Banyak perusahaan dalam sektor distribusi dan FMCG menyadari bahwa efisiensi operasional tim penjualan lapangan bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan mendesak untuk tetap bersaing. Tanpa strategi yang tepat, seperti penerapan Permanent Journey Plan (PJP), tim penjualan dapat terhambat oleh ketidakteraturan perjalanan dan alokasi waktu yang kurang optimal.
Penyusunan rencana perjalanan yang tidak terorganisir dapat mempengaruhi produktivitas dan mengurangi potensi pencapaian target penjualan. Oleh karena itu, situasi ini menekankan pentingnya penerapan Permanent Journey Plan (PJP), yang dapat meningkatkan efisiensi tim penjualan lapangan.
Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang PJP, mengapa penerapannya sangat krusial untuk kesuksesan perusahaan, elemen-elemen utama dalam PJP, dan bagaimana teknologi dapat mentransformasikan PJP menjadi alat strategis yang efektif dalam mendorong pertumbuhan bisnis.
- Permanent Journey Plan (PJP) adalah sebuah rencana kunjungan terstruktur yang dirancang untuk memastikan setiap outlet mendapatkan layanan konsisten dan terjadwal dari tim penjualan lapangan.
- Implementasi PJP memperkuat bisnis dengan meningkatkan efisiensi operasional, memastikan cakupan wilayah tetap merata, serta membangun hubungan yang lebih kuat dengan pelanggan.
- Metodologi penyusunan PJP yang efektif melibatkan analisis wilayah, segmentasi pelanggan, perencanaan rute optimal,
- Sales Management ScaleOcean memungkinkan modernisasi PJP dengan mengotomatiskan perencanaan, pelacakan real-time, dan pengambilan keputusan berbasis data akurat.
Apa Itu Permanent Journey Plan (PJP)?
Permanent Journey Plan (PJP) adalah rencana terstruktur yang menetapkan rute dan jadwal harian tetap untuk tim penjualan mengunjungi outlet atau pelanggan dalam wilayah tertentu. Tujuannya adalah mengoptimalkan penjualan, cakupan layanan, dan efisiensi distribusi, terutama di sektor FMCG dan ritel.
Dengan PJP, perusahaan dapat memastikan semua toko dikunjungi secara rutin, produk selalu tersedia, dan upaya penjualan berjalan maksimal. Selain itu, pendekatan ini turut meningkatkan kinerja rantai pasokan dan memperkuat kepuasan pelanggan melalui sistem yang lebih terorganisir serta terukur.
Bagaimana Cara Kerja Permanent Journey Plan?
Permanent journey plan bekerja dengan menetapkan jadwal kunjungan yang tetap bagi tim penjualan ke outlet-outlet tertentu di wilayah yang sudah ditentukan. Setiap outlet akan mendapatkan kunjungan sesuai dengan frekuensi yang telah ditetapkan, seperti mingguan atau bulanan, untuk memastikan distribusi yang merata.
Rute dan jadwal kunjungan disusun untuk memastikan efisiensi, meminimalkan waktu perjalanan, dan memaksimalkan jumlah kunjungan. Dengan mengikuti rencana ini, tim penjualan dapat fokus pada prioritas yang telah ditentukan dan memastikan bahwa semua outlet terlayani dengan baik sesuai dengan kebutuhan pasar dan strategi perusahaan.
Mengapa PJP Penting untuk Bisnis Distribusi dan FMCG di Indonesia?

Di pasar Indonesia yang luas, bisnis distribusi dan FMCG menghadapi tantangan besar dalam menjangkau ribuan outlet. Oleh sebab itu, PJP menjadi kunci untuk menjaga konsistensi dan efektivitas operasional. Tanpa PJP yang solid, tim penjualan berisiko kehilangan arah, yang pada akhirnya mengarah pada inefisiensi biaya serta hilangnya peluang penjualan.
Berikut alasan mengapa PJP penting untuk memaksimalkan produktivitas dan pencapaian target penjualan:
1. Peningkatan Efisiensi Operasional dan Optimalisasi Rute Kunjungan
PJP memberikan manfaat langsung berupa efisiensi operasional yang signifikan. Dengan demikian, perencanaan rute optimal memungkinkan perusahaan mengurangi waktu tempuh sekaligus biaya transportasi. Akibatnya, tim sales dapat lebih fokus berinteraksi dengan pelanggan.
Selain itu, optimalisasi rute memungkinkan tim sales mengunjungi lebih banyak outlet per hari tanpa menurunkan kualitas interaksi. Oleh karena itu, strategi ini berdampak langsung pada peningkatan penjualan dan efisiensi biaya operasional.
2. Memastikan Cakupan Wilayah (Territory Coverage) yang Merata dan Konsisten
Tanpa PJP, canvassing sales cenderung hanya mengunjungi outlet yang sudah dikenal atau mudah dijangkau, menciptakan risiko “wilayah buta” di mana banyak outlet potensial tidak tersentuh. PJP memastikan kunjungan dilakukan secara merata dan konsisten sesuai dengan segmentasi dan prioritas pelanggan di setiap teritori.
Konsistensi kunjungan ini tidak hanya menjaga visibilitas produk di pasar, tetapi juga memastikan ketersediaan stok di level ritel. Selain itu, PJP mencegah tumpang tindih area kerja antar salesman, memberikan tanggung jawab yang jelas bagi setiap anggota tim, serta pada akhirnya memaksimalkan penetrasi pasar di seluruh wilayah operasional.
3. Penguatan Hubungan dan Kepercayaan dengan Pelanggan
Hubungan bisnis yang kuat dibangun atas konsistensi dan keandalan. Ketika pelanggan tahu kapan perwakilan penjualan akan datang, kepercayaan dan hubungan yang lebih profesional terbentuk. Kunjungan terjadwal juga memungkinkan pemilik outlet mempersiapkan data penjualan, menjadikan interaksi lebih produktif.
Keteraturan ini memberi tim sales kesempatan untuk tidak hanya mengambil pesanan, tetapi juga memeriksa stok, merapikan display produk, dan menyampaikan informasi promosi terbaru. Sales pitch yang tepat waktu dapat meningkatkan loyalitas pelanggan, menjadikan salesman mitra bisnis tepercaya.
4. Menjadi Dasar Pengambilan Keputusan Berbasis Data Kunjungan Lapangan
PJP yang diimplementasikan dengan baik menghasilkan data berharga dari setiap kunjungan, baik yang berhasil maupun yang gagal. Data ini dapat dianalisis untuk mengidentifikasi tren, mengukur kinerja tim sales, dan mengevaluasi efektivitas rute yang telah dibuat, memberikan wawasan lebih mendalam.
Manajemen dapat memanfaatkan data ini untuk membuat keputusan strategis, seperti menyesuaikan frekuensi kunjungan, merealokasi sumber daya, atau mengidentifikasi area yang perlu perhatian lebih. Informasi yang terkumpul juga menjadi bahan utama dalam penyusunan sales report yang akurat dan komprehensif, mengubah intuisi menjadi wawasan berbasis data.
5. Membantu Proses Manajemen Stok yang Lebih Baik di Level Outlet
Manajemen dapat memanfaatkan data ini untuk membuat keputusan strategis, misalnya menyesuaikan frekuensi kunjungan, merealokasi sumber daya, atau mengidentifikasi area yang memerlukan perhatian lebih. Lebih jauh, informasi yang terkumpul menjadi bahan utama dalam penyusunan sales report yang akurat dan komprehensif. Dengan demikian, intuisi dapat diubah menjadi wawasan berbasis data.
Selanjutnya, salah satu masalah terbesar dalam rantai pasok distribusi adalah kekosongan stok (stock out) yang berarti hilangnya potensi penjualan. Untuk mengatasi hal tersebut, PJP memungkinkan tim sales memantau tingkat persediaan secara rutin sehingga outlet memiliki stok yang cukup guna memenuhi permintaan pelanggan hingga kunjungan berikutnya.
Elemen-elemen Utama dalam Sebuah Permanent Journey Plan
Untuk membangun PJP yang efektif, ada beberapa komponen inti yang harus dirumuskan dengan jelas dan detail. Elemen-elemen ini bekerja sinergis membentuk rencana yang komprehensif dan mudah dieksekusi oleh tim di lapangan. Tanpa elemen-elemen ini, PJP kehilangan kekuatannya sebagai alat strategis dan hanya menjadi dokumen administratif.
Ketiga elemen utama ini merupakan fondasi dari setiap PJP yang berhasil, saling terkait dan harus dikembangkan berdasarkan analisis data, bukan hanya asumsi. Mari kita bedah satu per satu untuk memahami peran dan pentingnya masing-masing komponen:
1. Daftar Outlet atau Pelanggan yang Harus Dikunjungi
Elemen paling dasar dari PJP adalah master data pelanggan atau outlet yang valid dan komprehensif. Daftar ini mencakup informasi penting seperti nama outlet, alamat lengkap, titik koordinat, nama pemilik, nomor kontak, dan kategori outlet. Data yang akurat sangat penting untuk merencanakan rute yang efisien dan menghindari kunjungan yang sia-sia.
Selain informasi dasar, daftar ini juga diperkaya dengan data historis penjualan, potensi bisnis, dan klasifikasi pelanggan, seperti kelas A, B, atau C. Segmentasi ini menentukan prioritas dan frekuensi kunjungan. Daftar pelanggan harus diperbarui secara berkala untuk memasukkan pelanggan baru atau outlet yang sudah tidak aktif.
2. Jadwal Kunjungan (Penentuan Hari dan Frekuensi)
Setelah memiliki daftar pelanggan yang solid, langkah berikutnya adalah menentukan jadwal kunjungan. Ini melibatkan dua aspek utama frekuensi dan hari kunjungan. Frekuensi harus didasarkan pada potensi dan kontribusi setiap outlet, outlet kelas A mungkin perlu dikunjungi dua kali seminggu, sementara outlet kelas C cukup sekali setiap dua minggu.
Penentuan hari kunjungan bertujuan untuk menciptakan konsistensi dan efisiensi. Jadwal yang tetap membantu pelanggan dan tim sales mempersiapkan diri, membuat proses kunjungan lebih lancar. Penjadwalan harus mempertimbangkan hari operasional outlet dan waktu sibuk untuk memaksimalkan efektivitas interaksi.
3. Rute Perjalanan yang Optimal untuk Setiap Hari
Elemen terakhir yang menentukan efisiensi adalah perancangan rute perjalanan harian. Berdasarkan daftar outlet yang dijadwalkan, PJP harus menyusun urutan kunjungan yang membentuk rute paling efisien. Tujuannya adalah untuk meminimalkan jarak tempuh, menghindari kemacetan, dan mengurangi waktu yang terbuang.
Perencanaan rute yang optimal sering memanfaatkan teknologi pemetaan dan algoritma untuk menemukan jalur terbaik. Rute ini harus logis dan realistis agar dapat dieksekusi dalam jam kerja yang ditentukan. Dengan rute yang teroptimasi, tim sales dapat memaksimalkan kunjungan efektif, meningkatkan produktivitas secara keseluruhan.
Metodologi Penyusunan PJP yang Efektif

Metodologi PJP yang efektif diperlukan bagi perusahaan, terutama di sektor FMCG, untuk memastikan setiap kunjungan sales dilakukan secara terencana, efisien, dan sesuai sasaran. Dengan penerapan strategi yang tepat, perusahaan dapat meningkatkan distribusi, memperkuat penetrasi pasar, serta mengukur kinerja tim sales.
Metodologi yang solid akan mengubah PJP menjadi alat manajemen kinerja yang kuat, dengan setiap tahapan melibatkan kolaborasi antara tim manajemen, analis data, dan tim penjualan. Berikut adalah langkah-langkah kunci dalam menyusun PJP yang efektif:
1. Analisis Teritori Penjualan
Analisis ini bertujuan untuk memahami demografi, perilaku pembelian, dan potensi pasar di setiap area. Dengan pendekatan ini, perusahaan dapat memprioritaskan wilayah dengan potensi terbesar, seperti lokasi yang dekat dengan acara publik atau area yang berkembang, untuk mencapai cakupan pasar yang lebih luas.
2. Segmentasi dan Prioritisasi Pelanggan
Segmentasi pelanggan dilakukan berdasarkan volume penjualan, potensi pertumbuhan, dan nilai strategis pelanggan. Pembagian ini memudahkan tim sales untuk menentukan prioritas, alokasi sumber daya, serta frekuensi kunjungan, memastikan layanan yang lebih terfokus dan sesuai dengan kebutuhan masing-masing pelanggan.
Dengan segmentasi yang jelas, perusahaan dapat memberikan perhatian lebih pada pelanggan bernilai tinggi dan mengurangi sumber daya yang digunakan untuk pelanggan dengan potensi lebih rendah. Hal ini memungkinkan efisiensi yang lebih baik dalam pengelolaan waktu dan anggaran penjualan.
3. Perencanaan Rute Operasional
Perencanaan rute yang optimal membantu tim sales menghemat biaya dan waktu. Menggunakan alat pemetaan dan optimasi rute memungkinkan perusahaan untuk meminimalkan jarak dan waktu perjalanan antara titik kunjungan, mengurangi biaya operasional, serta meningkatkan produktivitas tim sales.
Rencana rute yang efisien sangat penting, terutama untuk wilayah terpencil atau kota kecil dengan infrastruktur terbatas. Tim sales dapat mengoptimalkan waktu kunjungan dengan mengelompokkan pelanggan berdasarkan kedekatan geografis, meminimalkan waktu tempuh dan biaya logistik.
4. Optimasi Frekuensi Interaksi Pelanggan
Menentukan frekuensi kunjungan yang tepat sangat penting untuk setiap pelanggan. Pelanggan dengan potensi tinggi memerlukan kunjungan lebih sering, sementara yang memiliki potensi lebih rendah bisa dikunjungi dengan frekuensi lebih jarang. Musim atau periode tertentu, seperti liburan, juga harus dipertimbangkan untuk menyesuaikan intensitas kunjungan.
Strategi ini membantu menyeimbangkan antara efisiensi biaya dan potensi penjualan, serta memastikan bahwa setiap pelanggan menerima perhatian yang sesuai dengan kebutuhan dan potensinya. Pengelolaan frekuensi kunjungan yang optimal meningkatkan hasil penjualan dan mendukung tujuan jangka panjang perusahaan.
5. Penetapan Indikator Kinerja Utama
Indikator kinerja yang tepat diperlukan dalam mengukur efektivitas PJP. Beberapa KPI yang perlu dipertimbangkan meliputi pertumbuhan penjualan, kepuasan pelanggan, nilai pesanan, dan penempatan produk. KPI ini memberikan gambaran tentang keberhasilan strategi PJP serta mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki.
Dengan memantau metrik ini, manajemen dapat mengevaluasi kinerja tim sales dan menyesuaikan strategi yang diterapkan. KPI juga berfungsi sebagai alat ukur untuk memastikan bahwa setiap aspek dari PJP berkontribusi pada pencapaian tujuan bisnis yang lebih besar.
6. Evaluasi Kinerja dan Penyesuaian Strategis
Evaluasi kinerja PJP harus dilakukan secara rutin untuk memastikan bahwa strategi yang diterapkan tetap efektif. Mengumpulkan umpan balik dari tim lapangan dan pelanggan memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki dan melakukan penyesuaian berdasarkan data kinerja yang diperoleh.
Penyesuaian yang berkelanjutan memastikan bahwa PJP tetap relevan dengan dinamika pasar yang berubah. Ini juga membantu tim sales untuk tetap fokus pada tujuan utama dan memastikan strategi penjualan tetap efektif dalam menghadapi tantangan pasar yang terus berkembang.
7. Pelatihan Kompetensi Tim yang Berkelanjutan
Pelatihan yang berkelanjutan sangat penting untuk memastikan tim sales dapat menjalankan PJP dengan efektif. Pelatihan ini mencakup pengembangan keterampilan dalam pengetahuan produk, teknik penjualan, dan cara berinteraksi dengan pelanggan, sehingga tim sales dapat memaksimalkan setiap kunjungan mereka.
Tantangan dalam Implementasi PJP dan Pentingnya Fleksibilitas
Meskipun konsep PJP terlihat sederhana, implementasinya sering menghadapi tantangan, baik dari proses internal, keterbatasan teknologi, maupun faktor eksternal yang sulit diprediksi. Oleh karena itu, mengidentifikasi tantangan ini menjadi langkah awal yang krusial untuk merancang strategi mitigasi yang lebih efektif.
Tanpa adanya antisipasi yang tepat, PJP berisiko menjadi tidak efektif, bahkan ditolak oleh tim sales, dan akhirnya hanya menjadi formalitas tanpa dampak nyata. Oleh sebab itu, kunci untuk mengatasi tantangan ini adalah membangun sistem yang kuat namun tetap fleksibel. Berikut adalah beberapa tantangan umum yang sering dihadapi perusahaan:
1. Ketergantungan pada Proses Manual
Salah satu tantangan terbesar, terutama bagi perusahaan yang belum mengadopsi teknologi digital adalah ketergantungan pada proses manual. Menyusun PJP menggunakan spreadsheet atau kertas memerlukan waktu lama, rentan kesalahan, dan sulit diperbarui. Tim sales yang membawa setumpuk kertas juga menjadi tidak efisien dan menyulitkan pelaporan.
Proses manual membuat optimasi rute menjadi sangat kompleks dan sering kali tidak akurat. Pembaruan daftar pelanggan atau perubahan jadwal menjadi beban bagi tim administrasi. Ketergantungan ini menghambat kelincahan perusahaan dalam merespons perubahan pasar dengan cepat.
2. Kurangnya Visibilitas Real-Time
Ketika PJP dijalankan secara manual, manajemen sering kehilangan visibilitas terhadap aktivitas tim di lapangan secara real-time. Hal ini menyulitkan pemantauan kinerja dan pengambilan keputusan cepat.
Tanpa data real-time, masalah di lapangan baru diketahui setelah laporan dikumpulkan. Keterlambatan informasi ini dapat menyebabkan hilangnya peluang atau ketidakmampuan mengatasi masalah pelanggan. Visibilitas yang jelas penting untuk manajemen yang proaktif.
Mengapa PJP Bersifat “Permanen” Namun Tetap Perlu Fleksibel?

PJP (Perencanaan Jangka Panjang) bersifat “permanen” karena berorientasi pada tujuan jangka panjang dan visi strategis perusahaan. Dengan demikian, struktur dasarnya memberikan arah yang stabil dan berkelanjutan. Oleh karena itu, konsistensi dan prediktabilitas dapat tercipta, yang sangat penting untuk menjaga kelancaran operasional bisnis.
Namun demikian, dunia bisnis sangat dinamis dan penuh ketidakpastian. Sebagai akibatnya, perubahan pasar, perkembangan teknologi, perubahan preferensi konsumen, dan kondisi global yang tidak terduga bisa memengaruhi strategi perusahaan. Oleh sebab itu, PJP perlu bersifat fleksibel agar dapat menyesuaikan diri dengan perubahan eksternal tersebut.
Menurut The Boston Consulting Group (BCG), perusahaan yang mampu beradaptasi dengan perubahan pasar memiliki peluang lebih tinggi untuk mengungguli pesaing mereka dalam hal profitabilitas. Fleksibilitas ini memungkinkan mereka untuk merealokasi investasi dari area yang menurun ke area yang berkembang lebih cepat.
Sebagai contoh, fleksibilitas PJP tercermin dalam kemampuan menyesuaikan penutupan atau pembukaan outlet baru, perubahan struktur tim, maupun pergeseran tren industri. Pada akhirnya, dengan fleksibilitas ini, PJP tetap relevan dan efektif dalam mencapai tujuan jangka panjang meskipun terjadi perubahan di lapangan.
Peran Teknologi dalam Modernisasi PJP
Di era digital saat ini, mengelola PJP secara manual tidak lagi memadai untuk menghadapi tuntutan pasar yang cepat. Oleh karena itu, teknologi, khususnya platform Sales Management, memainkan peran penting dalam memodernisasi setiap aspek PJP.
Dengan memanfaatkan teknologi, perusahaan dapat mengubah PJP dari jadwal kunjungan statis menjadi alat strategis yang dinamis dan berbasis data, memungkinkan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan analisis dengan efisiensi dan akurasi yang lebih tinggi. Mari kita lihat bagaimana teknologi secara spesifik merevolusi PJP:
1. Otomatisasi Perencanaan Rute dan Penjadwalan Kunjungan
Perangkat lunak Sales Management modern mengotomatiskan tugas-tugas yang memakan waktu dalam penyusunan PJP. Dengan algoritma cerdas, sistem menghasilkan rute harian yang optimal dalam hitungan menit, mempertimbangkan variabel seperti lokasi outlet, prioritas pelanggan, dan kondisi lalu lintas real-time.
Solusi ini menghemat waktu manajer yang sebelumnya menghabiskan berjam-jam di spreadsheet. Perubahan jadwal atau penambahan pelanggan baru dapat diakomodasi dengan mudah, dan sistem secara otomatis menyesuaikan rute, memastikan rencana yang efisien secara matematis.
Menurut Forbes, sektor penjualan lapangan kini mengalami perubahan signifikan. Fokus utama kini terletak pada strategi kunjungan yang lebih terstruktur, penerapan teknologi digital, serta peningkatan efisiensi operasional, yang menjadi faktor penting dalam mendorong kinerja tim sales dan hasil penjualan yang lebih optimal.
2. Navigasi dan Pelacakan Kunjungan Sales secara Real-Time
Teknologi memberikan visibilitas penuh kepada manajer atas aktivitas tim di lapangan. Selain itu, melalui aplikasi seluler yang terintegrasi dengan GPS, manajer dapat melacak lokasi tim sales secara real-time di dasbor terpusat. Dengan demikian, mereka dapat melihat apakah salesman mengikuti rute yang benar, serta waktu check-in dan check-out, dan durasi setiap kunjungan.
Fitur ini menjawab tantangan kurangnya visibilitas dengan memungkinkan manajemen memantau kepatuhan terhadap PJP dan mengidentifikasi kendala yang dihadapi tim. Transparansi ini meningkatkan akuntabilitas dan memungkinkan manajer memberikan dukungan yang diperlukan dengan cepat.
3. Mempermudah Proses Pengumpulan Data dan Pelaporan Kinerja di Lapangan
Salah satu keunggulan teknologi adalah kemampuannya menyederhanakan pengumpulan data. Tim sales dapat langsung mencatat aktivitas kunjungan melalui aplikasi seluler, termasuk pesanan, survei stok, dan umpan balik pelanggan. Data ini otomatis tersinkronisasi ke sistem pusat, menghilangkan laporan manual berbasis kertas.
Untuk efisiensi pengelolaan data, perusahaan memerlukan sistem terintegrasi yang menghindari duplikasi dan memastikan akurasi dalam pengambilan keputusan. Sales Management ScaleOcean menawarkan solusi terintegrasi yang memungkinkan keputusan lebih cepat dan akurat.
Sistem ini menyederhanakan pelaporan dan analisis secara real-time, dengan demo dan konsultasi gratis untuk mengevaluasi kecocokannya dengan kebutuhan bisnis Anda.
Kesimpulan
PJP bukan hanya jadwal operasional, tetapi alat strategis penting bagi bisnis distribusi dan FMCG. Dengan PJP yang baik, efisiensi meningkat, rute optimal, dan hubungan pelanggan lebih kuat. Namun, tantangan seperti proses manual dan visibilitas terbatas sering menghambat implementasinya.
Teknologi seperti Sales Management Software dari ScaleOcean mengatasi tantangan ini dengan otomatisasi perencanaan, pelacakan real-time, dan analisis data. PJP menjadi lebih dinamis dan adaptif, meningkatkan efisiensi operasional dan mendukung kesuksesan jangka panjang.
Cobalah demo gratis Sales Management Software ScaleOcean untuk melihat bagaimana sistem ini dapat mengoptimalkan operasi penjualan Anda dan memberikan visibilitas yang lebih baik dalam pengambilan keputusan.
FAQ:
1. Apa itu permanent journey plan?
Permanent Journey Plan (PJP) adalah rencana yang mengatur jadwal dan rute kunjungan bagi tim penjualan atau kurir. PJP membantu memastikan bahwa kunjungan dilakukan secara sistematis dan terstruktur, sehingga tim penjualan dapat bekerja lebih efisien dan efektif dalam mencapai target.
2. Bagaimana cara melakukan PJP dalam penjualan?
Berikut ini langkah-langkah membuat PJP penjualan:
1. Analisis teritori untuk memahami area pasar.
2. Segmentasi pelanggan berdasarkan prioritas.
3. Rencanakan rute kunjungan yang efisien.
4. Tentukan frekuensi interaksi pelanggan.
5. Tentukan KPI untuk mengukur kinerja.
6. Evaluasi dan sesuaikan strategi secara berkala.
7. Lakukan pelatihan untuk tim penjualan.
3. Apa tujuan PJP?
Tujuan utama dari penerapan PJP adalah untuk membuat kunjungan oleh tim penjualan lebih terstruktur dan tidak acak. Dengan PJP, setiap outlet dapat mengetahui dengan pasti jadwal kunjungan dari salesman, meningkatkan efisiensi dan kepuasan pelanggan.







