Berikut 6 Perbedaan CPM dan PERT di Bidang Konstruksi
3 Min Read Posted on 15 May 2024
Daftar Isi
Dalam praktik perusahaan konstruksi, perbedaan CPM dan PERT cukup signifikan untuk mengelola proyek dengan efisien. CPM (Critical Path Method) cenderung lebih tepat untuk proyek-proyek yang memiliki aktivitas yang sudah terdefinisi dengan baik dan sedikit ketidakpastian. Sementara itu, PERT (Program Evaluation and Review Technique) lebih cocok untuk proyek-proyek yang kompleks dan memiliki tingkat ketidakpastian yang tinggi, karena memberikan ruang bagi variasi waktu dalam estimasi.
Meskipun keduanya memiliki pendekatan yang berbeda, baik CPM maupun PERT memiliki peran penting dalam membantu manajer proyek merencanakan, mengelola, dan menyelesaikan proyek konstruksi secara efisien. Pada artikel ini kita akan mengulas satu per satu perbedaan PERT dan CPM untuk mendorong perusahaan konstruksi mencapai tujuan proyek yang lebih optimal. Simak selengkapnya hanya di sini!
1. Perbedaan CPM dan PERTÂ
Dalam industri konstruksi, perbedaan antara CPM dan PERT memiliki implikasi yang signifikan dalam manajemen proyek. Keduanya digunakan secara luas dalam proyek kerja perusahaan konstruksi untuk mengoptimalkan jadwal, mengidentifikasi risiko, dan mengelola sumber daya dengan efisien. Berikut ini beberapa poin perbedaan antara PERT dan CPM yang perlu Anda ketahui.
a. Fokus Utama
CPM dan PERT adalah dua pendekatan yang berbeda dalam pengelolaan proyek. Perbedaan dasar keduanya adalah pada fokus utama. Fokus utama CPM terletak pada perencanaan dan pengaturan urutan kegiatan secara efisien. Metode ini memungkinkan manajer proyek untuk mengidentifikasi ketergantungan antar kegiatan, menetapkan jadwal yang realistis, dan mengalokasikan sumber daya dengan bijak. Melalui analisis CPM, estimasi waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap tahapan konstruksi dapat ditentukan sehingga menghindari keterlambatan dan memastikan proyek berjalan sesuai jadwal.
Sebaliknya, PERT lebih berfokus pada estimasi waktu proyek dengan mempertimbangkan ketidakpastian dalam estimasi, menggunakan pendekatan statistik untuk menentukan waktu tercepat, terlama, dan paling mungkin untuk menyelesaikan setiap kegiatan. Metode ini mempertimbangkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi waktu penyelesaian, seperti cuaca, ketersediaan bahan, dan perubahan desain. Melalui PERT membantu manajer proyek konstruksi untuk merencanakan dengan lebih baik, mengelola risiko, dan membuat keputusan yang lebih terinformasi.Â
b. Penyusunan Jaringan Kegiatan
Perbedaan CPM dan PERT juga terletak pada penyusunan jaringan kegiatan proyek konstruksi. Dalam CPM, jaringan kegiatan disusun berdasarkan urutan kegiatan dan ketergantungan antar kegiatan, yang menekankan pada perencanaan dan pengaturan urutan kegiatan untuk mencapai penyelesaian proyek secara efisien. Tahapan pembangunan diidentifikasi dan diurutkan dalam jaringan untuk mengoptimalkan jalur kritis. CPM memungkinkan manajer proyek untuk mengidentifikasi kegiatan yang kritis dan memprioritaskan sumber daya serta upaya untuk memastikan penyelesaian tepat waktu.
Sebaliknya, PERT juga melibatkan penyusunan jaringan kegiatan, namun lebih memperhatikan estimasi waktu yang luas dan memperhitungkan probabilitas penyelesaian proyek dalam rentang waktu tertentu. Hal ini memungkinkan manajer proyek untuk mengevaluasi risiko dan ketidakpastian dengan lebih rinci, serta membuat keputusan yang lebih terinformasi untuk mengelola proyek dengan lebih baik.
c. Pengukuran Kinerja Proyek
Dalam bidang konstruksi, pengukuran kinerja proyek dengan menggunakan CPM melibatkan pemantauan progress proyek berdasarkan jadwal yang telah direncanakan sebelumnya. Manajer proyek menggunakan jadwal CPM sebagai dasar untuk membandingkan waktu aktual yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap tahap konstruksi dengan estimasi yang telah disusun sebelumnya. Perbandingan ini membantu mengidentifikasi keterlambatan atau percepatan dalam jadwal, memungkinkan penyesuaian yang diperlukan untuk mencapai target waktu.
Sedangkan pada PERT, pengukuran kinerja menggunakan estimasi probabilitas penyelesaian proyek dalam rentang waktu tertentu. Dengan memperhitungkan tiga skenario waktu untuk setiap kegiatan, PERT memungkinkan manajer proyek untuk memahami risiko dan ketidakpastian yang terkait dengan estimasi waktu proyek. Untuk itu, PERT memberikan pandangan yang lebih holistik tentang kemajuan proyek konstruksi sehingga membantu dalam mengukur dan mengelola risiko yang terkait dengan ketidakpastian dalam estimasi waktu.
d. Praktik Penggunaan
Berikutnya, perbedaan PERT dan CPM juga terletak pada konteks dan karakteristik proyek yang lebih cocok untuk masing-masing metode. CPM lebih umum digunakan dalam proyek-proyek yang memiliki estimasi waktu yang lebih pasti. Hal membuat CPM menjadi pilihan yang lebih tepat untuk proyek konstruksi sederhana, di mana urutan kegiatan dan ketergantungan antar kegiatan sudah jelas.
Di sisi lain, PERT lebih berguna dalam proyek-proyek yang memiliki tingkat ketidakpastian yang tinggi dalam estimasi waktu kegiatan, atau di mana risiko proyek perlu dievaluasi secara lebih rinci. Berbagai proyek besar dengan banyak variabel yang dapat mempengaruhi estimasi waktu, seperti proyek konstruksi besar atau proyek penelitian dan pengembangan, yang memperoleh manfaat lebih besar dari penggunaan PERT untuk mengelola risiko dan ketidakpastian yang terkait dengan estimasi waktu.
e. Grafik yang Digunakan
Terkait grafik yang digunakan, perbedaan PERT dan CPM terletak pada kompleksitas dan detail penyajian informasi. Dalam CPM, grafik yang umum digunakan adalah Project Network Diagram atau Diagram Gantt. Diagram Urutan Proyek dapat merepresentasikan visual urutan kegiatan dan hubungan antar kegiatan secara linear. Sementara Diagram Gantt menampilkan time schedule proyek dalam bentuk grafik batang horizontal yang mewakili durasi waktu. Diagram Gantt memberikan representasi visual yang jelas tentang waktu mulai dan selesai setiap kegiatan.Â
Di sisi lain, PERT menggunakan Diagram Jaringan, yang merupakan grafik yang lebih kompleks dan mendetail. Diagram tersebut menunjukkan hubungan antara setiap kegiatan dengan jelas, serta menggambarkan estimasi waktu tercepat, terlama, dan paling mungkin untuk setiap kegiatan. Hal ini memungkinkan manajer proyek untuk memahami risiko dan ketidakpastian dalam estimasi waktu proyek secara lebih rinci.
f. Estimasi Waktu
Tidak hanya itu, perbedaan CPM dan PERT terletak pada pendekatan masing-masing metode terhadap estimasi waktu. Estimasi waktu dalam CPM didasarkan pada pendekatan yang lebih deterministik dan pasti. Metode ini menggunakan estimasi waktu tunggal untuk menentukan durasi setiap kegiatan dalam proyek. Estimasi waktu ini biasanya didasarkan pada pengalaman sebelumnya atau data historis yang tersedia. Misalnya, kegiatan pengerjaan pondasi, estimasi waktu dapat dibuat berdasarkan waktu yang diperlukan untuk proyek serupa di masa lalu.
Dalam proyek konstruksi, estimasi waktu PERT mengadopsi pendekatan yang lebih probabilistik dan beragam. Metode ini mempertimbangkan ketidakpastian dalam estimasi waktu dengan menggunakan tiga skenario waktu yang berbeda untuk setiap kegiatan. Dengan mempertimbangkan ketiga skenario waktu ini, PERT memberikan perkiraan waktu yang lebih realistis, serta memperhitungkan kemungkinan variasi waktu dalam proyek.
2. Contoh PERT dan CPM
Contoh PERT dan CPM dalam proyek konstruksi adalah dua metode perencanaan dan penjadwalan proyek yang sering digunakan dalam manajemen proyek konstruksi. Keduanya membantu manajer proyek dalam mengidentifikasi jalur kritis, menentukan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek, serta mengelola sumber daya proyek secara efisien. Untuk lebih tergambar, berikut ini contoh CPM proyek pembangunan gedung dalam bentuk network planning.Â
Pada proyek pembangunan gedung tersebut, metode CPM digunakan untuk merencanakan dan menjadwalkan berbagai kegiatan yang diperlukan dalam pembangunan. Misalnya, proses konstruksi gedung dimulai dengan pembersihan lahan, yang diikuti oleh pengurukan tanah, pemasangan pondasi, hingga finishing. Setiap kegiatan memiliki estimasi waktu yang berbeda untuk diselesaikan, dan hubungan antar kegiatan tersebut dijelaskan dalam diagram jaringan. Sementara itu, metode PERT digunakan untuk mengestimasi waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan berbagai tahapan pembangunan. Berikut ini contoh diagram PERT.Â
Adanya diagram PERT memberikan visualisasi yang jelas terkait tahap perencanaan proyek sehingga memungkinkan manajer proyek untuk mengidentifikasi kegiatan yang dapat dilakukan secara paralel untuk mempercepat penyelesaian proyek secara keseluruhan. Dengan memahami contoh PERT dan CPM, manajer proyek konstruksi dapat membuat jadwal yang realistis, mengidentifikasi potensi keterlambatan, dan mengelola sumber daya dengan lebih efisien.Â
3. KesimpulanÂ
Secara keseluruhan, pemahaman terkait perbedaan PERT dan CPM sangat penting untuk pengelolaan proyek yang sukses. Meskipun keduanya memiliki pendekatan yang berbeda, keduanya sama-sama penting dalam memastikan proyek konstruksi berjalan lancar, sesuai target waktu, dan anggaran yang telah ditetapkan.Â
Dengan memahami perbedaan tersebut, perusahaan konstruksi dapat mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan merencanakan proyek dengan lebih baik. Baik CPM maupun Pert memiliki peran yang krusial dalam manajemen proyek konstruksi, dan penggunaan keduanya secara bersama-sama dapat meningkatkan peluang keberhasilan serta efisiensi proyek secara keseluruhan.
Dapatkan update konten terbaik kami
secara rutin di Inbox Anda!
REKOMENDASI
Artikel Terkait
Nov 01, 2024 3 Min Read
Tutup Buku: Proses dan Contohnya di Akhir Periode Perusahaan
Nov 04, 2024 3 Min Read
7 Aplikasi Sales Order Terbaik di Indonesia Tahun 2024
Nov 01, 2024 3 Min Read
Panduan Job Costing: Arti, Tujuan, Rumus, dan Contoh Hitung
Nov 05, 2024 3 Min Read
12 Software Akuntansi Perusahaan Dagang Terbaik di Indonesia
REKOMENDASI