Data Loss Prevention: Strategi Keamanan Data untuk Bisnis

ScaleOcean Team
Posted on
Share artikel ini

Banyak perusahaan mulai menyadari bahwa Data Loss Prevention (DLP) bukan lagi opsi tambahan, melainkan kebutuhan utama untuk menjaga keberlangsungan bisnis. Kebocoran informasi sensitif dapat merusak reputasi, mengikis kepercayaan pelanggan, dan menimbulkan kerugian finansial yang besar.

Tanpa perlindungan yang tepat, perusahaan berisiko menghadapi ancaman serius, mulai dari pencurian data pelanggan hingga penyalahgunaan informasi internal. Kondisi ini membuat kebutuhan akan strategi keamanan yang lebih komprehensif semakin mendesak untuk menjaga stabilitas bisnis.

Untuk menjawab tantangan tersebut, artikel ini membahas Data Loss Prevention (DLP), mulai dari pengertian, fungsi, hingga penerapannya. Dengan memahami strategi ini, perusahaan dapat melindungi data berharga sekaligus memastikan operasional berjalan aman dan berkesinambungan.

starsKey Takeaways
  • DLP adalah strategi keamanan untuk melindungi data sensitif dari akses dan kebocoran tidak sah.
  • Implementasi DLP di Indonesia menjadi keharusan untuk mengatasi ancaman siber, memenuhi kepatuhan regulasi, serta mempertahankan kepercayaan pelanggan di pasar yang kompetitif.
  • Sistem DLP bekerja dengan mengidentifikasi, memantau, dan mencegah pergerakan data sensitif secara otomatis, memastikan perlindungan data yang efektif di berbagai lingkungan.
  • Berbagai jenis solusi DLP tersedia, mulai dari jaringan, endpoint, dan cloud, hingga perlindungan data saat bergerak, digunakan, atau diam, memungkinkan perusahaan memilih pendekatan terbaik.
  • Software ERP ScaleOcean membantu perusahaan mengintegrasikan DLP untuk manajemen data terpusat dan aman, sekaligus menekan risiko kebocoran informasi penting.

Coba Demo Gratis!

requestDemo

Apa Itu Data Loss Prevention (DLP)?

Data Loss Prevention (DLP) adalah strategi keamanan siber yang melindungi data sensitif dari akses, penggunaan, dan kebocoran tidak sah. Teknologi ini bekerja di sistem on-premise, cloud, dan endpoint untuk memastikan data selalu aman, bahkan saat migrasi sistem sedang berlangsung.

Selain itu, DLP membantu memenuhi regulasi, menjaga kekayaan intelektual, dan meningkatkan kepercayaan pelanggan. Solusi ini menetapkan kebijakan, mengklasifikasi data penting, serta mencegah penyalahgunaan agar tata kelola informasi tetap terjaga.

Mengapa Perusahaan di Indonesia Membutuhkan DLP?

Mengapa Perusahaan di Indonesia Membutuhkan DLP?

Perusahaan di Indonesia kini menghadapi ancaman siber yang semakin kompleks, sehingga kebutuhan akan perlindungan data menjadi semakin mendesak. Kebocoran informasi tidak hanya menimbulkan kerugian finansial, tetapi juga merusak reputasi yang sulit dipulihkan. Karena itu, investasi pada solusi DLP menjadi langkah strategis yang wajib diprioritaskan.

Penerapan DLP memungkinkan perusahaan mengelola risiko informasi secara proaktif sekaligus memastikan operasional tetap aman dan sesuai regulasi. Dengan membangun pertahanan siber yang tangguh, perusahaan tidak hanya melindungi data penting, tetapi juga menjaga keberlanjutan bisnis serta meningkatkan daya saing di era digital.

Berikut alasan utamanya:

1. Meningkatnya Ancaman Siber dan Risiko dari Pihak Internal

Di Indonesia, serangan siber terus meningkat dengan frekuensi dan kompleksitas tinggi, menargetkan berbagai sektor bisnis. Ancaman tidak hanya datang dari pihak eksternal, tetapi juga dari risiko internal seperti kelalaian karyawan atau pencurian data oleh mantan pegawai. Tanpa DLP, perusahaan sangat rentan menghadapi kerugian besar.

Sebagai garis pertahanan penting, DLP secara otomatis mendeteksi dan mencegah transfer data yang tidak sah melalui email, USB, maupun layanan cloud. Sistem ini mampu mengenali aktivitas mencurigakan dan memblokir kebocoran sebelum terjadi, sehingga risiko internal maupun eksternal dapat ditekan secara efektif.

2. Kewajiban Kepatuhan Terhadap Regulasi

Dilansir dari laman BPK, Pemerintah Indonesia telah menetapkan regulasi ketat, termasuk UU Pelindungan Data Pribadi (PDP), yang mewajibkan perusahaan melindungi informasi pelanggan dan karyawan. Ketidakpatuhan dapat berakibatkan pada denda besar, sanksi hukum, hingga pencabutan izin usaha. Karena itu, mekanisme perlindungan data yang kuat menjadi keharusan.

Solusi DLP membantu perusahaan mematuhi UU PDP dengan mengidentifikasi serta mengamankan data sensitif sesuai regulasi. Penerapan ini menunjukkan komitmen terhadap privasi, mengurangi risiko hukum, sekaligus memperkuat kepercayaan pelanggan dan mitra bisnis secara berkelanjutan.

3. Melindungi Reputasi dan Kepercayaan Pelanggan di Era Digital

Di era digital, reputasi perusahaan sangat ditentukan oleh kemampuannya melindungi data pelanggan dan menjaga kepercayaan publik. Kebocoran data dapat menyebar cepat, merusak citra merek, serta menurunkan pangsa pasar. Pemulihan reputasi yang rusak pun membutuhkan waktu dan biaya besar.

Mengimplementasikan DLP menjadi bukti nyata komitmen perusahaan terhadap keamanan data sekaligus penguat kepercayaan pelanggan. Perlindungan proaktif tidak hanya mencegah kerugian, tetapi juga membangun fondasi pertumbuhan jangka panjang serta loyalitas merek di tengah persaingan ketat.

ERP

Bagaimana Cara Kerja Sistem DLP?

Sistem Data Loss Prevention (DLP) bekerja melalui langkah terintegrasi untuk mengidentifikasi, memantau, dan melindungi data sensitif di seluruh perusahaan. Proses dimulai dengan memahami jenis data yang tergolong sensitif serta lokasi penyimpanannya, lalu menerapkan kebijakan keamanan yang sesuai.

Keberhasilan DLP sangat bergantung pada konfigurasi kebijakan yang tepat dan kemampuan sistem memindai data secara terus-menerus. Dengan analisis real-time, setiap potensi pelanggaran dapat segera terdeteksi dan ditangani. Berikut adalah tahapan utama dalam cara kerja sistem DLP:

1. Identifikasi dan Klasifikasi Data Sensitif

Langkah awal penerapan DLP adalah mengidentifikasi seluruh data sensitif yang dimiliki perusahaan. Data ini dapat mencakup informasi pelanggan, catatan keuangan, rahasia dagang, hingga kekayaan intelektual yang dilindungi regulasi. Setelah dikenali, data perlu diklasifikasikan sesuai tingkat sensitivitasnya.

Proses identifikasi biasanya memanfaatkan algoritma, pencocokan pola, dan machine learning untuk menemukan data sensitif di berbagai penyimpanan. Dengan klasifikasi yang tepat, sistem DLP dapat menerapkan kebijakan perlindungan proporsional, sehingga keamanan informasi lebih terjamin dan risiko kebocoran dapat ditekan.

2. Pemantauan Pergerakan Data

Setelah data sensitif terklasifikasi, sistem DLP memantau pergerakannya di jaringan, endpoint, dan cloud perusahaan. Pemantauan mencakup aktivitas seperti pengiriman email, transfer melalui perangkat, hingga unggahan ke layanan cloud. Tujuannya adalah mendeteksi setiap pelanggaran kebijakan keamanan.

Proses berlangsung real-time, sehingga sistem dapat segera merespons aktivitas mencurigakan. Layaknya pengawas digital, DLP memastikan informasi penting tetap berada dalam batas aman. Dengan visibilitas penuh di jaringan, endpoint, dan cloud, kebocoran data dapat dicegah secara efektif.

3. Pengendalian dan Pencegahan Pelanggaran Kebijakan secara Otomatis

Saat sistem DLP mendeteksi pelanggaran kebijakan, ia segera mengambil tindakan otomatis sesuai aturan yang ditetapkan. Langkah ini dapat berupa memblokir transfer, mengenkripsi data, memberi peringatan, atau mengirim notifikasi ke tim keamanan. Tujuannya jelas menjaga data tetap aman.

Otomatisasi tersebut memastikan respons cepat dan konsisten, sekaligus mengurangi risiko kesalahan manusia. Dengan cara ini, DLP tidak hanya mendeteksi, tetapi juga mencegah kebocoran secara aktif. Pencegahan otomatis inilah yang menjadikan DLP kunci utama dalam strategi keamanan siber perusahaan.

Jenis-jenis Solusi DLP yang Dapat Diterapkan

Jenis-jenis Solusi DLP yang Dapat Diterapkan

Penerapan solusi Data Loss Prevention (DLP) tidak bisa disamaratakan karena setiap organisasi memiliki kebutuhan berbeda. Pemilihan jenis DLP yang tepat harus mempertimbangkan infrastruktur TI, karakteristik data sensitif, serta titik kebocoran potensial yang mungkin terjadi.

Dengan memahami perbedaan jenis DLP, perusahaan dapat merancang strategi perlindungan data yang komprehensif. Setiap jenis menawarkan fokus dan kapabilitas unik yang dapat disesuaikan dengan lingkungan bisnis. Karena itu, analisis kebutuhan yang matang menjadi kunci keberhasilan implementasi:

1. Jenis DLP Berdasarkan Lokasi Penerapan

Lokasi penerapan DLP menentukan titik kontrol serta cakupan perlindungan yang dapat diberikan. Setiap lokasi memiliki kelebihan dan keterbatasan, sehingga banyak perusahaan memilih mengombinasikan beberapa jenis untuk menciptakan perlindungan yang lebih menyeluruh terhadap data sensitif.

Dengan memahami perbedaan tersebut, perusahaan dapat merancang arsitektur keamanan berlapis yang melindungi data di titik paling kritis. Strategi DLP pun bisa disesuaikan dengan kerentanan spesifik di infrastruktur TI. Berikut adalah beberapa jenis DLP berdasarkan lokasi penerapannya:

a. DLP Jaringan (Network DLP)

Network DLP memantau data yang bergerak melintasi jaringan perusahaan, baik saat masuk maupun keluar. Solusi ini ditempatkan di titik strategis seperti internet gateway, proxy server, atau email gateway untuk mendeteksi dan mencegah pengiriman informasi sensitif yang tidak sah.

Pendekatan ini efektif menghentikan kebocoran melalui email, transfer file, atau unggahan ke layanan cloud tanpa izin. Dengan Network DLP, perusahaan memiliki visibilitas dan kontrol penuh atas arus data, sehingga komunikasi internal maupun eksternal tetap aman.

b. DLP Endpoint

DLP Endpoint dipasang langsung pada perangkat pengguna seperti laptop atau PC untuk mengontrol bagaimana data digunakan. Solusi ini memantau aktivitas seperti penyalinan ke USB, pencetakan, atau transfer ke aplikasi lain, termasuk software pengolah data yang dijalankan karyawan.

Pendekatan ini penting untuk melindungi data dari risiko perangkat hilang, dicuri, atau disalahgunakan. Dengan DLP Endpoint, perusahaan tetap menjaga keamanan data sensitif di luar jaringan perusahaan sekaligus memastikan software pengolah data digunakan secara aman dan sesuai kebijakan.

c. DLP Cloud

DLP Cloud dirancang untuk melindungi data yang disimpan dan dibagikan di aplikasi cloud seperti SaaS, PaaS, maupun IaaS. Solusi ini terintegrasi dengan penyedia layanan cloud untuk memantau aliran informasi dan mencegah akses tidak sah terhadap data sensitif.

Pendekatan ini membantu perusahaan menjaga kepatuhan regulasi sekaligus mengendalikan risiko kebocoran dari aplikasi cloud yang sering dipakai. Dengan DLP Cloud, keamanan data di luar infrastruktur fisik tetap terjaga, sehingga tantangan unik dari arsitektur terdistribusi dapat diatasi secara efektif.

2. Jenis DLP Berdasarkan Status Data yang Dilindungi

Selain lokasi penerapan, solusi DLP juga dikategorikan berdasarkan status data apakah sedang bergerak, digunakan, atau diam. Setiap status memiliki kerentanan berbeda sehingga membutuhkan metode perlindungan spesifik. Pemahaman ini penting untuk merancang strategi DLP yang lebih menyeluruh.

Perlindungan optimal harus mencakup ketiga status tersebut karena kebocoran bisa terjadi di tahap mana pun. Menggabungkan solusi sesuai status akan memperkuat pertahanan dan menjaga kerahasiaan informasi. Berikut adalah jenis DLP berdasarkan status data yang dilindungi:

a. Data-in-Motion (Data Bergerak)

Data-in-Motion merujuk pada data yang sedang ditransmisikan melalui jaringan, seperti email, pesan instan, atau transfer file. DLP untuk data-in-motion memantau lalu lintas jaringan secara real-time guna mendeteksi sekaligus mencegah pengiriman informasi sensitif yang tidak sah.

Solusi ini biasanya melibatkan inspeksi konten, pemfilteran, dan enkripsi agar data tetap aman selama perjalanan. Dengan perlindungan tersebut, perusahaan dapat mencegah kebocoran informasi penting saat dikirimkan, menjadikannya garis pertahanan utama dalam menjaga komunikasi digital.

b. Data-in-Use (Data Digunakan)

Data-in-Use adalah data yang sedang diakses atau diproses, misalnya dibuka di spreadsheet, disunting dalam dokumen, atau disalin ke clipboard. DLP untuk data-in-use mengawasi aktivitas pengguna di endpoint agar data tidak disalin, dicetak, atau ditransfer secara tidak sah.

Perlindungan ini krusial untuk mengurangi risiko internal, baik karena kelalaian maupun tindakan berbahaya. Dengan mengontrol data-in-use, perusahaan dapat membatasi interaksi karyawan terhadap informasi sensitif, termasuk data yang diambil dari data warehouse, sehingga aktivitas operasional sehari-hari tetap aman dan terjaga.

c. Data-at-Rest (Data Diam)

Data-at-Rest adalah data yang tersimpan di lokasi fisik maupun virtual, seperti hard drive, server, database, DBMS, atau penyimpanan cloud. DLP untuk data-at-rest memindai lokasi tersebut untuk mengidentifikasi informasi sensitif dan melindunginya dengan enkripsi maupun kontrol akses ketat.

Solusi ini membantu perusahaan menemukan data sensitif yang mungkin tersembunyi dan memastikan penyimpanannya sesuai kebijakan keamanan serta regulasi. Dengan melindungi data-at-rest, perusahaan dapat mencegah akses tidak sah dan menjaga keamanan informasi dalam DBMS maupun data warehouse dari waktu ke waktu.

Manfaat Implementasi DLP bagi Bisnis Anda

Implementasi Data Loss Prevention (DLP) memberikan manfaat strategis yang melampaui kepatuhan regulasi semata. Bagi perusahaan modern, DLP adalah investasi penting untuk memperkuat keamanan siber sekaligus mendukung pertumbuhan jangka panjang. Manfaatnya mencakup perlindungan data, pengurangan risiko finansial, dan peningkatan budaya keamanan.

Dengan pendekatan proaktif, DLP membantu perusahaan melindungi aset paling berharga sekaligus menjaga kepercayaan pemangku kepentingan. Upaya ini tidak hanya mencegah kerugian, tetapi juga menciptakan ekosistem bisnis yang lebih tangguh. Berikut adalah beberapa manfaat utama dari implementasi DLP bagi bisnis Anda:

1. Keamanan Data yang Terpadu di Seluruh Aset Digital Perusahaan

Salah satu manfaat utama DLP adalah memberikan visibilitas menyeluruh dan kontrol terpusat atas data sensitif di seluruh aset digital perusahaan. Perlindungan ini mencakup data pada endpoint, jaringan, maupun cloud, dengan kebijakan keamanan yang dikelola melalui satu sistem terpadu.

DLP juga memastikan penerapan kebijakan konsisten di berbagai platform tanpa meninggalkan celah. Dengan pendekatan ini, perusahaan membangun ekosistem keamanan yang lebih kuat, di mana semua data sensitif terlindungi secara efisien serta responsif terhadap ancaman yang terus berkembang.

2. Pengurangan Risiko Finansial dan Kerusakan Reputasi Akibat Kebocoran Data

Kebocoran data sering menimbulkan kerugian finansial besar, mulai dari denda regulasi, biaya investigasi, notifikasi, hingga potensi tuntutan hukum. Lebih dari itu, kerusakan reputasi dapat menggerus kepercayaan pelanggan dan menyebabkan penurunan pendapatan jangka panjang yang sulit dipulihkan.

DLP bekerja secara aktif mencegah kebocoran, sehingga risiko finansial dan reputasi dapat ditekan. Dengan mengurangi peluang insiden, perusahaan melindungi laba bersih sekaligus menjaga citra positif di mata publik. Investasi ini memastikan nilai jangka panjang bisnis tetap terjaga.

3. Peningkatan Kesadaran Keamanan di Kalangan Karyawan

Implementasi DLP biasanya disertai pelatihan dan komunikasi intensif mengenai kebijakan keamanan data. Upaya ini meningkatkan kesadaran karyawan akan pentingnya melindungi informasi sensitif, sekaligus membentuk perilaku yang lebih hati-hati dalam aktivitas sehari-hari. Karyawan pun menjadi garda terdepan perlindungan data.

Dengan pemahaman yang lebih baik, karyawan cenderung lebih patuh pada aturan dan proaktif melaporkan potensi insiden. Kondisi ini membangun budaya keamanan yang lebih kuat, di mana setiap individu merasa bertanggung jawab. Kesadaran kolektif ini menjadi aset penting yang bernilai bagi perusahaan.

Tantangan dan Praktik Terbaik dalam Implementasi DLP

Implementasi Data Loss Prevention (DLP) bukanlah proses sederhana dan sering menghadapi beragam tantangan. Untuk mencapai hasil optimal, perusahaan perlu memahami potensi hambatan sekaligus menerapkan praktik terbaik yang terbukti efektif. Pendekatan strategis menjadi kunci agar solusi DLP memberikan nilai maksimal.

Tanpa perencanaan matang, implementasi DLP bisa menjadi mahal, rumit, bahkan kontraproduktif. Karena itu, mengenali tantangan sejak awal serta mempersiapkan strategi tepat akan membantu menghindari kesalahan. Berikut adalah tantangan umum dan praktik terbaik dalam implementasi DLP:

1. Tantangan Umum

Penerapan DLP dapat menjadi kompleks karena melibatkan berbagai aspek teknologi, kebijakan, dan faktor manusia. Mengatasi tantangan ini memerlukan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan, serta komitmen dari seluruh organisasi. Memahami tantangan ini adalah langkah pertama untuk mengembangkan strategi mitigasi yang efektif.

Tanpa persiapan yang memadai, perusahaan dapat menghadapi frustrasi dan biaya tak terduga selama implementasi. Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi dan merencanakan cara mengatasi hambatan-hambatan ini sejak awal. Ini memastikan bahwa proses implementasi berjalan lancar dan mencapai tujuan yang diinginkan:

a. Kompleksitas

Salah satu tantangan utama dalam implementasi DLP adalah kompleksitas tinggi dalam prosesnya. Perusahaan perlu mengidentifikasi serta mengklasifikasikan data sensitif, mengonfigurasi kebijakan yang sesuai, hingga mengelola solusi di berbagai endpoint dan jaringan, yang memakan banyak waktu serta sumber daya.

Di sisi lain, integrasi DLP dengan sistem keamanan maupun operasional yang sudah ada juga menambah tantangan. Perusahaan harus memastikan solusinya tidak mengganggu alur kerja atau performa sistem lain. Karena itu, tim terampil dan perencanaan matang sangat dibutuhkan untuk mengelola kompleksitas ini.

b. False Positives

False positives menjadi tantangan umum dalam penerapan DLP, terjadi saat sistem salah mengenali data biasa sebagai informasi sensitif. Kondisi ini dapat memblokir transfer sah, mengganggu produktivitas, serta menimbulkan frustrasi pada pengguna sekaligus membebani tim keamanan dengan peringatan tidak relevan.

Untuk mengurangi false positives, perusahaan perlu menyempurnakan kebijakan dan menyesuaikan konfigurasi secara berkelanjutan. Proses ini bersifat iteratif dan membutuhkan pemahaman mendalam tentang pola penggunaan data. Pengelolaan yang tepat akan menjaga efisiensi operasional sekaligus mempertahankan kepercayaan pengguna.

c. Dampak Kinerja

Solusi DLP yang menganalisis data secara real-time berpotensi memengaruhi kinerja sistem jika tidak diterapkan dengan benar. Pemindaian intensif dapat memperlambat proses atau menimbulkan gangguan, terutama di lingkungan dengan volume data yang tinggi, sehingga menimbulkan kekhawatiran bagi perusahaan.

Untuk mengatasi hal ini, perusahaan perlu memilih solusi DLP yang efisien, mengoptimalkan konfigurasi, serta melakukan uji coba sebelum penerapan penuh. Dengan menyeimbangkan keamanan dan kinerja, DLP dapat berjalan efektif tanpa mengurangi produktivitas. Optimasi kinerja menjadi faktor penting dalam implementasi yang sukses.

2. Praktik Terbaik untuk Implementasi yang Sukses

Untuk mengatasi tantangan implementasi DLP, perusahaan perlu mengikuti praktik terbaik yang sudah terbukti efektif. Pendekatan sistematis dan kolaboratif akan memaksimalkan kinerja solusi, sekaligus memastikan tujuan keamanan data dapat tercapai dengan lebih konsisten.

Dengan menerapkan praktik ini, perusahaan dapat membangun fondasi kuat bagi program DLP, sekaligus mengurangi risiko kegagalan. Langkah tersebut memastikan investasi memberikan hasil optimal dan membawa organisasi menuju penerapan DLP yang berkelanjutan serta efektif:

a. Mulai dari Kebijakan

Sebelum mengimplementasikan solusi DLP, perusahaan perlu membangun kebijakan keamanan data yang jelas dan menyeluruh. Kebijakan ini mendefinisikan data sensitif, cara perlindungannya, serta tindakan yang diambil bila terjadi pelanggaran. Langkah ini menjadi dasar program DLP yang efektif.

Kebijakan harus selaras dengan tujuan bisnis, regulasi, dan standar industri. Dengan fondasi yang kuat, konfigurasi DLP dapat dilakukan lebih akurat, sementara pemangku kepentingan memahami perannya. Hal ini menjadi prasyarat penting untuk memastikan keberhasilan implementasi DLP.

b. Libatkan Pemangku Kepentingan

Implementasi DLP tidak hanya menjadi tanggung jawab tim IT atau keamanan, melainkan membutuhkan dukungan lintas fungsi. Manajemen puncak, departemen hukum, HR, hingga unit bisnis harus terlibat untuk memastikan kebijakan DLP realistis, relevan, dan diterima di seluruh organisasi.

Kolaborasi ini membantu mengidentifikasi kebutuhan spesifik, mengatasi hambatan, serta menyelaraskan DLP dengan tujuan bisnis. Dengan melibatkan semua pihak, perusahaan dapat membangun dukungan kuat dan menjadikan DLP bagian dari budaya organisasi sekaligus memperkuat management system secara menyeluruh.

c. Uji Coba

Sebelum menerapkan solusi DLP secara penuh, perusahaan sebaiknya melakukan uji coba atau implementasi bertahap. Mulailah dengan kelompok pengguna terbatas untuk menguji konfigurasi, menemukan masalah, serta menyempurnakan kebijakan tanpa mengganggu operasional secara keseluruhan.

Uji coba ini membantu mendeteksi false positives, menilai dampak pada kinerja, dan mengumpulkan masukan dari pengguna akhir. Dengan pengujian yang teliti, perusahaan dapat memastikan solusi DLP berjalan optimal dan siap diperluas, sehingga mendukung keberhasilan jangka panjang.

Terapkan DLP secara Tepat dengan Software ERP ScaleOcean

Terapkan DLP secara Tepat dengan Software ERP ScaleOcean

Mengelola strategi Data Loss Prevention (DLP) sering terasa rumit, mulai dari klasifikasi data sensitif hingga menjaga kinerja operasional tetap stabil. Di sinilah software ERP ScaleOcean hadir sebagai solusi terpadu yang menyatukan kebijakan keamanan data dengan alur bisnis sehari-hari.

Dengan visibilitas penuh terhadap siklus hidup data, software ERP ScaleOcean memudahkan perusahaan mengamankan informasi di modul keuangan, supply chain, maupun SDM. Sistem terpusat ini juga mengurangi risiko false positives dan memastikan kebijakan DLP berjalan konsisten di seluruh organisasi.

Beberapa keunggulan software ERP ScaleOcean dalam mendukung strategi DLP antara lain:

  • Centralized Data Management: Data sensitif dikelola terpusat untuk klasifikasi dan perlindungan lebih akurat. Dengan sistem terpusat, perusahaan dapat memantau dan mengelola data secara lebih efisien di seluruh departemen dan unit bisnis.
  • Integrated Modules: Perlindungan data menjangkau seluruh fungsi bisnis, dari keuangan hingga HR. Dengan modul yang saling terhubung, perusahaan dapat mengoptimalkan kebijakan keamanan secara konsisten di berbagai bagian organisasi.
  • Optimized Performance: Fungsi DLP berjalan efisien tanpa mengganggu alur kerja harian. Pengelolaan data dilakukan dengan cepat dan tepat, memastikan operasional tetap berjalan lancar tanpa hambatan yang berarti.
  • Security Awareness: Proses terstruktur meningkatkan kesadaran karyawan terhadap keamanan data. Dengan pelatihan yang rutin, setiap karyawan lebih memahami pentingnya menjaga data sensitif dan peran mereka dalam melindunginya.

Dengan software ERP ScaleOcean, perusahaan tidak hanya mencegah kebocoran data, tetapi juga membangun manajemen data yang aman dan efisien. Coba demo gratis untuk melihat bagaimana sistem ini memperkuat strategi DLP secara menyeluruh.

Kesimpulan

Data Loss Prevention (DLP) menjadi fondasi penting bagi perusahaan di Indonesia untuk menjaga aset informasi yang bernilai. Dengan kemampuan mengidentifikasi, memantau, dan mencegah kebocoran data, DLP tidak hanya memenuhi regulasi, tetapi juga melindungi reputasi serta kepercayaan pelanggan di era digital yang penuh risiko.

Memilih solusi tepat menjadi kunci, dan software ERP ScaleOcean hadir mendukung strategi DLP dengan manajemen data terpusat serta kinerja optimal. Coba demo gratis dan konsultasi dengan tim ScaleOcean untuk membangun keamanan data berkelanjutan.

FAQ:

Apa itu Data Loss Prevention?

Data loss prevention adalah solusi keamanan yang mencegah penggunaan atau pembagian data sensitif secara tidak sah. Sistem ini memantau dan melindungi informasi di server, cloud, maupun perangkat endpoint.

Apa saja tiga jenis data loss prevention?

Umumnya, DLP terbagi menjadi tiga kategori utama, yaitu DLP Jaringan yang memantau data yang bergerak, DLP Endpoint yang mengontrol data di perangkat pengguna, serta DLP Cloud yang melindungi data di aplikasi berbasis cloud.

Apa perbedaan antara EDR dan DLP?

EDR berfokus mendeteksi serta menanggulangi ancaman pada level endpoint, sedangkan DLP melindungi data sensitif dari akses dan kebocoran tidak sah. Keduanya sama-sama penting dalam keamanan siber, namun memiliki tujuan yang berbeda.

Jadwalkan Demo Gratis

Error message
Error message
Error message
Error message
Error message
Error message

Rekomendasi Artikel Terkait

Temukan Artikel Serupa untuk Solusi Bisnis Lebih Lengkap