. Kesalahan dalam proses ini dapat berakibat pada keterlambatan pengadaan, biaya yang meningkat, dan kualitas barang yang buruk, yang pada akhirnya mengganggu operasional.
Artikel ini akan membahas resiko-resiko utama dalam pekerjaan purchasing dan dampaknya pada pengadaan barang. Selain itu, kami juga akan membahas strategi dan solusi untuk mengelola resiko ini, termasuk penggunaan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi kesalahan dalam pengadaan.
- Resiko pekerjaan purchasing adalah potensi gangguan dalam proses pengadaan yang dapat memengaruhi efisiensi, biaya, dan kelancaran operasional perusahaan.
- Macam-macam resiko pekerjaan purchasing terdiri dari berbagai potensi hambatan, mulai dari gangguan pasokan, kesalahan administrasi, hingga ancaman siber.
- Dampak purchasing yang tidak lancar dapat mengganggu operasional, menaikkan biaya, menurunkan kualitas barang, serta merusak hubungan dengan pemasok.
- Software Purchasing Management ScaleOcean memiliki fitur seperti otomatisasi pengadaan dan kontrol pembayaran, untuk membuat proses pengadaan bisnis Anda menjadi aman.
Apa itu Resiko Pekerjaan Purchasing?
Resiko pekerjaan purchasing adalah berbagai risiko yang terkait dengan pekerjaan purchasing (pembelian). Misalnya, pengelolaan dokumen yang buruk dapat menyebabkan keterlambatan pembayaran atau sengketa hukum.
Manajemen risiko dalam pekerjaan purchasing penting untuk memastikan kelancaran proses pengadaan. Dengan mengidentifikasi dan mengelola risiko, organisasi dapat mengurangi gangguan operasional, seperti dengan diversifikasi pemasok atau menggunakan sistem pengadaan otomatis untuk efisiensi yang lebih baik.
Meskipun proses e-purchasing menawarkan transparansi dan efisiensi lebih tinggi, risiko tetap dapat terjadi di dalamnya. Risiko seperti kegagalan sistem, kesalahan input data, hingga pelanggaran keamanan informasi bisa mengganggu proses pengadaan. Oleh karena itu, perusahaan perlu menetapkan kebijakan keamanan data dan melakukan audit berkala.
9 Resiko Pekerjaan Purchasing yang Perlu Diketahui

Pekerjaan purchasing tidak hanya tentang memilih dan membeli barang, tetapi juga menghadapi berbagai resiko yang bisa berdampak besar pada kelancaran operasional perusahaan. Berikut adalah tujuh resiko yang perlu diketahui oleh setiap profesional purchasing untuk memastikan proses pengadaan berjalan efisien dan efektif.
1. Resiko Hubungan dengan Supplier
Menjaga hubungan yang baik dengan supplier adalah aspek penting dalam proses purchasing. Hubungan yang buruk dengan pemasok dapat mengganggu pengiriman barang atau kualitas yang diterima.
Tantangan lainnya adalah ketergantungan pada pemasok tunggal, yang meningkatkan risiko gangguan pasokan jika pemasok tersebut mengalami masalah. Untuk mengurangi resiko ini, penting untuk membangun hubungan yang lebih luas dengan berbagai pemasok.
Diversifikasi pemasok tidak hanya mengurangi ketergantungan pada satu pihak, tetapi juga memberikan leverage dalam negosiasi harga dan pengiriman. Sistem yang transparan dan komunikasi yang baik dapat memastikan kelancaran pasokan.
2. Pengelolaan Data dan Dokumen Pengadaan
Pengelolaan data dan dokumen pengadaan yang tidak efisien dapat menyebabkan kesalahan administratif, yang berpotensi merusak proses audit dan pengawasan. Kesalahan dalam mendokumentasikan transaksi atau informasi pemasok dapat berakibat kebingungannya saat pengambilan keputusan atau ketika ada masalah yang perlu diselesaikan.
Penting untuk memiliki sistem pengelolaan dokumen yang terorganisir dengan baik, di mana semua data penting seperti Purchase Orders, kontrak, dan faktur bisa diakses dengan mudah. Penggunaan aplikasi procurement dapat membantu dalam mendigitalisasi dan mengotomatiskan pengelolaan data, memastikan akurasi dan efisiensi.
3. Melakukan Pembelian Secepatnya Tanpa Pertimbangan Matang
Sering kali, pembelian dilakukan dengan terburu-buru untuk memenuhi kebutuhan mendesak. Namun, keputusan pembelian yang cepat dan tanpa pertimbangan matang dapat berakibat pada pembelian barang yang tidak sesuai dengan anggaran atau kualitas yang diinginkan, mengarah pada ketidaksesuaian dan pemborosan.
Untuk menghindari hal ini, setiap keputusan pembelian harus melalui proses evaluasi yang matang. Hal ini termasuk memastikan bahwa barang yang dibeli sesuai dengan kebutuhan, anggaran yang telah disetujui, dan mempertimbangkan dampaknya terhadap operasional perusahaan agar tidak ada keputusan terburu-buru yang merugikan.
4. Tidak Mematuhi Peraturan yang Berlaku
Ketidakpatuhan terhadap peraturan pengadaan yang berlaku dapat menimbulkan resiko hukum yang serius, mulai dari denda hingga kerusakan reputasi perusahaan. Kesalahan dalam mengikuti peraturan lokal, nasional, atau industri dapat menimbulkan konsekuensi hukum yang merugikan perusahaan dan pihak terkait.
Untuk mengatasi resiko ini, penting bagi admin purchasing untuk selalu memahami dan mengikuti peraturan yang relevan. Pelatihan rutin tentang peraturan pengadaan dan penerapan kebijakan yang tepat sangat penting untuk memastikan bahwa seluruh tim bekerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5. Ketidakmampuan untuk Menganalisa Kebutuhan dan Tren Pasar
Kesalahan dalam memprediksi kebutuhan barang atau perubahan tren pasar dapat menyebabkan pemborosan atau kekurangan stok. Jika tim purchasing tidak dapat menilai dengan akurat kebutuhan barang yang diperlukan, perusahaan bisa terjebak dengan kelebihan stok atau kekurangan barang yang krusial.
Kemampuan untuk menganalisa pasar secara tepat sangat penting untuk merencanakan pengadaan dengan efisien. Dengan memperhatikan tren pasar dan perubahan kebutuhan pelanggan, tim purchasing bisa membuat keputusan yang lebih bijak, menghindari pemborosan, dan memastikan bahwa stok barang tetap sesuai dengan permintaan pasar.
6. Kesalahan dalam Pengelolaan Anggaran Pembelian
Pengelolaan anggaran yang buruk dapat menyebabkan pemborosan dan menambah beban keuangan perusahaan. Ketidaktepatan dalam merencanakan atau mengelola anggaran pengadaan bisa mempengaruhi cash flow perusahaan, yang berdampak pada kemampuan operasional untuk memenuhi kebutuhan lain.
Untuk menghindari kesalahan ini, tim purchasing harus merencanakan anggaran dengan hati-hati dan memastikan bahwa setiap pembelian disetujui sesuai dengan anggaran yang telah disepakati. Menggunakan sistem yang dapat memantau dan mengendalikan pengeluaran secara real-time dapat membantu dalam menjaga pengelolaan anggaran yang lebih efektif.
7. Keterlambatan Pengiriman dan Pengelolaan Waktu
Keterlambatan pengiriman dapat mengganggu jadwal produksi atau operasional perusahaan. Hal ini sering disebabkan oleh faktor eksternal seperti gangguan transportasi atau masalah di pihak pemasok, yang bisa menyebabkan ketidakteraturan dalam pasokan barang yang dibutuhkan.
Untuk mengurangi resiko keterlambatan, tim purchasing perlu memantau pengiriman secara real-time dan menjaga komunikasi dengan pemasok. Penggunaan sistem pengadaan otomatis yang terintegrasi dapat memastikan proses pengadaan berjalan tepat waktu dan menghindari gangguan operasional.
8. Risiko Siber dan Keamanan Data
Seiring meningkatnya penggunaan sistem digital dalam pengadaan, risiko serangan siber juga ikut meningkat. Pelanggaran data atau kebocoran informasi pemasok dapat menyebabkan kerugian besar dan merusak kepercayaan bisnis.
Untuk menghindarinya, perusahaan perlu menerapkan sistem keamanan siber yang kuat yang mampu melindungi seluruh data pengadaan dari potensi ancaman eksternal. Langkah ini mencakup penggunaan autentikasi berlapis, enkripsi data, dan pemantauan sistem secara berkala untuk memastikan semua aktivitas pengadaan tetap aman dan terkontrol.
9. Risiko Keterbatasan Sumber Daya
Tim purchasing sering kali harus bekerja dengan anggaran terbatas atau jumlah staf yang minim, sehingga sulit mengelola seluruh proses secara optimal. Keterbatasan ini bisa menurunkan kecepatan, akurasi, dan kualitas pengadaan.
Solusinya, perusahaan dapat mengadopsi otomasi melalui software procurement yang dirancang untuk menyederhanakan seluruh proses pembelian. Dengan sistem otomatis, beban administratif dapat berkurang secara signifikan, sementara efisiensi kerja meningkat karena setiap transaksi dan persetujuan dapat dilakukan lebih cepat dan akurat.
Dampak ke Pengadaan Jika Purchasing Tidak Lancar
Ketika proses purchasing tidak berjalan lancar, dampaknya bisa meluas ke berbagai aspek operasional perusahaan. Tidak hanya mengganggu jadwal produksi, tetapi juga dapat merusak hubungan dengan pemasok dan berpotensi merusak reputasi perusahaan di mata pelanggan dan mitra bisnis.
Keterlambatan dalam pengadaan, peningkatan biaya, dan kualitas barang yang tidak sesuai adalah beberapa contoh resiko yang dapat terjadi. Semua ini dapat merugikan perusahaan baik dari sisi waktu, biaya, maupun kualitas produk. Menurut Federal Reserve Bank of Atlanta, inilah macam-macam dampak dari ketidak lancaran pengadaan.
1. Pengadaan Tertunda
Keterlambatan dalam pengadaan dapat mengganggu jadwal produksi dan operasional perusahaan, menyebabkan penundaan dalam penyelesaian proyek dan menghambat kemampuan untuk memenuhi permintaan pelanggan. Resiko ini seringkali muncul akibat masalah dalam komunikasi, kinerja pemasok, atau proses pengadaan yang tidak efisien.
Untuk mengurangi dampak dari pengadaan tertunda, perusahaan perlu memastikan adanya sistem pengadaan yang efisien dan komunikasi yang jelas dengan pemasok. Penggunaan teknologi seperti aplikasi purchasing yang terintegrasi dapat membantu memantau status pengadaan secara real-time dan mencegah keterlambatan lebih lanjut.
2. Peningkatan Biaya
Ketika pengadaan terhambat, biaya tambahan seperti pengiriman ekspres atau pembelian mendesak sering kali diperlukan. Selain itu, pengelolaan pemasok yang buruk atau negosiasi yang tidak efektif dapat menyebabkan harga yang lebih tinggi dan hilangnya kesempatan untuk penghematan biaya.
Untuk memitigasi peningkatan biaya, penting bagi tim purchasing untuk melakukan negosiasi yang lebih baik dengan pemasok dan menjaga hubungan jangka panjang. Perencanaan yang lebih matang serta penggunaan sistem pengadaan otomatis juga dapat membantu menghindari pengeluaran yang tidak terkontrol.
3. Kualitas Barang yang Tidak Sesuai
Pengadaan barang yang tidak sesuai spesifikasi dapat menyebabkan masalah kualitas pada produk akhir dan menghambat operasional perusahaan. Barang yang tidak memenuhi standar kualitas dapat memengaruhi hasil produksi dan kepuasan pelanggan, serta memaksa perusahaan untuk melakukan pengecekan ulang atau retur.
Penting untuk memiliki prosedur pemeriksaan kualitas yang ketat dan memilih pemasok yang dapat dipercaya. Penggunaan aplikasi procurement yang memantau setiap tahapan pengadaan dapat membantu memastikan barang yang diterima memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan.
Dalam proses purchasing hotel, kualitas dari barang sangat krusial untuk menjaga standar layanan. Barang seperti linen, perlengkapan kamar, dan bahan makanan harus sesuai spesifikasi. Jika kualitas barang tidak sesuai, reputasi hotel bisa menurun dan operasional terganggu, sehingga memerlukan seleksi vendor dan quality check secara berkala.
4. Kepuasan Pemasok Berkurang
Hubungan dengan pemasok yang terganggu, akibat keterlambatan pembayaran atau ketidaksesuaian pesanan, dapat menurunkan tingkat kepuasan mereka. Ketidakpuasan pemasok bisa berdampak pada kurangnya kerjasama di masa depan, bahkan berisiko kehilangan pemasok utama.
Untuk menjaga hubungan yang baik dengan pemasok, penting untuk memastikan pembayaran tepat waktu, komunikasi yang jelas, dan kepatuhan terhadap kesepakatan yang ada. Menjalin hubungan yang baik dan saling menguntungkan dapat mengurangi risiko ketegangan dan meningkatkan kualitas pengadaan.
Strategi Menghindari Resiko Pekerjaan Purchasing

Pekerjaan purchasing memiliki sejumlah resiko yang dapat memengaruhi kelancaran operasional perusahaan. Oleh karena itu, penting untuk mengimplementasikan strategi yang tepat guna menghindari potensi masalah. Berikut beberapa langkah untuk mengurangi resiko pekerjaan purchasing, menurut Forbes:
1. Meningkatkan Transparansi dalam Proses Pengadaan
Transparansi antara tim purchasing dan departemen lain dalam perusahaan sangat penting untuk mengurangi kesalahan dan ketidakpastian dalam pengadaan. Keterbukaan ini memungkinkan semua pihak yang terlibat untuk memantau perkembangan dan memastikan setiap transaksi tercatat dengan jelas.
Untuk membangun proses pengadaan yang terbuka, perusahaan bisa mengadopsi teknologi yang memfasilitasi komunikasi dan kolaborasi antar departemen. Aplikasi procurement yang terintegrasi membantu menjaga agar informasi terkait pembelian dapat diakses oleh semua pihak yang berkepentingan, sehingga meminimalkan resiko kesalahan atau penipuan.
2. Beralih ke Sistem Pengadaan Otomatis untuk Efisiensi
Sistem pengadaan otomatis dapat mengurangi resiko human error yang sering terjadi dalam proses manual. Dengan mengotomatiskan tugas-tugas seperti pembuatan purchase order dan pengelolaan inventaris, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi dan memastikan bahwa pengadaan dilakukan dengan standar yang konsisten.
Penggunaan perangkat lunak pengadaan yang dapat diintegrasikan dengan sistem lain memungkinkan perusahaan untuk mengelola pembelian secara lebih mudah dan cepat. Aplikasi procurement otomatis ini juga membantu memantau setiap tahapan pengadaan, mengurangi keterlambatan, dan memastikan pengadaan dilakukan tepat waktu.
3. Menyusun Analisis Kebutuhan yang Lebih Akurat
Analisis kebutuhan yang tepat sangat penting dalam merencanakan pengadaan barang. Tanpa analisis yang akurat, perusahaan berisiko melakukan pembelian barang yang tidak diperlukan atau kekurangan stok yang krusial.
Mengidentifikasi kebutuhan dengan cermat memungkinkan perusahaan untuk melakukan pengadaan yang lebih tepat sasaran, menghindari pemborosan yang tidak perlu. Hal ini juga memastikan bahwa pengadaan barang sesuai dengan permintaan pasar, sehingga perusahaan dapat memenuhi kebutuhan pelanggan dengan lebih efisien.
Menggunakan data historis dan tren pasar untuk memprediksi kebutuhan barang adalah salah satu cara untuk meningkatkan akurasi analisis. Dengan informasi yang lebih tepat, tim purchasing dapat membuat keputusan yang lebih baik dan efisien, memastikan kelancaran proses pengadaan tanpa berlebihan atau kekurangan stok.
4. Mencegah Kesalahan Pembayaran yang Dapat Merugikan
Kesalahan pembayaran, seperti pembayaran ganda atau terlalu cepat, dapat merugikan perusahaan baik secara finansial maupun reputasional. Untuk mencegah kesalahan ini, perusahaan perlu memastikan bahwa setiap transaksi pembayaran dilakukan sesuai prosedur yang telah ditetapkan, dengan verifikasi yang cermat sebelum pembayaran dilakukan.
Menerapkan sistem kontrol internal yang kuat dan menggunakan software procurement yang terintegrasi dapat membantu meminimalkan resiko kesalahan pembayaran. Dengan memanfaatkan teknologi, tim purchasing dapat lebih mudah memastikan bahwa pembayaran hanya dilakukan untuk barang atau jasa yang telah diterima sesuai ketentuan.
5. Menyusun SOP Pengadaan sebagai Dasar Pengelolaan Risiko
Langkah awal yang penting dalam menghindari risiko pekerjaan purchasing adalah dengan menyusun SOP pengadaan yang komprehensif dan terstandar. SOP yang dirancang dengan baik membantu menetapkan pedoman kerja yang jelas, mulai dari perencanaan kebutuhan hingga evaluasi vendor.
Dengan adanya panduan ini, setiap aktivitas pengadaan dapat berjalan lebih terkendali, terukur, dan sesuai regulasi internal perusahaan. Selain berfungsi sebagai acuan kerja, SOP juga menjadi alat penting dalam mengembangkan dan menilai KPI Pengadaan.
Melalui indikator kinerja yang terukur, perusahaan dapat memantau efisiensi, kepatuhan, serta kecepatan proses pengadaan. Integrasi antara SOP dan KPI memungkinkan evaluasi yang lebih objektif, membantu tim purchasing mengidentifikasi potensi risiko sejak dini dan meningkatkan akuntabilitas di seluruh tahapan pengadaan.
6. Memastikan Persetujuan Atasan Sebelum Pembayaran
Memastikan bahwa setiap pembelian mendapat persetujuan dari atasan sebelum pembayaran dilakukan sangat krusial untuk menghindari pengeluaran yang tidak sah atau tidak sesuai dengan anggaran perusahaan. Proses persetujuan ini bertujuan untuk menjaga kontrol dan mencegah pembelian yang tidak perlu atau tidak sesuai dengan kebijakan perusahaan.
Untuk memperkecil resiko kesalahan pengeluaran, perusahaan dapat menggunakan sistem persetujuan berbasis aplikasi, di mana setiap transaksi harus melewati otorisasi yang jelas. Dengan cara ini, setiap keputusan pembelian dapat dipantau dan disetujui dengan lebih efisien, mengurangi risiko kesalahan yang dapat merugikan perusahaan.
Perusahaan dapat memanfaatkan Software Purchasing Management ScaleOcean untuk mengoptimalkan proses pembelian. Dengan modul yang mendukung transparansi, otomatisasi pengadaan, dan kontrol pembayaran, software ini membantu mengurangi risiko kesalahan manusia dan keterlambatan pengadaan.
Selain itu, solusi ini juga memastikan kepatuhan terhadap anggaran dan kebijakan internal perusahaan. Vendor ini menawarkan demo gratis serta konsultasi gratis, jika Anda tertarik untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki oleh software ini secara langsung.
Baca juga: Pengertian Blanket Purchase Order, Manfaat, dan Pembuatannya
Kesimpulan
Pekerjaan purchasing memiliki berbagai resiko yang dapat mengganggu operasional perusahaan, seperti keterlambatan pengadaan dan ketidakpatuhan terhadap peraturan. Untuk mengelola resiko ini, perusahaan perlu meningkatkan transparansi, beralih ke sistem pengadaan otomatis, dan menyusun analisis kebutuhan yang akurat guna memastikan kelancaran operasional.
ScaleOcean menawarkan solusi ERP terintegrasi untuk mengoptimalkan pengadaan dan mengurangi kesalahan operasional. Dengan modul otomatisasi dan kontrol pembayaran, ScaleOcean dapat meningkatkan efisiensi dan mengurangi resiko. Dapatkan demo gratis atau konsultasi gratis untuk melihat bagaimana solusi ini dapat membantu bisnis Anda.
FAQ:
1. Apa saja risiko utama dalam pekerjaan purchasing?
Risiko utama dalam pekerjaan purchasing meliputi keterlambatan pengadaan, peningkatan biaya, ketidakpatuhan terhadap peraturan, kesalahan administrasi, dan hubungan yang buruk dengan pemasok, yang semuanya dapat mengganggu kelancaran operasional perusahaan.
2. Mengapa hubungan dengan pemasok menjadi risiko besar?
Hubungan dengan pemasok menjadi risiko besar karena ketergantungan pada satu pihak dapat mengganggu pasokan barang jika terjadi masalah. Komunikasi yang buruk atau ketidaksesuaian kualitas juga dapat merusak kemitraan dan mempengaruhi kelancaran pengadaan.
3. Bagaimana cara mengatasi risiko terkait kesalahan pembayaran?
Untuk mengatasi risiko kesalahan pembayaran, penting untuk menerapkan prosedur verifikasi yang ketat sebelum melakukan pembayaran. Gunakan sistem pengadaan otomatis untuk memantau status pembayaran dan pastikan setiap transaksi sesuai dengan persetujuan dan ketentuan yang berlaku.
4. Apa risiko dari penggunaan dokumen fisik secara manual?
Penggunaan dokumen fisik secara manual meningkatkan risiko kesalahan, kehilangan data, dan kesulitan dalam pencarian informasi. Hal ini juga dapat menghambat audit dan pengawasan, serta mengurangi efisiensi operasional dalam proses pengadaan.







