Operating Leverage: Definisi, Manfaat, serta Interpretasi

ScaleOcean Team
Posted on
Share artikel ini

Dalam dunia bisnis yang kompetitif, setiap keputusan finansial memiliki dampak signifikan terhadap profitabilitas dan stabilitas perusahaan. Salah satu konsep akuntansi manajerial yang krusial namun sering terlewatkan adalah operating leverage atau leverage operasional.

Memahami konsep ini bukan hanya tugas departemen keuangan, tetapi juga merupakan instrumen strategis bagi para CEO dan pengambil keputusan. Artikel ini akan mengupas tuntas apa itu operating leverage, cara menghitung, manfaat, risiko, hingga penerapannya dalam pengambilan keputusan bisnis.

starsKey Takeaways
  • Leverage operasional adalah metrik strategis yang mengukur seberapa besar laba operasi perusahaan akan berubah sebagai respons terhadap perubahan volume penjualan.
  • Memahami manfaat leverage operasional membantu perusahaan dalam mengukur risiko, memandu keputusan manajerial, dan secara signifikan meningkatkan potensi laba operasional.
  • Meskipun bermanfaat, risiko operating leverage tinggi dapat memperbesar kerugian saat penjualan menurun dan menciptakan beban biaya tetap yang berat bagi arus kas perusahaan.
  • Penerapan leverage operasional yang tepat memungkinkan untuk menentukan struktur biaya produksi yang optimal, menganalisis titik impas, dan merencanakan berbagai skenario laba.
  • Analisis operating leverage menjadi lebih mudah dan akurat dengan Software Akuntansi ScaleOcean yang menyediakan data biaya dan laba secara real-time.

Coba Demo Gratis!

requestDemo

Apa itu Operating Leverage

Operating Leverage atau leverage operasional adalah ukuran sejauh mana sebuah perusahaan menggunakan biaya tetap dalam struktur biayanya. Konsep ini menunjukkan seberapa sensitif laba operasi perusahaan terhadap perubahan volume penjualan.

Perusahaan dengan proporsi biaya tetap yang tinggi dan biaya variabel yang rendah dikatakan memiliki operating leverage yang tinggi. Sebaliknya, perusahaan dengan biaya tetap yang rendah dan biaya variabel yang tinggi memiliki operating leverage yang rendah.

Pikirkan ini seperti sebuah tuas (lever) dengan sedikit usaha (peningkatan penjualan), tuas yang panjang (leverage tinggi) dapat mengangkat beban yang jauh lebih berat (laba yang jauh lebih besar). Namun, tuas yang sama juga dapat membuat beban jatuh lebih cepat jika usaha yang diberikan berkurang.

Hal tersebut secara esensial berpusat pada hubungan antara pendapatan penjualan dan laba sebelum bunga dan pajak (EBIT). Ini adalah alat analisis yang kuat bagi manajemen untuk memahami implikasi dari struktur biaya mereka.

Dengan memahaminya, para pemimpin dapat memprediksi dampak perubahan penjualan terhadap profitabilitas dan membuat keputusan yang lebih terinformasi mengenai investasi, penetapan harga, dan strategi operasional lainnya.

Manfaat Operating Leverage Penting Bagi Bisnis

Manfaat Operating Leverage Penting Bagi Bisnis

Memahami dan memanfaatkan pengoperasian leverage memberikan sejumlah keuntungan strategis yang dapat mendorong pertumbuhan dan profitabilitas perusahaan. Ini bukan sekadar metrik akuntansi, melainkan sebuah lensa untuk melihat kesehatan dan potensi finansial bisnis.

Dengan menganalisis leverage operasional, manajemen dapat mengidentifikasi peluang dan ancaman yang terkait dengan struktur biaya operasional mereka. Dari perspektif investor dan analis, operating leverage juga menjadi indikator penting untuk menilai profil risiko dan potensi pengembalian dari sebuah perusahaan.

Perusahaan dengan leverage tinggi mungkin menarik bagi investor yang mencari pertumbuhan agresif, tetapi juga menandakan risiko yang lebih besar. Oleh karena itu, kemampuan untuk mengelola leverage ini secara efektif menjadi pembeda antara pertumbuhan yang berkelanjutan dan volatilitas yang merusak.

1. Mengukur Risiko dan Volatilitas

Salah satu manfaat utama dari jenis leverage adalah kemampuannya untuk berfungsi sebagai barometer risiko bisnis. Tingkat operating leverage yang tinggi mengindikasikan bahwa sebagian besar biaya perusahaan bersifat tetap, yang berarti laba operasi akan sangat fluktuatif terhadap perubahan penjualan.

Ini adalah pedang bermata dua, saat penjualan tumbuh laba meroket, tetapi saat penjualan turun, laba bisa anjlok secara drastis, bahkan menyebabkan kerugian. Dengan menghitung degree of operating leverage (DOL), manajemen dapat mengkuantifikasi risiko ini secara spesifik.

Misalnya, DOL sebesar 4 berarti bahwa penurunan penjualan sebesar 10% akan menyebabkan penurunan laba operasi sebesar 40%. Informasi ini sangat berharga untuk manajemen risiko dan perencanaan kontingensi, memungkinkan perusahaan mempersiapkan diri menghadapi potensi penurunan pasar.

2. Memandu Keputusan Manajerial

Analisis operating leverage menyediakan wawasan penting yang memandu berbagai keputusan strategis. Keputusan untuk berinvestasi dalam teknologi atau otomatisasi, misalnya, pada dasarnya adalah keputusan untuk meningkatkan operating leverage.

Ini melibatkan penggantian biaya variabel (seperti tenaga kerja per unit) dengan biaya tetap (seperti depresiasi mesin), yang akan mengubah struktur biaya perusahaan secara fundamental. Selain itu, pemahaman tentang leverage membantu dalam menetapkan strategi harga dan promosi.

Perusahaan dengan leverage tinggi sangat diuntungkan oleh peningkatan volume penjualan, sehingga mereka lebih cenderung menawarkan diskon atau meluncurkan kampanye pemasaran agresif untuk merebut pasar. Setiap unit tambahan yang terjual di atas titik impas memberikan kontribusi margin yang sangat besar terhadap laba.

3. Meningkatkan Laba Operasional

Manfaat paling menarik dari operating leverage yang tinggi adalah potensinya untuk memperbesar keuntungan secara eksponensial atau laba operasional. Setelah perusahaan berhasil melewati titik impasnya (di mana total pendapatan sama dengan total biaya), setiap pendapatan tambahan akan memberikan dampak yang jauh lebih besar pada laba.

Ini karena biaya tetap telah sepenuhnya tertutupi, dan sebagian besar dari pendapatan penjualan tambahan langsung mengalir ke laba operasi. Financial leverage ratio dapat digunakan untuk menilai seberapa efektif perusahaan menggunakan utang untuk mendanai ekspansi dan memperbesar potensi keuntungan. Fenomena ini disebut efek pengganda laba, di mana peningkatan kecil dalam penjualan dapat menghasilkan peningkatan laba yang jauh lebih besar secara persentase.

Bagi perusahaan fase pertumbuhan atau di industri dengan permintaan yang kuat, memiliki struktur biaya dengan leverage tinggi bisa menjadi strategi yang sangat efektif. Dimana memungkinkan bagi mereka untuk mencapai skala ekonomi dan menghasilkan margin keuntungan yang superior seiring dengan meningkatnya volume penjualan.

Komponen Operating Leverage

Untuk memahami cara kerja operating leverage, kita harus terlebih dahulu memahami dua komponen dasar yang membentuk struktur biaya setiap perusahaan. Cost volume profit adalah analisis yang sangat berguna untuk memahami hubungan antara biaya, volume penjualan, dan laba, yang mempengaruhi tingkat operating leverage.

Kedua komponen ini adalah biaya tetap dan biaya variabel. Interaksi dan proporsi antara kedua jenis biaya inilah yang menentukan tingkat operating leverage sebuah perusahaan.

Keseimbangan antara komponen ini merupakan keputusan yang dipengaruhi oleh sifat industri, model bisnis, dan strategi pertumbuhan perusahaan. Perusahaan padat modal seperti manufaktur atau maskapai penerbangan memiliki biaya tetap yang tinggi, sementara bisnis jasa atau ritel memiliki biaya variabel yang lebih dominan.

Analisis yang cermat terhadap komposisi biaya ini adalah langkah pertama dalam mengelola leverage operasional secara efektif.

1. Biaya Tetap

Biaya tetap, atau fixed costs, adalah pengeluaran yang tidak berubah terlepas dari tingkat produksi atau volume penjualan dalam periode waktu tertentu. Hal ini harus dibayar oleh perusahaan bahkan jika mereka tidak memproduksi atau menjual satu unit pun.

Contoh umum dari biaya tetap termasuk sewa gedung pabrik atau kantor, gaji staf administrasi, premi asuransi, pajak properti, dan biaya penyusutan aset tetap.

Dalam konteks operating leverage, semakin tinggi total biaya tetap, semakin tinggi pula leverage operasional perusahaan. Ini karena perusahaan harus menghasilkan volume penjualan yang cukup untuk menutupi biaya ini sebelum dapat mulai menghasilkan keuntungan, yang pada gilirannya menciptakan titik impas yang lebih tinggi.

2. Biaya Variabel

Biaya variabel, atau variable costs, adalah pengeluaran yang berfluktuasi secara langsung dengan tingkat produksi atau volume penjualan. Jika perusahaan tidak memproduksi apa pun, biaya variabelnya adalah nol.

Contoh utama dari biaya variabel meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung (upah per jam atau per unit), komisi penjualan, dan biaya pengiriman produk. Biaya variabel memiliki hubungan terbalik dengan operating leverage.

Semakin tinggi proporsi biaya variabel dalam struktur biaya total, semakin rendah leverage operasionalnya. Ini karena biaya akan naik dan turun seiring dengan penjualan, yang menciptakan margin laba per unit yang lebih stabil dan mengurangi sensitivitas laba operasi terhadap fluktuasi penjualan.

Cara Kerja Operating Leverage

Mekanisme kerja operating leverage dapat dipahami dengan semakin tinggi porsi biaya tetap, semakin besar dampak perubahan penjualan terhadap laba operasi. Ketika penjualan terjadi, pendapatan tersebut pertama-tama digunakan untuk menutupi biaya variabel yang terkait langsung dengan produk atau jasa yang dijual.

Sisa dari pendapatan setelah dikurangi biaya variabel dikenal sebagai margin kontribusi (contribution margin). Margin kontribusi inilah yang kemudian digunakan untuk menutupi biaya tetap perusahaan. Sampai semua biaya tetap tertutupi, perusahaan berada dalam posisi impas atau rugi.

Titik di mana total margin kontribusi sama dengan total biaya tetap adalah titik impas (break-even point), di mana laba operasi adalah nol. Setelah titik impas terlampaui, keajaiban operating leverage mulai terlihat. Karena semua biaya tetap telah ditanggung, setiap margin kontribusi dari unit tambahan yang terjual akan langsung menjadi laba operasi.

Inilah sebabnya mengapa perusahaan dengan leverage tinggi mengalami peningkatan laba yang dramatis begitu mereka melewati ambang batas penjualan tertentu, karena tidak ada lagi biaya tetap yang perlu ditutupi.

Rumus dan Cara Menghitung Operating Leverage

Untuk mengkuantifikasi dan menganalisis operating leverage, para analis keuangan dan manajer menggunakan metrik yang disebut Degree of Leverage (DOL). DOL memberikan angka spesifik yang menunjukkan seberapa besar persentase perubahan laba operasi yang akan dihasilkan dari setiap satu persen perubahan penjualan.

Ada dua metode utama untuk menghitung degree of operating leverage. Kedua rumus ini memberikan perspektif yang berbeda namun saling melengkapi. Rumus pertama berguna untuk analisis historis dan memahami sensitivitas yang telah terjadi, sedangkan rumus kedua lebih praktis untuk perencanaan ke depan karena dapat dihitung dari data satu periode.

Memilih rumus yang tepat tergantung pada ketersediaan data dan tujuan analisis yang ingin dicapai.

1. Berdasarkan Tingkat Perubahan

Rumus pertama menghitung DOL dengan membandingkan persentase perubahan laba operasi (atau EBIT) dengan persentase perubahan penjualan selama dua periode. Cara ini sangat berguna untuk mengevaluasi kinerja masa lalu dan memahami seberapa responsif laba perusahaan terhadap dinamika pasar.

Rumusnya adalah:

DOL = % Perubahan Laba Operasi / % Perubahan Penjualan

Misalnya, jika penjualan perusahaan meningkat sebesar 10% dari tahun lalu dan laba operasinya meningkat sebesar 30%, maka DOL-nya adalah 3 (30% / 10%). Angka ini secara langsung menunjukkan efek pengganda dari leverage operasional. Namun, kelemahan utama dari metode ini adalah membutuhkan data dari dua periode yang berbeda untuk perbandingan.

2. Berdasarkan Laporan Laba Rugi

Metode kedua dan yang lebih umum digunakan adalah menghitung DOL dari data satu periode akuntansi, yang biasanya diambil dari income statement. Rumus ini jauh lebih praktis untuk analisis dan peramalan saat ini.

Rumusnya adalah:

DOL : Margin Kontribusi / Laba Operasi (EBIT)

Di mana Margin Kontribusi dihitung sebagai Penjualan dikurangi Total Biaya Variabel. Rumus ini secara fundamental mengukur seberapa besar margin kontribusi (dana yang tersedia untuk menutupi biaya tetap dan menghasilkan laba) dibandingkan dengan laba yang sebenarnya dihasilkan.

Semakin besar porsi margin kontribusi yang digunakan untuk menutupi biaya tetap, semakin tinggi DOL-nya. Keunggulan metode ini adalah kemampuannya untuk dihitung kapan saja asalkan data penjualan, biaya variabel, dan laba operasi tersedia.

Contoh Perhitungan Leverage Operasional

Untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas, mari kita lihat sebuah contoh operating leverage dalam skenario praktis. Misalkan ada sebuah perusahaan bernama PT Cipta Kreasi yang memproduksi furnitur. Data keuangan PT Cipta Kreasi untuk tahun lalu adalah sebagai berikut:

Total Penjualan: Rp 1.000.000.000
Total Biaya Variabel: Rp 600.000.000
Total Biaya Tetap: Rp 250.000.000

Langkah pertama adalah menghitung Margin Kontribusi. Margin Kontribusi = Total Penjualan – Total Biaya Variabel = Rp 1.000.000.000 – Rp 600.000.000 = Rp 400.000.000.

Selanjutnya, kita perlu menghitung Laba Operasi (EBIT). Laba Operasi = Margin Kontribusi – Total Biaya Tetap = Rp 400.000.000 – Rp 250.000.000 = Rp 150.000.000.

Sekarang kita memiliki semua komponen yang dibutuhkan untuk menghitung Degree of Operating Leverage (DOL) menggunakan rumus berbasis laporan laba rugi. DOL = Margin Kontribusi / Laba Operasi = Rp 400.000.000 / Rp 150.000.000 = 2,67. Angka ini adalah hasil perhitungan leverage operasional untuk PT Cipta Kreasi.

Cara Interpretasi Hasil Perhitungan Leverage Operasional

Setelah berhasil menghitung DOL, langkah selanjutnya yang tidak kalah penting adalah menginterpretasikan artinya. Angka DOL sebesar 2,67 yang kita dapatkan dari contoh PT Cipta Kreasi bukanlah sekadar angka. Jumlah tersebut membawa informasi strategis yang sangat berharga bagi manajemen.

Interpretasi utamanya adalah sebagai berikut:

Kriteria High Operating Leverage Low Operating Leverage
Struktur Biaya Biaya Tetap Tinggi Biaya Variabel Tinggi
Potensi Laba Sangat Tinggi saat Penjualan Naik Stabil
Risiko Sangat Tinggi saat Penjualan Turun Rendah
Contoh Industri Maskapai, Industri (SaaS) Ritel, Jasa Konsultasi

DOL sebesar 2,67 berarti untuk setiap kenaikan penjualan sebesar 1%, laba operasi PT Cipta Kreasi akan meningkat sebesar 2,67%. Jika perusahaan berhasil meningkatkan penjualannya sebesar 10%, maka laba operasinya diperkirakan akan meroket sebesar 26,7% (10% x 2,67).

Namun, jika karena kondisi pasar yang lesu penjualan turun sebesar 10%, maka laba operasi perusahaan akan anjlok sebesar 26,7%. Semakin tinggi angka DOL, semakin besar potensi keuntungan sekaligus risiko kerugian yang dihadapi perusahaan, yang menekankan pentingnya manajemen penjualan dan biaya yang cermat.

Risiko Operating Leverage bagi Bisnis

Meskipun operating leverage yang tinggi dapat menjadi mesin pendorong porfitabilitas yang luar biasa di masa-masa baik, ia juga membawa risiko yang signifikan yang dapat membahayakan kelangsungan bisnis saat kondisi pasar memburuk. Mengabaikan risiko-risiko ini adalah kesalahan fatal bagi setiap pengambil keputusan.

Oleh karena itu, pemahaman yang seimbang antara potensi dan ancaman adalah kunci. Risiko utama berasal dari sifat biaya tetap yang tidak fleksibel. Ketika pendapatan menurun, biaya tetap tidak ikut turun, sehingga menekan margin keuntungan dengan cepat.

Manajemen yang proaktif harus selalu mempertimbangkan skenario terburuk dan membangun strategi untuk memitigasi dampak negatif dari leverage operasional yang tinggi.

1. Amplifikasi Kerugian

Risiko yang paling jelas dari operating leverage yang tinggi adalah efek pengganda yang berlaku untuk keuntungan juga berlaku untuk kerugian. Selama periode resesi ekonomi, penurunan permintaan, atau peningkatan persaingan, perusahaan dengan DOL tinggi akan mengalami penurunan laba yang jauh dibandingkan perusahaan dengan DOL rendah.

Penurunan penjualan yang moderat sekalipun dapat dengan cepat mengikis seluruh laba operasi dan mendorong perusahaan ke posisi merugi. Efek amplifikasi ini membuat perusahaan menjadi sangat rentan terhadap siklus bisnis.

Perusahaan yang sangat bergantung pada leverage operasional mungkin menunjukkan kinerja yang spektakuler selama masa ekspansi ekonomi, tetapi mereka juga seringkali menjadi yang pertama mengalami kesulitan finansial saat pasar berbalik arah.

Risiko ini menuntut perencanaan keuangan yang sangat hati-hati dan cadangan kas yang memadai.

2. Beban Biaya Tetap yang Berat

Biaya tetap, seperti sewa, gaji, dan pembayaran cicilan peralatan, adalah kewajiban yang harus dipenuhi terlepas dari kinerja penjualan perusahaan. Selama periode penjualan yang rendah, biaya-biaya ini menjadi beban yang sangat berat bagi arus kas perusahaan.

Perusahaan harus tetap membayar tagihan-tagihan ini, yang dapat menguras sumber daya kas dengan cepat. Tekanan arus kas ini dapat memicu serangkaian masalah yang lebih serius. Menyebabkan mungkin terpaksa menunda investasi penting, mengurangi anggaran pemasaran, atau bahkan melakukan pemutusan hubungan kerja.

Dalam kasus yang ekstrem, ketidakmampuan untuk menutupi biaya tetap dapat menyebabkan gagal bayar (default) atas kewajiban utang dan berujung pada kebangkrutan.

3. Risiko Titik Impas (Break-Even Point) yang Lebih Tinggi

Ada hubungan langsung antara biaya tetap dan titik impas. Semakin tinggi biaya tetap, semakin tinggi pula volume penjualan yang harus dicapai perusahaan hanya untuk menutupi semua biayanya.  Dimana artinya perusahaan dengan operating leverage tinggi memiliki margin keamanan (margin of safety) yang lebih kecil.

Titik impas yang tinggi membuat bisnis lebih rapuh terhadap perubahan kondisi pasar. Penurunan kecil dalam harga jual rata-rata atau sedikit peningkatan biaya variabel dapat secara signifikan meningkatkan jumlah unit yang harus dijual untuk mencapai Break Even Point (BEP). Risiko ini menekankan pentingnya analisis BEP secara berkala sebagai bagian dari strategi manajemen leverage operasional.

Mengelola risiko titik impas bukan hanya tentang memahami angka, tapi juga bagaimana bisnis mencatat, memantau, dan menganalisis data keuangan secara menyeluruh. Untuk membantu proses tersebut, Anda bisa menggunakan software akuntansi ScaleOcean. Dengan fitur pelaporan otomatis dan pemantauan keuangan real-time, ScaleOcean membantu Anda membuat keputusan lebih cepat dan tepat.

Penerapan Operating Leverage dalam Pengambilan Keputusan Bisnis

Analisis operating leverage bukanlah sekadar latihan akademis melainkan alat praktis yang dapat dan harus digunakan untuk menginformasikan berbagai keputusan bisnis yang krusial. Dengan mengintegrasikan konsep DOL ke dalam kerangka kerja pengambilan keputusan, para pemimpin dapat membuat pilihan yang lebih strategis dan berbasis data.

Sehingga dapat membantu perusahaan untuk mengatur keuangan perusahaan dengan lebih baik. Dari perencanaan produksi hingga strategi penetapan harga, wawasan yang diperoleh dari analisis leverage operasional dapat memberikan keunggulan kompetitif.

Hal tersebut memungkinkan manajemen untuk tidak hanya bereaksi terhadap kondisi pasar, tetapi juga secara proaktif membentuk masa depan finansial perusahaan. Berikut adalah beberapa area utama di mana operating leverage memainkan peran penting.

1. Menentukan Struktur Biaya Produksi

Salah satu keputusan paling fundamental yang dihadapi bisnis, terutama di sektor manufaktur, adalah pilihan antara proses padat karya dan padat modal.

Keputusan untuk berinvestasi dalam mesin otomatis canggih (padat modal) akan meningkatkan biaya tetap (depresiasi, pemeliharaan) tetapi menurunkan biaya variabel per unit (tenaga kerja). Ketentuan ini secara efektif meningkatkan operating leverage perusahaan.

Analisis DOL membantu manajer mengevaluasi pertukaran ini. Jika perusahaan mengantisipasi volume penjualan yang tinggi dan stabil di masa depan, investasi dalam otomatisasi mungkin merupakan langkah yang bijaksana untuk memaksimalkan profitabilitas jangka panjang.

Sebaliknya, jika pasar tidak menentu, mempertahankan struktur biaya yang lebih fleksibel dengan leverage yang lebih rendah mungkin lebih aman.

2. Analisis Titik Impas (BEP)

Kedua hal ini, Operating leverage dan analisis titik impas adalah dua konsep yang saling terkait erat. Memahami leverage operasional memungkinkan analisis BEP yang lebih dinamis. Manajer dapat menilai bagaimana perubahan dalam bauran biaya (tetap vs. variabel) akan mempengaruhi titik impas dan margin keamanan perusahaan.

Misalnya, sebelum meluncurkan produk baru atau memasuki pasar baru, perusahaan dapat memodelkan dampak dari biaya tetap tambahan (seperti kampanye pemasaran besar) terhadap BEP. Analisis ini sangat penting untuk menetapkan target penjualan yang realistis dan mengevaluasi kelayakan finansial dari sebuah inisiatif.

Tentu saja membantu dalam menjawab pertanyaan kritis: “Berapa banyak yang harus kita jual untuk membuat investasi ini menguntungkan?”

3. Perencanaan Skenario Penjualan dan Laba

DOL adalah alat yang sangat ampuh untuk perencanaan skenario dan analisis sensitivitas. Dengan mengetahui nilai DOL, manajer dapat dengan cepat memproyeksikan dampak berbagai skenario penjualan terhadap laba. Ini memungkinkan mereka untuk melakukan analisis “what-if” yang penting untuk penganggaran dan perencanaan strategis.

Manajemen dapat membuat beberapa proyeksi seperti: skenario optimis (jika penjualan melebihi target), skenario realistis (sesuai target), dan skenario pesimis (jika penjualan di bawah target). Dengan memodelkan dampak pada EBITDA atau laba operasi di setiap skenario, perusahaan dapat lebih siap menghadapi masa depan.

Strategi Mengelola Operating Leverage

Mengelola operating leverage secara efektif adalah tentang menemukan keseimbangan yang tepat antara memaksimalkan potensi keuntungan dan mengendalikan risiko. Tidak ada satu tingkat leverage yang “benar” untuk semua perusahaan tingkat yang optimal bergantung pada industri, stabilitas pendapatan, dan selera risiko perusahaan.

Namun, ada beberapa strategi proaktif yang dapat diterapkan oleh manajemen untuk mengendalikan dan mengoptimalkan leverage operasional mereka.

Strategi-strategi ini bertujuan untuk memberikan fleksibilitas pada struktur biaya perusahaan. Dengan memiliki kemampuan untuk menyesuaikan biaya sebagai respons terhadap perubahan kondisi pasar, perusahaan dapat mengurangi dampak negatif dari penurunan penjualan sambil tetap mempertahankan potensi keuntungan saat pasar membaik.

Berikut adalah empat strategi efektif untuk mengelola operating leverage:

  • Mengalihdayakan (Outsourcing) Fungsi Non-Inti: Alih daya aktivitas seperti TI, layanan pelanggan, atau bahkan beberapa bagian dari proses produksi dapat mengubah biaya tetap menjadi biaya variabel. Ini secara efektif menurunkan operating leverage dan membuat struktur biaya lebih fleksibel.
  • Menerapkan Model Staf yang Fleksibel: Perusahaan dapat menggunakan kombinasi pekerja kontrak, pekerja lepas (freelancer), atau staf sementara untuk menangani beban kerja yang berfluktuasi. Hal ini memungkinkan biaya tenaga kerja untuk naik dan turun seiring dengan permintaan, sehingga mengurangi beban biaya tetap.
  • Menyewa Aset daripada Membeli: Menyewa (leasing) bisa menjadi alternatif yang cerdas daripada membeli. Pembelian menciptakan biaya tetap yang besar dalam bentuk depresiasi dan bunga utang, sedangkan biaya sewa dapat dianggap lebih sebagai biaya operasional yang dapat disesuaikan.
  • Diversifikasi Aliran Pendapatan: Bergantung pada satu produk atau pasar dapat sangat berbahaya bagi perusahaan dengan leverage tinggi. Dengan melakukan diversifikasi ke berbagai produk, layanan, atau segmen pasar geografis, perusahaan dapat menstabilkan total pendapatannya.

Kesimpulan

Pendekatan Operating leverage adalah konsep fundamental dalam akuntansi manajerial yang menawarkan wawasan mendalam tentang hubungan antara struktur biaya, volume penjualan, dan profitabilitas perusahaan. Ini adalah pedang bermata dua dimana di satu sisi, ia dapat memperbesar keuntungan secara signifikan saat penjualan meningkat, menjadikannya alat yang ampuh untuk pertumbuhan.

Di sisi lain, ia juga memperbesar kerugian saat penjualan menurun, menciptakan risiko finansial yang substansial. Kunci kesuksesan tidak terletak pada penghindaran leverage, tetapi pada kemampuan untuk memahaminya, mengukurnya, dan mengelolanya secara strategis. Dalam lingkungan bisnis, pengelolaan leverage yang efektif menjadi pilar utama untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan.

Salah satu pendekatan yang kini banyak dipilih oleh perusahaan adalah menggunakan software akuntansi, seperti yang ditawarkan oleh ScaleOcean. Dengan fitur akuntansi yang dirancang untuk memberikan visibilitas menyeluruh, informasi yang masuk ke dalam laporan keuangan selalu terbaru dan minim kesalahan. ScaleOcean juga menawarkan demo gratis serta konsultasi gratis untuk  anda yang tertarik untuk mengenal software ini.

FAQ:

1. Apa yang dimaksud dengan leverage operasi?

Leverage operasional adalah metrik keuangan yang mengukur bagaimana perubahan pendapatan perusahaan memengaruhi laba operasionalnya. Leverage operasional merupakan seberapa efisien perusahaan dapat mengubah pendapatan tambahan menjadi laba.

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan leverage?

Leverage merupakan tingkat kemampuan perusahaan dalam menggunakan aset atau modal yang memiliki biaya tetap (utang atau saham) dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan untuk memaksimalkan nilai perusahaan yang bersangkutan.

3. Apa perbedaan operating leverage dan financial leverage?

Operating leverage merupakan tingkat kepekaan pendapatan sebelum bunga dan pajak (Earning Before Interest and Taxes) karena perubahan dari volume penjualan. Financial leverage adalah penggunaan sumber dana tertentu yang akan mengakibatkan beban tetap yang berupa biaya bunga.

Jadwalkan Demo Gratis

Error message
Error message
Error message
Error message
Error message
Error message

Rekomendasi Artikel Terkait

Temukan Artikel Serupa untuk Solusi Bisnis Lebih Lengkap