CAPM: Arti, Rumus, Manfaat, dan Cara Hitungnya

ScaleOcean Team
Posted on
Share artikel ini

Dalam dunia keuangan yang dinamis, setiap keputusan investasi selalu dihadapkan pada risiko. Banyak perusahaan kesulitan memastikan apakah potensi imbal hasil benar-benar sebanding dengan risiko yang ditanggung. Tanpa kerangka analisis, keputusan mudah jadi spekulatif. Itulah pentingnya penerapan CAPM di perusahaan.

Capital Asset Pricing Model (CAPM) adalah jawaban yang bisa memberikan logika terukur dalam menilai hubungan risiko dan return. Sebagai model keuangan fundamental, CAPM membantu eksekutif dan investor merumuskan strategi yang lebih rasional.

Dengan memahami cara kerja, rumus, dan manfaatnya, perusahaan dapat mengoptimalkan portofolio sekaligus meminimalkan kerugian. Artikel ini akan membahas pengertian CAPM, mekanisme, hingga penerapan praktisnya dalam bisnis.

starsKey Takeaways
  • CAPM adalah model fundamental yang menghubungkan risiko sistematis sebuah aset dengan imbal hasil yang diharapkan, menjadi dasar pengambilan keputusan finansial.
  • Rumus CAPM yaitu: Ra = Rrf + [βa * (Rm – Rrf)]. Di mana Ra = Harapan pengembalian aset atau investasi, Rrf = Tingkat pengembalian bebas risiko, βa = Beta aset, Rm = Harapan pengembalian pasar.
  • Manfaat CAPM bagi bisnis adalah menentukan biaya ekuitas, mengevaluasi investasi, dan merencanakan penganggaran modal.
  • Software Akuntansi ScaleOcean menyediakan solusi terintegrasi memastikan data keuangan selalu diperbarui, serta otomatis menghitung pengembalian yang diharapkan dan metrik risiko yang digunakan dalam CAPM.

Coba Demo Gratis!

Apa itu CAPM?

CAPM atau Capital Asset Pricing Model adalah model keuangan yang digunakan untuk menghitung tingkat pengembalian yang diharapkan dari suatu investasi berdasarkan tingkat risikonya. Model ini menjelaskan hubungan antara risiko sistematis suatu aset dan imbal hasil yang diharapkan, dengan asumsi bahwa investor menginginkan kompensasi lebih tinggi untuk menanggung risiko yang lebih besar.

CAPM sering digunakan sebagai alat dalam analisis investasi dan pengelolaan portofolio untuk menilai apakah suatu aset menawarkan imbal hasil yang sepadan dengan risikonya. Model ini membantu investor menilai keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga keputusan investasi dapat dilakukan secara lebih rasional dan terukur.

Bagaimana Cara Kerja Capital Asset Pricing Model (CAPM)?

Prinsip kerja CAPM berangkat dari ide bahwa investor rasional hanya mau menanggung risiko tambahan bila ada kompensasi. Risiko dibagi dua sistematis dan tidak sistematis. Hanya risiko sistematis yang relevan, karena risiko tidak sistematis bisa dihapus lewat diversifikasi portofolio.

Rumus CAPM menegaskan bahwa investor layak menerima kompensasi atas dua hal utama:

  • Nilai waktu uang, yang direpresentasikan oleh tingkat bebas risiko (risk-free rate).
  • Premi risiko pasar, yaitu tambahan imbal hasil dari risiko sistematis, dihitung dengan beta (β) dikalikan premi risiko pasar.

Rumus CAPM (Capital Asset Pricing Model)

Untuk menghitung ekspektasi imbal hasil, CAPM menggunakan formula yang relatif sederhana. Rumus CAPM menunjukkan bagaimana hubungan antara tingkat pengembalian yang diharapkan dari suatu investasi dan tingkat risiko sistematis yang dimilikinya. Rumusnya adalah:

Ra = Rrf + [βa * (Rm – Rrf)]

Rumus ini diketahui, bahwa:

  • Ra = Harapan pengembalian aset atau investasi
  • Rrf = Tingkat pengembalian bebas risiko
  • βa = Beta aset
  • Rm = Harapan pengembalian pasar.

Komponen Utama dalam Capital Asset Pricing Model (CAPM)

CAPM adalah model yang digunakan untuk menentukan pengembalian yang diharapkan dari suatu aset, dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi. Berdasarkan perhitungannya, model ini terdiri dari beberapa komponen penting yang saling terkait, yang akan dijelaskan berikut ini:

1. Suku Bunga Bebas Risiko (Rrf)

Suku bunga bebas risiko merujuk pada tingkat pengembalian teoritis yang dapat diperoleh dari investasi tanpa risiko. Biasanya, hal ini diwakili oleh hasil obligasi pemerintah yang dianggap sangat aman. Rrf mencerminkan pengembalian dasar yang dapat diperoleh tanpa adanya risiko investasi.

2. Beta (β)

Beta adalah ukuran yang menunjukkan volatilitas atau risiko sistematis suatu aset dibandingkan dengan keseluruhan pasar. Jika beta suatu aset bernilai 1, maka fair value aset tersebut diperkirakan akan bergerak seiring dengan pergerakan pasar.

Jika Beta lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa aset tersebut lebih volatil dibandingkan pasar, sedangkan beta lebih kecil dari 1 menunjukkan volatilitas yang lebih rendah.

3. Pengembalian Pasar yang Diharapkan (Rm)

Pengembalian pasar yang diharapkan merujuk pada estimasi pengembalian yang akan diterima oleh investor dari keseluruhan pasar saham. Ini adalah tingkat pengembalian yang diantisipasi oleh investor dari portofolio pasar yang mencerminkan hasil investasi seluruh pasar saham secara umum.

4. Premi Risiko Pasar (Rm – Rrf)

Premi risiko pasar merupakan selisih antara pengembalian pasar yang diharapkan dan suku bunga bebas risiko. Angka ini mencerminkan potensi imbal hasil lebih tinggi yang ditawarkan oleh pasar saham sebagai ganti atas risiko yang diambil.

Komponen CAMP ini juga menjadi kompensasi tambahan yang diharapkan oleh investor untuk berinvestasi di pasar saham, yang memiliki risiko lebih besar dibandingkan dengan investasi yang bebas risiko.

Contoh Cara Hitung CAPM

Untuk memahami penerapan praktis dari Capital Asset Pricing Model (CAPM), berikut ini akan diberikan contoh perhitungan yang dapat membantu menggambarkan bagaimana model ini digunakan untuk menghitung pengembalian yang diharapkan dari suatu aset.

Dalam contoh ini, kita akan mempertimbangkan beberapa aspek, seperti nilai-nilai untuk suku bunga bebas risiko, beta, pengembalian pasar yang diharapkan, serta premi risiko pasar untuk mendapatkan hasil yang lebih konkret.

Contoh di sini akan menghitung ekspektasi imbal hasil saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Untuk itu, kita memerlukan tiga data utama:

  1. Tingkat bebas risiko (Rf): 6,5% (yield Surat Berharga Negara tenor 10 tahun).
  2. Ekspektasi imbal hasil pasar (E(Rm)): 12% (rata-rata return historis IHSG).
  3. Beta (β) saham BBCA: 1,1, menunjukkan volatilitas sedikit lebih tinggi daripada pasar.

Rumus CAPM:

E(RBBCA​)= Rf+ β × (E(Rm)−Rf)

Perhitungan:

E(RBBCA​) = 6,5% + 1,1 × (12 − 6,5%) = 6,5% + 1,1 × 5,5% = 6,5% + 6,05% = 12,55%

Dengan demikian menurut CAPM, investor seharusnya mengharapkan imbal hasil 12,55% per tahun untuk saham BBCA sesuai tingkat risiko yang dimilikinya.

Apa Tujuan Capital Asset Pricing Model (CAPM)?

CAPM bertujuan untuk memberikan kerangka kerja yang sistematis dalam menilai hubungan antara risiko dan tingkat pengembalian suatu investasi. Melalui model ini, investor dapat memperkirakan imbal hasil yang layak diterima sesuai dengan tingkat risiko pasar.

Berikut penjelasan lebih lanjut manfaat Capital Asset Pricing Model (CAPM):

1. Menghitung Tingkat Pengembalian yang Diharapkan

Capital Asset Pricing Model (CAPM) digunakan untuk memperkirakan besarnya imbal hasil yang seharusnya diterima investor sebagai kompensasi atas risiko yang ditanggung. Dengan pendekatan ini, investor dapat menilai apakah potensi keuntungan dari suatu aset sebanding dengan tingkat risikonya.

2. Menilai Risiko Sistematis

Model ini berfokus pada risiko pasar atau risiko sistematis, yaitu risiko yang tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi portofolio. CAPM membantu menentukan seberapa besar pengaruh risiko tersebut terhadap tingkat pengembalian aset dan memastikan adanya imbalan yang sepadan.

3. Mengevaluasi Kewajaran Harga Investasi

CAPM digunakan untuk menilai apakah suatu saham atau aset dinilai terlalu tinggi (overvalued) atau terlalu rendah (undervalued) dengan membandingkan tingkat pengembalian aktual terhadap tingkat pengembalian yang diharapkan. Analisis ini penting untuk menentukan keputusan beli atau jual terhadap suatu investasi.

4. Membantu Pengambilan Keputusan Investasi

Dengan memahami hubungan antara risiko dan imbal hasil melalui CAPM, investor dan manajer portofolio dapat membuat keputusan investasi yang lebih terukur. Hal ini memungkinkan mereka menyusun strategi portofolio yang optimal sesuai dengan profil risiko dan tujuan keuangan.

5. Menentukan Biaya Modal Ekuitas

Capital Asset Pricing Model (CAPM) juga berperan dalam menghitung biaya modal ekuitas (cost of equity) suatu perusahaan. Nilai ini penting dalam proses penilaian bisnis dan perencanaan keuangan karena mencerminkan tingkat pengembalian minimum yang diharapkan oleh pemegang saham.

Selain itu, untuk memastikan likuiditas yang cukup dalam menghadapi fluktuasi arus kas, perusahaan juga perlu mempertimbangkan cash flow forecasting, yang membantu memprediksi aliran kas masuk dan keluar dalam periode mendatang.

Hal ini juga dapat membantu perusahaan dalam menentukan apakah suatu aset atau portofolio memberikan nilai yang baik berdasarkan risiko yang terlibat.

Manfaat Utama CAPM bagi Bisnis

Manfaat Utama CAPM bagi Bisnis

CAPM bukan sekadar teori, melainkan alat praktis untuk menilai biaya modal dan evaluasi proyek. Dengan memahami imbal hasil sesuai risiko, manajer bisa mengambil keputusan lebih terinformasi.

Laporan perubahan modal turut mendukung analisis ini dengan menunjukkan dampak investasi terhadap ekuitas perusahaan. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai aspek-aspek CAPM yang perlu dipahami secara mendalam:

1. Menentukan Biaya Ekuitas (Cost of Equity)

Salah satu aplikasi utama CAPM adalah menghitung biaya ekuitas (cost of equity) perusahaan, yaitu imbal hasil yang diharapkan pemegang saham. Hasil CAPM langsung menjadi proksi biaya ekuitas, sehingga keputusan investasi bisa lebih terinformasi.

Biaya ekuitas masuk dalam Weighted Average Cost of Capital (WACC), yang berfungsi sebagai discount rate untuk menilai proyek atau perusahaan. WACC yang tepat memastikan modal dialokasikan secara efektif, menjadikan CAPM penting bagi strategi keuangan korporat.

2. Mengevaluasi Kinerja Investasi dan Portofolio

CAPM juga berfungsi sebagai tolok ukur yang kuat untuk mengevaluasi kinerja investasi atau portofolio. Manajer investasi membandingkan imbal hasil aktual dengan ekspektasi dari CAPM. Jika imbal hasil aktual lebih tinggi, investasi dianggap berkinerja baik dan menciptakan alpha positif.

Sebaliknya, imbal hasil yang lebih rendah menandakan kinerja di bawah ekspektasi. Analisis ini membantu perusahaan dan investor mengidentifikasi aset bernilai lebih. Proses ini juga penting dalam proses valuasi perusahaan, karena kinerja historis memberikan indikasi potensi masa depan.

3. Membantu Keputusan Capital Budgeting

Dalam proses capital budgeting, perusahaan harus memutuskan proyek mana yang layak didanai. CAPM membantu dengan menyediakan tingkat rintangan (hurdle rate) yang harus dilampaui proyek. Tingkat ini biasanya berupa WACC, di mana biaya ekuitasnya dihitung menggunakan CAPM.

Proyek hanya diterima jika ekspektasi imbal hasilnya lebih tinggi dari WACC, sehingga memastikan nilai tambah bagi pemegang saham. Dengan demikian, CAPM menjadi alat penting dalam pengambilan keputusan strategis terkait belanja modal dan ekspansi bisnis.

Memahami Risiko dalam CAPM 

CAPM membedakan risiko yang bisa dihindari dan tidak bisa dihindari, dengan menekankan bahwa hanya risiko sistematis yang benar-benar memengaruhi imbal hasil. Pemahaman ini membantu perusahaan dan investor melihat mana risiko yang relevan untuk dipertahankan.

Model ini memberi panduan agar investor fokus mengelola risiko sistematis sambil mengurangi risiko yang tidak perlu. Dengan begitu, efektivitas manajemen risiko dan konstruksi portofolio meningkat. Berikut penjelasan lebih detail mengenai jenis-jenis risiko dalam CAPM:

1. Risiko Sistematis (Market Risk)

Risiko sistematis, atau risiko pasar yang tidak dapat didiversifikasi melekat pada seluruh pasar keuangan. Semua aset akan terpengaruh oleh risiko ini dalam tingkat berbeda-beda, dan diversifikasi tidak bisa menghilangkannya. Contohnya termasuk perubahan suku bunga, inflasi, resesi, dan ketidakstabilan politik.

Dalam kerangka CAPM, beta (β) mengukur risiko sistematis suatu aset. Model ini menyatakan bahwa investor hanya diberi kompensasi untuk menanggung risiko sistematis, karena risiko ini tidak bisa dihindari meski portofolio terdiversifikasi.

2. Risiko Tidak Sistematis (Unsystematic Risk)

Risiko tidak sistematis, atau risiko spesifik adalah risiko unik pada perusahaan atau industri tertentu, misalnya keputusan manajemen buruk, persaingan, pemogokan, atau kegagalan produk. Diversifikasi memungkinkan pengurangan atau bahkan penghapusan risiko ini.

Risiko ini bisa diatasi dengan memantau portofolio dan risiko secara real-time, sehingga perusahaan bisa menyeimbangkan dampak negatif dari satu aset dengan kinerja positif aset lain.

Hal ini juga membantu investor memahami risiko sistematis, tetapi pengelolaan data keuangan yang akurat, termasuk laporan perubahan modal, juga sangat penting untuk memastikan keputusan bisnis yang tepat.

Untuk mempermudah pengelolaan ini, software akuntansi ScaleOcean bisa menjadi solusi yang tepat. Dengan fitur-fitur yang terintegrasi, ScaleOcean memungkinkan perusahaan untuk memantau portofolio dan risiko secara real-time, serta menghasilkan laporan keuangan yang akurat dan up-to-date.

ScaleOcean juga dapat membantu dalam pengelolaan data keuangan yang transparan, mulai dari laporan perubahan modal hingga pemantauan kinerja aset, sehingga memudahkan pengambilan keputusan yang lebih tepat dan berbasis data.

Lakukan demo gratis dan konsultasinya sekarang untuk dapatkan solusi terintegrasi dan menyeluruh untuk bisnis Anda!

ERP

Keterbatasan dan Asumsi Capital Asset Pricing Model CAPM

Walaupun CAPM sangat berpengaruh dan banyak digunakan, profesional harus menyadari keterbatasan dan asumsi dasarnya. Model ini dibangun atas kondisi pasar ideal yang tidak selalu mencerminkan kompleksitas dunia nyata. Mengetahui asumsi ini membantu pengguna memahami kapan hasil CAPM mungkin kurang akurat.

Kritik utama CAPM adalah asumsi yang terlalu menyederhanakan perilaku investor dan pasar. Kekurangan ini mendorong munculnya model alternatif yang mencoba mengatasi kelemahannya. Berikut beberapa asumsi dan keterbatasan CAPM:

  1. Investor Rasional: Model mengasumsikan semua investor rasional, menghindari risiko (risk-averse), dan bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan.
  2. Tidak Ada Biaya Transaksi: CAPM mengasumsikan tidak ada biaya komisi, pajak, atau biaya lainnya yang terkait dengan perdagangan sekuritas.
  3. Informasi Sempurna: Semua investor diasumsikan memiliki akses ke informasi yang sama pada waktu yang sama dan memiliki ekspektasi yang homogen.
  4. Pasar Efisien: Harga aset diasumsikan sepenuhnya mencerminkan semua informasi yang tersedia.
  5. Pinjaman dan Simpanan Bebas Risiko: Investor dapat meminjam atau meminjamkan uang dalam jumlah tak terbatas pada tingkat bunga bebas risiko.
  6. Beta sebagai Satu-satunya Ukuran Risiko: Model ini hanya mempertimbangkan risiko sistematis (beta) dan mengabaikan faktor risiko lainnya.
  7. Imbal Hasil Terdistribusi Normal: Asumsi bahwa imbal hasil investasi mengikuti distribusi normal, yang tidak selalu terjadi dalam kenyataan.
  8. Pasar dalam Keseimbangan: Model ini mengasumsikan pasar selalu berada dalam kondisi ekuilibrium.
  9. Aset Dapat Dibagi Sempurna: Semua aset dapat dibeli atau dijual dalam fraksi sekecil apa pun.
  10. Tidak Ada Pengaruh Investor Individu: Tidak ada investor tunggal yang cukup besar untuk memengaruhi harga pasar.
  11. Proksi Pasar yang Tepat: Kesulitan dalam menentukan portofolio pasar yang sesungguhnya; indeks saham hanyalah sebuah proksi.
  12. Beta yang Stabil: Asumsi bahwa beta suatu aset stabil dari waktu ke waktu, padahal dalam praktiknya bisa berubah.

Model Alternatif Selain CAPM

Model Alternatif Selain CAPM

Selain Capital Asset Pricing Model (CAPM), terdapat beberapa model lain yang digunakan untuk memperkirakan tingkat pengembalian investasi dengan mempertimbangkan berbagai faktor risiko. Beberapa model alternatif tersebut adalah:

1. Fama – French Three – Factor Model

Model multi-faktor, seperti model Fama-French, merupakan pengembangan dari CAPM yang menambahkan beberapa faktor tambahan selain risiko pasar.

  • Model Fama-French 3-Faktor menambahkan dua faktor utama, yaitu ukuran perusahaan (size) dan nilai perusahaan (value). Saham dari perusahaan kecil cenderung memberikan return lebih tinggi, dan saham dengan rasio nilai buku terhadap nilai pasar yang tinggi juga cenderung menghasilkan return lebih besar.
  • Model Fama-French 5-Faktor memperluas model sebelumnya dengan menambahkan dua faktor lagi, profitabilitas dan investasi. Perusahaan yang lebih menguntungkan biasanya memberikan imbal hasil lebih tinggi.

2. Arbitrage Pricing Theory (APT)

Model Arbitrage Pricing Theory (APT) menjelaskan bahwa tingkat pengembalian suatu aset tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor risiko pasar, tetapi oleh beberapa faktor ekonomi yang tidak terduga. Faktor-faktor tersebut dapat mencakup variabel makroekonomi seperti inflasi, suku bunga, dan pertumbuhan ekonomi, maupun faktor spesifik perusahaan.

3. Model Black-Litterman (BL)

Model Black-Litterman mengombinasikan hasil perhitungan CAPM dengan pandangan atau ekspektasi subjektif investor terhadap pasar. Pendekatan ini menghasilkan estimasi tingkat pengembalian yang lebih seimbang dan realistis.

Keunggulan utama model ini adalah kemampuannya mengatasi kelemahan model optimisasi portofolio tradisional, seperti Mean-Variance Model, dengan menghasilkan portofolio yang lebih terdiversifikasi dan stabil.

4. Model Diskon Dividen (Dividend Discount Model / DDM)

Model Diskon Dividen (DDM) menilai suatu saham berdasarkan proyeksi dividen yang akan diterima di masa depan. Berbeda dengan CAPM yang berfokus pada hubungan antara risiko dan imbal hasil pasar, DDM lebih cocok diterapkan pada perusahaan dengan kebijakan pembagian dividen yang konsisten.

Kesimpulan

Capital Asset Pricing Model (CAPM) adalah model keuangan yang digunakan untuk memperkirakan tingkat pengembalian suatu investasi berdasarkan risiko sistematis yang dihadapi. Model ini berperan penting dalam menjelaskan hubungan antara risiko dan imbal hasil, sehingga membantu investor dan perusahaan mengambil keputusan investasi secara lebih rasional dan terukur.

Tujuan utama CAPM adalah memberikan kerangka analisis yang jelas untuk menilai apakah potensi keuntungan dari suatu aset sebanding dengan risiko yang ditanggung. Melalui pendekatan ini, perusahaan dapat menentukan biaya ekuitas, mengevaluasi proyek investasi, serta merancang strategi portofolio yang optimal untuk memaksimalkan nilai pemegang saham.

Model ini tidak hanya membantu memahami keseimbangan antara risiko dan pengembalian, tetapi juga menjadi dasar dalam menghitung cost of capital dan mengevaluasi kelayakan investasi secara objektif. Untuk mempermudah proses pengelolaan investasi dan risiko keuangan, perusahaan dapat memanfaatkan Software Akuntansi ScaleOcean.

Dengan fitur terintegrasi yang mampu memperbarui data keuangan secara otomatis, ScaleOcean membantu menghitung pengembalian yang diharapkan, menganalisis risiko portofolio, serta menyediakan laporan keuangan yang akurat dan real-time. Lakukan demo gratis dan konsultasikan bisnis Anda dengan tim profesional ScaleOcean untuk dapatkan solusi yang sesuai dengan spesifikasi perusahaan.

FAQ:

1. Apa yang dimaksud dengan CAPM?

Capital Asset Pricing Model (CAPM) adalah model keuangan yang digunakan untuk memperkirakan tingkat pengembalian yang diharapkan dari suatu aset, seperti saham atau obligasi, dengan mempertimbangkan tingkat risiko pasar yang melekat padanya.

2. Apa perbedaan antara CAPM dan SML?

Perbedaan antara CAPM dan SML terletak pada bentuk penyajiannya. CAPM merupakan model yang menjelaskan hubungan antara risiko pasar dan imbal hasil yang diharapkan, sedangkan SML adalah tampilan grafis dari model tersebut yang menunjukkan hubungan linear antara tingkat pengembalian dan beta suatu aset.

3. Apakah teori CAPM masih relevan digunakan sekarang ini?

CAPM tetap relevan hingga saat ini karena mampu memberikan dasar analisis yang logis bagi investor, dan belum ada model lain yang sepenuhnya menggantikannya. Walau hanya fokus pada risiko pasar, pembaruan nilai beta secara berkala membantu mengurangi keterbatasannya.

Jadwalkan Demo Gratis

Error message
Error message
Error message
Error message
Error message
Error message

Rekomendasi Artikel Terkait

Temukan Artikel Serupa untuk Solusi Bisnis Lebih Lengkap