Apa itu Open Source? Pengertian, Kelebihan, dan Contohnya

ScaleOcean Team
Posted on
Share artikel ini

Open source adalah model pengembangan perangkat lunak yang memungkinkan pengguna untuk mengakses, memodifikasi, dan mendistribusikan kode sumber secara bebas. Dengan menggunakan open source, perusahaan dapat mengembangkan sistem ERP mereka sesuai kebutuhan tanpa terikat pada vendor tertentu.

Mengadopsi open source membantu perusahaan menghindari ketergantungan pada vendor dan mempercepat pembaruan fitur serta peningkatan efisiensi operasional. Di sektor industri, terutama manufaktur, fleksibilitas open source sangat diperlukan untuk menjaga kelancaran proses bisnis.

Artikel ini akan membahas lebih lanjut tentang open source, termasuk pengertian, jenis, dan contohnya, serta perbedaan software lisensi open source dengan close source untuk mendukung bisnis Anda secara efisien dan berkelanjutan.

starsKey Takeaways
  • Open source adalah model perangkat lunak di mana kode sumber dapat diakses, dimodifikasi, dan didistribusikan secara bebas oleh siapa saja.
  • Perbedaan antara Open Source dan Closed Source terletak pada biaya, dukungan, kemudahan penggunaan, dan tingkat keamanan.
  • Kelebihan Open Source termasuk biaya rendah, kustomisasi tinggi, dan fleksibilitas, sementara kekurangannya mencakup dukungan yang terbatas dan kemungkinan versi software yang tidak konsisten.
  • Sistem ERP seperti ScaleOcean dapat menjadi opsi bagi bisnis yang membutuhkan solusi open-source yang fleksibel dan dapat dikustomisasi tanpa terikat biaya lisensi per pengguna.

Coba Demo Gratis

requestDemo

1. Apa itu Open Source?

Open source adalah model pengembangan perangkat lunak di mana kode sumbernya dapat diakses, dilihat, dimodifikasi, dan didistribusikan secara bebas oleh siapa saja. Model ini mengedepankan kolaborasi terbuka, memungkinkan kontribusi dari berbagai pihak di seluruh dunia untuk memperbaiki, mengembangkan, dan menyempurnakan software.

Dengan pendekatan ini, perangkat lunak open source tidak hanya terbuka untuk perubahan, tetapi juga dapat diakses secara gratis, meskipun beberapa versi komersial mungkin tersedia dengan fitur tambahan. Hal ini mendorong inovasi lebih cepat dan memungkinkan perangkat lunak untuk berkembang sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Sebagai dasar operasional dari ekosistem tersebut, lisensi open source menetapkan ketentuan hukum yang mengatur penggunaan, modifikasi, dan distribusi perangkat lunak. Melalui lisensi software ini, pengguna memperoleh hak untuk mempelajari, mengubah, meningkatkan, dan membagikan kembali perangkat lunak secara sah.

Menurut laporan 2025 dari Canonical, sekitar 83% perusahaan global menganggap penggunaan software open‑source sebagai bagian penting dari strategi TI mereka. Laporan yang sama juga menyebut bahwa 86% organisasi melaporkan bahwa open‑source meningkatkan produktivitas tim TI.

2. Perbedaan Antara Perangkat Lunak Open Source dan Closed Source

Perangkat lunak open source dan closed source memiliki perbedaan mendasar dalam berbagai aspek, mulai dari harga hingga tingkat keamanan. Berikut adalah beberapa perbedaan utama antara keduanya:

a. Biaya (Cost)

Perangkat lunak open source umumnya lebih terjangkau karena dapat digunakan tanpa biaya lisensi. Sementara itu, perangkat lunak closed source memerlukan pembayaran, namun biaya tersebut biasanya mencerminkan kualitas fitur dan dukungan yang diberikan oleh vendor.

b. Layanan Dukungan (Support Services)

Perangkat lunak closed source menyediakan dukungan resmi langsung dari pengembang, termasuk pembaruan, perbaikan, dan fitur baru. Sebaliknya, dukungan perangkat lunak open source lebih bergantung pada komunitas dan forum pengguna, yang mungkin tidak secepat dan setangguh dukungan resmi.

c. Kemudahan Penggunaan (Usability)

Perangkat lunak open source sering kali lebih sulit digunakan, terutama bagi pengguna non-teknis, karena panduannya lebih ditujukan untuk pengembang. Sedangkan perangkat lunak closed source dirancang untuk lebih mudah digunakan oleh semua orang, dengan panduan yang lebih ramah bagi pengguna awam.

d. Tingkat Keamanan (Security)

Dari sisi keamanan, perangkat lunak open source lebih berisiko karena kode sumbernya terbuka dan bisa dimodifikasi oleh siapa saja. Di sisi lain, perangkat lunak closed source memiliki kontrol lebih ketat atas akses kode, sehingga umumnya lebih aman dari potensi penyalahgunaan.

AspekOpen SourceClosed Source
HargaGratis, tidak ada biaya lisensiBerbayar, lisensi diperlukan
DukunganBergantung pada komunitasDukungan resmi dan terjamin
KegunaanLebih rumit, butuh pengembangLebih ramah pengguna, mudah dipelajari
KeamananRisiko lebih tinggi, kode terbukaKeamanan lebih terjamin, kode tertutup
FleksibilitasSangat fleksibel, bisa dimodifikasiFleksibilitas terbatas, terkendala vendor
Biaya PemeliharaanGratis atau biaya rendahBiaya pemeliharaan lebih tinggi

Untuk perusahaan yang ingin mengoptimalkan implementasi sistem ERP, memahami lisensi ini sangat penting agar bisa memilih sistem yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran mereka.

3. Kelebihan dan Kekurangan dari Software Open Source

Kelebihan dan Kekurangan dari Software Open Source

Software open source menawarkan nilai strategis bagi organisasi melalui fleksibilitas tinggi, biaya rendah, dan transparansi sistem. Namun, pendekatan terbuka ini juga menghadirkan tantangan tersendiri, mulai dari dukungan teknis yang terbatas hingga potensi fragmentasi versi. Berikut ini penjelasan selengkapnya:

a. Kelebihan Open Source

Software open source menawarkan berbagai keuntungan yang tidak hanya mengurangi biaya, tetapi juga memberikan kebebasan dalam modifikasi dan peningkatan sistem. Berikut adalah beberapa kelebihan utama yang dimiliki oleh software open source:

  • Legal dan Bebas Biaya: Sebagian besar software open source dapat digunakan tanpa biaya lisensi, mengurangi biaya operasional bagi UMKM, sekolah, dan startup dengan kualitas yang setara atau lebih baik dari software berbayar.
  • Kustomisasi dan Fleksibilitas Tinggi: Kode sumber terbuka memungkinkan modifikasi sesuai kebutuhan, seperti menambah fitur baru atau mengintegrasikan dengan sistem lain, memberi kontrol penuh kepada pengguna.
  • Dukungan Komunitas Luas: Komunitas pengembang dari berbagai negara berkolaborasi untuk memperbaiki bug dan memberikan solusi lebih cepat, yang lebih menguntungkan dibandingkan dukungan vendor resmi.
  • Keamanan Lebih Terpantau: Kode terbuka memungkinkan pengguna mendeteksi bug atau celah keamanan lebih cepat, meningkatkan transparansi dan mengurangi risiko penggunaan kode tersembunyi.
  • Kebebasan Memilih Vendor (Vendor Lock-in): Pengguna bebas memilih penyedia layanan dan memindahkan data kapan saja, tanpa ketergantungan pada vendor tertentu, berbeda dengan software proprietary yang membatasi pilihan.
  • Platform Belajar Terbuka: Software open source memberi kesempatan bagi mahasiswa dan developer untuk mempelajari kode sumber, memahami cara kerja sistem, dan berkontribusi langsung dalam pengembangannya.

Data dari survei Open Source Initiative pada 2025 menunjukkan bahwa 96% organisasi melanjutkan atau meningkatkan penggunaan open‑source dalam setahun terakhir. Dari jumlah tersebut, 26% menyatakan ada peningkatan signifikan dalam adopsi OSS (Open Source Software) dibanding periode sebelumnya.

b. Kekurangan Open Source

Meskipun banyak manfaatnya, software open source juga memiliki beberapa kekurangan yang perlu dipertimbangkan, terutama terkait dukungan dan kemudahan penggunaannya. Berikut adalah beberapa tantangan yang dihadapi oleh pengguna software open source:

  • Minim Dukungan Resmi: Software open source seringkali tidak menyediakan dukungan resmi 24/7, sehingga pengguna harus mengandalkan komunitas atau dokumentasi yang dapat memakan waktu.
  • User Interface yang Kurang Intuitif: Beberapa software open source lebih fokus pada fungsionalitas, sehingga pengguna awam mungkin merasa kesulitan saat pertama kali menggunakan software tersebut.
  • Versi Terpecah-pecah: Karena setiap orang dapat memodifikasi, sering muncul banyak versi berbeda, yang bisa membingungkan pengguna dalam memilih versi yang paling stabil dan sesuai dengan kebutuhan.
  • Keterbatasan Kompatibilitas: Software open source kadang mengalami masalah kompatibilitas dengan format atau aplikasi lain, seperti LibreOffice yang kadang tidak sempurna membuka file Microsoft Office.
  • Kualitas Tidak Konsisten: Beberapa proyek open source kurang konsisten dalam kualitas karena pengembangannya bisa terhenti, yang meningkatkan risiko penggunaan software yang tidak terjamin keandalannya.

Menurut artikel dari Devto yang membahas adopsi OSS dalam perusahaan, diketahui bahwa sekitar 90% organisasi telah menggunakan software open-source dalam bentuk tertentu. Selain itu, sekitar 78% perusahaan menjalankan sebagian atau bahkan seluruh operasinya menggunakan OSS.

4. Contoh Software Open Source

Software open source memberikan fleksibilitas dan kebebasan bagi pengguna untuk mengakses, memodifikasi, dan mendistribusikan perangkat lunak sesuai dengan kebutuhan mereka. Berikut adalah beberapa contoh software open source populer yang dapat digunakan oleh berbagai kalangan, termasuk perusahaan:

  • GNU/Linux: Sistem operasi fleksibel yang memungkinkan kontrol penuh, dengan kemampuan untuk memodifikasi dan menyesuaikan sesuai kebutuhan. Dikenal karena stabilitas, keamanan, dan komunitas pengembang yang besar.
  • Mozilla Firefox: Peramban web yang cepat, aman, dan fokus pada privasi pengguna. Mendukung pengembangan add-ons dan memberikan kebebasan bagi developer untuk memodifikasi dan berkontribusi terhadap peningkatan fitur.
  • VLC Media Player: Pemutar media yang dapat memutar hampir semua format file video dan audio. Menawarkan streaming dan konversi format, serta fleksibilitas tinggi dengan berbagai codec.
  • Apache Web Server: Server HTTP yang stabil dan aman dengan pengaturan konfigurasi fleksibel. Banyak digunakan oleh situs web dan aplikasi yang membutuhkan server yang dapat diandalkan.
  • LibreOffice: Suite aplikasi perkantoran yang menyediakan pengolah kata, spreadsheet, dan alat produktivitas lainnya. Memiliki kompatibilitas tinggi dengan format file populer dan antarmuka pengguna yang ramah.
  • BSD Licenses: Lisensi yang memungkinkan integrasi perangkat lunak ke dalam proyek proprietary dengan sedikit pembatasan. Ada beberapa varian lisensi yang memungkinkan penggunaan yang fleksibel.
  • Eclipse Public License (EPL): Lisensi yang mengharuskan kontribusi pada komunitas, memberikan perlindungan paten, dan cocok untuk proyek komersial yang mengedepankan kolaborasi dari pengembang.
  • VS Code (Visual Studio Code): Editor kode open source yang ringan dan mendukung banyak bahasa pemrograman. Menyediakan ekstensi yang dapat disesuaikan sesuai dengan kebutuhan developer.
  • WordPress: Platform pembuatan website dan blog yang menguasai lebih dari 40% internet. Dengan kemudahan membuat tema dan plugin, WordPress memberikan fleksibilitas kepada pengguna untuk menyesuaikan website.

Bagi bisnis yang membutuhkan software ERP dengan lisensi open-source untuk mendukung berbagai kebutuhan bisnis, Anda bisa menggunakan ScaleOcean ERP yang dapat memberikan fleksibilitas dan kontrol penuh terhadap pengembangan sistem.

Ini memungkinkan Anda untuk menyesuaikan dan mengintegrasikan ERP sesuai dengan kebutuhan bisnis. ScaleOcean juga memberikan layanan konsultasi dan demo gratis yang memungkinkan Anda untuk melihat bagaimana sistem ini bekerja dalam situasi nyata.

ERP

5. Jenis-jenis Lisensi dalam Software Open Source

Terdapat 3 jenis lisensi utama dalam software open source, yaitu GNU General Public License (GPL), MIT License, dan Apache License. Masing-masing lisensi memiliki ketentuan yang berbeda terkait hak penggunaan, modifikasi, dan distribusi perangkat lunak. Berikut penjelasannya:

a. GNU General Public License (GPL)

GPL adalah lisensi open source copyleft, di mana lisensi ini mengharuskan setiap software turunan yan dibangun dari software yang dilisensikan di bawal GPL harus diliris dengan lisensi yang sama.

Ini berarti, jika pengguna mengubah atau mendistribusikan software berlisensi GPL, pengguna harus menyediakan kode sumbernya dan lisensi GPL. Ini akan memastikan software tetap terbuka dan bebas untuk digunakan, dimodifikasi, dan didistribusikan.

b. MIT License

MIT license menjadi lisensi populer karena memungkinkan pengguna untuk menggunakan, memodifikasi, dan mendistribuskan kode sumber dengan sedikit pembatasan. Pengguna hanya perlu menyertakan salinan lisensi dalam software yang didistribusikan.

Jenis license ini akan memberikan fleksibilitas tinggi, di mana kode dapat digunakan dalam berbagai proyek bisnis, komersial, atau pribadi tanpa banyak persyaratan tambahan.

c. Apache License

Jenis ini mirip dengan MIT namun memiliki ketentuan tambahan lainnya, di mana lisensi ini memungkinkan pengguna untuk menggunakan, memodifikasi, dan mendistribusikan kode sumber perangkat lunak, dengan syarat untuk memberikan atribusi yang sesuai kepada pemegang hak cipta asli.

Lisensi Apache juga dapat memberikan perlindungan paten kepada pengguna, di mana jika pengguna berkontribusi pada software, mereka tidak dapat menuntun pelanggaran paten terkait kontribusi tersebut.

6. Kategori Lisensi dalam Software Open Source

Kategori Lisensi dalam Software Open Source

Lisensi open source dapat dikategorikan berdasarkan tingkat kebebasan yang diberikan kepada pengguna dalam menggunakan, memodifikasi, dan mendistribusikan perangkat lunak. Setiap kategori memiliki ketentuan yang berbeda, yang mengatur bagaimana perangkat lunak dapat digunakan dan dibagikan.

Berikut ini dua kategori lisensi open source yang bisa digunakan:

a. Lisensi Copyleft

Lisensi copyleft dirancang untuk mempertahankan semangat keterbukaan dalam pengembangan perangkat lunak. Lisensi ini mewajibkan siapa pun yang membuat turunan dari perangkat lunak untuk tetap merilis versi barunya dengan lisensi yang sama.

Dengan demikian, hak untuk mengakses, memodifikasi, dan mendistribusikan perangkat lunak tetap terjaga di seluruh rantai pengembangan. Pendekatan ini menjaga agar perangkat lunak tidak dialihkan menjadi sistem tertutup oleh pihak lain, sekaligus memastikan kontribusi berkelanjutan bagi komunitas pengguna.

b. Lisensi Permisif

Berbeda dari copyleft, lisensi permisif memberikan keleluasaan yang lebih besar dalam penggunaan perangkat lunak. Pengguna bebas untuk memodifikasi, menggabungkan, dan mendistribusikan ulang perangkat lunak, bahkan dalam proyek komersial atau sistem yang tidak bersifat terbuka.

Lisensi ini tidak mensyaratkan agar karya turunan menggunakan lisensi yang sama, sehingga cocok untuk organisasi yang membutuhkan fleksibilitas dalam mengintegrasikan perangkat lunak open source ke dalam produk atau solusi internal mereka.

Jika Anda mencari solusi ERP terbaik berbasis open-source, ScaleOcean bisa menjadi pilihan yang tepat. Dengan lisensi yang mendukung pengembangan dan kustomisasi lebih lanjut, ScaleOcean memberi kebebasan kepada pengguna untuk menyesuaikan sistem dengan kebutuhan bisnis mereka tanpa terikat oleh biaya lisensi per user atau batasan lainnya.

7. Kesimpulan

Open source memberikan kebebasan kepada perusahaan untuk mengakses, mengubah, dan mendistribusikan perangkat lunak tanpa terikat pada vendor tertentu. Dengan model ini, perusahaan dapat menyesuaikan sistem ERP sesuai kebutuhan bisnis mereka, mengurangi biaya lisensi, dan meningkatkan fleksibilitas operasional.

Penerapan software open source dalam perusahaan memungkinkan percepatan pembaruan dan peningkatan efisiensi operasional, namun tidak lepas dari tantangan seperti kurangnya dukungan resmi dan potensi fragmentasi versi. Sistem ERP open source seperti ScaleOcean menawarkan solusi yang dapat dikustomisasi dengan biaya rendah dan tanpa lisensi per pengguna.

Jika Anda tertarik merasakan manfaat dari software ERP open source yang lebih fleksibel, Anda dapat mencoba demo gratis ScaleOcean untuk menilai kesesuaiannya dengan kebutuhan operasional perusahaan. Sistem ini membantu meningkatkan efisiensi proses melalui konfigurasi yang adaptif dan mudah dikembangkan.

FAQ:

1. Apa yang dimaksud lisensi open source?

Lisensi open source adalah aturan hukum yang mengatur cara perangkat lunak dapat digunakan, dimodifikasi, dan didistribusikan. Dengan lisensi ini, pengembang dan pengguna diberi kebebasan untuk berinovasi, meski tetap ada pembatasan tertentu yang harus dipatuhi.

2. Apakah lisensi open source berbayar?

Sebagian besar perangkat lunak open source dapat digunakan tanpa biaya lisensi. Hal ini membantu individu, UMKM, sekolah, dan startup mengurangi pengeluaran operasional, meskipun ada beberapa proyek open source yang menawarkan dukungan berbayar atau fitur premium.

3. Apa yang membedakan lisensi open source dan lisensi komersial?

Lisensi open source biasanya gratis atau memiliki biaya rendah, sedangkan lisensi komersial memerlukan pembelian lisensi dengan biaya yang lebih tinggi. Biaya lisensi untuk perangkat lunak komersial, seperti CMS, bisa berkisar dari ribuan hingga ratusan ribu dolar, tergantung pada kompleksitas dan fitur.

4. Bagaimana cara kerja open source?

Perangkat lunak open source bekerja dengan cara menyimpan kode sumber di repositori publik yang dapat diakses siapa saja. Pengguna dapat menggunakan, memodifikasi, atau berkontribusi untuk meningkatkan desain dan fungsionalitas perangkat lunak, berkolaborasi untuk kemajuan proyek secara keseluruhan.

Jadwalkan Demo Gratis

Error message
Error message
Error message
Error message
Error message
Error message

Rekomendasi Artikel Terkait

Temukan Artikel Serupa untuk Solusi Bisnis Lebih Lengkap