Keterlambatan dalam proyek konstruksi menimbulkan dampak seperti kenaikan biaya, munculnya klaim, dan menurunnya reputasi proyek. Dengan jadwal padat dan sumber daya terbatas, manajer proyek perlu metode yang membantu merancang rencana sekaligus mengantisipasi ketidakpastian di lapangan.
CPM (Critical Path Method) cenderung lebih tepat untuk proyek-proyek yang memiliki aktivitas yang sudah terdefinisi dengan baik dan sedikit ketidakpastian. Sementara itu, PERT (Program Evaluation and Review Technique) lebih cocok untuk proyek-proyek yang kompleks dan memiliki tingkat ketidakpastian yang tinggi, karena memberikan ruang bagi variasi waktu dalam estimasi.
Meskipun keduanya memiliki pendekatan yang berbeda, baik CPM maupun PERT memiliki peran penting dalam membantu manajer proyek merencanakan, mengelola, dan menyelesaikan proyek konstruksi secara efisien. Pada artikel ini, kami akan mengulas satu per satu perbedaan CPM dan PERM untuk mendorong perusahaan konstruksi mencapai tujuan proyek yang lebih optimal.
- CPM dan PERT adalah pendekatan manajemen proyek konstruksi yang biasa digunakan untuk memperkirakan waktu dan biaya.
- Perbedaan CPM dan PERT meliputi fokus, penggunaan, perkiraan dan estimasi waktu, penyusunan jaringan kegiatan, pengukuran kinerja, dan grafik yang digunakan.
- Contoh CPM dan PERT. CPM: Proyek pembangunan gedung berbentuk network planning. PERT: Estimasi waktu penyelesaian tahapan pembangunanan menggunakan diagram PERT
- Kelola proyek end-to-end lebih efisien dengan ScaleOcean Project Management Software.
Mengenal CPM dan PERT
PERT (Program Evaluation and Review Technique) dan CPM (Critical Path Method) adalah dua metode manajemen proyek yang berbeda, terutama dalam pendekatan perkiraan waktu dan tingkat kepastian proyek. PERT menggunakan tiga estimasi waktu untuk setiap tugas yaitu optimis, paling mungkin, dan pesimis, yang menjadikannya lebih cocok untuk proyek dengan ketidakpastian tinggi.
Di sisi lain, CPM menggunakan satu estimasi waktu untuk setiap tugas dan lebih cocok untuk proyek yang durasinya relatif pasti atau sudah berjalan. CPM fokus pada penentuan jalur kritis, yakni urutan tugas yang harus diselesaikan tepat waktu untuk memastikan proyek selesai sesuai jadwal.
Kedua metode ini memiliki peran penting dalam perencanaan proyek konstruksi. PERT memungkinkan perencanaan yang lebih fleksibel dengan memperhitungkan ketidakpastian. Di sisi lain, CPM diperuntukkan proyek yang memiliki durasi tugas yang telah ditentukan, membantu memastikan proyek diselesaikan tepat waktu dan sesuai anggaran.
Baca juga: Cari Tahu Contoh Time Schedule Proyek serta Komponennya!
Perbedaan CPM dan PERT

Dalam industri konstruksi, perbedaan antara CPM dan PERT memiliki implikasi yang signifikan dalam manajemen proyek. Keduanya digunakan secara luas dalam proyek kerja perusahaan konstruksi untuk mengoptimalkan jadwal, mengidentifikasi risiko, dan mengelola sumber daya dengan efisien. Berikut ini beberapa poin perbedaan antara PERT dan CPM yang perlu Anda ketahui.
1. Perkiraan Waktu
- CPM: Menggunakan satu estimasi waktu yang dianggap pasti untuk setiap aktivitas.
- PERT: Menggunakan tiga estimasi waktu untuk setiap aktivitas yaitu optimis, yang diharapkan, dan pesimis untuk mengakomodasi ketidakpastian.
2. Tingkat Kepastian
- PERT: Lebih cocok untuk proyek dengan ketidakpastian tinggi, seperti proyek penelitian dan pengembangan, di mana durasi tugas sulit diprediksi.
- CPM: Lebih cocok untuk proyek dengan durasi yang dapat diprediksi, seperti proyek konstruksi yang memiliki jadwal pasti.
2. Fokus Utama
- CPM: Fokus pada identifikasi jalur kritis, manajemen biaya proyek, serta penjadwalan dan pengendalian proyek.
- PERT: Fokus pada estimasi waktu dan penjadwalan proyek, serta pengelolaan ketidakpastian dalam durasi kegiatan.
3. Jenis Proyek
- CPM: Biasa digunakan dalam manajemen proyek konstruksi, teknik, dan manufaktur yang memiliki tugas dengan waktu yang lebih terprediksi.
- PERT: Biasa digunakan dalam pengembangan dan penelitian proyek, terutama yang memiliki ketidakpastian tinggi dalam estimasi waktu dan tugas yang lebih kompleks.
4. Representasi Jaringan
- PERT: Lebih mengarah pada pemetaan semua kegiatan untuk menggambarkan hubungan antar aktivitas dan peristiwa.
- CPM: Dilakukan dengan cara membuat urutan kegiatan yang menghubungkan tugas-tugas secara linear untuk menggambarkan hubungan antar aktivitas dan menyoroti jalur kritis.
5. Estimasi Waktu
- CPM: Memiliki satu estimasi waktu untuk setiap aktivitas, yang dianggap sebagai waktu yang pasti untuk menyelesaikan tugas tersebut.
- PERT: Memiliki tiga estimasi waktu (optimis, yang diharapkan, dan pesimis) untuk setiap aktivitas, guna memperhitungkan ketidakpastian dalam durasi.
6. Pengukuran Kinerja Proyek
- CPM: Biasanya dilakukan dengan memantau jalur kritis. Proyek dianggap sukses jika seluruh aktivitas pada jalur kritis selesai tepat waktu tanpa penundaan.
- PERT: Lebih berfokus pada monitoring waktu dengan mempertimbangkan variasi atau kemungkinan perubahan pada waktu penyelesaian setiap aktivitas.
7. Grafik yang Digunakan
- CPM: Menggunakan grafik jaringan dengan diagram Gantt atau diagram jaringan aktivitas (Activity on Node, AON) untuk menunjukkan urutan kegiatan dan jalur kritis.
- PERT: Menggunakan diagram jaringan berjenis PERT Chart yang menggambarkan hubungan antara kegiatan dan memperlihatkan estimasi waktu yang berbeda (optimis, pesimis, dan yang diharapkan).
Anda bisa menggunakan software konstruksi untuk mengoptimalkan penggunaan CPM dan PERT dengan menyediakan fitur canggih untuk perencanaan, pemantauan, dan pengendalian proyek. ScaleOcean software konstruksi bisa Anda andalkan untuk mengintegrasikan seluruh proses konstruksi dari A-Z dengan mudah. Lakukan demonya sekarang untuk informasi lebih lanjut.
Bagaimana Cara Menggunakan PERT dan CPM dalam Manajemen Proyek?
PERT dan CPM adalah dua alat penting yang membantu manajer proyek dalam merencanakan dan mengatur waktu serta biaya proyek. Terutama pada proyek yang besar dan kompleks, kedua metode ini memungkinkan proyek dipecah menjadi tugas-tugas yang lebih kecil dan mudah dikelola. Dengan begitu, pengerjaan proyek bisa dipercepat sekaligus biaya operasional bisa ditekan.
Kedua teknik ini membantu meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan proyek. Manajer proyek dapat menggunakan PERT dan CPM untuk mengetahui berapa lama setiap aktivitas akan berlangsung dan total durasi proyek secara keseluruhan. Dari situ, metode ini bisa menentukan kapan waktu terbaik memulai dan menyelesaikan tugas, serta mengenali tugas mana yang paling penting agar proyek berjalan sukses.
Meskipun keduanya memiliki fokus dan kegunaan berbeda, PERT biasanya dipilih untuk proyek dengan tingkat ketidakpastian yang tinggi, karena dapat memperhitungkan variasi waktu estimasi. Sementara CPM lebih efektif untuk proyek yang strukturnya sudah jelas, dengan fokus pada penentuan jalur kritis yang harus diprioritaskan.
Saat digunakan bersama, PERT dan CPM memberikan gambaran jadwal yang lebih realistis dan konservatif, sekaligus membantu pengelolaan biaya dan sumber daya secara lebih baik. Dengan menggabungkan kedua metode ini, manajer proyek bisa mendapatkan pemahaman menyeluruh tentang waktu, biaya, dan kebutuhan sumber daya, sehingga jadwal proyek bisa dirancang lebih efisien dan hasilnya optimal.
Contoh Penerapan CPM dan PERT dalam Industri
Salah satu contoh penerapan Critical Path Method (CPM) dapat ditemukan dalam proyek Gedung Chandra Tanjung Karang. Dalam proyek ini, CPM digunakan untuk menyusun penjadwalan waktu pengerjaan berbagai aktivitas, seperti pekerjaan persiapan, struktur lantai, pengecatan, dan pemasangan sistem. Dengan CPM, manajer proyek dapat memetakan jalur kritis yang membantu memastikan penyelesaian proyek tepat waktu.
Melalui CPM, manajer proyek dapat mengidentifikasi aktivitas yang paling menentukan waktu penyelesaian proyek, seperti pemasangan struktur beton yang membutuhkan waktu lama dan bergantung pada kondisi cuaca. Dengan mengelola aktivitas-aktivitas dalam jalur kritis, proyek dapat diselesaikan dalam durasi yang telah direncanakan, yaitu 24 minggu.
Sementara itu, dalam proyek yang lebih kompleks atau yang melibatkan ketidakpastian tinggi, PERT digunakan untuk perencanaan dan pengelolaan waktu. Misalnya, dalam proyek penelitian atau pengembangan teknologi, PERT membantu dalam memperkirakan durasi aktivitas dengan tiga estimasi waktu, guna mengantisipasi fluktuasi yang mungkin terjadi.
PERT memungkinkan manajer proyek untuk memiliki fleksibilitas dalam pengelolaan waktu dan lebih siap menghadapi ketidakpastian. Hal ini memberi keleluasaan dalam merencanakan strategi yang lebih adaptif, meskipun ada kemungkinan keterlambatan atau perubahan dalam kondisi proyek yang tidak terduga.
Dengan penerapan CPM dan PERT, manajer proyek dapat mengelola waktu dan sumber daya secara lebih efektif. Keduanya memberikan pendekatan yang berbeda namun saling melengkapi untuk memastikan proyek selesai tepat waktu, sesuai anggaran, dan dengan kualitas yang diharapkan.
Kelebihan dan Kekurangan CPM dan PERT

Setelah memahami perbedaan CPM dan PERT, penting bagi Anda untuk memahami setiap kekurangan dan kelebihan dari kedua metode proyek konstruksi ini. Keduanya memiliki kelebihan dan kekuangan yang berbeda, tergantung sifat dan kompleksitas proyek yang dijalankan perusahaan. Berikut penjelasan lengkapnya!
1. Kelebihan CPM (Critical Path Method)
- Mengidentifikasi jalur kritis yang dapat menentukan durasi keseluruhan proyek. Hal ini akan membantu manajer proyek dapat fokus pada kegiatan yang sangat penting agar proyek selesai tepat waktu.
- Memungkinkan pengendalian waktu dan biaya yang lebih efektif, sehingga proyek lebih mudah dipantau.
- Lebih mudah dipahami dan diterapkan pada proyek-proyek dengan kegiatan yang lebih jelas dan durasi waktu yang lebih pasti.
- Estimasi waktu yang digunakan dalam CPM lebih konsisten karena hanya menggunakan satu perkiraan waktu untuk setiap aktivitas.
2. Kekurangan CPM (Critical Path Method)
- Kurangnya fleksibilitas dalam menangani ketidakpastian, karena hanya menggunakan satu estimasi waktu yang bisa berubah selama proyek berjalan.
- Tidak mempertimbangkan variabilitas atau ketidakpastian dalam waktu penyelesaian kegiatan, yang mungkin terjadi pada proyek yang kompleks.
- Terbatas pada proyek dengan tugas yang terbatas, terutama proyek yang memiliki tugas dengan urutan yang jelas dan dapat diprediksi, tidak cocok untuk proyek yang lebih kompleks atau bersifat penelitian.
- Tidak memperhitungkan mengakomodasi kemungkinan perubahan yang mungkin terjadi selama proses pelaksanaan proyek.
3. Kelebihan PERT (Program Evaluation and Review Technique)
- Efektif untuk proyek yang kompleks atau tidak pasti, karena memperhitungkan tiga estimasi waktu (optimis, yang diharapkan, dan pesimis) untuk setiap aktivitas.
- Memberikan fleksibilitas lebih dalam perencanaan, karena dapat menyesuaikan diri dengan perubahan dan ketidakpastian yang mungkin terjadi.
- Cocok untuk proyek yang kompleks: dan memiliki banyak ketergantungan antar tugas dan memerlukan analisis waktu yang lebih mendalam.
- Menunjukkan ketergantungan antar kegiatan dan memberikan gambaran yang lebih baik mengenai hubungan antara kegiatan-kegiatan dalam proyek yang kompleks.
4. Kekurangan PERT (Program Evaluation and Review Technique)
- Kesulitan dalam estimasi waktu karena adanya perhitungan tiga estimasi waktu (optimis, yang diharapkan, dan pesimis) untuk setiap aktivitas dapat menjadi tugas yang lebih rumit dan memakan waktu.
- PERT Program Evaluation and Review Technique lebih fokus pada manajemen waktu dan kurang fokus pada pengendalian biaya proyek, yang bisa menjadi kekurangan dalam proyek konstruksi yang ketat anggarannya.
- Lebih kompleks dibandingkan CPM, sehingga mungkin tidak terlalu efektif atau diperlukan untuk proyek konstruksi yang lebih sederhana dan terprediksi.
- Implementasi metode ini memerlukan pemahaman yang lebih mendalam mengenai ketidakpastian dan variabilitas waktu, yang bisa menjadi tantangan dalam proyek yang lebih kecil atau dengan tim yang tidak berpengalaman.
Baca juga: 10 Contoh Teknologi Konstruksi yang Digunakan dalam Menjalankan Konstruksi
Apakah CPM dan PERT Memiliki Persamaan?
Meskipun perbedaan CPM dan PERT menjadi hal yang harus dipahami, penting untuk mengetahui apakah kedua metode konstruksi ini memiliki kesamaan? Jawabannya, tentu ada CPM dan PERT memiliki tujuan yang sama dalam proyek konstruksi, yaitu untuk mengelola waktu proyek dengan efektif.
Keduanya akan menggunakan jaringan kegiatan untuk menggambarkan urutan dan ketergantungan antar tugas dan aktivitas proyek. Perbedaan CPM dan PERT yang paling utama adalah fokus dan penggunaannya. CPM yang fokus pada estimasi waktu yang pasti dan pengendalian biaya, sedangkan PERT bisa lebih fleksibel dengan memperhitungkan ketidakpastian dalam waktu.
Meskipun begitu, CPM dan PERT sama-sama metode untuk tahapan proyek konstruksi yang berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian yang bisa Anda gunakan untuk memastikan proyek selesai tepat waktu. Untuk itu, agar tepat menggunakan metode antara CPM dan PERT, Anda harus mempertimbangkan berbagai hal seperti; jenis, kompleksitas, dan skala proyek, serta fokus manajemen dalam perusahaan konstruksi Anda.
Atur Progres Proyek Menggunakan PERT atau CPM Bersama ScaleOcean
Di industri konstruksi yang dinamis, proyek sering kali menghadapi tantangan besar dalam hal jadwal dan anggaran. Bahkan keterlambatan kecil bisa berdampak besar. Karena itu, manajemen proyek yang efektif menjadi kunci agar setiap tahapan berjalan lancar dan terkoordinasi.
Maka dari itu, penggunaan ScaleOcean Project Management Software dapat membantu perusahaan mengelola proyek secara end-to-end dengan lebih efisien. Modul ini terintegrasi dengan keuangan, pengadaan, dan manajemen sumber daya, sehingga memudahkan pemantauan proyek secara menyeluruh.
Keunggulan utamanya terletak pada penerapan metode PERT dan CPM, yang membantu tim merencanakan jadwal secara akurat dan mengidentifikasi jalur kritis. Dengan visualisasi yang jelas dan analisis ketergantungan antar tugas, proyek bisa dijalankan lebih terstruktur, adaptif, dan sesuai target waktu maupun anggaran.
Untuk lebih memahami bagaimana solusi ini bekerja, ScaleOcean menawarkan demo gratis bagi perusahaan yang ingin merasakan langsung manfaatnya. Berikut ini merupakan list fitur dari software ScaleOcean yang cocok untuk industri konstruksi:
Berikut beberapa fitur unggulan dari ScaleOcean Project Management:
- Gantt Chart Terintegrasi: Menampilkan rencana proyek lengkap dengan jalur kritis dan progres setiap tugas secara visual.
- Task Dependency Mapping: Memetakan keterkaitan antar tugas, memungkinkan identifikasi hambatan lebih dini.
- Automated Scheduling: Menyesuaikan jadwal secara otomatis berdasarkan perubahan durasi atau urutan kegiatan.
- Resource Allocation Dashboard: Mengoptimalkan penggunaan sumber daya berdasarkan kebutuhan aktual dan perhitungan jalur kritis.
- Real-Time Progress Monitoring: Memantau kemajuan proyek secara langsung, lengkap dengan analisis penyimpangan dari jadwal awal.
- Risk Forecasting Tools: Memprediksi potensi keterlambatan dan biaya tambahan melalui analisis berbasis CPM dan PERT.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, pemahaman terkait perbedaan PERT dan CPM sangat penting untuk pengelolaan proyek yang sukses. Meskipun pendekatannya berbeda, keduanya sama-sama memastikan proyek konstruksi berjalan lancar, sesuai target waktu, dan anggaran. ScaleOcean Project Management Software membantu menerjemahkan metodologi tersebut ke dalam rencana kerja yang terukur dan mudah diawasi.
Dengan memahami perbedaan tersebut, perusahaan konstruksi dapat mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan merencanakan proyek dengan lebih baik. Baik CPM maupun Pert memiliki peran yang krusial dalam manajemen proyek konstruksi, dan penggunaan keduanya secara bersama-sama dapat meningkatkan peluang keberhasilan serta efisiensi proyek secara keseluruhan.
FAQ:
1. Apa perbedaan antara bagan PERT dan bagan CPM?
Bagan PERT digunakan untuk merencanakan waktu proyek, terutama dalam pengembangan dan penelitian, dengan fokus pada ketidakpastian waktu. Sementara itu, CPM lebih berfokus pada pengendalian biaya dan waktu, serta lebih sering diterapkan pada proyek konstruksi. Keduanya juga berbeda dalam cara memperkirakan durasi kegiatan proyek.
2. Kapan CPM dan PERT digunakan?
PERT digunakan ketika perencanaan melibatkan ketidakpastian, untuk memperkirakan waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan aktivitas. Sebaliknya, CPM diterapkan saat durasi setiap aktivitas telah diperkirakan dengan pasti, dengan fokus pada pengelolaan waktu dan manajemen biaya proyek secara lebih efisien.
3. Apa pentingnya PERT dan CPM dalam suatu manajemen proyek?
PERT digunakan dalam perencanaan dan pengendalian proyek yang memiliki ketidakpastian atau belum pernah dilakukan, sehingga waktu dan durasi aktivitas perlu diperkirakan. Sebaliknya, CPM diterapkan pada proyek yang sudah berpengalaman, di mana data, waktu, dan biaya setiap aktivitas sudah diketahui, memungkinkan pengelolaan yang lebih efisien.
4. Mengapa PERT perlu dibuat dalam suatu kegiatan proyek?
Tujuan utama PERT adalah memastikan proyek selesai tepat waktu dan sesuai anggaran, serta memberikan penilaian yang akurat terhadap lingkup proyek pada fase perencanaan. Dengan alat ini, tim dapat merencanakan dan mengelola ketidakpastian dengan lebih baik, serta mengidentifikasi potensi hambatan sejak dini.


